Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebutuhan bahan bakar masyarakat dan industri setiap tahun mengalami
peningkatan, sementara pasokan bahan bakar dalam negeri mengalami kendala,
akibat produksi bahan bakar yang lebih rendah dibandingkan tingkat
konsumsinya. Produksi dari segi jumlah minyak mentah, Indonesia sanggup untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri, tapi impor minyak seperti solar harus
dilakukan karena kapasitas kilang minyak yang tersedia tidak mencukupi untuk
memenuhi seluruh permintaan solar dalam negeri (Widyawati, 2007). Kebutuhan
atau konsumsi minyak solar nasional adalah 23 milyar liter per tahun. Sekitar 15,5
milyar liter dari kebutuhan tersebut dipenuhi oleh kilang dalam negeri dan sisanya
dipenuhi melalui impor (Soerawidjaja et al., 2005).
Kebijakan Energi Nasional (2003), yang dijabarkan secara rinci dalam
Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006, menargetkan bahwa pada tahun 2025,
elastisitas energi dibawah satu dan terwujudnya energi primer yang didominasi
oleh sumber energi non-BBM (70%), dengan rincian: gas bumi (30%), batubara
(33%), bahan bakar nabati (5%), geothermal (5%), batubara cair (2%) dan lainnya
(termasuk biomassa, surya, angin, mikrohidro dan nuklir) (5%). Untuk menunjang
kebijakan tersebut, perlu pencarian dan pengembangan sumber energi alternatif
baru dan terbarukan. Bahan bakar alternatif yang dikehendaki adalah yang bahan
bakunya tersedia secara lokal, mudah didapat dan terpulihkan (renewable) yaitu
seperti biodiesel yang beberapa emisinya dikenal lebih ramah lingkungan
dibanding minyak solar (Soerawidjaja et al., 2005).
Biodiesel adalah bahan bakar cair alternatif yang diformulasikan khusus
untuk mesin diesel yang terbuat dari minyak nabati (bio-oil). Pada dasarnya
biodiesel adalah senyawa ester metil atau ester etil dan asam-asam lemak yang
dihasilkan dari reaksi antara minyak nabati dengan metanol atau etanol. Biodiesel
dibuat melalui suatu proses kimia yang disebut transesterifikasi

1
(transesterification) dimana reaksi antara senyawa ester dengan senyawa alkohol
serta katalis kalium hidroksida (KOH) menghasilkan dua produk yaitu metil ester
(biodiesel) dan gliserin. Beberapa tumbuhan yang dapat dijadikan bahan baku
pembuatan biodiesel adalah jarak pagar (Boesday, 2010; Lema, 2010), biji
nyamplung (Sudradjat dkk, 2006), dedak padi (Hikmah dan Zuliyana, 2010),
kelapa sawit (Tillotama dkk, 2012), kemiri (Mulana, 2011; Asif dan Dibyo, 2012),
biji Feun Kase (Thevetia peruviana) (Presson, 2014), dan biji nitas (R. Sudradjat
dkk, 2010)
Tumbuhan nitas (sterculia foetinda linn) memiliki potensi yang sangat besar
untuk dijadikan biodiesel karena inti bijinya memiliki kandungan minyak yang
cukup tinggi, yaitu sebesar 40% (Heyne, 1987). Selain kandungan minyaknya
yang cukup tinggi, minyak biji nitas juga tidak digunakan sebagai bahan konsumsi
seperti halnya minyak kedelai, minyak sawit dan minyak bunga matahari. Di NTT
khususnya di Pulau Timor, tumbuhan nitas ditemukan di seluruh daerah dan
batangnya dijadikan sebagai bahan baku konstruksi atau kayu bakar sedangkan
kulit, buah, daun, dan akarnya digunakan sebagai bahan perlengkapan pengobatan
tradisional (Gerson Njurumana, 2011) namun belum mendapat perhatian untuk
dikembangkan sebagai sumber Bahan Bakar Nabati (BBN) seperti biodiesel.
Tanaman nitas juga mampu tumbuh dengan mudah di lahan kritis dan termasuk
tumbuhan yang dapat tumbuh dengan cepat serta tersebar di seluruh nusantara
(Heyne, 1987). Karena tumbuh cepat dan mampu tumbuh pada lokasi kering,
maka tanaman ini mempunyai prospek digunakan untuk penutupan lahan pada
kondisi dimana jenis tumbuhan lain sulit tumbuh, seperti pada kondisi lahan pasca
penambangan.
Kegiatan penambangan ditujukan untuk mengambil bahan galian berharga
dari lapisan bumi, telah berlangsung sejak lama dimana kegiatan penambangan
digunakan untuk pemenuhan bahan baku pada pembangunan di segala sektor.
Permenhut RI Nomor P.4/Menhut-II/2011 mendefinisikan pertambangan adalah
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,

