Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MUTU PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

KURIKULUM

UST
OLEH:

1. ELI YANTI MINARSIH (2014004014)


2. NIKO INDRAYANA (2014004020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul mutu pendidikan karakter dalam kurikulum ini dengan baik meskipun
bayak kekurangan didalamnya. Kami juga berterimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
kami berharap makalah ini berguna bagi pembaca. Kami juga menyadari
bahwa makalah ini terdapat kekurangann dan jauh dari sempurna.Oleh sebab itu,
kamu berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat.
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya.
Sebelumya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah di waktu yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATER BELAKANG
Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang
memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi
sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting.
Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di
setiap jenjang, termasuk di sekolah harus diselenggarakan secara sistematis guna
mencapai tujuan tersebut.
Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga
mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan
masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali
Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-
mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh
kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini
mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill
dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa
berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard
skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik
sangat penting untuk ditingkatkan. Melihat masyarakat Indonesia sendiri juga
lemah sekali dalam penguasaan soft skill. Untuk itu penulis menulis makalah ini,
agar pembaca tahu betapa pentingnya pendidikan karakter bagi semua orang,
khususnya bangsa Indonesia sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari pendidikan karakter?
2. Apa fungsi dan tujuan pendidikan karakter?
3. Apa saja ciri-ciri dan prinsip pendidikan karakter?
4. Bagaimana strategi pelaksanaan pendidikan karakter?
5. Bagaimana penerapan dan pengembangan pendidikan karakter?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari pendidikan karakter
2. Mengetahui fungsi dan tujuan pendidikan karakter
3. Mengetahui ciri-ciri dan prinsip pendidikan karakter
4. Mengetahui bagaimana strategi pelaksanaan pendidikan karakter
5. Mengetahui bagaimana penerapan dan pengembangan pendidikan karakter

