Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA VASKULAR

Untuk Memenuhi Tugas Individu Departemen Emergency di IGD RSUD


Bangil

Pembimbing akademik : Ns. Mukammad Fathoni,.S.Kep.,MNS


Pembimbing Lahan : Wiwit WIdyawati,.S.Kep,Ners

Disusun oleh :

Frandiana
135070218113001

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
1. Definisi Trauma Vaskular
Vascular berarti pembuluh darah yaitu arteri dan vena. Sifat masing-masing adalah makin
besar ukuran arteri, relative makin besar ukuran elastisitasnya. Berbeda dengan vena
yang banyak tergantung pada volume dan tekanan darah. Vena mempunyai struktur yang
berbeda dengan arteri dimana dindingnya lebih tipis, lumennya relative lebih luas dan
sifat konstraksinya lebih kurang. Sistem lain yang penting diketahui adalah system
kolateral baik pada arteri maupun pada vena. Sistem kolateral vena jauh lebih banyak
dibandingkan arteri. Sistem ini erat hubungannya dgn penentuan penanganan trauma
vascular.
Trauma merupakan suatu gangguan fisik yang menyebabkan terjadinya jejas. Trauma
dapat dibedakan menjadi trauma tumpul dan trauma tajam. Trauma vaskuler adalah
cidera yang terjadi pada pembuluh darah akibat adanya leserasi, kontusio, penusukan,
atau jatuh dan berbagai macam tipe cidera lainnya.

2. ETIOLOGI
Trauma tembus dapat diakibatkan oleh trauma tajam,senjata api kecepatan
rendah,senjata api kecepatan tinggi. Mekanisme trauma penting diketahui untuk
memperkirakan resiko cedera pembuluh darah. Secara keseluruhan luka tembak
merupakan penyebab terbanyak cedera pembuluh darah perifer, sedangkan luka tusuk
maupun laserasi merupakan 35% dari penyebab.

3. KLASIFIKASI TRAUMA
Trauma vascular disebabkan oleh suatu kekerasan fisik baik dalam bentuk trauma tajam,
trauma tumpul dan trauma iatrogenik.
1. Trauma tajam-luka tembak menyebabkan kerusakan pembuluh darah karena daya
penetrasi dgn kecepatan tinggi, terlebih lagi bila dalam bentuk pecahan peluru. Luka
tusuk benda-benda berujung tajam ataupun luka bacok akibat suatu kecelakaan
ataupun perkelahian tidak jarang menyebabkan trauma vascular.
2. Trauma tumpul yg sering adalah akibat kecelakan lalu lintas. Benturan langsung,
terjepit, bila menyertai suatu fraktur pembuluh darah dapat terjepit atau tertarik
melampaui daya elastisitas pembuluh darah tersebut.
3. Iatrogenik-intervensi arteriografi, kateterisasi jantung, kateterisasi transfemoral
bahkan penyuntikan intravena dapat menimbulkan bencana pembuluh darah.

4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari cidera vaskuler bervariasi tergantung tempat dan mode cidera
seperti :
- Perdarahan
- Memar
- Pembengkakan
- Nyeri
- Mati rasa