2
eksploitasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan, dan penjualan serta kegiatan pasca tambang.
Salah satu upaya dalam reklamasi lahan bekas penambangan adalah
revegetasi. Revegetasi yang merupakan bagian dari kegiatan reklamasi diartikan
sebagai usaha/kegiatan penanaman kembali pada lahan bekas tambang. Selain
untuk menghindari terjadinya bahaya, revegetasi ini juga berfungsi untuk
mengembalikan kualitas tanah seperti semula atau setidaknya mendekati. Semakin
tua umur suatu vegetasi reklamasi, maka kualitas tanah di lahan bekas
penambangan pun akan semakin membaik (Bandi Hermawan, 2011). Penentuan
jenis vegetasi yang cocok merupakan hal yang sangat penting dalam
melaksanakan revegetasi suatu lahan bekas penambangan. Kehadiran vegetasi erat
kaitannya dengan faktor Iingkungan. Kecocokan syarat tumbuh vegetasi dengan
kualitas (sifat fisik dan kimia) tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dari vegetasi reklamasi yang ada. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu
melakukan penelitian dengan judul PERHITUNGAN JUMLAH MINYAK
TRIGLISERIDA TUMBUHAN NITAS (Sterculia Foetida Linn) SEBAGAI
BAHAN BAKU PEMBUATAN BIODIESEL YANG DAPAT DIHASILKAN
DARI RENCANA REVEGETASI DAERAH PASCA TAMBANG PT. XYZ.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah yang dirumuskan dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana rendemen dan karakteristik fisik-kimia minyak nabati biji nitas
(sterculia foetida linn)?
2. Berapa banyak pohon nitas (sterculia foetida linn) yang dapat ditanam
untuk rencana revegetasi pada lahan pasca tambang PT. XYZ yang
memiliki luas 1 hektar?
3. Berapa banyak minyak nabati biji nitas (sterculia foetida linn) yang dapat
diperoleh untuk dijadikan bahan baku pembuatan biodiesel dari rencana
revegetasi pada lahan pasca tambang gamping PT. XYZ yang memiliki
luas 1 hektar?
1.3. Batasan Masalah

3
Agar pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat terarah dan
tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka perlu dilakukan pembatasan
masalah sebagai berikut:
1. Hanya membahas tentang perhitungan rendemen, pengujian densitas,
viskositas, angka setana dan nilai kalori dari minyak nabati biji nitas
(sterculia foetida linn) sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
2. Tidak membahas tentang pembuatan biodiesel.
3. Hanya membahas tentang perhitungan jumlah pohon nitas yang
direncanakan akan digunakan untuk revegetasi lahan pasca tambang
PT. XYZ.
4. Hanya membahas tentang perhitungan jumlah minyak nabati biji nitas
yang dapat diperoleh dari rencana penanaman pada revegetasi lahan
pasca tambang untuk dijadikan bahan baku pembuatan biodiesel

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Rendemen dan karakteristik fisik-kimia minyak nabati biji nitas (sterculia
foetida linn).
2. Jumlah pohon nitas (sterculia foetida linn) yang dapat ditanam untuk
rencana revegetasi pada lahan pasca tambang PT. XYZ yang memiliki luas
1 hektar?
3. Jumlah minyak nabati biji nitas (sterculia foetida linn) yang dapat
diperoleh untuk dijadikan bahan baku pembuatan biodiesel dari rencana
revegetasi pada lahan pasca tambang PT. XYZ yang memiliki luas 1
hektar?

