Anda di halaman 1dari 2

Hakikat Mencintai

Terhitung 25 Januari 2016, entah sudah berapa hari sampai hari ini.

Terkadang, di dunia ini ada hal-hal yang tidak bisa kita paksakan, ada hal-hal yang kita harus
paham bahwa kita tak punya kendali untuk meminta begini dan memohon begitu. Adalah hal yang
wajar ketika kita dituntut dewasa, membaca dan memahami apa-apa yang harusnya kita pahami
dan mengerti bahwa setiap orang memiliki karakter berbeda, sifat yang berbeda dan cara ia
menyikapi sesuatu berbeda pula.

Kerap kali kita sering menuntut akan sesuatu. Menuntut dalam arti menyamakan orang lain
dengan kita. Padahal tidak bisa disamakan. Sekali lagi tidak bisa disamakan. Semua memiliki
caranya masing-masing untuk bersikap. Lalu, berbicara dewasa? Ya harusnya diri sendiri yang
harus dewasa memahami bahwa ada hal-hal yang tidak dapat dipaksakan, salah satunya
kemampuan kita yang terbatas untuk mewujudkan apa yang kita inginkan ada dalam diri
seseorang yang kita harapkan atau setidaknya dia memahami kita, memahami maksud kita. Bila
dia tak paham, mungkin saatnya justru engkau yang harus memahami bahwa ia tidak bisa demikian.

Sebanyak hari itu pula aku belajar bagaimana cara memahami, bagaimana harus menyikapi dan
menjadi orang yang tetap menjadi diriku sendiri. Maafkan, beberapa fase mungkin aku sempat
menghilang, jatuh kedalam lubang, ingin beranjak terjatuh lagi pun siklusnya demikian. Hari-hari
ketidakjelasan menghampiriku, beribu pertanyaan hadir dan kesalahan yang selalu kuulang
sampai saat ini adalah selalu berpegang pada alasan karena aku tak mengetahui sebenarnya
yang terjadi. Padahal jelas-jelas Allah menyadarkanku untuk mundur, mundur dan mundur karena
amat banyak perbedaan yang kita dapatkan. Bagaimana bisa menyatukan air dengan minyak atau
apapun itu yang jelas sekali batas tegasnya kita temui. Bagaimana mempertahankan gedung
tanpa pondasi, pondasi yang ku maksud ialah komunikasi, ia adalah hal yang selalu menjadi
tantangan tersendiri.

Pertemuan itu, entah itu untuk mengingatkan atau diingatkan atau untuk belajar atau mengajarkan.
Pertemuan itu bukan hal untuk disesali bahkan dianggap sebagai kebodohan yang menimbulkan
pertanyaan mengapa harus begini, mengapa harus begitu. Bukan, bukan itu. Pertemuan itu
memberikan sangat banyak pelajaran berharga dalam hidup ini. Ia mengajarkan cara terbaik untuk
berharap, cara berbijaksana menyelaraskan rasa, belajar untuk menyayangi tanpa menuntut lebih,
dengan tulus mencintai, lalu ikhlas untuk melepasnya kembali, menjadi pemerhati dan ikut bahagia
saat orang yang kita sayangi bahagia. Bukan begitu hakikatnya? Terlebih belajar menjadi
pendengar yang baik sekalipun apa yang kita dengar adalah hal-hal yang sebenarnya tidak ingin
kita dengar. Poin terakhir adalah ujian, bagaimana bisa membenci hal yang paling kusenangi
selama ini?

Hari ini, mulai hari ini kita tutup rapat satu chapter yang dalam waktu satu tahun lebih menulisnya
dengan serat dan sesaknya lalu selesaikan dengan rapi. Esok kita buka chapter baru, sama-sama
menjadi pribadi yang pandai memahami, yang pandai mengambil makna berbagai segi. Tetap
semangat untuk menjaga tali silaturahmi, memberi yang terbaik dengan keikhlasan hati dan
memiliki ketulusan yang menjadi penguat setiap jalan-jalan yang kita temui. Karena hakikat
mencintai adalah bagaimana berbijaksana menyikapi dan berdamai dengan hatimu sendiri.

Sabtu, 09-09-2017

Tertanda,

Rikeu Novia

Anda mungkin juga menyukai