5. PATOFISIOLOGI
Vaskuler yg mengalami trauma, konsekuensinya terjadi 3 type kerusakan, yaitu: Ruptur
vascular komplet, rupture vaskuler inkomplet dan trauma vascular tertutup.
a) Ruptur vaskuler komplet
Ruptur vaskuler komplet umumnya disebabkan oleh uka bacok atau iris kadang
disebabkan oleh luka tusuk atau trauma tumpul. Pada keadaan ini pembuluh darah
putus total sehingga kedua ujung terpisah satu sama lain. Sifat khas pembuluh darah
terutama arteri, sebagai bagian dari mekanisme pertahanan tubuh untuk
menghentikan pendarahan yaitu konstriksi dan retraksi kedua ujung, serta
pembentukan thrombus dan kompresi jaringan di sekitarnya. Manifestasi klinik yg
timbul merupakan akibat terhentinya aliran darah ke distal seperti hilangnya pulsasi
arteri bgian distal dan iskemi jaringan.
b) Ruptur vascular inkomplet
Ruptur vaskuler inkomlet banyak disebabkan oleh luka tusuk, luka tembak. Patah
tulang dapat menyebabkan trauma vaskuler macam ini. Segera setelah trauma,
terjadi perdarahan, terbentuk hematoma, sedangkan bagian pembuluh darah yang
rupture mengalami retraksi dan konstriksi terbatas. Peristiwa ini justru
memperbesar efek, sehingga perdarahan sulit untuk berhenti. Manifestasi klinik
berupa hematoma dengan perdarahan yang sukar berhenti. Pulsasi bagian distal
tidak menghilang. Manifestasi lanjut berupa false aneuryme yaitu hematoma
dengan pembentukan jaringan fibrous disekitarnya. Aneurysma palsu ini membesar
secara progresif, dapat teraba fulsasi diatasnya. Bila trauma ini juga merobek vena
di dekatnya akan terjadi fistula arterio-venosa dimana terjadi pengaliran darah dari
arteri ke vena akibat adanya perbedaan tekanan intra luminal.
c) Trauma Vascular Tertutup
Trauma tumpul merupakan penyebab trauma vaskuler tertutup dimana
pembuluh darah terjepit diantara dua frakmen tulang atau teregang. Akibat yang
didapat terjadi pada pembuluh darah berupa trombosis intra luminal karena
kerusakan lapisan intima yang robek ini menjadi klep sehingga menutup
aliran darah, hematoma subintima jg dapat menyebabkan obstruksi dan bila
teregang timbul spasme. Manifestasi klinik adalah pulsasi arteri bagian distal
berkurang sampai hilang iskemia tanpa disertai perdarahan pada daerah trauma.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Indeks Arterial Pressure
Pemeriksaan indeks arterial pressure dinyatakan abnormal jika kecil dari
0,9diukur dengan membandingkan tekanan sistolik ditempat yang cedera diban
dingkan dengan tempat yang normal dengan menggunakan Doppler,
keakuratannya mencapai 95%. Data terakhir menunjukkan bahwa sensitifitas
72.5%, spesifisitas 100%, positive predictive value 100%, negative predictive
value 96%. Keterbatasan pemeriksaan ini jika
terdapat cedera di proksimal tempat pemeriksaan, pasien shock atau terdapat l
ukamultipel. Beberapa pusat pelayanan trauma telah menggunakan kriteria ini u
ntuk menyingkirkan kemungkinan cedera vaskuler pada penderita
dengan pemeriksaan fisik normal, normal indeks arterial pressure dan tanpa
trauma diproksimalnya dan tanpa luka multipel.
b) Ultrasonografi Duplex
Pada beberapa penelitian ternyata duplex ultrasonografi memiliki angka
sensitifitas 100% dan spesifisitas 97.3%. Kemungkinan negatif palsu mungkin
terjadi pada penderita luka tembak, trauma didaerah poplitea, atau didaerah
subklavikula, atau pada penderita dengan terpasang splint atau dressing. Alat ini
sangat bermanfaat ditangan ahli karena sangat akurat dan tepat karena angka
sensitifitas dan spesifisitasnya mendekati 100%. Keterbatasan alat ini karena
sangat tergantung kepada keahlian operator. Beberapa pusat trauma saat ini
telah menggunakan modalitas ini untuk menyingkirkan kemungkinan seseorang
menderita cedera pembuluh darah jika, pemeriksaan fisik normal dan duplex
ultrasonografi normal.
c) Arteriografi
Masih merupakan pemeriksaan baku emas dengan sensitifitas 99% dan
spesifisitas97%, biasanya tidak dibutuhkan pada cedera arteri ekstremitas atas,
karena
sebagian besar pasien mengalami cedera terbuka. Kadang kadang dibutuhkan p
emeriksaan arteriografi intra operative untuk menentukan lokasi cedera arteri.
d) CT Angiografi
Memberikann gambar dengan resolusi tinggi, dan dapat memberikan gambaran
detil kerusakan tulang dan jaringan lunak. Dari beberapa penelitian ternyata
angka sensitivitas dan spesifisitasnya sekitar 99% dan 87%. Beberapa pusat
trauma menyarankan penggunaan modalitas ini untuk menggantikan
pemeriksaan angiografi. Keakuratan sangat tinggi.

7. PENATALAKSANAAN
a) Penganganan Darurat/P3K vascular
Secara umum penanganan bertujuan memperbaiki dan mempertahankan keadaan
optimal pasien misalnya dengan memberikan cairan intravena dalam bentuk
apapun bila ditemukan tanda-tanda shock. Secara khusus penanganan darurat
ditujukan kepada membatasi atau menghentikan perdarahan dari luka. Cara-cara
sederhana yg dapat dikerjakan bila ada perlukaaan dengan perdarahan (P3K
Vasculer).
- Elevasi. Mengangkat bagian yang mengalami trauma lebih tinggi dari pada
posisi jantung dapat membantu mengurangi atau menghentikan perdarahan
vena.
- Penekanan langsung. Penekanan ini dikerjakan selama lima menit. Pressure
points. Adalah tempat penekanan pada arteri yang dapat menghambat
pengaliran darah ke bagian distal misalnya untuk arteri carotis pada processus
C-5, arteri subclavia pada tulang iga-1, arteri brachialis pada pertengahan
tulang humerus dan arteri femoralis pada daerah inguinal.
- Hemostats. Menggnakan bahan hemostats local atau melakukan krus
pembuluh darah. Dalam melakukan krus harus membersihkan dan melihat
langsung pembuluh darah yang dikrus (tidak boleh blind), dapat merusak
jarinagna lain misalnya nervus.
- Tampon (packing) bila cara diatas tidak dapat mengatasi perdarahan
terutama pembuluh darah yg letaknya dalam digunakan kain kasa atau verban
steril dimasukkan ke dalam luka dalam jumlah secukupnya.
- Penjahitan temporer. Penjahitan temporer dikerjakan pada daerah wajah
untuk mencegah penarikan jaringan.
- Tornikuet. Penggunaan tornikuet dalam P3K untuk menghentikan perdarahan
sering dilakukan oleh dokter, paramedic, dan awam. Sangat perlu diingatkan
bahwa penggunaan tornikuet mempunyai resiko bukan hanya menambah
perdarahan juga menyebabkan ischemia bagin distal. Beberapa cara dan
indikasi pemasangan tornikuet :
Tornikuet dipasang dgn tekanan diatas tekanan sistol. Tekanan dibawah

sistol akan memperhebat perdarahan venous.


Waktu pemasangan harus dicatat, diawasi dan tekanan diturunkan sampai

nol setiap 15 menit u/ mencegah iskhemi melalui kolateral.


Tornikuet dipasang bila cara-cara diatas gagal menghentikan perdarahan-

perdarahan mengancam hidup penderita dan vitalitas bagian distal tak


diharapkan lagi.
Pada trauma tertutup terlihat hematoma dgn cepat

b) Penanganan Definitif.
Tempat penanganan adalah puskesmas atau rumah sakit dgn fasilitas yg lengkap
(tergantung fasilitas dan interfensi bedah yg harus dikerjakan).
Arteri
Macam tindakan yg dikerjakan tergantung pd bentuk kerusakan dan lokasi
kerusakan, dapat berupa ligasi atau penjahitan atau graft atau trombektomi.
- Ruptur komplet. Ligasi dapat saja dikerjakan bila sirkulasi kolateral cukup. Bila
sirkulasi kolateral tidak atau meragukan maka penyambungan atau
penggunaan graft merupakan pilihan. Ligasi dapat dikerjakan pada : arteri
radialis atau ulnaris, arteri tibialis anterior atau posterior, arteri femoralis
profunda, aretri iliaca interna. Ganggren distal dapat terjadi bila ligasi
dikerjakan pada arteri aksilaris, arteri brachialis, arteri femoralis proksimal
percabangan dan arteri poplitea. Penyambungan arteri dikerjakan bila
disebabkan o/ trauma tajam tanpa kehilangan jaringan pembuluh darah. Bila
kehilangan sebagian jaringan pembuluh darah atau sengaja dibuang karena
rusak maka grafting merupakan pilihan. Donor biasanya diambil dari vena,
seperti V.Saphena magna. Pengguanaan graft dari vena harus dipasang
terbalik mengingat dalam vena tungkai terdapat klep.
- Ruptur inkomlet. Bentuk robekan dapat linier, oblik atau transversal, satu sisi
atau dua sisi. Pada oblik dan transversal langsung dijahit sedangkan pada linier
terlebih dua sisi, sebaiknya dengan patch graft untuk mencegah
penyempitan lumen.
- Trauma arteri tertutup. Pada Keadaan ini penentuan panjang kerusakan perlu
karena tindakan terbaik adalah reseksi, kemuadian dipasang graft.
Vena
Dinding vena jauh lebih tipis daripada arteri, factor-faktor pembekuan darah
vena lebih kurang disbanding arteri sehingga perdarahan dari vena lebih sulit
dikontrol dibandingkan dari arteri. Kelebihan vena adalah mempunyai
kolaterale lebih banyak. Tindakan yang dikerjakan untuk trauma vena adalah
ligasi atau penjahitan atau penyambungan pada vena tetentu. Ligasi sebaiknya
dihindarkan pada vena femoralis komunis dan vena poplitea, disamping vena-
vena besar intra abdominal dan intra torakal.
Fistula Arteriovenosa
Keadaan ini merupakan komplikasi dari rupture inkomplet arteri dan vena
letaknya berdekatan dimana terjadi pengaliran sebagian darah arteri ke dalam
vena. Sebelum tindakan perlu menentukan apakah lesi pembuluh darah ini
dijahit atau diligasi. Setelah itu arteri dan vena ditangani masing-masing sesuai
dijelaskan sebelumnya.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam mengerajakan pembedahan trauma
vascukar:
- Pembedahan sebaiknya dikerjakan dalam 4 jam pertama, untuk membtasi
komplikasi bagian distal. Makin lama dikerjakan makin bertambah luas iskhemi
dan keberhasilan kerja makin berkurang.
- Resusitasi kardiovaskuler dan pernapasan.
- Perlu diberikan antibiotika dan antitetanus.
- Persiapan preoperative.
- Melokalisasi darah vascular yg cedera.
- Insisi searah dengan pembuluh darah, dilanjutkan dengan eksplorasi bagian
proksimal u/ control perdarahan ( dengan klem khusus).
- Eksplorasi bagian distal u/ control perdarahan balik.
- Bebaskan pembuluh darah dari hematoma, kemudian menilai serta
menentukan tindakan.
- Pada trauma vasculer tertutup dengan trombose, dikerjakan reseksi kemuadian
disambung. Bentuk insisi oblik, dianjurkan menggunakan heparin ke distal
2000-3000 unit (diencerkan dgn NaCl 20-3- ml ) dan ke proksimal 500-1000 unit
dalam lima sampai sepuluh ml. Dgn graft atau tanpa graft sambungan dijahit
dgn benag monofilament (polyetylen) 0-5 atau 0-6. Pada rupture komplet
ujung0ujung dieksisi secara oblik kemudian dibebaskan dari bekuan darah.
Penyambungn sana dgn cara diatas. Demian pula pada rupture inkomplit.
Penggunaan papaverin atauprocain intra luminal ke distal memberikan
vasodilatasi. Baroek melaporkan hasil penanganan trauma vascular di Surabaya
dari 25 kasus : amputasi satu kasus, meninggal 3 kasus, dan pulang paksa 5
kasus. Penjahitan cara kontinuos dgn tepi jahitan keuar.
- Selesai penyambungan klem distal dilepaskan, kemudian proksimal.
Maksudnya bila ada udara dalam pembuluh darah akan terdorong balik dan
keluar dari jahitan, demikian dengan bagian proksimal.
- Debrideman luka, re-eksplorasi/evaluasi kembali, dipasang drain dan luka
ditutup tanpa adanya ketegangan jaringan. Pengguanaan verban melingkar
dihindarkan.
- Imobilisasi organ yg mengalami trauma.

