Anda di halaman 1dari 68

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SKILL LABORATORY


(STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN-NUR PURWODADI)

TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh
Meity Mulya Susanti
NIM S540809313

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SKILL LABORATORY
(STUDI KASUS DI PROcG
om
Rm
AMit tSoTU
usDeIrD III KEPERAWATAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ANNUR PURWODADI)

Disusun Oleh :

Meity Mulya Susanti

NIM S540809313

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing :
JabatanNama Tanda tangan Tanggal
Pembimbing I Prof.Dr.Didik G Tamtomo, dr. PAK.,MM, MKes, ............... ...
NIP.194803131976101001

Pembimbing II Dr. Nunuk Suryani, M.Pd ............. ...


NIP. 196611081990032001

Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Prof.Dr. Didik G Tamtomo, dr. PAK.,MM, MKes


NIP. 194803131976101001

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SKILL LABORATORY


(STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ANNUR PURWODADI)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tesis
Di susun oleh :
MEITY MULYA SUSANTI
NIM. S540809313

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim penguji Tesis


Pada tanggal : 18 Januari 2011
Dewan penguji :
Jabatan Nama Tanda Tangan
Tanggal
Ketua Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr., Sp.PA(K) ................... ............
NIP. 194903171976091001

Sekretaris Ir. Ruben Dharmawan, dr.,M.Sc.,Ph.D .................. ............


NIP. 195111201986011001

Anggota Prof. Dr. Didik G Tamtomo, dr. PAK., MM. M.Kes, ............ ............
Penguji NIP. 194803131976101001

Dr. Hj. Nunuk Suryani, M.Pd .................. ..........


NIP. 196611081990032001

Surakarta, Januari 2011

Mengetahui Ketua Program Studi

Direktur PPs UNS Magister Kedokteran Keluarga

Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D Prof. Dr. Didik G Tamtomo, dr. PAK., MM. M.Kes
NIP. 195708201985031004 NIP.9480313197610
PERNYATAAN

Nama : Meity Mulya Susanti


NIM : S540809313

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa Tesis berjudul Implementasi


Pembelajaran Skill Laboratory (Studi Kasus di Program Studi D-III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan An-Nur Purwodadi) adalah betul-betul karya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Tesis tersebut diberi tanda citasi
dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, makasaya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tesis dan gelar yang saya peroleh
dari Tesis tersebut.

Surakarta, Agustus 2010


Yang Membuat Pernyataan,

Meity Mulya Susanti

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SKILL LABORATORY (STUDI KASUS


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DI PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN ANNUR PURWODADI). Tesis ini disusun dalam rangka

memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S2, Minat Utama

Kedokteran Keluarga, Program Studi Pendidikan Profesi Kesehatan , Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan rasa

terimakasih yang sebesar besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Much. Syamsulhadi, dr, Sp.KJ (K), selaku Rektor Universitas

Sebelas Maret beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan

fasilitas untuk mengikuti pendidikan di Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan dan dukungan

untuk mengikuti pendidikan di Pascasarjana.

3. Prof. Dr. Didik G Tamtomo, dr, PAK, MM, M.Kes Selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Profesi Kesehatan dan sebagai Pembimbing I yang telah

memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyusunan penelitian

ini.

4. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd sebagai pembimbing II yang telah memberikan

masukan dan bimbingan dalam penyusunan penelitian ini.

5. Dosen dan responden yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Suamiku Drs. Suwoto, putra-putriku tercinta Anggito Feby Abimanyu, Bilqis

Pinastika Putri dan Clarissa Diyanah Putri karena keikhlasan doa, dukungan

dan segala pengorbanannya kepada peneliti.

7. Ayahanda H. Slamet Sukardi dan Ibunda Hj. Herningkih serta keluarga besar

H Gunadi yang telah mengijinkan dan tidak pernah berhenti mendoakan serta

mendukung penulis dalam menjalani pilihan ini

8. Teman teman seperjuangan angkatan 2009 dan semua pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan

dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

Semoga segala amal kebaikan yang telah diberikan akan mendapatkan

pahala dari Allah SWT dan semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan

pengetahuan dalam upaya peningkatan pembelajaran skill laboratory di Diploma

Keperawatan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Purwodadi, Agustus 2010

Peneliti

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN........co..m
...m
...i.t..t....
o ...
us.e..r............................................ iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
ABSTRACT ................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1


B. Rumusan Masalah. ............................................................. 3

C. Tujuan Penelitian. .............................................................. 3

D. Manfaat Penelitian. ............................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran

a. Pengertian. ............................................................ 5

b. Perencanaan Pembelajaran. .................................. 6

c. Tujuan Pembelajaran. ........................................... 7

2. Evaluasi Pembelajaran

a. Pengertian. ................................................................... 8

b. Manfaat Evaluasi ......................................................... 9

3. Laboratorium Ketrampilan (Skill Laboratory)

a. Pengertian. .................................................................. 11

b. Pembelcaojamrm
anitStkoilulslaerboratory .................................... 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Proses Bimbingan. ...................................................... 15

d. Evaluasi Skill laboratory ............................................ 17

B. Penelitian yang Terkait ........................................................... 20

C. Kerangka Penelitian. ............................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian. .................................................................. 22

B. Lokasi dan Pelaksanaan Penelitian ........................................ 22

C. Sumber Data.................................................................... 22

D. Teknik dan Pengumpulan Data........................................ 23

E. Validitas dan Reliabilitas Data .............................................. 24

F. Teknis Analisis Data ............................................................. 26

1. Reduksi Data ................................................................. 27

2. Penyajian Data ............................................................... 27

3. Kesimpulan.................................................................... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian. ............................................... 29

B. Temuan Penelitian.......................................................... 31

C. Pembahasan................................................................... 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan........................................................................ 51

B. Implikasi......................................................................... 51

C. Saran............................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA commit to user ......................... 53

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Triangulasi Sumber Data....................................................... 25

Gambar 2. Triangulasi Metode Pengumpulan Data.............................. 25

Gambar 3. Komponen dalam Analisa Data............................................. 26

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Jadwal Penelitian.................................................................. 56

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Mahasiswa........................................ 57

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Dosen. .................................................... 58

Lampiran 4 Transkrip dan Analisa Diskusi Kelompok Terfokus........... 59

Lampiran 5. Transkrip dan Analisa Hasil Wawancara .................................. 65

Lampiran 6. Hasil Observasi Pembelajaran Skill Laboratory ....................... 75

Lampiran 7. Hasil Studi Dokumentasi Skill Laboratory.yang


commit to user
Berkaitan dengan Pembelajaran Ketrampilan Perawatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Luka .......................................................................................... 79

ABSTRAK

Meity Mulya Susanti, S540809313, 2010. Implementasi Pembelajaran Skill


Laboratory (Studi Kasus di Program Studi D-III Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan An-Nur Purwodadi). Tesis : Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret, Surakarta Komisi Pembimbing : 1. Prof. Dr. Didik
Tamtomo, dr., PAK., MM., M.Kes 2. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd
Tujuan : untuk menganalisis implementasi pembelajaran skill laboratory di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan An-Nur Purwodadi, dilihat dari perencanaan,
pelaksanaan pembelajaran maupun evaluasi pembelajaran
Metode : deskriptif kualitatif. Pengambilan data dengan cara diskusi kelompok
terfokus, wawancara mendalam, observasi lapangan dan analisis dokumen. Teknik
yang digunakan untuk memeriksa validitas dan reliabilitas data dengan triangulasi
yaitu membandingkan data dari satu narasumber dengan narasumber lain. Data
yang diperoleh dari narasumber juga dibandingkan dengan data yang diperoleh
dari observasi dan studi dokumen. Analisa data dilakukan dengan reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil : (1) Pengelola skill laboratory telah menyiapkan jadwal pembelajaran,
buku pedoman praktikum belum disiapkan, mahasiswa hanya mendapat Standar
Operasional Prosedur (SOP) dan Tools penilaian secara terpisah-pisah, Instruktur
yang kompeten di bidangnya, belum tersedianya manekin khusus untuk perawatan
luka, tetapi instruktur sudah berusaha memodifikasi. (2) Pelaksanaan
pembelajaran skill laboratory dibagi dalam tiga sesi yaitu terbimbing, mandiri dan
responsi. Di awal sesi terbimbing, instruktur mengecek kesiapan mahasiswa,
menjelaskan materi dan mendemcoonmsm traitsitkoaunsekretrampilan perawatan luka. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sesi mandiri mahasiswa berlatih sendiri tanpa didampingi instruktur, sebagian


mahasiswa kurang motivasi. Saat responsi mahasiswa mempraktikan ketrampilan
perawatan luka dihadapan instruktur kemudian diberi feedback. (3) Evaluasi
pembelajaran dengan uji OSCE (Objective Structure Clinical Examination). Hasil
evaluasi menunjukkan mahasiswa kompeten.
Kesimpulan : Program Studi D-III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
An-Nur Purwodadi telah melaksanakan pembelajaran skill laboratory dengan baik
dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Kata kunci : skill laboratory, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi

ABSTRACT

Meity Mulya Susanti, S540809313, 2010. The Implementation of Skill


Laboratory (Case Study in Nursing Diploma Program Study STIKES An-
Nur Purwodadi. Tesis : Post Graduate Program of Sebelas Maret University,
Surakarta. The Commision is supervising : 1. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr.,
PAK., MM., M.Kes 2. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd
Object : aimed to analyze the skill laboratory implementation in STIKES An-Nur
Purwodadi, starting from the planning, implementation of learning and evaluation
of learning.
Method : descriptive qualitative, Intake of data by focus group discussion, indept
interview, field observation and document study. To obtained a valid and reliable
data, done by triangulasi that is by comparing data from one speaker with other
speaker. Data obtained from speaker also compared with data obtained from
observation and document study. Analyse data done bay data reduction, data
presentation and tahan conclusion.
Result : (1) organizer skill laboratory have prepared study schedule, practice
guidance book didt prepare yet, instructor which competence in his area, students
given Operational Procedure Standart and Evaluation Tools disseparation. (2).
Implemntation of skill laboratory divided into three session that is terbimbing,
mandiri and renponces. Early session of terbimbing by a instructor check the
readiness of student, explaining and demonstrated items. At mandiri session
student exercise by them self without consorted by instructor. A part of student
less motivate. Respoces session student practice skill in front of instructor and
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

later then given feedback. (3) Evaluate with OSCE (Objective Structure Clinical
Examination). Result of evaluation show student have competence.
Conclusion : Nursing Diploma Program Study STIKES An-Nur Purwodadi has
carried out laboratory with good learning skills from the planning, implementation
and evaluation.