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian pendidikan karakter


Pendidikan Pendidikan Karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di
dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi
selanjutnya.
Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan
karakter (character education) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk
mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara
lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak
dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan
menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang
lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara
tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter.
Berikut adalah beberapa pengertian pendidikan karakter menurut ahli :
1) Pendidikan Karakter Menurut Lickona
Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala
usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Tetapi untuk
mengetahui pengertian yang tepat, dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan
karakter yang disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona menyatakan
bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk
membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan
melakukan nilai-nilai etika yang inti.
2) Pendidikan Karakter Menurut Suyanto
Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku
yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.
3) Pendidikan Karakter Menurut Kertajaya
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri
khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu
tersebut, serta merupakan mesin yang mendorong bagaimana seorang bertindak,
bersikap, berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).
4) Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi
Menurut kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak
etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan
sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982: p.29).
2. Fungsi dan tujuan pendidikan karakter
Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk
karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi :
1) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik,
berpikiran baik, dan berprilaku baik
2) Membangun bangsa yang berkarakter pancasila
3) Mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri,
bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.
Fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
1) Membangun kehidupan kebangsaan yang multicultural
2) Membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu
berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan ummat manusia;
mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik serta keteladanan baik
3) Membangun sikap warganegara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan
mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yaitu keluarga, satuan
pendidikan, masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
3. Ciri-ciri dan prinsip pendidikan karakter
A) Ciri-ciri pendidikan karakter
Ada 4 (empat) ciri dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang
pencetus pendidikan karakter dari Jerman yang bernama FW Foerster. Cirri-ciri
dasar pendidikan kerakter tersebut antara lain:
a) Pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai
normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman
pada norma tersebut.
b) adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan
begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah
terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru.
c) adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari
luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik
mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari
pihak luar.
d) keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam
mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar
penghormatan atas komitmen yang dipilih.
B) Prinsip-prinsip pendidikan karakter
Pendidikan di sekolah akan berjalan lancar, jika dalam pelaksanaannya
memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter. Kemendiknas
memberikan beberapa rekomendasi prinsip untuk mewujudkan pendidikan
karakter yang efektif sebagai berikut;
1. Memperomosikan nila-nilai dasar etika sebagai basis karakter
2. Mengidentifikasikan karakter secara komperehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan dan perilaku
3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk mebangun
karakter.
4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan perilaku
yang baik.
6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang
menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu
mereka untuk sukses.
7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.
8. Memfungsikan seluruh staf seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral
yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai
dasar yang sama.
9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha
membangun karakter.
11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru
karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.
Berdasarkan pada prinsip-prinsip yang direkomendasikan olah kemendiknas,
dasyim budimasyah berpendapat bahwa program pendidikan karakter disekolah
perlu dikembangkan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut;
a. Pendidikan karakter disekolah harus dilaksanakan secara berkelanjutan
(kontinuitas). Hal ini mengandung arti bahwa proses pengembangan nilai-nilai
karakter merupakan proses yang panjang, mulai sejak awal peserta didik
masuk sekolah hingga mereka lulus sekolah pada suatu satuan pendidikan.
b. Pendidikan karakter hendaknya dikembangkan melalui semua mata pelajaran
terintegrasi, melalui pengembangan diri, dan budaya suatu satuan pendidikan.
Pembinaan karakter bangsa dilakukan dengan mengintegrasikan dalam
seluruh mata pelajaran, dalam kegiatan kurikuler pelajaran, sehingga semua
mata pelajaran diarahkan pada pengembangan nilai-nilai karakter tersebut.
Pengembangan nilai-nilai karakter uga dapat dilakukan dengan melalui
pengembangan diri, baik melalui konseling maupun kegiatan ekstrakurikuler,
seperti kegiatan kepramukaan dan lain sebagainya.
c. Sejatinya nilai-nilai karakter tidak diajarkan (dalam bentuk pengetahuan), jika
hal tersebut diintegrasikan dalam mata pelajaran, kecuali bila dalam bentuk
mata pelajaran agama yang (yang di dalamnya mengandung ajaran) maka
tetap diajarkan dengan proses, pengetahuan (knowing),
melakukan (doing), dan akhirnya membiasakan (habit).
d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara aktif (active
learning) dan menyenangkan (enjoy full learning). Proses ini menunjukkan
bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh
guru. Sedangkan guru menerapkan tutwuri handayani dalam setiap
perilaku yang ditunjukan agama.
4. Strategi pelaksanaan pendidikan karakter
Ada beberapa Strategi dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter.
A. Strategi di Tingkat Kementerian Pendidikan Nasional
Pendekatan yang digunakan Kementerian Pendidikan Nasional dalam
pengembangan pendidikan karakter, yaitu: pertama melalui stream top down;
kedua melalui stream bottom up; dan ketiga melalui stream revitalisasi program.
Ketiga alur tersebut divisualisasikan dalam Bagan di bawah ini:
Bagan Strategi Kebijakan Pendidikan Karakter

