(Tanaman Hortikultura)
(Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan)
Oleh
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN
Tanaman tidak akan pernah lepas dari pada suatu penyakit, penyakit itu sendiri
mempunyai bermacam-macam sifat dan dampak yang ditimbulkan. Timbulnya
gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan
patogen. Penamaan gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit,
perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya. Sebagai
akibat terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit, maka akan terjadi
perubahan pada tanaman dalam bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain.
Perubahan tersebut seringkali merupakan gejala yang khas untuk penyakit
tertentu. Tetapi adakalanya untuk satu macam penyakit menimbulkan lebih dari
satu macam perubahan. Sering kali patogen penyebab penyakit tersebut dapat
ditemukan pada jaringan yang terserang (internal) atau pada bagian permukan
jaringan (eksternal) dalam bentuk tubuh buah, sclerotium dan sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diadakan praktikum pengenalan gejala dan
tanda penyakit (tanaman hortikultura), sehingga praktikan dapat mengidentifikasi
kan suatu penyakit tanaman dan dengan itu praktikan dapat melakukan
penanggulanggan atau pun pengendalian agar penyakit- pnyakit tanaman tersebut
dapat di minimalisir kan atau bahkan di sembuhkan sehingga tanaman dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik.
1.2 Tujuan Praktikum
Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biotik atau parasit
dan abiotik atau non parasit. Biotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya
menular atau infeksius, msalnya jamur, bakteri, nematoda, mycoplasma dan
tanaman tinggi parasitik. Abiotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya tidak
menular atau non infeksius. Penyakit-penyakit karena penyebab abiotik sering
disebut penyakit fisiologis/fisiogenis, sedangkan patogennya disebut fisiopath.
Fisiopath tersebut antara lain kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, kondisi
tanah yang kurang baik, dan kerusakan karena mekanik dan zat-zat kimia
(Semangun, 1994).
Penyakit dapat dikenal dengan mata telanjang dari gejalanya. Penyakit tumbuhan
yang belum ada campur tangan manusia merupakan hasil interaksi antara patogen,
inang dan lingkungan. Konsep ini disebut dengan segitiga penyakit atau plant
disease triangle, sedangkan penyakit tanaman yang terjadi setelah campur tangan
manusia adalah interaksi antara patogen, inang, lingkungan dan manusia. Konsep
ini disebut segi empat penyakit atau plant disease square(Triharso, 1996).
Pengenalan jenis - jenis penyakit pada tanaman dapat dilakukan dengan cara
percobaan di lapang pada setiap fase pertumbuhan tanaman. Timbulnya penyakit
dapat bervariasi tergantung dari fase pertumbuhan tanaman, musim, lokasi dan
varietas. Kombinasi dari beberapa penyakit dapat terjadi misalnya kombinasi
beberapa cendawan atau bahkan kombinasi dari cendawan, bakteri, dan virus
(Wigenasanta, 2004).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis, mikroskop majemuk,kaca
preparat dan tutupnya, jarum pentul, dan pipet tetes. Sedangkan, bahan yang
digunakan yaitu air dan bagian tanaman yang bergejala.
Hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
No Gambar Keterangan
1 Bercak daun cercospora Patogen: Mycosphaerella musicolla
Gejala : Daun menguning, terdapat
bercak holo berwarna coklat
4.2 Pembahasan
Gejala awal berupa bercak berbentuk bulat telur dan terkadang berbentuk berlian
yang membesar dan berwarna cokelat pucat yang dikelilingi oleh halo kuning.
Bercak terkadang terlihat seperti cincin-cincin dan terbentuk di sekeliling bercak
Sigatoka. Bercak yang membesar berbentuk sabit dan dapat memanjang menjadi
coreng berwarna cokelat pucat yang dapat meluas sampai tulang daun utama
(Mulyani, 2008).
Daur hidup penyakit ini yaitu bakteri dapat bertahan dalam tanah paling sedikit
selama satu tahun. Bakteri terbawa tanah yang hanyut oleh air kemudian
menginfeksi akar-akar dan batang pisang melalui luka-luka. Infeksi melalui
parang dapat terjadi pada waktu membersihkan batang, memotong bunga jantan,
dan memotong anakan pisang. Penyakit juga dapat menular dengan bantuan
serangga dan menginfeksi buah (Mulyani, 2008).
Pengendalian bercak daun cordana yaitu tidak menanam pisang di bawah naungan
yang lebat dan tidak menanam pisang terlalu rapat. Jika diperlukan becak daun
Cordana dapat dikendalikan dengan fungisida seperti yang dipakai untuk becak
daun Cercospora (Rukmana, 1997).
Usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit ini
ialah Tidak menanam jenis pisang yang rentan terinfeksi patogen, menanam
bibit yang sehat dari tanaman yang bebas penyakit,pemeliharaan dengan hati-
hati untuk menghindari pelukaan pada tanaman, mengendalikan hama nematoda
yang mampu menyebabkan luka pada tanaman, Penggunaan agen antagonis,
jenis agens antagonis yaitu; Gliocladium sp, Fusarium oxysporium avirulen,
Trichoderma harzianum (Wigenasantana, 1994).
Penyakit kerdil pada tanaman pisang disebabkan oleh Banana Bunchy Top Virus
yang menyerang pisang melalui vektor. Sampai sekarang sifat virus tersebut
belum diketahui dan belum dapat dimurnikan. Penyakit ini mudah disebarkan
melalui bahan tanaman dan kutu daun. Tidak dapat ditularkan melalui alat
pertanian atau cairan tanaman sakit. Perkembangan pernyakit ini sangat dibantu
oleh hujan, suhu tinggi, kesuburan tanah dan keadaan yang terlindung. Di dataran
tinggi penularan penyakit oleh vektornya lebih baik. Gejala bervariasi dan timbul
pada bermacam-macam umur tanaman. Pada pangkal daun kedua atau ketiga,
apabila dilihat permukaan bawahnya dengan cahaya tembus, akan tampak adanya
garis-garis hijau tua sempit yang terputus-putus. Pada punggung tangkai daun
sering terdapat garir-garis hijau tua, kadang-kadang tulang daun menjadi jernih
sebagai gejala pertama terjadinya infeksi. Selanjutnya daun muda lebih tegak,
pendek, sempit dengan tangkai yang lebih pendek dari biasanya, menguning
sepanjang tepinya, dan mengering. Daun menjadi rapuh dan mudah patah.
Tanaman terhambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung
batang palsu (Agrios, 2003).
Morfologi dan daur Hidup Bunchy Top Virus atau Banana Virus, sampai sekarang
sifat virus tersebut belum diketahui dan belum dapat dimurnikan. Mudah
disebarkan melalui bahan tanaman dan kutu daun. Tidak dapat ditularkan melalui
alat pertanian atau cairan tanaman sakit.Perkembangan pernyakit dibantu oleh
hujan, suhu tinggi, kesuburan tanah dan keadaan yang terlindung. Pada dataran
tinggi penularan penyakit oleh vektornya lebih baik. Kerdil pisang dipencarkan
oleh bagian tanaman dan kutu daun. Sering anakan tidak menampakan gejala pada
saat di tanama, namun tunas-tunas akan terinfeksi setelah muncul kutu daun yang
sangat menyukai daun muda. Kutu daun terbawa oleh para pekerja atau karena
tertiup angin. Setelah di nokulasi oleh kutu daun, virus mengalir bersama cairan
tanaman turun ke batang (bonggol) kemudian ke anakan. Tanaman inang lainnya;
keladi, bunga tasbih, lengkuas, pacing, temu-temuan, helikonia, dan pisang liar
(Agrios, 2003).
Pengendalian yaitu jangan membawa tanaman pisang atau Heliconia keluar dari
daerah yang terjangkit kerdil pisang. Rumpun yang sakit dibongkar bersih dan
dicincang menjadi potongan-potongan kecil. Hanya menanam bibit yang diambil
dari rumpun yang benar sehat. Menyemprot tanaman pisang dengan insektisida
sistemik untuk memberantas Pentalonia, khusus di pembimbitan (jika ada)
(Rukmana, 1997).
Penyakit patek atau antraknosa sangat ditakuti terutama oleh petani cabai.
Serangan patek atau antraknosa ini mampu membuyarkan impian petani untuk
memetik hasil yang besar, bahkan tidak jarang justru menimbulkan kerugian
meskipun harga cabai sedang tinggi. Tanaman yang terserang penyakit patek atau
antraknosa yang disebabkan oleh infeksi Colletotrichum gloeosporioides
menunjukkan bercak cokelat dengan bintik-bintik berlekuk. Pada bagian tepi
bintik-bintik tersebut berwarna kuning membesar dan memanjang. Jika
kelembaban tinggi, cendawan akan membentuk lingkaran memusat atau
konsentris berwarna merah jambu. Serangan pada buah cabai biasanya diawali
dari bagian ujung buah yang mengakibatkan dieback atau mati ujung
(Martoredjo, 1984).