Key word : skill laboratory, planning, implementation, evaluation.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk menjadi tenaga kesehatan yang profesional, diperlukan

kemampuan yang komprehensif yang meliputi tiga ranah, yaitu kognitif,

afektif dan psikomotor. Para pengguna lulusan tenaga kesehatan saat ini lebih

selektif dalam menerima pegawai karena menginginkan peningkatan mutu

pelayanan. Hal ini dikarenakan masyarakat saat ini menginginkan pelayanan

yang lebih nyaman, cepat dan akurat serta memuaskan. Di antara tiga ranah

tersebut, Haryati (2008) mengatakan bahwa masih ada keluhan dari

konsumen yang dirasakan oleh pengguna jasa tentang sikap maupun

ketrampilan tenaga kesehatan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Saat ini pemerintah telah membuat peraturan yang mengharuskan setiap

tenaga kesehatan yang ingin mendapatkan ijin praktik harus memiliki

sertifikat kompetensi yang diperoleh setelah lulus uji kompetensi. Dengan

adanya ujian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang pengetahuan,

sikap dan ketrampilan tenaga kesehatan, sehingga nantinya akan terjamin dan

terstandar secara nasional (Handri, 2009). Hal ini membuat institusi

pendidikan kesehatan harus bekerja keras menyiapkan mahasiswanya agar

tidak gagal dalam menempuh ujian kompetensi.

Pengelolaan pembelajaran praktik ketrampilan antar institusi pendidikan

kesehatan berbeda-beda. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran praktik

dibutuhkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang lebih banyak

dari pada pembelajaran dengan cara ceramah. Masalah yang dihadapi

diantaranya keterbatasan jumlah instruktur yang kompeten dalam ketrampilan

yang diajarkan, belum adanya buku standar Operasional Prosedur dalam

melakukan tindakan, terbatasnya jumlah alat bantu praktik, jumlah ruangan

dan lain sebagainya.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) AN-NUR Purwodadi sebagai

sebuah institusi pendidikan khususnya prodi D-III Keperawatan, melakukan

pembelajaran skill laboratory sejak dini untuk menyiapkan mahasiswa agar

kompeten dibidang keperawatan. Skill laboratory merupakan suatu kegiatan

pelatihan ketrampilan bagi mahasiswa di laboratorium dengan tujuan

menyiapkan mahasiswa agar siap dengan ketrampilan-ketrampilan di klinik

(Agni, 2000). Sebagai lembaga pendidikan yang baru empat tahun konversi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menjadi sekolah tinggi, tentu pengelola skill laboratory menghadapi kendala

yang tidak sedikit. Berdasarkan wawancara awal didapatkan beberapa

kendala dalam mempersiapkan kegiatan skill laboratory, melaksanakan

maupun mengevaluasi kemampuan mahasiswa. Untuk itu pengelola skill

laboratory harus berupaya seoptimal mungkin sehingga skill laboratory tetap

dapat berjalan.

Saat ini belum pernah dilakukan penelitian tentang pelaksanaan skill

laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi. Berdasarkan latar belakang

tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam tentang

pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan instruktur ketika akan

memberikan pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR

Purwodadi ?

2. Bagaimana instruktur melaksanakan pembelajaran skill laboratory di

STIKES AN-NUR Purwodadi ?

3. Bagaimana instruktur mengevaluasi kemampuan mahasiswa setelah

pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi ?

4. Bagaimana dengan kendala yang ditemukan dalam pembelajaran skill

laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi dan bagaimana cara

mengatasinya ?

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis implementasi pembelajaran skill laboratory di

STIKES AN-NUR Purwodadi

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis bagaimana perencanaan yang dilakukan instruktur

ketika akan memberikan pembelajaran skill laboratory di STIKES

AN-NUR Purwodadi

b. Menganalisis bagaimana instruktur melaksanakan pembelajaran skill

laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi

c. Menganalisis bagaimana cara instruktur mengevaluasi kemampuan

mahasiswa setelah pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR

Purwodadi

d. Menganalisis kendala kendala yang ditemukan dalam pembelajaran

skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi dan bagaimana cara

mengatasinya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara Teoritis

Hasil penelitian bermanfaat bagi mahasiswa agar dapat menyesuaikan diri

dalam mengikuti pembelajaran skill laboratory yang tepat

2. Manfaat secara Praktis


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi institusi

STIKES AN-NUR Purwodadi sebagai informasi yang berguna untuk

meningkatkan kualitas pendidikan melalui inovasi metode

pembelajaran terutama pembelajaran skill laboratory sehingga bisa

menghasilkan perawat yang profesional

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi institusi

pendidikan tenaga kesehatan lainnya yang ingin melaksanakan

metode pembelajaran skill laboratory.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Pembelajaran

a. Pengertian

Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan mahasiswa.

Dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan,

mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode didasarkan pada

kondisi pengajaran yang ada. Itulah sebabnya dalam belajar,

mahasiswa tidak hanya berinteraksi dengan dosen sebagai salah satu

sumber belajar, tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber

belajar (Uno, 2007).

Menurut Slameto (1995) belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Cronbach

dalam Achmad (2007) mendefinisikan belajar sebagai proses

pengubahan tingkah laku yang relative permanen sebagai hasil dari

latihan atau pengalaman.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Achmad (2007) menyimpulkan bahwa belajar merupakan

proses siswa membangun gagasan atau pemahaman sendiri untuk

berbuat, berfikir, berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi

tanpa hambatan dosen, baik melalui pengalaman mental, pengalaman

fisik maupun pengalaman sosial.

Menurut Bloom dalam Asnaldi (2008) perubahan sebagai

hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga ranah, yaitu kognitif,

afektif dan psikomotor.

Ciri-ciri belajar menurut Miarso (2009) meliputi

bertambahnya jumlah pengetahuan, mempunyai kemampuan

mengingat, menerapkan pengetahuan, menyimpulkan makna,

menafsirkan dan mengkaitkan dengan realitas dan berubah menjadi

pribadi baru. Belajar bukan sekedar menerima informasi dari orang

lain tentang apa yang ingin diketahuinya. Dalam belajar diperlukan

motivasi yang tinggi, semangat untuk belajar secara mandiri dan

suasana yang mendukung (Harsono, 2004).

b. Perencanaan Pembelajaran

Uno ( 2006) menjelaskan bahwa perencanaan pembelajaran

harus dilakukan agar dapat dihasilkan pembelajaran yang lebih baik.

Sebagai sasaran akhir dari perencanaan pembelajaran adalah

mudahnya mahasiswa untuk belajar. Di dalam melakukan

perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pembelajaran. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah

penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan.

Ibrahim dalam Syaodih (2003) menjelaskan bahwa dalam

menyusun perencanaan program pengajaran harus memperhatikan

kurikulum yang didalamnya terdapat Garis-Garis Besar Program

Pengajaran (GBPP). Di samping itu juga perlu memperhatikan sarana

dan prasarana institusi, kemampuan dan perkembangan mahasiswa

serta keadaan dosen.

c. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik

yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan

dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang

diharapkan (Uno, 2007).

Ibrahim dan Syaodih (2003) menjelaskan tujuan pembelajaran

sebagai perilaku hasil belajar yang diharapkan dapat dimiliki

mahasiswa setelah menempuh proses belajar mengajar. Pada waktu

yang lalu tujuan pembelajaran diartikan sebagai suatu proses yang

dilakukan oleh dosen, sedangkan dewasa ini tujuan pembelajaran

lebih diartikan sebagai suatu produk atau hasil yang dicapai oleh

mahasiswa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Taksonomi tujuan pembelajaran kawasan psikomotor menurut

Uno (2006) dapat dibuat berjenjang dari yang paling sederhana yaitu

persepsi yang berkenaan dengan penggunaan indera dalam melakukan

kegiatan, seperti mengenal kerusakan mesin dari suaranya hingga

tingkatan yang tinggi yaitu originasi yang berkaitan dengan

kemampuan penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan

situasi atau masalah tertentu. Originasi hanya dapat dilakukan oleh

orang yang sudah mempunyai ketrampilan tinggi.

d. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Slameto (1995) menyebutkan secara garis besar faktor yang

mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu

faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada

dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi jasmaniah,

psikologis dan kelelahan. Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar

individu, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

2. Evaluasi Pembelajaran

a. Pengertian

Evaluasi pembelajaran adalah pengumpulan kenyataan secara

sistimatis untuk menetapkan apakah dalam kenyataan terjadi

perubahan dalam diri mahasiswa dan menetapkan sejauh mana tingkat

perubahan dalam pribadi mahasiswa (Daryanto, 2007)

Purwanto (2008) mendefinisikan evaluasi pembelajaran

sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keputusan sampai sejauh mana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh

mahasiswa.

Evaluasi proses belajar mengajar dari sudut pandang evaluasi

manajerial merupakan suatu langkah sangat strategis dalam proses

belajar mengajar, karena evaluasi merupakan suatu upaya untuk

melakukan perbaikan mutu pembelajaran. Sedang penilaian

keberhasilan belajar adalah suatu usaha untuk mengetahui seberapa

jauh tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya telah dapat

dicapai (Taufiqurrahman, 2008).

Dalam evaluasi hasil belajar, sering ditemukan istilah

mengukur dan menilai. Uno (2006) membedakan antara mengukur

dan menilai. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan alat

ukur tertentu dan bersifat kuantitatif. Menilai adalah mengambil

keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran subyektif dan bersifat

kualitatif.

b. Manfaat Evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus

dilakukan oleh seorang dosen dalam kegiatan pembelajaran. Dengan

penilaian, dosen akan mengetahui perkembangan hasil belajar,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan

kepribadian peserta didik (Kiranawati, 2008).

Daryanto (2007) menjelaskan manfaat evaluasi bagi

mahasiswa maupun dosen sebagai berikut : bagi mahasiswa jika

hasilnya memuaskan akan memotivasi mahasiswa untuk belajar lebih

giat sehingga mendapat hasil yang lebih memuaskan lagi, tetapi jika

hasilnya tidak memuaskan, mahasiswa akan berusaha agar lain kali

tidak terulang lagi. Namun ada juga beberapa mahasiswa yang lemah

kemauannya, sehingga menjadi putus asa. Manfaat evaluasi bagi

dosen dapat mengetahui mahasiswa mana yang berhak melanjutkan

pelajarannya karena sudah menguasai bahan dan mahasiswa mana

yang belum sehingga membutuhkan perhatian lebih. Dosen juga dapat

mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat sehingga untuk

memberikan pengajaran di waktu yang akan datang tidak perlu

dilakukan perubahan. Bagi institusi dapat mengetahui kondisi belajar

yang diciptakan oleh institusi sudah sesuai dengan harapan atau

belum. Hasil belajar merupakan cerminan kualitas suatu institusi.