Strategi yang dimaksud secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Intervensi melalui kebijakan (Top - Down)
Jalur/aliran pertama inisiatif lebih banyak diambil oleh
Pemerintah/Kementerian Pendidikan Nasional dan didukung secara sinergis oleh
Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Dalam strategi ini pemerintah menggunakan lima strategi yang dilakukan secara
koheren, yaitu:
a) Sosialisasi
Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif tentang
pentingnya pendidikan karakter pada lingkup/tingkat nasional, melakukan gerakan
kolektif dan pencanangan pendidikan karakter untuk semua.
b) Pengembangan regulasi
Untuk terus mengakselerasikan dan membumikan Gerakan Nasional
Pendidikan Karakter, Kementerian Pendidikan Nasional bergerak
mengkonsolidasi diri di tingkat internal dengan melakukan upaya-upaya
pengembangan regulasi untuk memberikan payung hukum yang kuat bagi
pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan pendidikan karakter.
c) Pengembangan kapasitas
Kementerian Pendidikan Nasional secara komprehensif dan massif akan
melakukan upaya-upaya pengembangan kapasitas sumber daya pendidikan
karakter. Perlu disiapkan satu sistem pelatihan bagi para pemangku kepentingan
pendidikan karakter yang akan menjadi pelaku terdepan dalam mengembangkan
dan mensosialisikan nilai-nilai karakter.
d) Implementasi dan kerjasama
Kementerian Pendidikan Nasional mensinergikan berbagai hal yang terkait
dengan pelaksanaan pendidikan karakter di lingkup tugas pokok, fungsi, dan
sasaran unit utama.
e) Monitoring dan evaluasi
Secara komprehensif Kementerian Pendidikan Nasional akan melakukan
monitoring dan evaluasi terfokus pada tugas, pokok, dan fungsi serta sasaran
masing-masing unit kerja baik di Unit Utama maupun Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, serta pemangku kepentingan pendidikan lainnya. Monitoring
dan evaluasi sangat berperan dalam mengontrol dan mengendalikan pelaksanaan
pendidikan karakter di setiap unit kerja.

2. Pengalaman Praktisi (Bottom - Up)


Pembangunan pada jalur/tingkat ini diharapkan dari inisiatif yang datang dari
satuan pendidikan. Pemerintah memberikan bantuan teknis kepada sekolah-
sekolah yang telah mengembangkan dan melaksanakan pendidikan karakter sesuai
dengan ciri khas di lingkungan sekolah tersebut.
3. Revitalisasi Program
Pada jalur/tingkat ketiga, merevitalisasi kembali program-program kegiatan
pendidikan karakter di mana pada umumnya banyak terdapat pada kegiatan
ekstrakurikuler yang sudah ada dan sarat dengan nilai-nilai karakter.
Integrasi Tiga Strategi
Ketiga jalur/tingkat pada Bagan 4, yaitu: top down yang lebih bersifat intervensi,
bottom up yang lebih bersifat penggalian bestpractice dan habituasi, serta
revitalisasi program kegiatan yang sudah ada yang lebih bersifat pemberdayaan
merupakan satu kesatuan yang saling menguatkan.
Ketiga pendekatan tersebut, hendaknya dilaksanakan secara terintegrasi dalam
