Anda di halaman 1dari 7

PENGGUNAAN INSULIN BASAL SEBAGAI TERAPI DIABETES MELITUS

dr. Agus Yuha Ahmadu, Sp. PD

Pertama kali seorang pasien telah terdiagnosa DM tipe 2, maka sebaiknya diperiksa HbA1C, dan
tatalaksananya sesuai dengan algoritma menurut konsensus Perkeni 2015:

Apabila pertama kali pasien HbA1Cnya kurang dari 7,5 %, maka cukup modifikasi gaya hidup sehat dan 3 bulan dievaluasi. Tetapi
kalau >7,5% tapi kurang dari 9% maka langsung pemberian monoterapi. Apabila >9% dengan gejala, langsung kita berikan insulin +/-
obat lain, dan apabila tanpa gejala maka dapat dipertimbangkan pemberian 2 obat atau 3 obat.

Target terapi pasien DM, menurut panduan :

PERKENI PERKENI ADA

2011 2015 2016


IMT 18,5-<23 kg/m2 18,5-<23 kg/m2
GDP < 100 mg/dl 80-130 mg/dl 80-130 mg/dl
GD2JPP < 140 mg/dl < 180 mg/dl < 180 mg/dl
HbA1c < 7% < 7% < 7%
SBP 130 mmHg < 140 mmHg
DBP 80 mmHg < 90 mmHg
LDL < 100 mg/dl < 100 mg/dl

(< 70 mg/dl bila (< 70 mg/dl bila deng


dengan resiko K an resiko KV)
V)

HDL L : >40, P : > 50


TG <150

Terapi DM, terutama DM tipe 2, dapat


menggunakan AHO (anti hiperglikemik oral) maupun
insulin sesuai indikasi. Beberapa obat yang tersedia
adalah :
Insulin secara fisiologis ada 2 tipe, insulin prandial yang menentukan kadar GDPP dan insulin basal yang
menetukan kadar GDP. Indikasi insulin :

1. Indikasi mutlak
DMT1

2. Indikasi relatif
a. Gagal mencapai target dengan penggunaan kombinasi anti hiperglikemia oral (AHO) dosis optimal (3-6
bulan)
b. DMT2 rawat jalan dengan:
i. Kehamilan
ii. Dekompensasi metabolik, yang ditandai antara lain dengan: gejala klasik diabetes dan penurunan
berat badan, glukosa darah puasa (GDP) > 250 mg/dL, glukosa darah sewaktu > 300 mg/dL, HbA1c >
9%, dan sudah mendapatkan terapi AHO sebelumnya
iii. Terapi steroid dosis tinggi yang menyebabkan glukosa darah tidak terkendali
iv. Perencanaan operasi yang kadar glukosa darahnya perlu segera diturunkan (lihat Bab V. Terapi insulin
pada perioperatif)
v. Beberapa kondisi tertentu yang dapat memerlukan pemakaian insulin, seperti infeksi (tuberkulosis) ,
penyakit hati kronik, dan gangguan fungsi ginjal.

Sediaan insulin diklasifikasikan berdasarkan :


- Asal
a. Insulin manusia
b. Insulin analog

- Lama kerja
Ketika sudah menetapkan akan menggunakan insulin sebagai terapi pada DM tipe 2, maka pendekatan terapi
sesuai dibawah ini :
Jadi, mulai dulu dengan pemberian insulin basal untuk mencapai kadar GDP sesuai target. Dimulai dengan
pemberian 10 U atau 0,1-0,2 U/kgBB/hari disuntikan subkutan pada malam hari (umumnya pukul 22.00).
Dievaluasi setiap 3-5 hari, dan diatur sesuai kebutuhan. Misalnya GD <90 mg/dl atau terdapat tanda-tanda
dan gejala hipoglikemia, maka kita turunkan dosisnya 2-4 U. Dan apabila GD 90-130 mg/dL kita pertahankan
dosisnya dan apabila GD >130 mmHg, kita naikkan dosisnya 2-4 U. Begitu seterusnya hingga mencapai
kadar GDP yang diinginkan.

Insulin basal yang ideal adalah insulin yang memiliki lama kerja >24 jam, tidak menyebabkan kejadian
nocturnal hypoglicemia, digunakan 1x/hari dll.

Cara penyuntikan insulin secara subkutan dengan lokasi :

Umumnya disuntikan di bagian perut. Tidak disarankan


kepada pasien untuk menyuntikan di bagian lengan,
karena apabila pasien menyuntikkan sendiri, resiko jarum
patah dapat terjadi ketika mencabut jarum setelah insulin
diinjeksikan di lengan.

Efek yang tidak diinginkan adalah :


1. Hipoglikemia
2. Lipodistrofi
3. Reaksi alergi
4. Dll

Penyimpanan insulin :
1. Catridge disimpan pada suhu 20-80C, baik yang sudah dibuka maupun yang belum.
2. Apabila sudah dibuka, harus segera digunakan dalam 28 hari.
3. Lindungi terhadap panas dan cahaya, tidak melebihi 250C.

Anda mungkin juga menyukai