Institusi juga mengetahui tepat tidaknya kurikulum untuk institusi itu.

Institusi juga bisa mengetahui apakah sudah memenuhi standar akan

terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh mahasiswa.

Kiranawati (2008) menjelaskan bahwa dalam konteks

pelaksanaan pendidikan mahasiswa, evaluasi memiliki beberapa

tujuan, antara lain : a) Untuk mengetahui kemajuan belajar mahasiswa


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

b) Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran, c) Untuk

mengetahui kedudukan mahasiswa dalam kelompoknya, d) Untuk

memperoleh masukan atau umpan balik bagi dosen dan mahasiswa

dalam rangka perbaikan.

Menurut Purwanto (2008) evaluasi dapat memberi manfaat :

a) Bagi Dosen sebagai dasar untuk memperbaiki proses mengajar. b)

Menentukan hasil belajar mahasiswa, c) Menempatkan mahasiswa

sesuai dengan tingkat kemampuan atau karakteristik lainnya yang

dimiliki mahasiswa, d) Mengenal latar belakang psikologis, fisik, dan

lingkungan mahasiswa, terutama yang mengalami kesulitan belajar,

agar dapat dilakukan perbaikan dan pembimbingan.

3. Laboratorium Ketrampilan (skill laboratory)

a. Pengertian

Menurut Nursalam dan Efendi (2008) laboratorium adalah

tempat dimana peserta didik mempergunakan pendekatan pemecahan

masalah untuk mengembangkan berbagai teknik dalam mengontrol

lingkungan belajar.

Nurini, dkk (2002) menjelaskan bahwa laboratorium

ketrampilan medik/skill laboratory merupakan suatu fasilitas tempat

mahasiswa dapat berlatih ketrampilan-ketrampilan medik yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mereka perlukan dalam situasi latihan di laboratorium, bukan dalam

suasana kontak antara perawat-pasien di rumah sakit.

skill laboratory merupakan suatu kegiatan di laboratorium di

mana mahasiswa diajarkan ketrampilan klinik. Kegiatan di skill

laboratory bertujuan menunjang pencapaian kompetensi klinis.

skill laboratory merupakan wahana bagi mahasiswa untuk

belajar ketrampilan klinis yang mereka perlukan dengan setting seperti

antara perawat-pasien namun dilakukan dalam suasana latihan.

Pembelajaran di skill laboratory bukan dimaksudkan untuk

menggantikan praktik klinik, tetapi menyiapkan mahasiswa agar lebih

siap ketika melaksanakan asuhan keperawatan secara nyata di tatanan

klinik. (Mahmud, 2006)

Dalam skill laboratory mahasiswa dilatih berbagai macam

ketrampilan keperawatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi

pasien yang unik sehingga nantinya mahasiswa benar-benar siap

dalam menghadapi pasien.

Sarana pendidikan dalam skill laboratory dapat berupa: alat-

alat kedokteran, setting, alat bantu audio visual, model (manikin),

pasien simulasi, puskesmas, rumah sakit dan masyarakat. (Nurini,

dkk, 2002)

b. Pembelajaran skils laboratory

Lulusan pendidikan tinggi kesehatan dituntut memiliki sikap

dan kemampuan professional yang diperoleh sebagai hasil dari


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penerapan kurikulum pendidikan melalui berbagai bentuk pengalaman

belajar, diantaranya adalah Pengalaman Belajar Praktik (PBP). PBP

merupakan proses pembelajaran di laboratorium dalam rangka

memperkuat teori-teori/pengetahuan yang didapat dari pengalaman

belajar lain. Strategi pembelajaran praktikum merupakan

pengintegrasian antara teori/pengetahuan dasar professional, sehingga

dalam pelaksanaannya dikelola secara terintegrasi (Nursalam dan

Efendi, 2008).

Pembelajaran praktik sebagai salah satu strategi pembelajaran

perlu mendapat perhatian yang serius karena dapat membelajarkan

aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara bersama (Zainuddin,

2001).

Sumintono (2008) menyebutkan hasil yang dapat diperoleh

dari kegiatan praktik laboratorium yaitu : mengajarkan ketrampilan

manual dan observasi yang berhubungan dengan subyek,

meningkatkan pemahaman metode penelaahan ilmiah,

mengembangkan ketrampilan dalam pemecahan masalah dan

mengembangkan tingkah laku professional.

Gagne dalam Nursalam dan Efendi (2008) menyatakan bahwa

kondisi untuk mempelajari ketrampilan memerlukan petunjuk dari

pengajar agar peserta didik tahu apa yang harus mereka lakukan, tahu

bagaimana melakukan tindakan dan latihan ketrampilan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Slamento (1995) mengatakan pembimbing diharapkan mampu

: mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu maupun

kelompok, memberikan penerangan kepada peserta didik mengenai

hal-hal yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, memberikan

kesempatan yang memadai agar setiap peserta didik dapat belajar

sesuai dengan kemampuan pribadinya, membantu setiap peserta didik

dalam masalah-masalah pribadi, menilai keberhasilan setiap langkah

kegiatan yang telah dilakukan.

Dalam kaitannya dengan tujuan belajar, menurut Balendong

(1999) terdapat beberapa tingkatan kinerja suatu pelatihan ketrampilan

yaitu yang pertama tingkat awal (skill acquisision), merupakan tingkat

pertama dalam mempelajari ketrampilan klinik baru. Bantuan dan

pengawasan diperlukan untuk memperoleh kinerja yang benar. Kedua

tingkat mampu (skill competency), merupakan tingkat menengah

dalam mempelajari ketrampilan klinik baru. Mahasiswa sudah dapat

melakukan langkah-langkah dan urutannya dengan memuaskan, tetapi

belum efisien. Ketiga adalah tingkat mahir (skill profiency),

merupakan tingkat akhir dalam mempelajari ketrampilan klinik baru.

Mahasiswa sudah dapat melakukan langkah-langkah dan urutannya

dengan memuaskan dan efisien.

Tujuan pembelajaran skill laboratory adalah untuk

menyamakan pebelajaran dan evaluasi ketrampilan klinik dengan

menggunakan alat penilaian yang sama bagi semua mahasiswa,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

meningkatkan sikap mahasiswa dalam memberi pelayanan pada

pasien (Mahmoud, 2006).

c. Proses Bimbingan

Proses bimbingan ketrampilan menurut Balendong (1999)

dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu tahap pertama dengan cara

mendemonstrasikan ketrampilan klinik meliputi menjelaskan

ketrampilan yang akan dipelajari, menggunakan video atau slide,

menunjukkan ketrampilan yang akan dipelajari, memperagakan

ketrampilan pada model anatomic (simulasi). Tahap kedua praktik

oleh mahasiswa di bawahpengawasan dosen pada model pasien.

Dilakukan dengan cara mahasiswa mempraktikan ketrampilan pada

model/simulasi/role play. Dosen sebagai pembimbing meninjau ulang

praktik, Mahasiswa diberikan umpan balik yang konstruktif. Tahap

ketiga evaluasi kompetensi/ketrampilan mahasiswa oleh dosen. Tahap

ini dilakukan dengan cara menilai setiap ketrampilan mahasiswa pada

model menggunakan check list yang telah dibuat dan praktik pada

pasien di bawah pengawasan pembimbing, setelah kompeten pada

model.

Disamping belajar secara terbimbing, mahasiswa juga harus

belajar aktif secara mandiri. Hal ini sesuai dengan ciri pembelajaran

pada orang dewasa. Belajar aktif secara mandiri akan menimbulkan

kegembiraan pada mahasiswa, membentuk suasana belajar tanpa


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

stress atau tertekan, dan memungkinkan tercapainya tujuan belajar

yang telah ditetapkan (Mudjiman, 2007).

Proses pembelajaran praktikum menurut Nursalam dan Efendi

(2008) dilakukan melalui tiga tahapan yaitu : 1). Persiapan rancangan

pembelajaran meliputi :perencanaan pembelajaran yang dapat

memenuhi kebutuhan peserta didik, sumber yang sesuai dengan

jumlah peserta, mencoba peralatan, merancang lay out, merencanakan

ruang praktikum, membuat makalah, pengaturan tempat duduk. 2).

Penerapan berbagai metode pembelajaran laboratorium meliputi :

demonstrasi, simulasi, eksperimen. 3). Evaluasi pencapaian tujuan

pembelajaran praktikum dan kemampuan peserta didik.

Dalam pembelajaran skill laboratory diperlukan instruktur.

Instruktur merupakan tenaga mahir pada bidang ketrampilan

keperawatan tertentu yang melatih ketrampilan keperawatan kepada

mahasiswa (Nurini, dkk, 2002).

Instruktur pembelajaran praktik mempunyai beberapa

tanggungjawab. Menurut Freiberg dan Driscoll (1996) pada tahap

perencanaan, instruktur berperan sebagai manager. Peran ini

dilakukan dalam hal membuat rancangan kegiatan pembelajaran.

Zainuddin (2001) menambahkan bahwa dalam rancangan

pembelajaran tersebut tujuan instruksionalnya harus jelas, isi dan

urutan kegiatan terarah, relevan dengan tuntutan tugas profesi, dan

dirancang agar mahasiswa tidak mudah bosan. Pada tahap


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pelaksanaan pembelajaran, instruktur berperan sebagai fasilitator dan

motivator. Fasilitator yaitu menjadikan pelajaran lebih mudah,

memberi penjelasan tentang strategi, aturan, prosedur, mekanik dan

peran. Peran sebagai motivator diperlukan karena mahasiswa kadang

mengalami ketakutan ketika melakukan simulasi. Pada tahap evaluasi,

peran sebagai evaluator dilakukan untuk menilai keberhasilan

pembelajaran.

Proses pembelajaran skill laboratory menurut Nurini, dkk

(2002) bisa dilakukan dengan cara ; 1) Mahasiswa sebelum praktik

mempelajari teori yang berkaitan dengan ketrampilan yang akan

dipelajari dan melihat demonstrasi yang diperagakan oleh instruktur

atau melihat audio visual. 2) Mahasiswa berlatih dengan temannya

mengenai prosedur yang sederhana dan tidak menimbulkan resiko. 3)

Beberapa ketrampilan dilakukan pada manekin misalnya pemasangan

kateter, pemasangan NGT, dan lain-lain. 4) Pada tingkat yang lebih

lanjut dapat dilakukan pada pasien simulasi yang telah didik

sebelumnya. 5) Apabila memungkinkan mahasiswa dapat dihadapkan

pada pasien dengan keadaan yang tidak beresiko.

d. Evaluasi Skill Laboratory

Penilaian aspek ketrampilan lebih rumit dan subyektif bila

dibandingkan dengan penilaian dalam aspek kognitif. Hal ini

dikarenakan penilaian ketrampilan memerlukan teknik pengamatan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dengan keterandalan yang tinggi terhadap dimensi yang akan diukur.

Bila tidak demikian maka unsur subyektivitas menjadi sangat dominan

(Taufiqurrahman, 2008).

Arikunto (1995) menjelaskan bahwa pengukuran ranah

psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa

penampilan. Namun demikian pengukuran ranah ini disatukan atau

dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. Instrumen yang

digunakan untuk mengukur ketrampilan biasanya berupa matrik.

Bagian matrik yang ke bawah menyatakan perperincian aspek ( bagian

ketrampilan) yang akan di ukur, ke kanan menunjukkan besarnya skor

yang dapat dicapai.

Yanti dan Pertiwi (2008) menyatakan bahwa untuk menilai

kompetensi klinik mahasiswa kesehatan, metode OSCA atau OSCE

(Objective Structure Clinical Examination) saat ini merupakan suatu

pilihan terbaik. Dikatakan objektive karena menggunakan tes objektif

dengan seting nyata yang dihadapi dalam praktik klinik. Structure

berarti menggunakan struktur tertentu secara konsisten dalam

menyusun tes OSCE. Sedang Clinical Examination berarti yang dites

adalah ketrampilan yang terkait dengan manajemen pasien klinik.

Keunggulan metode OSCE adalah lebih valid, reliable dan objektif di

banding uji lisan, bisa melakukan evaluasi dengan jumlah peserta

yang lebih banyak dalam waktu yang lebih pendek serta serentak,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menguji ketrampilan yang lebih luas dan semua peserta diuji dengan

instrument yang sama.

Evaluasi hasil belajar dalam pembelajaran ketrampilan lazimya

melalui observasi langsung dengan menggunakan daftar cek (check

list), skala nilai (rating scale). Teknik observasi langsung memiliki

keuntungan dapat memberikan umpan balik kepada mahasiswa dan

pengajar. Namun teknik ini juga memiliki kelemahan diantaranya : a)

pengamatan sesaat tidak akan mencerminkan perilaku keseluruhan

mahasiswa. b) Subyektivitas pengamat berpengaruh terhadap hasil

penilaian. Penilaian langsung akan lebih baik bila dilengkapi dengan

observasi tak langsung melalui uji lisan atau kuesioner

(Taufiqurrahman, 2008).

Purwanto (2008) juga menjelaskan bahwa observasi merupakan

metode untuk menganalisis dan mengadakan pencatatan secara

sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati

individu/kelompok secara langsung. Cara tersebut dilakukan dengan

pengamatan tentang apa yang benar-benar dilakukan individu dan

membuat pencatatan-pencatatan secara objektif mengenai apa yang di

amati.

Yanti dan Pertiwi ( 2008) menjelaskan bahwa pelaksanaan

penilaian ujian OSCE meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap

yang dituangkan dalam stasion-stasion. Kelulusan OSCE didasarkan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pada kelulusan tiap stasion. Mahasiswa yang tidak lulus diberi

kesempatan mengikuti ujian ulang pada stasion yang tidak lulus.

Evaluasi pembelajaran skill laboratory dilakukan untuk menguji

berbagai ketrampilan yang telah diajarkan dan mengetahui latar

belakang pengetahuan yang mendasari ketrampilan tersebut.

Mahasiswa yang tidak lulus ujian skill laboratory, tidak

diperkenankan melaksanakan pembelajaran praktik klinik (Mahmoud,

2009).

B. PENELITIAN YANG TERKAIT

Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Yuningsih (2008) dengan

judul Analisis pembelajaran Laboratorium Keperawatan di AKPER PKU

Muhammadyah Surakarta. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada

lokasi penelitian beserta karakteristik peserta didik, metode pembelajaran,

kurikulum dan kompetensi, instruktur, sarana dan prasarana. Penelitian

lainnya pernah dilakukan oleh Erindra Budi C (2009) dengan judul

Implementasi Pembelajaran skill lab di Fakultas Kedokteran UNS.

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada pendidikan di Fakultas

Kedokteran UNS bersifat akademik dan profesi, sedangkan penelitian ini

pendidikan diploma bersifat vokasional.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. KERANGKA BERFIKIR

PROSES

Skills Lab :
Perencanaan
INPUT
Pelaksanaan
Mahasiswa Evaluasi
Instruktur OUTPUT
Sarana dan Diskusi tutorial
Hasil Belajar
Prasarana
Kuliah
Kurikulum
dan Materi Kuliah
pengantar
Kuliah
Penunjang
Kuliah blok
Keterangan

: diteliti

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan desain studi

kasus terpancang tunggal. Pemilihan metode kualitatif dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk lebih menggali data dan informasi mengenai proses

pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi, sehingga

diperoleh data yang lebih mendalam.

Dalam penelitian ini permasalah dan fokus penelitian akan ditentukan

sebelumnya. Peneliti akan mengambil satu topik ketrampilan agar jawaban

informan lebih terfokus. Ketrampilan yang dipilih adalah perawatan luka.

B. Lokasi dan Pelaksanaan Penelitian

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penelitian ini dilaksanakan di STIKES AN-NUR Purwodadi khususnya

Prodi D-III Keperawatan, dengan mengambil waktu penelitian antara bulan

Agustus 2010 sampai Januari 2011.

C. Sumber Data

1. Informan

Pemilihan informan untuk wawancara mendalam akan digunakan teknik

sampling dengan kriteria tertentu (purposive sampling). Informan terdiri

dari enam orang mahasiswa yang telah melaksanakan pembelajaran

ketrampilan perawatan luka, satu orang pengelola skill laboratory dan

dua orang instruktur perawatan luka, dimana salah satunya adalah

koordinator instruktur sehingga akan mengetahui pembelajaran skill

laboratory mulai dari awal hingga akhir.

2. Tempat dan peristiwa

Penelitian ini dilaksanakan di Prodi D-III Keperawatan STIKES AN-NUR

Purwodadi.

3. Dokumen

Data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu :

a. Data primer yaitu data yang berasal dari informan dan hasil observasi

peneliti

b. Data sekunder yaitu data yang berasal dari arsip dan dokumen

mengenai pembelajaran skill laboratory di Prodi D-III Keperawatan

Semester III STIKES AN-NUR Purwodadi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Teknik dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data penelitian kualitatif, yaitu :

1. Wawancara Mendalam dan Diskusi Kelompok Terfokus

Wawancara secara mendalam dilakukan kepada informan yang

terdiri dari seorang pengelola skill laboratory dan dua orang instruktur

pengampu ketrampilan perawatan luka, sedang penggalian data pada

enam orang mahasiswa akan dilakukan dengan diskusi kelompok

terfokus. Peneliti menyiapkan pedoman wawancara yang akan mendapat

masukan dari empat instruktur skill laboratory di STIKES AN-NUR

Purwodadi, selain instruktur yang ditentukan sebagai informan.

2. Observasi Lapangan

Observasi dilakukan untuk melihat jalannya pembelajaran skill

laboratory secara langsung. Peneliti dengan salah seorang pengajar

STIKES AN-NUR Purwodadi terjun langsung untuk melihat pelaksanaan

pembelajaran skill laboratory pada topik perawatan luka.

3. Analisis Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi

dokumen merupakan pelengkap dari pengguna metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif (Basrowi dan Suwandi, 2008).

Analisis dokumen dilakukan terhadap dokumen-dokumen yang telah

dipilih, meliputi dokumen perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pembelajaran skill laboratory di Prodi D-III Keperawatan STIKES AN-

NUR Purwodadi.

E. Validitas dan Reliabilitas Data

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk memeriksa

validitas dan reliabilitas data dengan metode triangulasi yaitu mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa metode maupun sumber. Data yang

sama dikumpulkan bukan hanya dari satu informan saja, tetapi juga dari

informan yang lain. Data mengenai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pembelajaran skill laboratory dari sumber mahasiswa akan dibandingkan

dengan sumber dari instruktur maupun pengelolaskill laboratory.

Data yang diperoleh dari wawancara mendalam dan diskusi

kelompok terfokus, kemudian dibandingkan dengan data yang diperoleh dari

observasi, studi dokumen mengenai pelaksanaanskill laboratory, serta teori

tentang pembelajaranskill laboratory.

Skema triangulasi sumber data ditampilkan dalam gambar berikut :

Mahasiswa instruktur

Pengelola skills lab

Gb. 1. Triangulasi Sumber Data

Sedang skema triangulasi metode pengumpulan data ditampilkan dalam

gambar berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Wawacancara Studi dokumen

Observasi Teori

Gb. 2.Triangulasi Metode Pengumpulan Data

F. Tehnik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung hingga selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti melakukan analisis terhadap

jawaban informan. Bila data yang diperoleh dari informan, setelah dianalisis

dirasa kurang memuaskan, maka peneliti melanjutkan pertanyaan lagi sampai

tahap tertentu diperoleh data yang dianggap jenuh/lengkap.

Basrowi dan Suwandi (2008) mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya akan jenuh/lengkap. Aktivitas

dalam analisis data yang digunakan selama penilitian yaitu reduksi data,

penyajian dan kesimpulan, yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Penyajian data
pe Pengumpulan
data

Kesimpulan
Reduksi data

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gb.3. Komponen dalam Analisis Data

1. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan isi dari

catatan data yang diperoleh dari informan. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencarinya bila diperlukan.

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang

memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang

tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data

dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli.

Melalui diskusi itu maka wawasan peneliti berkembang, sehingga dapat

mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan (Basrowi dan Suwandi,

2008).

Selama melakukan reduksi data, peneliti melakukan diskusi

dengan beberapa instruktur skill laboratory sehingga diperoleh data yang

bermakna.

2. Penyajian Data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penyajian data disusun berdasarkan pokok-pokok yang terdapat

dalam reduksi data dan disajikan dalam bentuk narasi yang disusun secara

logis dan sistimatis. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk narasi, bagan, hubungan antar kategori, flowchart

dan sejenisnya (Maleong, 2008). Dalam hal ini peneliti menyajikan

dalam bentuk narasi.

3. Kesimpulan

Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data

berakhir. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal didukung dengan bukti-bukti, maka

kesimpulan yang dikemukakan (kesimpulan awal) merupakan kesimpulan

valid dan konsisten. Kesimpulan akhir yang dibuat oleh peneliti kemudian

diperiksa ulang oleh narasumber agar diperoleh kesimpulan yang valid

dan konsisten.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Struktur Organisasi STIKES ANNUR Purwodadi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) An-Nur Purwodadi

dipimpin oleh seorang Ketua dan dibantu oleh tiga orang Pembantu Ketua,

Yaitu Pembantu Ketua I Bidang Akademik, Pembantu Ketua II Bidang

Keuangan dan Kepegawaian dan Pembantu Ketua III Bidang

Kemahasiswaan. STIKES An-Nur Purwodadi memiliki tiga program Studi,

yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1), Program Studi D-III

Keperawatan dan Program Studi D-III Kebidanan. Masing-masing Program

Studi dipimpin oleh Ketua Program studi.

2. Skill laboratory STIKES ANNUR Purwodadi

Skill laboratory STIKES An-Nur Purwodadi dibawah pengawasan

Pembantu Ketua I. Untuk menjalankan kegiatan sehari-hari, Ketua STIKES

mengangkat Ketua Unit Pelaksana Teknis (Ka UPT) Lab sebagai pengelola

laboratorium berdasarkan Surat Keputusan Ketua STIKES No 038

/A/AN/STIKES/SK/VII/2008 Dalam merencanakan proses pembelajaran Ka

UPT Lab berkoordinasi dengan pengampu mata kuliah, sehingga


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pembelajaran skill laboratory berjalan efisien, sedangkan dalam

pelaksanaan skill laboratory, Ka UPT dibantu oleh petugas laboratorium,

yang tugasnya memfasilitasi peralatan yang akan dan sudah digunakan.

Selama menempuh Semester tiga, mahasiswa Prodi D-III

Keperawatan mempelajari 10 Ketrampilan dalam mata kuliah Keperawatan

Medikal Bedah II. Mahasiswa dibagi menjadi 10 kelompok, sehingga dalam

satu kelompok terdiri dari 7 8 mahasiswa. skill laboratory dilakukan satu

minggu 2 kali pertemuan

Kegiatan pembelajaran di skill laboratory di STIKES An-Nur Purwodadi

dilaksanakan sebagai berikut :

a. Peralatan yang akan digunakan untuk praktik disiapkan oleh mahasiswa

diketahui oleh petugas Laboratorium, kemudian mencatat di buku.

b. Pada kegiatan terbimbing instruktur menjelaskan berbagai aspek tentang

prosedur perawatan luka kemudian mendemonstrasikan

c. Setelah selesai kegiatan terbimbing, maka mahasiswa di beri

kesempatan untuk praktik mandiri, yaitu mahasiswa berlatih sendiri

tanpa didampingi instruktur. Kegiatan mandiri ini tidak dijadwalkan

khusus, tetapi mahasiswa mencari waktu dan ruang sendiri kemudian

koordinasi dengan pengelolaskill laboratory.

d. Setelah kegiatan mandiri selesai (tergantung dari masing-masing

mahasiswa), maka mahasiswa akan mengikuti kegiatan responsi

(Target). Dalam kegiatan responsi (target) tersebut, mahasiswa

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mendemonstrasikan ketrampilan perawatan luka di hadapan instruktur.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Jika terdapat tindakan yang kurang tepat, maka instruktur akan

memberikan masukan. Kemudian Instruktur akan membubuhkan tanda

tangan pada Lembar Kerja Target Ketrampilan yang dimiliki oleh

mahasiswa.

e. Di akhir semester dilakukan evaluasi pembelajaran dengan metode

OSCE (Objective Structure Clinical Examination)

B. Temuan Penelitian

1. Perencanaan Pembelajaran Skill Laboratory

a. Pengelola skill laboratory telah membuat rencana jadwal kegiatan

pembelajaran sebelum pelaksanaanskill laboratory.

Narasumber N1 mengatakan : Saya berkoordinasi dengan koordinator


skills lab, setelah jadwal dari masing-masing koordinator terkumpul
kemudian saya maping jadwal skills lab secara keseluruhan supaya
ruang laboratorium dan alat dapat digunakan secara efektif.

Topik ketrampilan Keperawatan Medikal Bedah (KMB II) ditempatkan

pada semester ketiga berdasarkan kurikulum yang ditetapkan oleh

Pembantu Ketua I Bidang Akademik dan Ketua Program Studi D-III

Keperawatan. Ketrampilan KMB II merupakan ketrampilan medikal

bedah yang harus dikuasai oleh mahasiswa pada semester ketiga. Ketua

Program Studi bersama Pembantu Ketua I Bidang Akademik

memetakan ketrampilan di setiap semester dengan mempertimbangkan

aspek kesukaran dan kompeksitas ketrampilan yang dipelajari.

Narasumber N2 mengatakan :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pemetaan ketrampilan disusun berdasarkan ketrampilan yang mudah


atau dasar ditempatkan di semester awal sedangkan ketrampilan yang
sulit dan komplek ditempatkan di semester berikutnya.
b. Sebelum praktikum dilaksanakan, mahasiswa belum mendapatkan buku

pedoman praktik secara keseluruhan tetapi hanya mendapatkan Standar

Operasional Prosedur (SOP) dan tools penilaian terkait dengan materi

yang akan diberikan.

Narasumber R1 : Sebelum praktik kami hanya diberi Tools penilaian,


itupun beberapa menit sebelum paktik baru diberikan instruktur, jadi
kami tidak sempat untuk mempelajarinya.

Narasumber N1 : Sementara kami baru bisa memberikan SOP dan


tools penilaian. Memang setiap instruktur bervariasi dalam distribusi
SOP dan Tools penilaian. Buku pedoman sedang proses penyusunan.
Mudah-mudahan semester yang akan datang buku pedoman sudah
dapat diberikan ke mahasiswa sebelum pelaksanaan skills lab
dilakukan.

Berdasarkan pernyataan narasumber N1 instruktur sudah memberikan

Tools penilaian terkait dengan ketrampilan yang dipraktikan walaupun

hanya berupa SOP dan tools penilaian saja, untuk buku pedoman belum

dapat direalisasikan karena saat ini masih dalam proses penyusunan.

c. Instruktur skill laboratory di pilih oleh koordinator mata kuliah dengan

mendapat masukan dari Ketua Program Studi D-III Keperawatan dan

Pembantu Ketua I Bidang Akademik. Narasumber N1 mengatakan :

Koordinator KMB II menunjuk dua orang instruktur untuk


ketrampilan perawatan luka berdasarkan pengalaman dan kompetensi
yang dimiliki oleh instruktur, kemudian diajukan kepada Ka Prodi dan
Pembantu ketua I untuk persetujuan.

Instruktur yang ditetapkan kemudian akan bersama-sama melakukan

persamaan persepsi tentang ketrampilan yang akan diajarkan kepada


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mahasiswa mulai dari SOP, Tools penilaian dan praktik

ketrampilannya, dengan tujuan skill laboratory yang diberikan kepada

setiap mahasiswa sama. Narasumber N2 :

Saya dan tim akan menyamakan persepsi dengan membahas SOP,


Tools penilaian dan melakukan praktik di laboratorium sebelum
mengajarkan kepada mahasiswa, sehingga skills lab yang akan
mahasiswa terima sama.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Skill Laboratory

a. Diawal pembelajaran praktik terbimbing, instruktur berusaha menarik

minat dan perhatian mahasiswa agar tertarik dan terfokus pada

ketrampilan yang akan dipelajari.

Narasumber R3 mengatakan : Saat kegiatan praktek terbimbing


instruktur melakukan pembukaan dulu kemudian menjelaskan
kompetensi yang ingin dicapai lalu mendemonstrasikan ketrampilan.

Narasumber N3 mengatakan : Kalau mahasiswa terlihat mengantuk


atau kurang perhatian, biasanya kami memberikan teguran dan
berusaha mendorong mereka untuk memperhatikan, dengan diberi
pertanyaan atau melakukan simulasi.

b. Pengelola skill laboratory mengalokasikan waktu 100 menit untuk

kegiatan praktik terbimbing. Waktu tersebut dirasakan cukup oleh

instruktur. Dalam waktu 100 menit tersebut, instruktur dapat

menjelaskan materi dengan baik. Alokasi waktu tersebut juga sudah

menghitung tingkat kelelahan instruktur maupun mahasiswa.

Narasumber N5: Waktu 100 menit cukup untuk memberikan


penjelasan tentang ketrampilan dan demonstrasi serta satu orang
mahasiswa redemonstrasi sebagai evaluasi sejauh mana pemahaman
mahasiswa terhadap ketrampilan yang baru diberikan, Cuma sampai
mahasiswa menjadi kompeten yang sesungguhnya kurang...ya paling
tidak bisa diobservasi m
coam
hamsiistwtoa ubsiesra sesuai dengan tools penilaian itu
dikatakan kompeten..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Saat kegiatan praktik mandiri mahasiswa mencoba sendiri tanpa

didampingi instruktur. Kegiatan praktik mandiri tidak dijadwalkan oleh

pengelolaskill laboratory, sehingga inisiatif mahasiswa untuk

menggunakan waktu dan ruang laboratorium. Bagi mahasiswa yang

aktif dan kreatif mereka akan melakukan kegiatan mandiri dengan

sungguh-sungguh tetapi bagi mahasiswa lainnya tidak menggunakan

waktu tersebut untuk berlatih.

Narasumber N3 mengatakan : Biasa Bu... bagi mahasiswa yang rajin


biasanya mereka latihan sendiri, tapi bagi yang lain hanya ngobrol,
ngerjakan tugas lain atau sms-an. Padahal kegiatan mandiri adalah
ajang latihan bagi mahasiswa. Nanti saat ujian akan kelihatan mana
yang terampil atau tidak !

Narasumber R6 mengatakan : Untuk mandiri sebenarnya waktunya


cukup panjang, Cuma kita kurang manfaatin waktu...berpikiran bisa,
mudah. He...he..termasuk saya.

d. Kegiatan responsi (Target) dilakukan dengan cara mahasiswa

mempraktikan ketrampilan dihadapan instruktur satu persatu, kemudian

instruktur memberikan feedback. Instruktur menentukan waktu 10

menit untuk menyelesaikan ketrampilan perawatan luka pada masing-

masing mahasiswa.

Narasumber R4 mengatakan : Kita mempersiapkan alat kemudian


masuk satu persatu lalu melakukan ketrampilan dihadapan instruktur
dengan waktu 10 menit, kalau ada kesalahan sedikit diberi masukan
lalu lembar responsi ditandatangani, tetapi kalau kesalahan fatal harus
mengulang lagi dari awal, kalau betul baru ditandatangani.

