A. Metode Pengajaran
1
Abd. Rachman Shaleh, Didaktik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996),
hlm. 80.
2
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), hlm.
104.
16
17
suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pengajaran agar
tercapai tujuan pengajaran. Pengajaran yang artinya bahan pelajaran yang
disajikan atau proses penyajian bahan pelajaran. Dalam uraian ini istilah
pengajaran diartikan sebagai proses penyajian bahan oleh seseorang
kepada orang lain dengan tujuan agar orang lain itu menerima, menguasai
dan mengembangkan bahan itu.3
3
Ibn S. Lilih Bukit Karo-Karo, Metodologi Pengajaran, (Salatiga: Saudara, 1981), hlm.
3.
4
Depag RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Depag RI, 2001), hlm. 88.
5
Ramayulis, op. cit., hlm. 104.
6
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
(Jakarta: tp. 1982), hlm. 50-51.
7
Marasudin Siregar, Metodologi Pengajaran Agama (MPA), (Semarang: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo, 2003), hlm. 15.
18
8
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996, hlm. 73.
19
9
Omar Mohammad at-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1979), hlm. 585.
10
Marasuddin Siregar, Metodologi Pengajaran Agama (MPA), (Semarang: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo, 2003), hlm. 17.
20
a. Dasar Agama
Di samping dasar agama ada lagi dasar lain yang harus dijaga
di dalam metode mangajar dan dalam proses pendidikan sebagai
keseluruhan dasar ini kelihatan pada dasar bio psikologis yang
bermakna sekumpulan kekuatan dan ciri-ciri jasmaniah dan psikologis
yang mempengaruhi tingkah laku pelajar pada proses belajarnya. Maka
11
Ibid., hlm. 587-588.
21
1) Dasar Biologis
2) Dasar Psikologis
12
Ibid., hlm. 589.
22
3) Dasar Sosial
13
Ibid., hlm. 590-591.
23
akhirnya didapat pula cara mengajar yang baru.14 Dan sudah terkenal
sekali di kalangan kaum pendidik beberapa metode mengajar yang kerap
kali mereka gunakan sehari-hari dalam menjalankan proses belajar
mengajar untuk bermacam-macam mata pelajaran. Karenanya belajar
mengajar terkandung di dalamnya dua kegiatan pokok, yaitu kegiatan guru
dalam mengajar dan kegiatan murid dalam belajar. Mengajar pada
umumnya diartikan sebagai usaha guru untuk menciptakan kondisi-kondisi
atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi
antara murid dengan lingkungannya termasuk guru, alat pelajaran,
kurikulum dan instrumen pendidikan lainnya, sehinga tercapai tujuan
pelajaran yang telah ditetapkan. Berbagai teori belajar telah dikenal dan
masing-masing dapat memberi sumbangan mengenai proses belajar.
Namun, demikian belum ada satu teori belajar yang dapat dijadikan
pegangan untuk segala jenis belajar, karena berbagai jenis belajar
ditentukan menurut jenis tujuannya.
a. Metode Ceramah
14
Muhammad Zein, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Aka Group dan Indra
Buana, 1995), hlm. 169.
24
15
Jusuf Djajadisastra, Metode-Metode Mengajar I, (Bandung: angkasa, 19811), hlm. 15.
16
Ibid., hlm. 17.
17
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002), hlm. 35.
25
18
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 139.
19
Ramayulis, op. cit., hlm. 121.
20
Basyiruddin Usman, op. cit., hlm. 44.
26
21
Zuhairini, dkk., Methodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang: Fakultas Tarbiyah
IAIN Sunan Ampel, 1983), hlm. 87.
22
Basyiruddin, op. cit., hlm. 44.
27
23
Jusuf Djajadisastra, op. cit., hlm. 33.
24
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000), hlm. 199.
25
Abdurrahman Shaleh, op. cit., hlm. 84.
26
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, t.th.), hlm. 209.
27
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1995), hlm. 84.
28
28
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm. 204.
29
Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemmars, t.th.),
hlm. 80.
30
Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana di Perguruan Tinggi Agama, Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
1985), hlm. 232.
29
f. Metode Sorogan
Menurut Zamakhsyari Dhofir bahwa metode sorogan adalah
seorang murid mendatangi guru yang akan membacakan beberapa
baris al-Quran atau kitab-kitab bahasa Arab dan menerjemahkan kata
demi kata ke dalam bahasa tertentu yang pada gilirannya murid
mengulangi dan menerjemahkan kata perkata sepersis mungkin seperti
yang dilakukan gurunya.32
Adapun metode sorogan ini didasari atas peristiwa yang terjadi
ketika Rasulullah saw. menerima ajaran dari Allah SWT. melalui
malaikat Jibril mereka langsung bertemu satu persatu, yaitu antara
malaikat Jibril dan Rasulullah saw.
Kelebihan metode sorogan ini adalah:
1) Terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dengan
murid.
2) Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai
muridnya.
3) Murid yang IQnya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran,
sedangkan yang IQnya rendah ia membutuhkan waktu yang cukup
lama.
Kekuarangan metode sorogan ini adalah:
2) Tidak efisien karena hanya menghadap beberapa murid, sehingga
kalau menghadap murid yang banyak metode ini kurang begitu
tepat.
3) Membuat murid cepat bosan karena metode ini menuntut
kesabaran, ketaatan dan disiplin pribadi.33
31
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm. 201.
32
Armai Arief, op. cit., hlm. 150.
33
Ibid., hlm. 152.
30
g. Metode Katekesmus
Metode katekesmus adalah suatu cara menyajikan bahan
pelajaran dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sudah
ditentukan.
Kelebihan metode katekesmus ini adalah:
1) Keseragaman dan kemurnian pengatahuan akan terjamin, dengan
demikian maka amat baik dipakai dalam menyajikan mata
pelajaran agama.
2) Bahan pelajaran telah tertulis dalam buku pelajaran hingga hal ini
memudahkan serta meringankan beban guru.
Kekurangan metode katekesmus ini adalah:
1) Kurang memberi rangsangan untuk mengembangkan bahan
pelajaran sebab bahan-bahan tersebut sudah tersedia baik bagi
guru maupun bagi murid.
2) Inisiatif guru dan murid dikekang, pengetahuan guru dan murid
tidak luas.34
Inilah sebagian metode-metode proses belajar, pengajaran dan
pendidikan yang sering dipergunakan dalam pendidikan Islam, dan
banyak lagi metode dan cara-cara lain yang tidak sempat disebutkan.
Karenanya walaupun metode dan cara-cara pengajaran dan
bimbingan dalam pendidikan Islam berbeda-beda dan berlainan, akan
tetapi terdapat ciri-ciri dan sifat-sifat umum yang umum untuk
semuanya, menyebabkan ia mempunyai watak sendiri, sebagaimana ia
juga mempunyai tujuan-tujuan umum yang ingin dicapainya bersama
dan pada dasarnya bahwa keberadaan metode pengajaran dalam dunia
pendidikan dan pengajaran adalah berfungsi sebagai salah satu alat
yaitu alat untuk menyajikan bahan pelajaran dalam rangka pencapaian
tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
34
Ibn Lilih Bukit Karo-karo, op. cit., hlm. 22.
31
35
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 57.
36
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset,
2003), hlm. 100.
37
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1989), hlm. 102.
32
38
Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah
Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, (Jakarta: Depdiknas, 2003), hlm. 3.
39
Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma dan Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya, 1993), hlm.
19.
33
40
Depdiknas, Standar Kompetensi, op. cit., hlm. 4.
34
41
Ibid.
42
Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 77.
35
43
Ibid., hlm. 150.
36
44
Ibid., hlm. 156.