keempat pilar penting pendidikan karakter di sekolah sebagaimana yang
dituangkan dalam Desain Induk Pendidikan Karakter, (2010:28), yaitu: kegiatan
pembelajaran di kelas, pengembangan budaya satuan pendidikan, kegiatan ko-
kurikuler, dan ekstrakurikuler.
B. Strategi di Tingkat Daerah
Ada beberapa langkah yang digunakan pemerintah daerah dalam pengembangan
pendidikan karakter, dimana semuanya dilakukan secara koheren.
1. Penyusunan perangkat kebijakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Pendidikan adalah tugas sekolah, keluarga, masyarakat dan pemerintah. Untuk
mendukung terlaksananya pendidikan karakter di tingkat satuan pendidikan sangat
dipengaruhi dan tergantung pada kebijakan pimpinan daerah yang memiliki
wewenang untuk mensinerjikan semua potensi yang ada didaerah tersebut
termasuk melibatkan instansi-instansi lain yang terkait dan dapat menunjang
pendidikan karakter ini. Untuk itu diperlukan dukungan yang kuat dalam bentuk
payung hukum bagi pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan karakter.
2. Penyiapan dan penyebaran bahan pendidikan karakter yang diprioritaskan
Bahan pendidikan karakter yang dibuat dari pusat, sebagian masih bersifat
umum dan belum mencirikan kekhasan daerah tertentu. Oleh karena itu
diperlukan penyesuaian dan penambahan baik indikator maupun nilai itu sendiri
berdasarkan kekhasan daerah. Selain itu juga perlu disusun strategi dan bentuk-
bentuk dukungan untuk menggandakan dan menyebarkan bahan bahan yang
dimaksud (bukan hanya dikalangan persekolahan tapi juga di lingkungan
masyarakat luas).
3. Pemberian dukungan kepada Tim Pengembang Kurikulum (TPK) tingkat
provinsi dan kabupaten/kota melalui Dinas Pendidikan
Pembinaan persekolahan untuk pendidikan karakter yang bersumber nilai-nilai
yang diprioritaskan sebaiknya dilakukan terencana dan terprogram dalam sebuah
program di dinas pendidikan. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh tim
professional tingkat daerah seperti TPK Provinsi dan kabupaten/kota.
4. Pemberian Dukungan Sarana, Prasarana, dan Pembiayaan
Dukungan sarana, prasarana, dan pembiayaan ditunjang oleh Pemerintah
Daerah, dunia usaha dalam mengadakan tanaman hias atau tanaman produktif.
5. Sosialisasi ke masyarakat, Komite Pendidikan, dan para pejabat pemerintah di
lingkungan dan di luar diknas
C. Strategi di Tingkat Satuan Pendidikan
Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan merupakan
suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang
terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh
setiap satuan pendidikan. Agar pendidikan karakter dapat dilaksanakan secara
optimal, pendidikan karakter diimplementasikan melalui langkah-langkah berikut:
1. Sosialisasi ke stakeholders (komite sekolah, masyarakat, lembaga-lembaga)
2. Pengembangan dalam kegiatan sekolah sebagaimana tercantum dalam tabel
dibawah ini

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KTSP


1. Integrasi dalam Mata Pelajaran Mengembangkan Silabus dan RPP
pada kompetensi yang telah ada sesuai
dengan nilai yang akan diterapkan
2. Integrasi dalam Muatan Lokal 1. Ditetapkan oleh Satuan
Pendidkan/Daerah
2. Kompetensi dikembangkan oleh
Satuan Pendidikan/Daerah
3. Kegiatan Pengembangan Diri 1. Pembudayaan dan Pembiasaan
a. Pengkondisian
b. Kegiatan rutin
c. Kegiatan spontanitas
d. Keteladanan
e. Kegiatan terprogram
2. Ekstrakurikuler meliputi Pramuka,
PMR, UKS, Olah Raga, Seni,
OSIS
3. Bimbingan Konseling yaitu
Pemberian layanan bagi peserta
didik yang mengalami masalah.
Strategi tersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan penilaian
berbasis kelas disertai dengan program remidiasi dan pengayaan.
3. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik
dapat menggunakan pendekatan belajar aktif seperti pendekatan belajar
kontekstual, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah,
pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran pelayanan, pembelajaran berbasis
kerja, dan ICARE (Intoduction, Connection, Application, Reflection, Extension)
dapat digunakan untuk pendidikan karakter.
4. Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui
kegiatan pengembangan diri, yaitu:
a. Kegiatan rutin
Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus
menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin, upacara
besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah,
berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan
mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman.
Untuk PKBM (Pusat Kegiatan Berbasis Masyarakat) dan SKB (Sanggar
Kegiatan Belajar) menyesuaikan kegiatan rutin dari satuan pendidikan tersebut
b. Kegiatan spontan
Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga,
misalnya, mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah
atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
c. Keteladanan
Keteladanan merupakan perilaku, sikap guru, tenaga kependidikan dan peserta
didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga
diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin
( kehadiran guru yang lebih awal dibanding peserta didik) , kebersihan, kerapihan,
kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur, dan kerja keras dan percaya diri.
d. Pengkondisian
Pengkondisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan
pendidikan karakter, misalnya kebersihan badan dan pakaian, toilet yang bersih,
tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak di
sekolah dan di dalam kelas.
5. Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler
Terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang mendukung
pendidikan karakter memerlukan perangkat pedoman pelaksanaan, pengembangan
kapasitas sumber daya manusia, dan revitalisasi kegiatan yang sudah dilakukan
sekolah.
6. Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat
Dalam kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan
antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan
masyarakat. Sekolah dapat membuat angket berkenaan nilai yang dikembangkan
di sekolah, dengan responden keluarga dan lingkungan terdekat anak/siswa.
D. Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Terkait dengan pendidikan karakter, setiap satuan pendidikan dapat
mengefektifkan alokasi waktu yang tersedia dalam rangka menerapkan
penanaman nilai-nilai budaya dengan menggunakan metode pembelajaran aktif.
Hal ini dapat dilakukan sejak guru mengawali pembelajaran, selama proses
berlangsung, pemberian tugas-tugas mandiri dan terstruktur baik yang dilakukan
secara individual maupun berkelompok, serta penilaian proses dan hasil belajar.
Strategi yang dilakukan oleh sekolah berbeda-beda, di beberapa sekolah,
umumnya, sejak awal datang di sekolah, anak dibiasakan untuk saling menyapa,
mengucapkan salam ketika bertemu sesama mereka dan guru. Untuk di jenjang
TK dan SD, pada umumnya beberapa orang guru menyambut anak murid dengan
sapaan, senyum dan salaman. Di beberapa sekolah, jam belajar setiap hari lebih
awal selama 30 menit, waktu tersebut digunakan melakukan kegiatan ritual rutin
seperti doa bersama, kultum, atau kegiatan lain yang relevan. Dalam rangka
pembiasaan, di berbagai sekolah juga dilakukan pelaksanaan ibadah dengan
memanfaatkan waktu istirahat. Ada juga sekolah yang menambah waktu di sore
hari setelah jam pelajaran usai untuk melakukan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuer
atau kegiatan lain yang relevan yang dipilih oleh sekolah. Sebagian sekolah
melaksanakan semua kegiatan ekstrakurikuler pada hari sabtu dari pagi sampai
siang.

Berikut beberapa strategi penambahan waktu pembelajaran yang dapat


dilakukan, misalnya:
1) Sebelum pembelajaran di mulai atau setiap hari seluruh siswa diminta
membaca kitab suci, melakukan refleksi (masa hening) selama kurang lebih 5
menit.
2) Di hari-hari tertentu sebelum pembelajaran dimulai dapat dilakukan berbagai
kegiatan paling lama 30 menit. Kegiatan itu berupa baca Kitab Suci maupun
siswa berceramah dengan tema keagamaan sesuai dengan kepercayaan
masing-masing dalam beberapa bahasa (bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan
bahasa Daerah, serta bahasa asing lainnya), kegiatan ajang kreatifitas seperti:
menari, bermain musik dan baca puisi. Selain itu juga dilakukan kegiatan
bersih lingkungan dihari Jumat atau Sabtu (Jumat/Sabtu bersih).
3) Pelaksanaan kegiatan bersama di siang hari selama antara 30 s.d 60 menit.
4) Kegiatan-kegiatan lain diluar pengembangan diri, yang dilakukan setelah jam
pelajaran selesai.
E. Penilaian Keberhasilan
Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di
satuan pendidikan dilakukan melalui berbagai program penilaian dengan
membandingkan kondisi awal dengan pencapaian dalam waktu tertentu. Penilaian
keberhasilan tersebut dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
a) Mengembangkan indikator dari nilai-nilai yang ditetapkan atau disepakati
b) Menyusun berbagai instrumen penilaian
c) Melakukan pencatatan terhadap pencapaian indikator
d) Melakukan analisis dan evaluasi
e) Melakukan tindak lanjut
5. Penerapan dan pengembangan pendidikan karakter
Pijakan utama yang harus dijadikan sebagai landasan dalam menerapkan
pendidikan karakter ialah nilai moral universal yang dapat digali dari agama.
Meskipun demikian, ada beberapa nilai karakter dasar yang disepakati oleh para
pakar untuk diajarkan kepada peserta didik. Yakni rasa cinta kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan ciptaany-Nya, tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih
sayang, peduli, mampu bekerjasama, percaya diri, kreatif,mau bekerja keras,
pantang menyerah, adil, serta memiliki sikap kepemimpinan, baik, rendah hati,
toleransi, cinta damai dan cinta persatuan. Dengan ungkapan lain dalam upaya
menerapkan pendidikan karakter guru harus berusaha menumbuhkan nilai-nilai
tersebut melalui spirit keteladanan yang nyata, bukan sekedar pengajaran dan
wacana.
Beberapa pendapat lain menyatakan bahwa nilai-nilai karakter dasar yang
harus diajarkan kepada peserta didik sejak dini adalah sifat dapat dipercaya, rasa
hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab, ketulusan, berani, tekun,
disiplin, visioner, adil dan punya integritas.
Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah
hendaknya berpijak pada nilai-nilai karakter tersebut, yang selanjutnya
dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau tinggi (yang bersifat
tidak absolute atau relative), yang sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan
lingkungan sekolah itu sendiri.
Pembentukan karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing),
pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada
pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu
mampu bertindak sesuai dengan pengetahuaanya., jika tidak terlatih(menjadi
kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut, karakter juga menjangkau wilayah
emosi dan kebiasan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen yang baik
(component og good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang
moral), moral feeling atau perasaan (penguatan emosi) tentang moral, dan moral
action, atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau
warga sekolah lain yang terlibat dalam system pendidikan tersebut sekaligus dapat
memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai
kebajikan.
Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan mengisi
ranah kognitif adalah kesadaran moral ( moral awareness), pengetahuan tentang
nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut pandang (perspective
taking), logika moral ( moral reasoning), keberanian mengambil sikap (decision
making), dan pengenalan diri ( self knowledge). Moral feeling merupakan
penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter.
Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh
peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri ( Conscience), percaya diri (self
asteem), kepekaan terhadap derita orang lain (empathy), kerendahan
hati (humility), cinta kebenaran (Loving the good), pengendalian diri (self
control).Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan
hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang
mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act Morally) maka harus dilihat
tiga aspek lain dari karakter yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan
kebiasaan (habit).
Pengembangan karakter dalam suatu system pendidikan adalah keterkaitan
antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang
dapat dilakukan atau bertindakn secara bertahap dan saling berhubungan antara
pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk
melaksanakannya, baik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan,
bangsa dan Negara serta dunia internasional.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pendidikan karakter adalah suatu system penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Ciri-ciri dasr pendidikan dasar antara lain ; Keteraturan interior dimana setiap
tindakan diukur berdasarkan herarki nilai,Koherensi yang member keberanian
membuat seseorang teguh ada prinsip, dan tidak mudah terombang ambing pada
situasi baru atau takut resiko, Otonomi, dan Keteguhan dan kesetiaan.
Prinsip Pendidikan Karakter antara lain; Pendidikan karakter disekolah harus
dilaksanakan secara berkelanjutan (kontinuitas), Pendidikan karakter hendaknya
dikembangkan melalui semua mata pelajaran terintegrasi, melalui pengembangan
diri, dan budaya suatu satuan pendidikan, Sejatinya nilai-nilai karakter tidak
diajarkan (dalam bentuk pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam mata
pelajaran, dan Proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara aktif
(active learning) dan menyenangkan (enjoy full learning).

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unand.ac.id/22742/1/4_PANDUAN_PELAKS_PENDIDIKAN_K
ARAKTER.pdf
https://pndkarakter.wordpress.com/category/tujuan-dan-fungsi-pendidikan-
karakter/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_karakter
http://kemdikbud.go.id/dokumen/renstra-2010-2014/Bab-III.pdf(Bab-III.pdf)

Anda mungkin juga menyukai