Daur hidup penyakit antraknosa melalui miselium dan spora cendawan penyebab
patek atau antraknosa sangat cepat. Biasanya cendawan Colletorichum
gleosporioides menyerang daun muda. Daun daun muda hanya rentan selama
5 hari pada waktu kuncup membuka dan selama 10 hari yang pertama pada waktu
daun berkembang. Setelah itu daun sudah membuka penuh, warnanya sudah
berubah dari warna perunggu menjadi pucat. Pada waktu ini kutikula sudah
terbentuk dan daun menjadi cukup tahan. Jika infeksi terjadi pada awal bagian
dari masa 15 hari tersebut maka daun akan segera layu dan rontok. Tetapi jika
infeksi terjadi pada tingkat yang lebih, kemudian daun sudah mempunyai
ketahanan dalam mencegah terjadinya kerusakan yang meluas, sehingga meskipun
sebagian daun berubah bentuk dan sangat banyak bercak bercak daun daun
tidak akan gugur (Tjahjadi, 1989).
Gejala yang umum pada tanaman kubis-kubisan adalah busuk basah, berwarna
coklat atau kehitaman, pada daun, batang, dan umbi. Pada bagian yang terinfeksi
mula-mula terjadi bercak kebasahan. Bercak-bercak tersebut membesar dan
mengendap (melekuk), bentuknya tidak teratur, berwarna coklat tua kehitaman.
Jika kelembaban tinggi jaringan yang sakit tampak kebasahan, berwarna krem
atau kecoklatan, dan tampak agak berbutir-butir halus. Disekitar bagian yang sakit
terjadi pembentukan pigmen coklat tua atau hitam. Pada serangan lanjut daun
yang terinfeksi melunak berlendir dan mengeluarkan bau yang khas. Jaringan
yang membusuk pada mulanya tidak berbau, tetapi dengan adanya serangan
bakteri sekunder jaringa tersebut menjadi berbau khas yang mencolok hidung.
Bau tersebut merupakan gas yang dikeluarkan dari hasil fermentasi karbohidrat
kubis.
Daur hidup penyakit busuk basah kubis oleh Erwinia carotovora adalah bakteri
dapat menyerang bermacam-macam tanaman pertanian maupun produksi
hasilnya, khususnya tanaman hortikultura. Pada umumnya iinfeksi terjadi melalui
luka atau lentisel. Infeksi dapat terjadi melalui luka-luka karena gigitan serangga
atau karena alat-alat pertanian. Larva dan imago lalat buah dapat menularkan
bakteri, karena serangga ini membuat luka dan mengandung bakteri dalam
tubuhnya. Di dalam simpanan dan pengangkutan infeksi terjadi melalui luka
karena gesekan, dan sentuhan antara bagian tanaman yang sehat dengan yang
sakit (Soeroto, 1994).
Daur hidup penyakit busuk basah wortel oleh Erwinia carotovora adalah Bakteri
dapat menyerang bermacam-macam tanaman pertanian maupun produksi
hasilnya, khususnya tanaman hortikultura. Bakteri dapat mempertahankan diri
dalam tanah dan sisa-sisa tanaman lapang. Pada umumnya infeksi terjadi melalui
luka atau lentisel. Infeksi dapat terjadi melalui luka-luka karena gigitan serangga
atau karena alat-alat pertanian. Larva dan Imago lalat buah dapat menularkan
bakteri, karena serangga ini membuat luka danmengandung bakteri dalam
tubuhnya. Sehingga daur penyakit akan tetap mampu menyerang tanaman selama
siklus dari perkembangan bakteri tidak terputus. Di dalam penyimpanan dan
pengangkutan infeksi terjadi melalui luka karena gesekan dan sentuhan antara
bagian tanaman yang sehat dengan yang sakit. Bakteri penyebab busuk lunak ini
merupakan salah satu tipe parasit luka. Oleh karena itu, penyakit ini akan
meningkat ketika tanaman inang terluka oleh alat-alat pertanian, angin,
pertumbuhan tanaman itu sendiri, atau disebabkan oleh serangga atau cacing.
Gejala awal dari busuk lunak yang menyerang sayuran segar ini adalah timbulnya
cairan-cairan pada bagian luka. Luka luka itu berkembang dengan cepat dan
meyebabkan pembusukan/pembekuan yang luas pada jaringan-jaringan yang
diserang/dirusak, sehingga tanaman yang diserang menjadi roboh. Penyakit sering
kali bermula dari bagian tanaman yang dekat dengan permukaan tanah. Pada
wertel biasanya penyakit dapat diketahui karena adanya layu pada bagian-bagian
tanaman yang terdapat atas permukaan tanah (Triharso, 1996).
V. KESIMPULAN
Mulyani, Nina dkk. 2008. Teknologi Budidaya Pisang Seri. Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor.