PENDAHULUAN
1
(transesterification) dimana reaksi antara senyawa ester dengan senyawa alkohol
serta katalis kalium hidroksida (KOH) menghasilkan dua produk yaitu metil ester
(biodiesel) dan gliserin. Beberapa tumbuhan yang dapat dijadikan bahan baku
pembuatan biodiesel adalah jarak pagar (Boesday, 2010; Lema, 2010), biji
nyamplung (Sudradjat dkk, 2006), dedak padi (Hikmah dan Zuliyana, 2010),
kelapa sawit (Tillotama dkk, 2012), kemiri (Mulana, 2011; Asif dan Dibyo, 2012),
biji Feun Kase (Thevetia peruviana) (Presson, 2014), dan biji nitas (R. Sudradjat
dkk, 2010)
Tumbuhan nitas (sterculia foetinda linn) memiliki potensi yang sangat besar
untuk dijadikan biodiesel karena inti bijinya memiliki kandungan minyak yang
cukup tinggi, yaitu sebesar 40% (Heyne, 1987). Selain kandungan minyaknya
yang cukup tinggi, minyak biji nitas juga tidak digunakan sebagai bahan konsumsi
seperti halnya minyak kedelai, minyak sawit dan minyak bunga matahari. Di NTT
khususnya di Pulau Timor, tumbuhan nitas ditemukan di seluruh daerah dan
batangnya dijadikan sebagai bahan baku konstruksi atau kayu bakar sedangkan
kulit, buah, daun, dan akarnya digunakan sebagai bahan perlengkapan pengobatan
tradisional (Gerson Njurumana, 2011) namun belum mendapat perhatian untuk
dikembangkan sebagai sumber Bahan Bakar Nabati (BBN) seperti biodiesel.
Tanaman nitas juga mampu tumbuh dengan mudah di lahan kritis dan termasuk
tumbuhan yang dapat tumbuh dengan cepat serta tersebar di seluruh nusantara
(Heyne, 1987). Karena tumbuh cepat dan mampu tumbuh pada lokasi kering,
maka tanaman ini mempunyai prospek digunakan untuk penutupan lahan pada
kondisi dimana jenis tumbuhan lain sulit tumbuh, seperti pada kondisi lahan pasca
penambangan.
Kegiatan penambangan ditujukan untuk mengambil bahan galian berharga
dari lapisan bumi, telah berlangsung sejak lama dimana kegiatan penambangan
digunakan untuk pemenuhan bahan baku pada pembangunan di segala sektor.
Permenhut RI Nomor P.4/Menhut-II/2011 mendefinisikan pertambangan adalah
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,
2
eksploitasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan, dan penjualan serta kegiatan pasca tambang.
Salah satu upaya dalam reklamasi lahan bekas penambangan adalah
revegetasi. Revegetasi yang merupakan bagian dari kegiatan reklamasi diartikan
sebagai usaha/kegiatan penanaman kembali pada lahan bekas tambang. Selain
untuk menghindari terjadinya bahaya, revegetasi ini juga berfungsi untuk
mengembalikan kualitas tanah seperti semula atau setidaknya mendekati. Semakin
tua umur suatu vegetasi reklamasi, maka kualitas tanah di lahan bekas
penambangan pun akan semakin membaik (Bandi Hermawan, 2011). Penentuan
jenis vegetasi yang cocok merupakan hal yang sangat penting dalam
melaksanakan revegetasi suatu lahan bekas penambangan. Kehadiran vegetasi erat
kaitannya dengan faktor Iingkungan. Kecocokan syarat tumbuh vegetasi dengan
kualitas (sifat fisik dan kimia) tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dari vegetasi reklamasi yang ada. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu
melakukan penelitian dengan judul PERHITUNGAN JUMLAH MINYAK
TRIGLISERIDA TUMBUHAN NITAS (Sterculia Foetida Linn) SEBAGAI
BAHAN BAKU PEMBUATAN BIODIESEL YANG DAPAT DIHASILKAN
DARI RENCANA REVEGETASI DAERAH PASCA TAMBANG PT. XYZ.
3
Agar pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat terarah dan
tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka perlu dilakukan pembatasan
masalah sebagai berikut:
1. Hanya membahas tentang perhitungan rendemen, pengujian densitas,
viskositas, angka setana dan nilai kalori dari minyak nabati biji nitas
(sterculia foetida linn) sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
2. Tidak membahas tentang pembuatan biodiesel.
3. Hanya membahas tentang perhitungan jumlah pohon nitas yang
direncanakan akan digunakan untuk revegetasi lahan pasca tambang
PT. XYZ.
