KAJIAN
KAJIAN
Oleh :
Ir. Latief Imanadi, SP., MM.
NIP. 19640425 199403 1 002
Senyawa kimia sintetik sampai saat ini selalu diandalkan untuk mengendalikan serangga
hama tumbuhan di Indonesia. Pengaruh penggunaan insektisida sintetik yang tidak berjadual
serta kurang tepat akan banyak menimbulkan dampak negatif yang sangat merugikan, antara
lain: ketahanan serangga hama (resistensi), peledakan serangga hama sekunder (resurjensi),
matinya musuh alami, mencemari air minum, merusak lingkungan dan membahayakan
manusia. Dengan semakin meningkatnya kesadaran manusia akan kualitas lingkungan hidup
yang tinggi, maka pengendalian serangga hama yang bertumpu pada penggunaan pestisida
harus ditekan sekecil-kecilnya atau tidak sama sekali, karena akan menimbulkan masalah-
masalah yang negatif, seperti yang telah diuraikan diatas. Pengendalian hayati di dalam
konsep dasar Pengendalian Hama Terpadu (PHT) memegang peranan yang sangat penting.
Pemanfaatan agensia pengendali hayati dengan nematoda entomopatogen Steinernema spp.
dan Heterorhabditis spp. merupakan salah satu alternatifnya.
http://didiksulistyanto.wordpress.com/2009/02/02/agensia-hayati-nematoda-entomopatogen-
sebagai-pengendali-serangga-hama-dalam-bidang-pertanian/
Nematoda Steinernema sp adalah agensia hayati yang dapat dimanfaatkansebagai salah satu
alternatif pengendalian hama. Teknik pengendalian hama ini berpotensi mengurangi
ketergantungan pada insektisida kimia, yaitu dengan memanfaatkannya sebagai bahan
biopestisida. Nematoda entomopatogen Steinernema sp. termasuk famili Steinernematidae
yang diketahui sangat potensial mengendalikan serangga hama. Nematoda ini memiliki
kelebihan-kelebihan tertentu dibandingkan dengan bahan-bahan kimia sebagai agen
pengendali. Selain mudah dikembangbiakan dan memiliki kemampuan menginfeksi yang
tinggi (daya bunuhnya sangat cepat), kisaran inangnya yang luas, aktif mencari inang
sehingga efektif untuk mengendalikanserangga dalam jaringan, tidak menimbulkan
resistensi, mudah diperbanyak dan aman terhadap lingkungan.
http://www.scribd.com/doc/40377802/Nematoda-Pa-to-Genesis-Serangga-Sebagai-ida
1.2. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memahami pestisida hayati dengan menggunakan nematode.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi
Steinernema sp. adalah nematoda entomopatogenik obligat yangtermasuk dalam kelas
Secementea, ordo Rhabditida, famili Steinerne-matidae. Sampai saat ini genus Stei-nernema
terdiri dari 16 spesies.Spesies yang paling banyak ditelitiadalah Steinernema carpocapsae
Weiser karena potensinya yangsangat besar dalam pengendalianhama. S. carpocapsae
merupakan pe-makan bakteri dan sekaligus bersim- biosis secara mutualistik dengan bakteri
tersebut yang juga patogenik terhadap serangga inangnya. Bakteritersebut adalah X.
nematophillus yang hidup pada saluran pencernaan nematoda. X. nematophilus me-rupakan
bakteri gram negatif,fakultatif anaerob, termasuk familiEnterobacteriaceae
Siklus Hidup
S. carpocapsae mengalami tigastadia perkembangan, yaitu telur, juvenil (larva) dan dewasa.
Dalam perkembangannya juvenil meng-alami ekdisis empat kali sehinggaterdiri dari empat
instar, yaitu instar-1 (J1) sampai dengan instar-4 (J4). S.carpocapsae mempunyai
stadiaresisten yang dalam bahasa Jermandisebut dauer larvae atau dauer yang berarti tahan
atau permanen.Sebutan yang lebih umum adalahinfektif juvenil atau IJ. J3 yangmasih
terselubung di dalam kutikuladari J2 adalah juvenil yang berperansebagai IJ. Jadi J3 atau IJ
mempu-nyai dua lapis kutikula. Kutikulaganda ini mampu melindungi juvenilnematoda
terhadap faktor biotik.Fase IJ tersebut adalah satu-satunyainstar juvenil yang dapat
mempenetrasi dan menginfeksi melaluilubang tubuh inangnya (mulut, anus,spi-rakel) atau
penetrasi langsung pada kutikula.Secara detail siklus hidup S. car- pocapsae. Pada waktu
menginfeksi inangnya, S. carpocapsae hanyamembentuk dua sampai tiga gene-rasi,
tergantung pada ukuran atauvolume inangnya. S. carpocapsae dewasa dari generasi pertama,
biasanya dua sampai sembilan ekor dalam satu inang. Betina biasanya jauh lebih panjang dan
besar dari- pada yang jantan. Betina berukuran10 - 12 mm dan jantan 1,2 - 2,0 mm. S.
carpocapsae bersifatamfimiktik, yaitu memerlukan jantan dan betina untuk bereproduksi
pada seluruh generasidan tidak pernah bersifathermaproditik. Satu ekor betinayang bertemu
dengan jantan mampumenghasilkan 2.000 hingga 10.000 telur. Telur menetas dan juvenil
berkembang menjadi dewasa didalam tubuh serangga inang. Bila inangnya cukup besar,
generasi kedua ini belum beremigrasi ataukeluar dari inangnya. Jaringan serangga inang
dipakai oleh bakteri simbion untuk berkembang biak dan nematoda memanfaatkan bakteri
serta hasil sampingannya se- bagai makanan mereka. Bakteri
X. nematophilus juga menghasil-kan beberapa antibiotik yang berfungsi sebagai pelindung
baginematoda dari kontaminasi olehmikroorganisme lain. Ukuran generasi kedua ini hanya 2
- 9 mm dansetiap betina hanya menghasilkan 90- 100 telur. Telur menetas didalam serangga
inang namun juvenile yang dihasilkan meninggalkan inang sebagai IJ untuk menginfeksi
serangga yang baru. Hal ini dilakukan karena persediaan nutrisi pada serangga inangnya
sudah habis untuk perkembangan tiga generasi nematoda. Matricidal endotoky dapat terjadi
pada kondisi tertentu, yaitu pada betina dewasa yang lebih tua.Peris-tiwa yang terjadi adalah
telur mene-tas di dalam tubuh betina dan juvenil memakan tubuh induknya.Infektif juvenil
kemudian keluar melalui lubang anterior dan posterior dari kutikula yang tersisadari
induknya.Potensi sebagai nematoda entomo- patogen Nematoda S. carpocapsae per-tama kali
diisolasi di Jerman dandideskripsikan sebagai Aplectanakraussei oleh Steiner pada
1923.Setelah itu sejumlah spesies laindiisolasi dan kelompok nematodaini kemudian dikenal
sebagaisalah satu agensia pengendalihayati yang paling berpotensi pada program-program
pengendalianhama terpadu (PHT).S. carpocapsae
memiliki kisaraninang yang luas, terutama serangga-serangga Coleoptera yang berhabitatdi
dalam tanah. Lebih dari 250spesies serangga inang dari beberapa ordo telah dilaporkan.
Lingkungan tanah merupakantempat yang paling baik untuk terjadinya interaksi antara
seranggadengan nematoda, karena lebih dari90% serangga menghabiskan waktunya atau
siklus hidupnya didalam tanah. Di samping itu tanah merupakan habitat alami bagi nematoda
steinernematid. http://www.scribd.com/doc/68760758/Bin-a-Hong
Nematoda entomopatogen, Heterorhabditis spp. yang berasal dari semua jengkal tanah yang
bersimbiose dengan bakteri,Photorhabdus spp. yang ampuh mengendalikan hama Tanaman
Pertanian, Pangan, Perkebunan, dll.
Proses produksi massal Nematoda entomopatogen secara in vitro dalam tabung berisi media
khusus dan liquid culture fermentor vol. 500-1000 liter
http://didiksulistyanto.wordpress.com/2009/02/12/pengenalan-nematoda-entomopatogen-
sebagai-agensia-hayati-organisme-pengganggu-tanaman-yang-berwawasan-lingkungan/
Meloidogyne spp. merupakan suatu agens penyebab penurunan hasil bila menginfeksi
tanaman kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Meloidogyne spp. secara nyata dapat
dikendalikan dengan juvenil infektif (JI) nematoda entomopatogen. Dua macam perlakuan ini
memberikan efek penekanan baik terhadap kepadatan akhir maupun infeksi nematoda pada
akar. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/44724
III. PEMBAHASAN
Siklus Hidup Nematoda : Juvenil infective (JT) yang baru keluar dari induk dan bergerak
bebas didalam tanah untuk menghasilkan generasi baru JT stadium ke-3 (jantan dan betina),
jantan dan betina kawin untuk menghasilkan generasi baru Nematoda Steinernema betina
akan memproduksi banyak juvenil infektif generasi baru di dalam tanah JI akan berkembang
biak menjadi nematoda jantan dan betina dewasa
Deskripsi Taksonomi
Filum : Nematelminthes
Ordo : Dorylaimida
Famili : Steinernematidae
Genus : Steinernema
Spesies : Steinernema spp.
Berbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis
(pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis, mekanis, hayati dan kimiawi. Kelima cara
pengendalian tersebut merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lain atau dilakukan secara terpadu.
Pengendalian hayati merupakan upaya pengendalian hama dengan memanfaatkan musuh
alami serangga sehingga mampu menekan kerusakan yang ditimbulkan oleh organisme
tersebut. Musuh alami hama yang ada di lapangan jumlahnya sangat banyak baik dari
golongan serangga, jamur, bakteri maupun nematoda. Dari keempat musuh alami tersebut,
nematoda merupakan musuh alami yang potensial untuk mengendalikan hama baik di
lapangan maupun yang ada di gudang. Salah satu nematoda entomopatogen yang sudah
banyak dikenal adalah Steinernema spp. Nematoda ini bersifat broad spectrum serta virulen
dan mampu membunuh hama dalam waktu yang relatif singkat yaitu 48 jam.
Nematoda Steinernema bersimbiosis dengan satu bakteri yaitu Xenorhabdus luminescens.
Simbiosis antara nematoda dan bakteri bersifat mutualisme (saling menguntungkan) dimana
nematoda mendapatkan nutrisi yang dihasilkan oleh bakteri sedangkan bakteri merasa
terlindungi oleh nematoda.
Biologi Steinernema
Nematoda Steinernema paling banyak terdapat di tanah. Selain itu juga, mampu hidup di
permukaan daun, di tempat-tempat yang banyak mengandung bahan organik, di air tawar dan
air laut. Di dalam tanah, nematoda hidup dengan cara memanfaatkan bahan organik atau
memakan serangga-serangga atau organisme lain.
Di dalam tubuh serangga nematoda dapat berkembang biak dengan cepat sampai
menghasilkan 2 sampai 3 generasi. Siklus hidup nematoda dari telur menjadi dewasa
memerlukan waktu kurang lebih 14 hari. Apabila terdapat nutrisi yang melimpah siklus
hidupnya bisa lebih cepat lagi dan sebaliknya apabila tidak tersedia nutrisi yang cukup maka
daur hidup nematoda bisa lebih lama.
Organisme ini bisa bertahan di dalam tanah, dengan cara inaktif dalam jangka waktu tertentu
dan akan melakukan migrasi ke tempat lain apabila tidak ada persediaan makanan yang
cukup . Perpindahan nematoda dari suatu tempat ke tempat lain bisa dilakukan secara pasif
yakni dengan bantuan air, angin atau terbawa oleh alat-alat pertanian. Gerakan aktif nematoda
sangat lambat dan ditempuh dengan waktu yang sangat panjang.
Gambar I Gambar II
KESIMPULAN
1. Nematoda Steinernema sp. adalah agensia hayati yang dapat dimanfaatkansebagai salah
satu alternatif pengendalian hama, yaitu denganmemanfaatkannya sebagai bahan biopestisida.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. http://didiksulistyanto.wordpress.com/2009/02/02/agensia-hayati-nematoda
entomopatogen-sebagai-pengendali-serangga-hama-dalam-bidang-pertanian/
Anonim. http://www.scribd.com/doc/40377802/Nematoda-Pa-to-Genesis-Serangga-Sebagai-
ida
Anonim. . http://www.scribd.com/doc/68760758/Bin-a-Hong
Anonim. http://didiksulistyanto.wordpress.com/2009/02/12/pengenalan-nematoda-
entomopatogen-sebagai-agensia-hayati-organisme-pengganggu-tanaman-yang-berwawasan-
lingkungan/
Anonim. http://hpt.unpad.ac.id/patogenisitas-nematoda-entomopatogen-heterorhabditis-sp-
terhadap-larva-cyllodes-bifacies/
Anonim. http://balitsa.litbang.deptan.go.id/ind/?q=content/keefektifan-nematoda-
entomopatogen-steinernema-carpocapsae-rhabditidasteinernematidae-isola-0
Anonim. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/44724
Anonim. http://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/images/kapasrami/potensi%20patogen.pdf
Anonim. http://goorganic-2010.blogspot.com/