Kegiatan Responsi merupakan syarat mutlak mahasiswa untuk dapat

mengikuti Ujian AkhicromSmit etsoteurs.erSebelum Ujian Akhir Semester


em
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dilaksanakan mahasiswa diwajibkan mengumpulkan lembar responsi

yang meliputi 10 ketrampilan KMB II yang sudah ditandatangani oleh

instruktur masing-masing. Bagi mahasiswa yang belum mengumpulkan

Lembar Responsi tersebut belum berhak untuk mengikuti UAS.

Narasumber N5 mengatakan : Mahasiswa diwajibkan mengumpulkan


Lembar responsi yang sudah ditandatangani instruktur 3 hari sebelum
pelaksanaan UAS. Lembar Responsi yang sudah ditandatangani
instruktur menunjukkan bahwa mahasiswa telah mampu melakukan
ketrampilan tersebut.

3. Evaluasi Pembelajaran Skill Laboratory

a. Ujian ketrampilan perawatan luka dilakukan bersamaan dengan

ketrampilan lain yang diajarkan dalam satu semester dengan

menggunakan metode OSCE. Ujian dilaksanakan dengan cara

mahasiswa berpindah dari satu stasion ke stasion lainnya. Pada setiap

station mahasiswa diberikan waktu 7 menit. Perpindahan station

ditandai dengan bunyi bel satu kali. Pada ujian OSCE penguji menilai

ketrampilan mahasiswa dengan mengisi check list (Tools Perawatan

Luka) yang sama dengan check list saat kegiatan praktik terbimbing.

Kriteria penilaian dalam check list : bubuhkan tanda pada YA jika

mahasiswa melakukan item tersebut dan tanda pada TIDAK jika

mahasiswa tidak melakukan item tersebut. Penetuan kelulusan dengan

cara menjumlahkan bobot nilai yang mahasiswa peroleh. Nilai batas

lulus adalah 75. Jika mahasiswa mendapat nilai kurang dari 75, maka

diberi kesempatan untuk mengikuti uji ulang sesuai jadwal yang

ditetapkan. commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Narasumber N4 mengatakan : Evaluasi dilakukan dengan metode


OSCE. Biasanya kita menggunakan ruang AULA yang dibuat kamar-
kamar (station). Untuk ujian skills lab KMB ada 14 station yaitu 6
station kognitif, 6 station ketrampilan, 1 station absensi dan 1 station
istirahat. Masing-masing station diberi waktu 7 menit. Nanti teruji
masuk ke setiap station berpindah secara bergantian.Di station
ketrampilan penguji mengobservasi dan mengisi Tools penilaiannya.

Narasumber R6 mengatakan : Lulus tidaknya dapat langsung


diumumkan, kalau tidak lulus hanya mengulang di station yang gagal
saja.

b. Penilaian aspek kognitif dilakukan dengan soal tertulis berbentuk 5 soal

pilihan ganda . Nilai batas lulus 60.

Narasumber R3 mengatakan :Untuk teori KMB II dilakukan uji tulis


bersama dengan teori mata kuliah lain.

Narasumber R6 mengatakan : Kalau kognitif minimal betul 3 soal, itu


nilainya 60, tapi kalau ketrampilan minimal nilainya harus 75.

c. Jika mahasiswa tidak lulus ujian praktik maupun teori, mahasiswa

diberi kesempatan untuk mengikuti uji ulang sesuai jadwal yang

ditentukan, tetapi nilai maksimal yang diperoleh mahasiswa yang

mengulang adalah kognitif 60, ketrampilan 78.

Narasumber R2 mengatakan : Kalau nilainya kurang dari 60 dan 75


kan nggak lulus, itu harus remidi tetapi hanya station itu saja, tidak
mengulang 14 station lagi. Biasanya paling banyak remidi 2-3 station
aja.

Narasumber R5 mengatakan : Tapi kalau remidi nilainya beda. Kalau


ujian utama maksimal nilainya 100, tapi kalau remidi untuk kognitif
kalau betul semua nilainya Cuma 60, kalau ketrampilan nilainya 78.

d. Di akhir pembelajaran, kompetensi mahasiswa dapat melakukan

perawatan luka dengan tepat dapat dicapai. Hal ini dapat dilihat dari

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Rekapitulasi nilai Perawatan luka mahasiswa lulus dengan nilai B

atau A.

Narasumber 2 mengatakan : Nilai akhir KMB II adalah Nilai proses


pembelajaran (SGD, ISS-IT) 60 % ditambah dengan nilai UAS 40%.
Dilihat dari nilai batas lulus pada uji OSCE, maka rata-rata mahasiswa
mendapatkan nilai B atau A.

4. Kendala Pembelajaran Skill Laboratory

Dalam pembelajaran skill laboratory di Prodi D-III Keperawatan

STIKES ANNUR Purwodadi, peneliti juga mendapatkan data mengenai hal-

hal yang bisa menghambat pelaksanaan pembelajaran skill laboratory

khususnya perawatan luka. Kendala yang ditemukan adalah :

1. Perencanaan Pembelajaran Skill Laboratory

a. Tidak tersedianya manekin khusus untuk perawatan luka, sehingga alat

bantu yang digunakan instruktur adalah modifikasi yang instruktur buat

mendekati luka yang sebenarnya.

Narasumber N3 mengatakan :Manekin khusus untuk perawatan luka


tidak ada, sehingga kami membuat dari malam warna-warni sesuai
dengan bentuk luka, kemudian spoon untuk latihan menjahit (hecting)
dan mengangkat jahitan (Hecting-up).

Narasumber R1 mengatakan : Manekin nggak punya, jadi instruktur


membuat model luka dari malam warna warni dan obat merah, tapi
kelihatan kayak betulan.

b. Alat habis pakai (cairan peroksida, rivanol, larutan garam fisiologis,

kassa) yang kurang terkontrol penggunaannya, sehingga tidak efisien


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Narasumber R5 mengatakan :Saat persiapan alat habis pakai sering


kehabisan, jadi pakai seadanya saja.

Narasumber N1 mengatakan :Mahasiswa kalau menuangkan cairan


melebihi kebutuhan, akhirnya sisa dan dibuang, jadi persediaan cepat
habis

c. Sediaan obat yang up to date kurang diperhatikan sehingga mahasiswa

tidak mendapat gambaran yang up to date.

Narasumber N4 mengatakan :Obat-obatan untuk perawatan luka yang


ada di sentral alat hanya dasar (misal kasa, bethadin, rivanol, larutan
garam fisiologis) sedangkan obat/bahan yang saat ini digunakan di
klinik (sufratul, obat luka bakar, dressing) tidak tersedia, sehingga sulit
untuk memberi gambaran kepada mahasiswa.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Skill Laboratory

a. Instruktur tidak mengontrol kegiatan mandiri mahasiswa, karena

banyaknya tugas yang harus dilakukan, sehingga mahasiswa merasa

santai.

Narasumber N4 mengatakan : Kami mengakui tidak punya waktu


untuk mengontrol kegiatan mandiri mahasiswa, kami berfikir itu sudah
tanggungjawab mahasiswa sendiri.

Narasumber R1 mengatakan :Santai aja....lihat temen yang praktik


juga bisa, instruktur juga nggak ada!

b. Ruang laboratorium yang dimiliki terbatas, sehingga harus menunggu

jadwal paraktikum yang lain.

Narasumber N1 mengatakan :Ruangan laboratorium dasar ada 2


ruang, ruang perinatal dan keperawatan anak 1 ruang, ruang
keperawatan maternitas juga 1 ruang dengan jumlah 3 prodi dan
mahasiswa yang banyak, cukup sulit saya untuk membuat jadwal,
sehingga jadwal sangat cpoamdm
ati.t to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Beberapa mahasiswa belajar pada kakak senior tentang perawatan luka,

yang secara dasar kadang-kadang berbeda dengan apa yang sudah

diajarkan instruktur pada kegiatan terbimbing, karena kakak senior

berdasarkan pengalaman praktik klinik di rumah sakit.

Narasumber R5 mengatakan :Saat kegiatan mandiri, belajar dengan


kakak kelas, tetapi jadi bingung karena apa yang diajarkan berbeda
dengan instruktur, kata kakak kelas itu yang ada di rumah sakit.

3. Evaluasi Pembelajaran Skill Laboratory

a. Penguji memberi perlakuan yang berbeda pada mahasiswa saat ujian.

Ada penguji yang objektif terhadap apa yang dilakukan mahasiswa ,

tetapi ada juga yang subyektif.

Narasumber R3 mengatakan : Ada temen yang ujian banyak kesalahan


diluluskan, tetapi ada juga yang melakukannya sesuai dengan SOP tapi
ndak lulus, masalahnya pengujinya terima telepon, jadi ada beberapa
item yang tidak dinilai.

C. Pembahasan

1. Perencanaan Pembelajaran Skill Laboratory

Pengelola skill laboratory sebelum pelaksanaan skills lab dilakukan

sudah membuat jadwal kegiatan. Pengelola berkoordinasi dengan

koordinator skill laboratory KMB II dan koordinator skill laboratory

lainnya kemudian membuactojmadmwitatloseucsaerra keseluruhan. Ini bertujuan untuk


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penggunaan ruangan laboratorium secara efektif. skill laboratory yang

diajarkan pada semester pertama ini adalah kompetensi ketrampilan dasar

yang harus dikuasai mahasiswa pada semester awal menurut kurikulum

yang sudah ditetapkan oleh institusi. Pertimbangan penempatan

ketrampilan dari yang sederhana ke komplek. Hal ini sesuai dengan

pendapatUno (2006) yang mengatakan bahwa untuk memperoleh

pembelajaran yang berkualitas perlu diawali dengan perencanaan

pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran. Uno

(2006) juga berpendapat bahwa sebagai sasaran akhir dari perencanaan

desain pembelajaran adalah mudahnya mahasiswa untuk belajar. Didalam

melakukan perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel

pembelajaran. Dalam hal ini pengelola skill laboratory telah melakukan

koordinasi dengan pengampu mata ajar bersangkutan sehingga target

kompetensi yang harus mahasiswa kuasai tercapai.

Sebelum pembelajaran skill laboratory mahasiswa diberikan

Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Tools penilaian, dengan tujuan

mahasiswa dapat membaca dan mempelajari sehingga ada gambaran

tentang pembelajaran skill laboratory yang akan diajarkan. Namun SOP

dan Tools penilaian tersebut masih diberikan secara terpisah-pisah dan

tidak dibuat buku panduan, sehingga resiko hilang. Buku Panduan skill

laboratory di prodi D-III Keperawatan An-Nur Purwodadi sedang dalam

proses penyusunan. Buku Panduan ini sangat berguna bagi mahasiswa

dalam mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran skill laboratory


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang akan datang, karena buku panduan berisi dasar-dasar teori yang

berhubungan dengan ketrampilan yang akan dipelajari. Dengan diberikan

buku pedoman sebelum pelaksanaan akan memberikan gambaran kepada

mahasiswa tentang ketrampilan yang akan diberikan. Oleh sebab itu

pemberian buku panduan tersebut sebaiknya diberikan paling lambat 1

minggu sebelum pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasibuan

dan Mudjiono (2009) yang mengatakan bahwa petunjuk ketrampilan harus

diberikan terlebih dahulu sehingga mahasiswa dapat mempersiapkan diri.

Disamping itu Nurini, dkk (2002) mengatakan bahwa sebelum berlatih,

mahasiswa harus mempelajari dasar-dasar teori mengenai ketrampilan

yang akan dilatih.

Instruktur perawatan luka telah kompeten dalam melaksanakan

tugasnya. Karena mereka ditunjuk berdasarkan penguasaan teori dan

pengalaman tentang perawatan luka yang mereka miliki. Hal ini sesuai

dengan pendapat Gagne dalam Nursalam dan Efendi (2008) yang

mengatakan bahwa kondisi untuk mempelajari ketrampilan memerlukan

petunjuk dari pengajar agar peserta didik tahu apa yang harus mereka

lakukan, tahu bagaimana melakukan tindakan dan latihan ketrampilan.

Peran instruktur juga berpengaruh besar dalam kualitas buku pedoman

yang akan digunakan, sehingga alangkah lebih baik bila instruktur yang

berkompeten tersebut membuat buku pedoman. Menurut Zainudin (2001)

salah satu ciri dosen yang efektif dalam pembelajaran praktikum adalah

menyediakan modul/buku petunjuk praktikum. Buku pedoman praktik


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang sesuai standart akan memiliki aspek-aspek yang berkaitan dengan

rumusan tujuan pembelajaran yang jelas dan dapat diukur, pemilihan

metode, pemilihan pengalaman belajar, pemilihan bahan, peralatan dan

fasilitas belajar serta mempertimbangkan karakteristik peserta didik. Jika

buku pedoman tersebut disusun secara bersama dengan berbagai ahli yang

kompeten, tentu akan semakin meningkatkan kualitas buku pedoman

tersebut.

Instruktur perawatan luka telah kompeten dalam melaksanakan

tugasnya. Instruktur mampu memberikan penjelasan yang cukup

mendalam dan aplikatif tentang perawatan luka. Mahasiswa merasa

nyaman dan lebih mempunyai gambaran sesuai dengan kenyataan. Hal ini

sesuai dengan Nurini, dkk (2002) mengatakan bahwa instruktur adalah

tenaga mahir pada bidang ketrampilan tertentu yang melatih ketrampilan

kepada mahasiswa.

Instruktur juga mempunyai beberapa peran. Menurut Freiberg dan

Driscoll (1996) instruktur bisa berperan sebagai fasilitator, motivator,

manager dan evaluator. Fasilitator yaitu menjadikan pelajaran lebih

mudah, memberi penjelasan tentang strategi, aturan, prosedur, mekanik

dan peran. Fungsi instruktur sebagai motivator juga diperlukan karena

mahasiswa kadang mengalami ketakutan ketika melakukan simulasi.

Instruktur sebagai manager adalah membuat rancangan kegiatan

pembelajaran terhadap hal yang akan dilakukan selama pembelajaran. Hal

ini belum dilakukan sepenuhnya di Prodi D-III Keperawatan STIKES An-


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Nur Purwodadi dibuktikan dengan instruktur bukan hanya disiapkan

untuk menguasai ketrampilan tertentu tetapi juga tentang cara menjadi

instruktur yang baik, sebagai contoh instruktur memberikan SOP dan

Tools penilaian beberapa menit sebelum pembelajaran dimulai dan

kehadiran instruktur yang terkadang tidak tepat waktu.

Peralatan skill laboratory yang tidak tersedia misalnya manekin

khusus perawatan luka, merupakan kendala yang dihadapi di Prodi D-III

Keperawatan STIKES An-Nur Purwodadi. Fasilitas skill laboratory

sebagai sumber belajar dapat berupa peralatan kedokteran, ruangan, alat

bantu audio visual, model/manekin, pasien simulasi, pasien dengan

kondisi tertentu/penyakit tertentu yang stabil, pasien, puskesmas, rumah

sakit dan masyarakat (Nurini dkk, 2002). Alat praktik skill laboratory

bukanlah barang yang murah. Beberapa alat praktik yang harus disediakan

institusi pendidikan tenaga kesehatan harus dibeli dari luar negeri dengan

harga yang tidak murah, dan perawatan yang memadai, sehingga institusi

perlu pertimbangan untuk pengadaannya.Tetapi dengan kreativitas

instruktur yang ada alat peraga dapat dimodifikasi, dengan tujuan untuk

mempermudah mahasiswa dalam menerima pembelajaran. Menurut Abdul

Madjit (2008) model yang didesain dengan baik akan memberikan makna

yang hampir sama dengan benda Aslinya, maka peserta didik akan lebih

mudah dalam mempelajarinya.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Skill Laboratory


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Di awal pembelajaran instruktur menarik minat mahasiswa agar

terfokus pada ketrampilan yang akan dipelajari. Alat peraga yang

dimodifikasi instruktur sangat menarik mahasiswa karena sangat mirip

sekali dengan luka sebenarnya. Alat peraga yang digunakan adalah malam

warna warni dan obat merah. Instruktur membuat model-model luka yang

akan digunakan untuk pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Trini Prastati

dan Prasetya Irawan (2005) yang mengatakan media dapat

membangkitkan keingintahuan mahasiswa, merangsang mereka untuk

bereaksi terhadap penjelasan dosen, memungkinkan mereka menyentuh

objek kajian, membantu mereka mengkonkretkan sesuatu yang abstrak.

Saat lima menit pertama pembelajaran instruktur menyampaikan

pembukaan yaitu memberi salam, menyampaikan tujuan pembelajaran hari

ini dan apersepsi tentang kegiatan hari ini. Tindakan instruktur ini sudah

sesuai dengan pendapat dr Wina Sanjaya (2005) membuka pelajaran

adalah usaha yang dilakukan seorang guru untuk menciptakan prakondisi

bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman

belajar yang disanjikan sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang

diharapkan. Selama perhatian mahasiswa belum tertuju pada pelajaran,

sebaiknya instruktur tidak memulai pelajaran. Seperti pendapat Irfan

(2000) mengatakan bahwa siswa yang perhatiannya tidak terfokus pada

satu hal karena merasa tegang, gelisah, cemas dan tidak percaya diri akan

menjadi tidak siap dalam menerima stimulus. Siswa seperti ini akan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

cenderung pasif dalam proses belajar dan tidak dapat dengan mudah

memahami apa yang disampaikan.

Saat kegiatan terbimbing, instruktur menjelaskan materi dimulai

dari manfaat, indikasi, kontra indikasi kemudian alat yang digunakan

ditunjukkan satu persatu serta fungsinya untuk apa. Kemudian instruktur

mempraktikkan perawatan luka, hecting dan heckting up secara berturut-

turut. Selesai demonstrasi kemudian instruktur memberikan kesempatan

kepada mahasiswa untuk bertanya lalu diadakan diskusi. Setelah selesai

instruktur memberikan kesempatan kepada tiga orang mahasiswa untuk

mencoba ketrampilan perawatan luka, heckting dan hecting up secara

bergantian dan memberikan komentar apa yang dilakukan mahasiswa. Jika

saat ditawarkan tidak ada mahasiswa yang mau mencoba, maka instruktur

akan menunjuk secara acak. Metode yangdilakukan instruktur sesuai

dengan pendapat Nursalam dan Efendi (2008) dimana metode

pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran laboratorium meliputi

demonstrasi, simulasi dan eksperimen.

Zain (2002) berpendapat bahwa metode demonstrasi mempunyai

kelebihan, yaitu : perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang

dianggap penting, dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibanding

dengan hanya membaca atau mendengarkan keterangan guru, siswa

memperoleh pengalaman praktik untuk mengembangkan kecakapan dan

ketrampilan, masalah dapat dijawab waktu mengamati proses demonstrasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Disamping belajar secara terbimbing, mahasiswa juga harus aktif

secara mandiri. Hal ini sesuai dengan ciri pembelajaran orang dewasa

(Mudjiman, 2007). Saat kegiatan mandiri mahasiswa mencoba sendiri

tanpa didampingi instruktur. Walaupun tanpa didampingi instruktur,

sesuai dengan pendapat Zain (2002) anak didik yang menyenangi

pelajaran tetap akan mempelajari pelajaran tersebut dengan senang hati

tanpa paksaan sehingga akan memberi pemahaman yang maksimal.

Namun pada kenyataanya sebagian mahasiswa lebih memilih melakukan

kegiatan sendiri, seperti mengobrol atau mengerjakan tugas lain daripada

melakukan praktik perawatan luka secara mandiri. Pengawasan dari

instruktur ataupun pengelola lab terhadap kegiatan mandiri belum

terlaksana dengan maksimal, sehingga mahasiswa kurang termotivasi

untuk melakukan kegiatan mandiri. Terhadap kejadian ini Mudjiman

(2007) menyarankan agar motivasi mahasiswa perlu ditingkatkan dengan

cara menjelaskan kepada mahasiswa bahwa ketrampilan tersebut sangat

bermanfaat dan dibutuhkan ketika sudah bekerja, sehingga seringnya

melakukan latihan akan menambah penguasaan ketrampilan. Disamping

kurangnya motivasi dari mahasiswa, jadwal penggunaan ruang

laboratorium yang padat menyebabkan mahasiswa tidak memiliki waktu

untuk belajar skill laboratory secara mandiri. Oleh sebab itu penambahan

jumlah ruang juga sangat diperlukan apalagi ruang laboratorium yang

dimiliki oleh STIKES digunakan untuk tiga program studi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kegiatan yang ketiga adalah kegiatan responsi. Kegiatan ini

dilakukan dengan cara mahasiswa mempraktikan tindakan di hadapan

instruktur satu persatu, kemudian instruktur menilai sesuai dengan check

list penilaian lalu memberikan feedback. Hasibuan dan Moedjiono (2009)

mengemukakan bahwa demonstrasi menjadi efektif bila siswa ikut

mencoba. Mencoba tindakan merupakan pengalamn berharga bagi

mahasiswa. Balikan atau feedback dan penguatan terhadap mahasiswa

diperlukan agar mahasiswa menyadari kelemahan dan kekuatannya.

Pemberian feedback dan penguatan telah dilakukan dalam pembelajaran

skill laboratory ini. Saat sesi responsi disamping mahasiswa melakukan

ketrampilan, jugabelajar menilai temannya, sehingga mahasiswa menjadi

tahu kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan dan yang benar seperti

apa. Seperti pendapat Dimyati dan Moedjiono (2006) mengatakan umpan

balik digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan.

Berdasarkan pengamatan peneliti, instruktur telah memberikan

penguatan berupapujian atas keberhasilan mahasiswa dalam melakukan

tindakan di sesi responsi. Hal ini sesuai dengan pendapat dr Wina Sanjaya

(2005) mengatakan penguatan perlu diberikan kepada siswa yang

memberikan respon positif dengan memberikan pujian atau penghargaan

baik verbal maupun non verbal yang menyejukkan dan menyenangkan.

Jika pada sesi responsi mahasiswa tidak dapat melakukan tindakan,

instruktur memberikan perhatian yang lebih dengan cara memberikan

rekomendasi kepada pengelola skills lab agar mahasiswa yang bersakutan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berlatih mandiri lebih giat lagi hingga dirasa cukup terampil dan layak

mengikuti ujian.

Berdasarkan pengamatan peneliti ketika instruktur datang ada

peralatan dan bahan habis pakai yang belum siap. Hal ini terjadi karena

keterbatasan jumlah dan penggunaan bahan yang tidak efisien,

dikarenakan petugas laboratorium dengan latar pendidikan SMA yang

kurang menguasai penggunaan bahan habis pakai yang efisien. Untuk itu

perlu ditingkatkan pengetahuan petugas laboratorium tentang alat dan

penggunaan bahan habis pakai yang efisien.

3. Evaluasi Pembelajaran Skill Laboratory

Evaluasi pembelajaran perawatan luka dilaksanakan secara

bersama-sama dengan ketrampilan KMB II lainnya, dengan menggunakan

metode OSCE. Model ujian OSCE ini sesuai dengan saran Taufiqurahman

(2008), Yanti dan Pertiwi (2008) yang menyatakan bahwa untuk

menilaikompetensi klinik mahasiswa kesehatan, metode OSCE saat ini

merupakan suatu pilihan terbaik. Dikatakan Objektif karena menggunakan

tes objektif dengan seting nyata yang dihadapi dalam praktik klinik.

Structure berarti menggunakan struktur tertentusecara konsisten dalam

menyusun tes OSCE. Sedang Clinical Examination berarti yang di tes

adalah ketrampilan yang terkait dengan manajemen pasien klinik.

Menurut Purwanto (2008) observasi bisa menjadi alat evaluasi.

Kelebihan observasi antara lain : data lebih objektif, mencakup berbagai


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

aspek kepribadian individu. Taufiqurahman (2008) menambahkan bahwa

jika mahasiswa diuji dengan uji lisan maka akan menyita banyak waktu

dan sering dikritik karena penilaian tidak reliable. Keunggulan metode

OSCE adalah lebih valid, reliable dan objektif di bidang uji lisan, bisa

melakukan evaluasi dengan jumlah peserta lebih banyak dalam waktu

yang lebih pendek dan serentak, menguji ketrampilan yang lebih luas dan

semua peserta di uji dengan instrumen yang sama.

Ujian OSCE dilaksanakan dalam rangka menilai kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotor. Nilai batas lulus kemampuan kognitif 60

sedangkan kemampuan psikomotor dan afektif adalah 75. Jika mahasiswa

tidak lulus diberi kesempatan remidi satu kali. Hal ini juga sesuai dengan

pendapat Yanti dan Pertiwi (2008) dimana kelulusan OSCE didasarkan

pada kelulusan tiap station. Jika mahasiswa tidak lulus dalam station

tertentu, mahasiswa diwajibkan mengulang dan nilai maksimal yang

didapat mahasiswa adalah kognitif 60 sedangkan ketrampilan 78

(Pedoman Ujian OSCE UAP D-III Keperawatan Jawa Tengah, 2010).

Dalam pelaksanaan ujian psikomotor , narasumber R 6 mengatakan

penguji memberi perlakuan yang berbeda. Ada penguji yang tidak

konsisten dengan aturan metode OSCE, misal saja memberikan komentar

atas kesalahan yang dilakukan mahasiswa, tidak mengobservasi secara

optimal sehingga ada beberapa item penilaian yang terlewatkan, tentu saja

ini sangat merugikan mahasiswa. Menurut Yanti dan Pertiwi (2008)

ketentuan penguji OSCE adalah diam, yaitu tidak diperbolehkan untuk


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memberikan komentar ataupun pertanyaan kepada mahasiswa, karena

akan dikhawatirkan mengganggu konsentrasi mahasiswa.

Di akhir pembelajaran, kompetensi mahasiswa dapat melakukan

ketrampilan perawatan luka. Berdasarkan studi dokumen, semua

mahasiswa lulus ujian skill laboratory perawatan luka. Menurut Dimyati

dan Moedjiono (2006) tujuan pembelajaran dapat tercapai jika mahasiswa

mengalami peningkatan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotor. Disamping itu keberhasilan belajar terjadi bila mahasiswa

sendiri aktif mengikuti proses belajar. Siswa harus melakukan kegiatan

mental sejak awal maupun saat menerima materi sampai terjadinya

pemahaman. (Nurhidayati, 2002).

Hasil belajar yang memuaskan akan meningkatkan motivasi

mahasiswa untuk belajar lebih giat sehingga diharapkan pada evaluasi

semester berikutnya akan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan lagi.

Zainul dan Nasution (2001) menjelaskan bahwa dalam konteks

pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa tujuan diantaranya

untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran dan memperoleh

masukan atau umpan balik bagi pengelola, instruktur dan mahasiswa

dalam rangka perbaikan. Melihat nilai evaluasi skill laboratory yang

didapat mahasiswa prodi D-III Keperawatan khususnya perawatan luka

sudah efektif.

4. Tenaga kesehatan yang kompeten

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tenaga keperawatan yang berkualitas mempunyai sikap

profesional dan dapat menunjang pembangunan kesehatan, hal tersebut

memberi dampak langsung pada mutu pelayanan di rumah sakit sehingga

pelayanan yang diberikan akan berkualitas dan dapat memberikan

kepuasan pada pasien sebagai penerima pelayanan maupun perawat

sebagai pemberi pelayanan. Untuk dapat mewujudkan tercapainya

pelayanan yang berkualitas diperlukan adanya tenaga keperawatan yang

profesional, memiliki kemampuan intelektual, tehnikal (terampil) dan

interpersonal, bekerja berdasarkan standar praktek, memperhatikan kaidah

etik dan moral (Hamid, 2000).

Asuhan keperawatan bermutu merupakan rangkaian kegiatan

keperawatan yang diorientasi pada klein. Asuhan keperawatan bermutu

yang diberikan kepada klien dipengaruhi oleh kemampuan perawat dalam

berrespon.

Kemampuan perawat memenuhi kebutuhan klien dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: tingkat ketergantungan klien,

sistem penugasan, kelengkapan fasilitas, kewenangan dan kompetensi

yang dimiliki oleh tanaga keperawatan sebagai pelaksana dan kemampuan

manajer keperawatan dalam mengorganisasikan pekerjaan kepada

bawahan. Seorang perawat profesional yang telah dibekali dengan

pengetahuan mengelola pelayanan keperawatan dan keterampilan klinis

yang mamadai akan mampu mengorganisir dan menyesuaikan antara

pekerjaan yang akan dilaksanakan, sarana yang tersedia, dan kemampuan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tenaga perawatnya. Selain itu dalam mengelola ruangan khususnya tenaga

keperawatan, maka perawat manajer juga harus mampu menjamin bahwa

para perawat pelaksana memiliki kemampuan untuk memberikan asuhan

keperawatan bermutu. Untuk itu ia harus merancang program peningkatan

kemampuan perawatan baik melalui jalur pendidikan formal maupun

informal. Peningkatan kemampuan perawat melalui jalur formal dapat

ditempuh melalui berbagai tingkatan yaitu pendidikan ners generalis, ners

spesialis, mapun ners konsultan. Selain itu, dapat ditempuh melalui jalur

informal yaitu program pendidikan perawat berlanjut (continuing nurse

education). Program ini dapat diselenggarakan oleh rumah sakit bekerja

sama dengan institusi pendidikan tinggi keperawatan dan dengan

organisasi profesi.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian beserta pembahasan, dapat peneliti


commit to user
simpulkan bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Pengelola skill laboratory maupun instruktur sudah membuat perencanaan

pembelajaran dengan baik terbukti penjadwalan skill laboratory ada,

penunjukkan instruktur yang kompeten, instruktur membuat alat

peraga/model dengan memodifikasi dan memberikan SOP serta Tools

penilaian selama buku pedoman belum ada

2. Proses pembelajaran skill laboratory berlangsung dalam tiga tahap, yaitu

tahap terbimbing, tahap mandiri dan responsi terlaksana dengan baik.

3. Evaluasi pembelajaran skill laboratory dengan metode OSCE yang dapat

mengukur kognitif, afektif dan psikomotor secara bersamaan telah

menunjukkan bahwa mahasiswa kompeten dalam perawatan luka.

4. Kendala-kendala yang ada selama pembelajaran skill laboratory dapat

diatasi oleh pengelola, instruktur maupun mahasiswa secara bijak.

B. Implikasi

1. Pengelola skill laboratory harus mengajukan penambahan jumlah

peralatan dan bahan/obat perawatan luka yang up to date serta ruang

laboratorium agar proses pembelajaran skill laboratory berjalan dengan

optimal.

2. Pengelola skill laboratory harus menekankan kepada instruktur untuk

lebih meningkatkan tugas dan tanggungjawabnya dengan cara

menyiapkan buku pedoman skill laboratory, dapat lebih memotivasi

mahasiswa dan meningkatkan pengawasan kepada mahasiswa dalam

kegiatan mandiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Koordinator mata kuliah harus menekankan Penguji OSCE untuk

mengevaluasi secara objektif, sehingga hasil akhir yang dicapai benar-

benar mahasiswa kompeten terhadap ketrampilan tersebut

C. Saran

Berdasarkan informasi kualitatif yang peneliti dapat, maka peneliti memberi

saran sebagai berikut :

1. Semua instruktur hendaknya menggunakan alat peraga (modifikasi) yang

sama, sehingga gambaran mahasiswa tidak berbeda.

2. Penambahan jumlah ruang laboratorium dan penggunaan ruangan yang

efektif

3. Dibentuk asisten laboratorium yang formal

4. Penyusunan buku Pedoman skill laboratory melibatkan ahli yang

kompeten di bidangnya

commit to user

Anda mungkin juga menyukai