4. Hanya membahas tentang perhitungan jumlah minyak nabati biji nitas
yang dapat diperoleh dari rencana penanaman pada revegetasi lahan
pasca tambang untuk dijadikan bahan baku pembuatan biodiesel
1. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
perusahaan mengenai tumbuhan lokal yang dapat dipakai serta
jumlahnya untuk rencana revegetasi lahan pasca tambang gamping.
Selain itu juga memberikan alternatif pemggunaan bahan bakar solar
dan menggantinya dengan biodiesel dari tumbuhan yang dipakai
4
untuk revegetasi yaitu nitas (sterculia foetida linn) ketika masa
produktif tumbuhan tersebut.
2. Perguruan Tinggi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang
berguna untuk dijadikan bahan acuan bagi mahasiswa lainnya yang
membutuhkan informasi mengenai uji sifat fisika-kimia dan
perhitungan jumlah minyak nabati yang dihasilkan dengan metode
sokletasi untuk bahan baku pembuatan biodiesel dengan
menggunakan tumbuhan nitas (sterculia foetida linn) dari rencana
revegetasi lahan pasca tambang gamping PT. XYZ.
3. Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wadah pengembangan
wawasan peneliti dan untuk memenuhi persyaratan Mata Kuliah
Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Sains dan
Teknik, Universitas Nusa Cendana,
BULAN
Tahapan 1 2 3
No Minggu Minggu Minggu
Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi
1
Literatur
Pengambilan
2
Data
Pengolahan
3 & Analisis
Data
Penyusunan
4
Laporan
5
Seminar dan
5
Perbaikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertambangan
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian
(mineral, batubara, panas bumi, migas).
6
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian. Pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan
pascatambang (Pengertian pertambangan sesuai UU Minerba No.4 Tahun 2009
Pasal 1).
7
tumbuhan, sifat fisik, kimia, serta biologi tanah. Sisa-sisa bekas galian tambang
menjadi lahan yang sangat tidak subur, bahkan mengandung unsur logam
(mercury) yang berbahaya bagi pertumbuhan tanaman (Subowo, 2010).
8
Revegetasi umumnya dilakukan dalam tiga tahap, mulai dari penanaman
vegetasi penutup tanah (cover crops), kemudian penanaman pohon cepat tumbuh
(fast growing species) dan terakhir menanam tanaman sisipan dengan jenis pohon
hutan klimaks (climax species) (Dermawan & Irawan, 2009).
Nitas (sterculia foetida linn) adalah sejenis pohon kerabat jauh kapuk randu
yang berasal dari Afrika Timur, Asia Tropik dan Australia. Nama marganya
diambil dari Sterculius atau Sterquilinus, yakni nama dewa pupuk pada mitologi
Romawi. Sedangkan nama spesiesnya, foetida (artinya berbau keras, busuk), nama
ilmiahnya merujuk pada bau tak enak yang dikeluarkan oleh pohon ini, terutama
dari bunganya.
Klasifikasi ilmiah tanaman nitas adalah seperti pada tabel 2.1 berikut:
9
Spesies Sterculia Foetida
Nama Binomial Sterculia Foetida Linn
Nama Perdagangan Kepuh
Kelumpang (Malaysia), Kabu-kabu (Batak), Kepok,
Kepuh, Kepoh (Jawa), Kalumpang (Madura),
Nama Daerah
Galumpang, Kalumpang (Sumbawa), Kalumea
(Kendari), Kalipa buru (Tidore), Nitas (NTT)
Sumber: Kepuh - Wikipedia Bahasa Indonesia
Pohon besar yang tumbuh tinggi ini sering ditemui di hutan-hutan dan
daerah pantai. Habitat nitas adalah dataran rendah hingga ketinggian sekitar 500
meter dpl terutama di daerah kering. Kayu pohonnya dapat digunakan sebagai
bahan konstruksi bangunan rumah, bahan pembuat kapal, kotak kontainer, dan
kertas pulp. Di Bali banyak digunakan sebagai bahan kerajinan dan di Jawa barat
untuk wayang golek. Daunnya berupa daun majemuk menjari, anak daun
berbentuk jorong, mudah rontok dan dapat digunakan sebagai obat untuk luka
dalam, patah kaki dan tangan atau terkilir. Bunganya berkelamin satu, berumah
satu, biasa terdapat pada ketiak daun yang masih muda, warna merah tua dan
mengeluarkan bau busuk. Buahnya untuk obat sakit kencing nanah, kulit buah
untuk ramuan obat sakit kelamin juga sebagai bahan pewarna batik. Bijinya rasa
manis dapat dimakan, mengandung minyak atau lemak, dapat untuk menggoreng.
Biji tanaman nitas yang mengandung asam lemak ini dapat digunakan sebagai
ramuan berbagai produk industri seperti kosmetik, sabun, shampoo, pelernbut
kain, cat, dan plastik.
Nitas dapat berbunga dan berbuah setiap tahun. Musim berbuah umumnya
terjadi pada bulan Agustus September. Buah nitas muda berwarna hijau muda,
setelah tua berwarna merah dan setelah masak buah nitas akan pecah dan biji
akan berhamburan keluar. Dalam satu buah nitas terdapat 12 16 biji. Kulit biji
tersusun dari 3 lapisan, lapisan terluar berwarna abu-abu, lapisan kedua seperti
spon agak keras berwarna krem sampai cokelat sedangkan lapisan kulit ke tiga
keras seperti tempurung berwarna cokelat muda sampai cokelat tua, daging biji
berwarna putih dan mengandung minyak. Jumlah biji kering sebanyak 493-495
butir/kg.
10
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
Gambar 2.2. Buah Dan Biji Nitas
Pada tabel 2.3 disajikan produktivitas dari tumbuhan nitas pada daerah NTT
dan Jawa Barat dari hasil penelitian Balai Besar Pasca Panen
11
Barat
Sumber: Hasil Analisa Laboratorium Balai Besar Pasca Panen, 2015
12
menjadi dua golongan, yakni kotoran yang terlarut dalam minyak dan
kotoran tidak terlarut. Kotoran tidak terlarut dalam minyak berupa sisa
kulit biji, air bebas, lilin dan karbon rantai panjang yang membuat
minyak jadi tidak jernih. Kotoran yang larut dalam minyak, berupa asam
lemak bebas, gum, protein, keton, dan aldehid.
3. Intermittent extraction (ekstraksi soxhlet)
Ekstraksi metoda soxhletasi, adalah mengekstrak sampel secara
berkesinambungan, cairan pengekstrak dipanaskan sehingga menguap,
uap cairan pengekstrak terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun untuk mengekstrak sampel dalam klongsong
dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati
sampel dalam klongsong (Jenis-Jenis Ekstraksi, 2009). Minyak nabati
umumnya larut dalam pelarut organik, seperti heksana dan benzena.
Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi, diuapkan
dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diambil dan
digunakan kembali.
Syarat-syarat pelarut yang digunakan dalam proses soxhletasi:
a. Pelarut mudah menguap seperti: heksana, eter, petroleum eter, metil
klorida dan alkohol.
b. Titik didih pelarut relatif rendah.
c. Sifat pelarut sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau
nonpolar. Contoh pelarutpelarut organik dengan kepolaran yang
semakin meningkat, dimulai dengan pelarut heksana, eter,
petroleum eter, atau kloroform, digunakan untuk memisahkan
senyawa senyawa terpenoid dan lipid.
Dibanding dengan cara terdahulu (distilasi), maka metoda soxhletasi ini
lebih efisien, karena:
a. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam
secara berulang kali.
b. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau
perkolasi.
c. Pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik.
13
Beberapa jenis sifat fisika-kimia dari bahan baku yang dapat menjadi
parameter awal bagi suatu jenis minyak nabati apakah dapat dijadikan sebagai
alternatif bahan baku energi baru terbarukan seperti:
1. Massa Jenis/Densitas
Massa jenis suatu zat menyatakan bobot komponen penyusun
dalam zat tersebut. Pengukuran massa jenis dilakukan dengan
membandingkan massa jenis minyak dengan massa jenis air pada suhu
25oC (Sulastri, 2011). Massa jenis minyak menjadi suatu parameter
penting untuk menentukan kualitas biodiesel, karena densitas
berhubungan erat dengan daya kerja dan nilai kalor dari biodiesel.
Densitas yang terlalu rendah akan menghasilkan nilai kalor yang tinggi
(Aziz dkk, 2011).
2. Viskositas
Viskositas yang tepat suatu bahan bakar diperlukan untuk operasi
dari suatu mesin agar menjadi lebih baik. Viskositas berperan penting
dalam Pelumasan, gesekan di antara bagian-bagian mesin yang bergerak,
dan keausan mesin. Kecepatan alir bahan bakar melalui injektor akan
mempengaruhi derajat atomisasi bahan bakar di dalam ruang bakar,
(Sulastri, 2011). Bahan bakar disel yang terlalu rendah viskositasnya
akan memberikan pelumasan yang buruk dan cenderung mengakibatkan
kebocoran pada pompa. Sebaliknya, viskositas yang terlalu tinggi akan
menyebabkan asap kotor karena bahan bakar lambat mengalir dan lebih
sulit teratomisasi, (Triana Kusumaningsih,dkk 2011). Vikositas suatu zat
dapat di ukur menggunakan viskometer Oswald.
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
15
Pengamatan lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan
dimana akan dilakukan penelitian dalam hal ini daerah sekitar Kota
Kupang dan Kabupaten Kupang untuk mencari keterdapatan
tumbuhan nitas (sterculia foetida linn) untuk pemilihan lokasi
pengambilan sampel biji nitas.
3. Pengambilan Data
Data yang diambil untuk pemenuhan kebutuhan penelitian ini terdiri
dari dua data, yaitu:
a. Data sekunder adalah data yang diambil dari data yang
sudah ada dalam hal ini diperoleh baik dari arsip-arsip
perusahaan, maupun data hasil penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya.
b. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dalam penelitian.
4. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperlukan telah terpenuhi maka pengolahan dan analisa
data dapat dilakukan. Dari data tentang biji nitas yang telah diambil
diekstraksi untuk menghasilkan minyak nabati biji nitas, dihitung
rendemen minyak nabati biji nitas, dan analisa Laboratorium untuk
uji sifat fisika-kimia minyak nabati nitas seperti viskositas, densitas,
angka setana dan nilai kalori. Selain itu juga dilakukan perhitungan
jumlah pohon nitas yang dapat ditanam pada lokasi pasca tambang.
Dari data tersebut dapat dihitung jumlah minyak nabati untuk bahan
baku pembuataan biodiesel yang diperoleh dari pohon nitas yang
akan ditanam pada rencana revegetasi lahan pasca tambang PT. XYZ
5. Penyusunan Laporan
Hasil yang didapat dari pengolahan dan analisis data kemudian
disajikan dalam bentuk suatu laporan penelitian.
16
Mulai
Masalah
Studi Literatur
Pengamatan Lapangan
Pengambilan Data
Selesai
17
Sampel biji nitas yang telah dikumpulkan dipisahkan secara
tradisional antara kulit dan bungkil bijinya. Bungkil biji nitas ditimbang
terlebih dahulu kemudian diblender untuk memperkecil ukuran bungkil biji
tersebut. Bungkil biji nitas yang telah diblender kemudian dikeringkan.
Sampel dimasukkan kedalam wadah alumunium dan dimasukkan kedalam
oven, suhu oven diatur 500C selama 6 jam. Bungkil biji nitas yang telah
dioven ditimbang kembali untuk mengetahui berat yang hilang selama
proses pengovenan, berat yang hilang tersebut ialah berat air yang
terkandung didalam biji nitas. Bungkil biji nitas yang telah kering ini
disimpan dalam wadah tertutup.
Rendemen =
18
beratnya. Dengan jalan yang sama piknometer diisi dengan akuades
dan ditimbang. Densitas dihitung dengan rumus berikut:
D= x air (g/mL)
Keterangan:
t
0
t0 0
Keterangan:
19
0 = viskositas air (mm2/s)
3. Bilangan Penyabunan
Dimasukan 2 gram minyak biji nitas ke dalam erlenmeyer 250
mL lalu ditambahkan secara perlahan 25 mL KOH 0,5 N beralkohol
kemudian ditutup dengan pendingin balik dan direfluks selama 30
menit pada suhu 700C (sampai sabun terbentuk). Selanjutnya
didinginkan, kemudian ditambahkan 1 tetes indikator pp 1% dan
dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai warna merah jambu hilang.
Dilakukan juga titrasi terhadap blanko. Dicatat volume HCl yang
terpakai. Rumus bilangan penyabunan adalah sebagai berikut:
B. Penyabunan =
20
Na2S2O3 0,1 N sampai warna biru hilang. Rumus bilangan Iod adalah
sebagi berikut:
( B S ) x N x 12,69
Angka iod =
G
Keterangan:
G = berat sampel
Keterangan:
ab
Kadar air = x 100 %
b
Keterangan:
21
b = berat sampel setelah dioven
22