8. PERAWATAN POST OPERASI


Pengawasan vitalitas bagian distal tiap jam. Bila pulsasi distal tidak ada atau tidak adekuat
perlu segera arteriografi.Mungkin perlu rekonstruksi kembali. Pemberian obat-obat
vasodilator dapat meberikan hasil. Mobilisasi sebaiknya setelah satu minggu. Drain
dicabut setelah 3 hari bila tidak ada cairan keluar.
- Terapi inisial
Evaluasi dan terapi awal mengikuti guidelines ATLS yang telah ditetapkan
olehAmerican College of Surgeons. Manajemen untuk cedera yang mengancam
nyawa lebih prioritas dibandingkan dengan cedera yang mengancam tungkai.
Kecuali dalam keadaan cedera pembuluh darah besar diaorta, dianut prinsip scoop
and run.
- Repair Arteri
Repair arteri, mengikuti urutan akses, eksposure,kontrol dan repair. Kontrol perdar
ahan sementara dapat dilakukan dengan menggunakan penekanan dengan
jari jariatau balut tekan. Tidak dianjurkan melakukan klem pada arteri secara blind
karena bisamencederai organ disekitarnya seperti saraf. Pasien posisi supine dengan
lengan pada posisi ekstensi dan abduksi 90 derajat.
- Endovaskuler
Tindakan ini mulai dilakukan sejak tahun 1991. Merupakan tindakan alternatif
untuk tindakan pembedahan . Untuk ekstremitas atas jika ditemukan
thrombus dapat dilakukan
thrombectomy dengan kateter atau dengan kateter directed lytic therapy, sesudah
thrombus keluar dilakukan angioplasty untuk aposisi intimal flap ke dinding
pembuluh darah. Covered stent dapat dilakukan jika terdapat transeksi partial,
tetapi pemakaiannya sebaiknya hanya pada kasus yang mengancam jiwa sehingga
tidak bisa dilakukan operasi repair yang membutuhkan waktu lama. Penggunaan
endovaskuler untuk cedera pada ekstremitas atas masih terbatas.
- Amputasi
Salah satu pertimbangan yang sulit dalam penanganan trauma vaskuler adalah
kapan dan dimana dilakukan amputasi. Usaha usaha agresif untuk melakukan
revaskularisasi tidak selalu dibenarkan, diperlukan pertimbangan pertimbangan
tertentu sehingga pasien
tercegah dari waktu perawatan yang lama, kehilangan jam kerja yang lama,
meningkatnya kejadian sepsis, bahkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai