Anda di halaman 1dari 5

Motor satu fasa : Konstruksi motor induksi satu fasa terdiri atas dua komponen yaitu stator dan

rotor. Stator adalah bagian dari motor yang tidak bergerak dan rotor adalah bagian yang
bergerak yang bertumpu pada bantalan poros terhadap stator. Motor induksi terdiri
atas kumparan-kumparan stator dan rotor yang berfungsi membangkitkan gaya
gerak listrik akibat dari adanya arus listrik bolak-balik satu fasa yang melewati kumparan-
kumparan tersebut sehingga terjadi suatu interaksi induksi medan magnet
antara stator dan rotor.

Prinsip Kerja :

Misalkan kita memiliki sebuah motor induksi 1 fasa dimana motor ini disuplai oleh sebuah
sumber AC 1 fasa. Ketika sumber AC diberikan pada stator winding dari motor, maka arus
dapat mengalir pada stator winding. Fluks yang dihasilkan oleh sumber AC pada stator
winding tersebut disebut sebagai fluks utama. Karena munculnya fluks utama ini maka
fluks medan magnet dapat dihasilkan oleh stator.

Gambar 3-Dampak adanya arus pada stator

Misalkan lagi rotor dari motor tersebut sudah diputar sedikit. Karena rotor berputar maka
dapat dikatakan bahwa konduktor pada rotor akan bergerak melewati stator winding.
Karena konduktor pada rotor bergerak relatif terhadap fluks pada stator winding,
akibatnya muncul tegangan ggl (gaya gerak listrik) pada konduktor rotor sesuai dengan
hukum faraday. Anggap lagi motor terhubung dengan beban yang akan dioperasikan.
Karena motor terhubung dengan beban maka arus dapat mengalir pada kumparan rotor
akibat adanya tegangan ggl pada rotor dan terhubungnya rotor dengan beban. Arus yang
mengalir pada rotor ini disebut arus rotor. Arus rotor ini juga menghasilkan fluks yang
dinamakan fluks rotor. Interaksi antara kedua fluks inilah yang menyebabkan rotor
didalam motor dapat berputar sendiri. Perlu diingat bahwa pada kondisi awal diasumsikan
rotor sudah diberi gaya luar untuk menggerakkan konduktor pada rotor, karena jika tidak
maka rotor akan diam terhadap fluks pada kumparan stator sehingga tidak terjadi
tegangan ggl pada kumparan rotor, sesuai dengan hukum faraday.
Gambar 4-Putaran pada rotor akibat fluks. Dimisalkan Rotor sudah berputar sedikit

Sebelumnya telah dibahas mengenai adanya arus stator yang mengakibatkan munculnya
arus pada rotor karena hukum faraday. Masing-masing arus menghasilkan fluks yang
mempengaruhi rotor. Bagaimana fluks tersebut mempengaruhi kecepatan putaran rotor
akan dibahas pada paragraf ini. Arus stator akan menghasilkan fluks utama, sedangkan
arus pada rotor menghasilkan fluks pada rotor. Masing-masing fluks ini akan
mempengaruhi arah putaran rotor, hanya saja arah keduanya berlawanan. Sesuai hukum
lorentz, apabila kita memiliki sebuah kabel yang dialiri arus dan terdapat fluks medan
magnet disekitar kabel tersebut maka akan terjadi gaya pada kabel tersebut. Karena
besarnya fluks pada stator dan rotor relatif sama maka gaya yang dihasilkan juga sama.
Namun karena arah gaya yang berbeda mengakibatkan rotor tidak berputar akibat kedua
gaya yang saling menghilangkan. Hal ini juga yang mengakibatkan motor induksi perlu
diputar sedikit, agar salah satu gaya yang dihasilkan oleh fluks lebih besar daripada yang
lainnya sehingga rotor dapat berputar.

Gambar 5-Saat rotor tidak berputar, total gaya akibat masing-masing fluks ialah 0
Gambar 6-Saat rotor sudah berputar sedikit, total gaya akan memiliki perbedaan sehingga terjadi
putaran

H-bridge rangkaian yang konfigurasi atau susunan transistornya sepeti membentuk huruf H.
Transistor ini digunakan sebagai switching atau sebagai saklar sehingga nantinya motor dapat
berputar searah jarum jam (clockwise) dan berlawanan arah jarum jam (counterclockwise).

Penerapan H.bridge banyak di gunakan pada pada driver motor. Dalam pengaplikasiannya, transistor
adalah komponen elektronika yang menjadi kunci utama dalam rangkaian H.bridge. Dan biasanya
transistor yang sering digunakan adalah tipe TIP 31 dan TIP 32.

Prinsip Kerja :

A = B = '0'
Karena input A dan B mempunyai logika yg sama '0' (0V), maka kedua transistor TIP31 (Q1 &
Q2) tidak akan mendapat picuan pada basisnya sehingga transistor bersifat cut-off atau transistor
bersifat seperti saklar yg terbuka. Dari rangkaian diatas terlihat pula bahwa kedua TIP 32 (Q3 & Q4)
bergantung pada TIP31 dimana basis kedua TIP32 terhubung pada kolektor TIP 31. Jadi, apabila tidak
ada arus yg mengalir pada kolektor TIP 31 maka basis TIP 32 juga tidak akan terpicu akibatnya motor
tidak akan berputar atau berhenti.

A = '0'; B = '1'

Saat input A diberi logika '0' (0V) dan input B diberi logika '1' (5V) maka Q2 akan saturasi
sedangkan Q1 tetap cut-off. Karena Q2 bersifat saturasi atau seperti saklar yang tertutup maka basis
Q3 akan mendapat picuan sehingga Q3 juga bersifat saturasi. Akibatnya arus akan mengalir dengan
urutan seperti berikut : Vs - Q3 - motor - Q1 - ground, sehingga motor akan berputar searah
jarum jam.

A = 1; B = 0

Saat input A diberi logika '1' (5V) dan input B diberi logika '0' (0V) maka Q1 akan saturasi
sedangkan Q2 cut-off. Akibatnya Q4 juga akan menjadi saturasi karena basis Q4 mendapat picuan
dari Q1. Sehingga arus akan mengalir dengan urutan seperti berikut : Vs Q4 - motor Q1 - ground
dan motor akan berputar berlawanan arah jarum jam.

\]
A = B ='1'

Jika kedua input diberi logika '1' secara bersamaan maka akan mengakibatkan semua transistor
dalam kondisi saturasi. Secara logika motor tidak akan berputar karena tidak ada beda potensial
pada ujung ujung konektornya. Namun hal ini akan menyebabkan timbulnya panas yang
berlebihan pada semua transistor sehingga dapat menyebabkan kerusakan. Oleh karena itu hal ini
harus dihindari.

Penerapan rangkaian H. Bridge ini banyak digunakan pada pengaturan motor DC untuk
menggerakkan motor secara putar kanan dan putar kiri dengan menggunakan transistor sebagai
saklar.

Anda mungkin juga menyukai