1.5. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
diantaranya:

1. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
perusahaan mengenai tumbuhan lokal yang dapat dipakai serta
jumlahnya untuk rencana revegetasi lahan pasca tambang gamping.
Selain itu juga memberikan alternatif pemggunaan bahan bakar solar
dan menggantinya dengan biodiesel dari tumbuhan yang dipakai

4
untuk revegetasi yaitu nitas (sterculia foetida linn) ketika masa
produktif tumbuhan tersebut.
2. Perguruan Tinggi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang
berguna untuk dijadikan bahan acuan bagi mahasiswa lainnya yang
membutuhkan informasi mengenai uji sifat fisika-kimia dan
perhitungan jumlah minyak nabati yang dihasilkan dengan metode
sokletasi untuk bahan baku pembuatan biodiesel dengan
menggunakan tumbuhan nitas (sterculia foetida linn) dari rencana
revegetasi lahan pasca tambang gamping PT. XYZ.
3. Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wadah pengembangan
wawasan peneliti dan untuk memenuhi persyaratan Mata Kuliah
Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Sains dan
Teknik, Universitas Nusa Cendana,

1.6. Jadwal Penelitian


Kegiatan penelitian direncanakan selama 3 bulan, dengan jadwal kegiatan
penelitian seperti dalam tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

BULAN
Tahapan 1 2 3
No Minggu Minggu Minggu
Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi
1
Literatur
Pengambilan
2
Data
Pengolahan
3 & Analisis
Data
Penyusunan
4
Laporan

5
Seminar dan
5
Perbaikan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertambangan
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian
(mineral, batubara, panas bumi, migas).

6
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian. Pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan
pascatambang (Pengertian pertambangan sesuai UU Minerba No.4 Tahun 2009
Pasal 1).

2.2. Lingkungan Pascatambang


Kegiatan pertambangan mempunyai karakteristik yang khas dibandingkan
dengan karakteristik kegiatan lainnya, terutama menyangkut sifat, jenis dan
lokasinya. Kegiatan pertambangan melibatkan eksploitasi sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui dan sering ditemukan pada lokasi-lokasi terpencil.
Menurut Soemarno (2006) bahwa keberadaan pertambangan secara signifikan
menjadi sektor yang sangat strategis dan sentral dalam kerangka pembangunan
nasional. Namun demikian kegiatan pertambangan apabila tidak dilaksanakan
secara tepat dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan terutama
gangguan keseimbangan permukaan tanah yang cukup besar.
Dampak lingkungan kegiatan pertambangan antara lain : penurunan
produktivitas tanah, pemadatan tanah, terjadinya erosi dan sedimentasi, terjadinya
gerakan tanah atau longsoran, terganggunya flora dan fauna, terganggunya
keamanan dan kesehatan penduduk, serta perubahan iklim mikro.
Menurut Kustono & Kusumodiharjo (1995) dampak lingkungan akibat
penambangan dapat berupa penurunan produktivitas tanah, pemadatan tanah, erosi
dan sedimentasi, geraakan tanah dan longsoran, gangguan terhadap flora dan
fauna, gangguan terhadap keamanan dan kesehatan penduduk serta perubahan
iklim mikro. Selain itu air asam tambang dikenal sebagai masalah lingkungan
utama dalam pertambangan batubara dan emas (Tiwary & Dhar, 1994).
Dampak dari pertambangan batubara sistem terbuka ini adalah penurunan
sifat sifat-sifat fisik dan kimia, perubahan tofografi lahan, hilangnya vegetasi
alami, berkurangnya satwa liar, selain itu juga dampak dari adanya pertambangan
menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem yang besar, padahal gangguan
logam berat pada lahan-lahan dapat mengubah secara mendasar masyarakat

7
tumbuhan, sifat fisik, kimia, serta biologi tanah. Sisa-sisa bekas galian tambang
menjadi lahan yang sangat tidak subur, bahkan mengandung unsur logam
(mercury) yang berbahaya bagi pertumbuhan tanaman (Subowo, 2010).

2.3. Reklamasi dan Revegetasi Lahan Pascatambang


Reklamasi adalah usaha memperbaiki (memulihkan kembali) lahan yang
rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi secara
optimal sesuai dengan kemampuannya (Latifah, 2003). UU No 4 Tahun 2009
mendefinisikan reklamasi sebagai usaha untuk memperbaiki atau memulihkan
lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai
peruntukannya. Sasaran reklamasi adalah mengembalikan lahan tambang pada
kondisi yang mirip dengan kondisi sebelum penambangan (ELAW, 2002).
Tujuan jangka pendek reklamasi adalah membentuk bentang alam yang
stabil terhadap erosi. Selain itu reklamasi juga bertujuan mengembalikan lokasi
tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan
produktif. Bentuk lahan produktif yang akan dicapai menyesuaikan dengan
tataguna lahan pasca tambang.
Secara garis besar teknik reklamasi meliputi rekonstruksi tanah, penanaman
kembali permukaan tanah yang tergradasi, penampungan dan pengelolaan racun
dan air asam tambang (AAT) dengan menggunakan penghalang fisik maupun
tumbuhan untuk mencegah erosi atau terbentuknya AAT, pengaturan drainase, dan
tataguna lahan pasca tambang.
Revegetasi yang merupakan bagian dari kegiatan reklamasi diartikan
sebagai usaha/kegiatan penanaman kembali pada lahan bekas tambang. Permenhut
RI No 4 Tahun 2011 mendefinisikan reklamasi sebagai usaha untuk memperbaiki
dan memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman dan
pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan. Setiadi (1999),
mendefinisikan revegetasi sebagai suatu usaha manusia untuk memulihkan
kembali lahan kritis di luar kawasan hutan dengan maksud agar lahan tersebut
dapat kembalu berfungsi secara normal, sedangkan Parotta dalam Latifa (200),
menyatakan bahwa reklamsi dengan spesies-spesies pohon dan tumbuhan bawah
yang terpilih dapat memberikan peranan penting dalam mereklamasi hutan
tropika.

8
Revegetasi umumnya dilakukan dalam tiga tahap, mulai dari penanaman
vegetasi penutup tanah (cover crops), kemudian penanaman pohon cepat tumbuh
(fast growing species) dan terakhir menanam tanaman sisipan dengan jenis pohon
hutan klimaks (climax species) (Dermawan & Irawan, 2009).

2.4. Nitas (Sterculia Foetida Linn)

Nitas (sterculia foetida linn) adalah sejenis pohon kerabat jauh kapuk randu
yang berasal dari Afrika Timur, Asia Tropik dan Australia. Nama marganya
diambil dari Sterculius atau Sterquilinus, yakni nama dewa pupuk pada mitologi
Romawi. Sedangkan nama spesiesnya, foetida (artinya berbau keras, busuk), nama
ilmiahnya merujuk pada bau tak enak yang dikeluarkan oleh pohon ini, terutama
dari bunganya.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016


Gambar 2.1. Tumbuhan Nitas

Klasifikasi ilmiah tanaman nitas adalah seperti pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1. Klasifikasi Ilmiah Tanaman Nitas


Kerajaan Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo Malvales
Famili Malvaceae
Genus Sterculia

9
Spesies Sterculia Foetida
Nama Binomial Sterculia Foetida Linn
Nama Perdagangan Kepuh
Kelumpang (Malaysia), Kabu-kabu (Batak), Kepok,
Kepuh, Kepoh (Jawa), Kalumpang (Madura),
Nama Daerah
Galumpang, Kalumpang (Sumbawa), Kalumea
(Kendari), Kalipa buru (Tidore), Nitas (NTT)
Sumber: Kepuh - Wikipedia Bahasa Indonesia

Pohon besar yang tumbuh tinggi ini sering ditemui di hutan-hutan dan
daerah pantai. Habitat nitas adalah dataran rendah hingga ketinggian sekitar 500
meter dpl terutama di daerah kering. Kayu pohonnya dapat digunakan sebagai
bahan konstruksi bangunan rumah, bahan pembuat kapal, kotak kontainer, dan
kertas pulp. Di Bali banyak digunakan sebagai bahan kerajinan dan di Jawa barat
untuk wayang golek. Daunnya berupa daun majemuk menjari, anak daun
berbentuk jorong, mudah rontok dan dapat digunakan sebagai obat untuk luka
dalam, patah kaki dan tangan atau terkilir. Bunganya berkelamin satu, berumah
satu, biasa terdapat pada ketiak daun yang masih muda, warna merah tua dan
mengeluarkan bau busuk. Buahnya untuk obat sakit kencing nanah, kulit buah
untuk ramuan obat sakit kelamin juga sebagai bahan pewarna batik. Bijinya rasa
manis dapat dimakan, mengandung minyak atau lemak, dapat untuk menggoreng.
Biji tanaman nitas yang mengandung asam lemak ini dapat digunakan sebagai
ramuan berbagai produk industri seperti kosmetik, sabun, shampoo, pelernbut
kain, cat, dan plastik.
Nitas dapat berbunga dan berbuah setiap tahun. Musim berbuah umumnya
terjadi pada bulan Agustus September. Buah nitas muda berwarna hijau muda,
setelah tua berwarna merah dan setelah masak buah nitas akan pecah dan biji
akan berhamburan keluar. Dalam satu buah nitas terdapat 12 16 biji. Kulit biji
tersusun dari 3 lapisan, lapisan terluar berwarna abu-abu, lapisan kedua seperti
spon agak keras berwarna krem sampai cokelat sedangkan lapisan kulit ke tiga
keras seperti tempurung berwarna cokelat muda sampai cokelat tua, daging biji
berwarna putih dan mengandung minyak. Jumlah biji kering sebanyak 493-495
butir/kg.

10
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
Gambar 2.2. Buah Dan Biji Nitas

Tumbuhan nitas merupakan salah satu tanaman penghasil bahan bakar


nabati (BBN). Biji tanaman nitas rnengandung minyak sebesar 40% dan dapat
diproses menjadi biodiesel dengan tingkat emisi sangat rendah (Hyne, 1987).
Minyak biji nitas memiliki kandungan asam lemak yang didominasi oleh asam
palmitat dan asam linoleat (Sudradjat, 2010). Komposisi asam lemak minyak biji
nitas mirip dengan minyak kelapa sawit. Komposisi asam lemak dalam minyak
biji nitas dapat dilihat dalam tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2. Komposisi Asam Lemak Dalam Minyak Biji Nitas


Jenis Asam Lemak Konsentrasi (% Berat)
Asam Nonanoat (C9:0) 1,11
Asam Palmitat (C16:0) 26,45
Asam Stearat (C18:0) 3,34
Asam Oleat (C18:1) -
Asam Linoleat (C18:2) 17,98
Asam Linolenat (C18:3) -
Asam Palmitoleat (C20:0) 0,52
Sumber: Sudradjat, 2010

Pada tabel 2.3 disajikan produktivitas dari tumbuhan nitas pada daerah NTT
dan Jawa Barat dari hasil penelitian Balai Besar Pasca Panen

Tabel 2.3. Lokasi Tanaman Dan Produktivitas Tanaman


Curah Bilangan
Rata-rata Hasil Kadar
Asal Hujan Ketinggian asam (mg
berat biji biji/pohon minyak
Tanaman (mm / (mdpl) KOH / g
(gram) (kg) (%)
tahun) minyak)
NTT 960 514 2,24 12,1 44,36 3,13
Jawa 2600 65 2,08 10,48 42,6 2,80

11
Barat
Sumber: Hasil Analisa Laboratorium Balai Besar Pasca Panen, 2015

2.5. Minyak dan Lemak


Minyak dan lemak merupakan ester asam lemak dan gliserol atau gliserin,
dikenal juga dengan nama trigliserida. Rumus molekulnya dikenal sebagai
C3H5(COOR)3, jika gugus alkilnya sama. Minyak dan lemak dibedakan
berdasarkan titik lelehnya. Minyak merupakan cairan, sedangkan lemak berupa
padatan atau semi padatan pada suhu kamar (Rachimoellah, 2009). Trigliserida
atau triasil gliserol yang terbentuk dari asam lemak jenuh dengan rantai yang
panjang, memiliki titik leleh lebih tinggi daripada trigliserida yang disusun oleh
asam-asam lemak jenuh rantai pendek. Demikian juga dengan asam-asam lemak
tidak jenuh.
Pengambilan minyak/lemak dari biji buah tumbuhan, antara lain sebagai
berikut:
1. Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak/lemak dari material
yang mengandung kadar air yang relatif tinggi. Rendering terbagi dalam
dua cara, yaitu:
a. Wet rendering adalah proses rendering dengan menambahkan
sejumlah air selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini
dilakukan dengan menggunakan ketel yang tertutup, pada suhu
tinggi dan bertekanan udara sekitar 3-4 atmosfir.
b. Dry rendering. Pada cara ini bahan yang akan diambil
minyak/lemak-nya dimasukkan ke dalam ketel tanpa penambahan
air dan dipanaskan pada suhu sekitar 105 1100C, dan ketel
dibiarkan terbuka. Pada ketel dilengkapi dengan penyekat uap dan
alat pengaduk (agitator).
2. Pengepresan secara mekanik
Cara yang paling umum digunakan pada industri pengolahan minyak
adalahcara mekanis menggunakan alat pengepres. Alat pengepres yang
digunakan untuk kapasitas kecil biasanya hidrolik press, sedangkan untuk
kapsitas besar menggunakan srew press. Minyak yang dihasilkan dari
press mengandung impuritas/kemurnian yang bisa diklasifikasikan

12
menjadi dua golongan, yakni kotoran yang terlarut dalam minyak dan
kotoran tidak terlarut. Kotoran tidak terlarut dalam minyak berupa sisa
kulit biji, air bebas, lilin dan karbon rantai panjang yang membuat
minyak jadi tidak jernih. Kotoran yang larut dalam minyak, berupa asam
lemak bebas, gum, protein, keton, dan aldehid.
3. Intermittent extraction (ekstraksi soxhlet)
Ekstraksi metoda soxhletasi, adalah mengekstrak sampel secara
berkesinambungan, cairan pengekstrak dipanaskan sehingga menguap,
uap cairan pengekstrak terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun untuk mengekstrak sampel dalam klongsong
dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati
sampel dalam klongsong (Jenis-Jenis Ekstraksi, 2009). Minyak nabati
umumnya larut dalam pelarut organik, seperti heksana dan benzena.
Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi, diuapkan
dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diambil dan
digunakan kembali.
Syarat-syarat pelarut yang digunakan dalam proses soxhletasi:
a. Pelarut mudah menguap seperti: heksana, eter, petroleum eter, metil
klorida dan alkohol.
b. Titik didih pelarut relatif rendah.
c. Sifat pelarut sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau
nonpolar. Contoh pelarutpelarut organik dengan kepolaran yang
semakin meningkat, dimulai dengan pelarut heksana, eter,
petroleum eter, atau kloroform, digunakan untuk memisahkan
senyawa senyawa terpenoid dan lipid.
Dibanding dengan cara terdahulu (distilasi), maka metoda soxhletasi ini
lebih efisien, karena:
a. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam
secara berulang kali.
b. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau
perkolasi.
c. Pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik.

2.6. Uji Sifat Fisika-Kimia

13
Beberapa jenis sifat fisika-kimia dari bahan baku yang dapat menjadi
parameter awal bagi suatu jenis minyak nabati apakah dapat dijadikan sebagai
alternatif bahan baku energi baru terbarukan seperti:
1. Massa Jenis/Densitas
Massa jenis suatu zat menyatakan bobot komponen penyusun
dalam zat tersebut. Pengukuran massa jenis dilakukan dengan
membandingkan massa jenis minyak dengan massa jenis air pada suhu
25oC (Sulastri, 2011). Massa jenis minyak menjadi suatu parameter
penting untuk menentukan kualitas biodiesel, karena densitas
berhubungan erat dengan daya kerja dan nilai kalor dari biodiesel.
Densitas yang terlalu rendah akan menghasilkan nilai kalor yang tinggi
(Aziz dkk, 2011).
2. Viskositas
Viskositas yang tepat suatu bahan bakar diperlukan untuk operasi
dari suatu mesin agar menjadi lebih baik. Viskositas berperan penting
dalam Pelumasan, gesekan di antara bagian-bagian mesin yang bergerak,
dan keausan mesin. Kecepatan alir bahan bakar melalui injektor akan
mempengaruhi derajat atomisasi bahan bakar di dalam ruang bakar,
(Sulastri, 2011). Bahan bakar disel yang terlalu rendah viskositasnya
akan memberikan pelumasan yang buruk dan cenderung mengakibatkan
kebocoran pada pompa. Sebaliknya, viskositas yang terlalu tinggi akan
menyebabkan asap kotor karena bahan bakar lambat mengalir dan lebih
sulit teratomisasi, (Triana Kusumaningsih,dkk 2011). Vikositas suatu zat
dapat di ukur menggunakan viskometer Oswald.

14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2017
sampai Mei 2017.
3.2.2. Tempat Penelitian
Sampel biji nitas diambil di daerah sekitar Kota Kupang dan
Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Preparasi sampel
dilakukan di Laboratorium Teknik Pertambangan UNDANA dan
Laboratorium Teknik Mesin UNDANA. Uji sifat fisika-kimia minyak
nabati biji nitas dilakukan di Laboratorium FKIP Kimia UNDANA
dan Laboratorium Riset Terpadu UNDANA.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik,
termometer skala 100C, alat destilasi, alat soklet, gelas kimia, gelas
ukur, labu ukur, erlenmeyer, pengaduk, hot plate, piknometer,
viskometer oswald, oven, evaporator, termostat
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji nitas,
petroleum eter (PE), akuades, kertas saring, oksigen, KOH 0,5 N, HCl
0,5 N, iodin, asam asetat glasial,

3.3. Tahapan Penelitian


1. Studi Literatur
Tahapan ini dilakukan sebelum maupun selama penelitian
berlangsung. Literatur yang digunakan berasal dari jurnal-jurnal
penelitian, skripsi, maupun artikel yang dimuat di internet
2. Pengamatan Lapangan

15
Pengamatan lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan
dimana akan dilakukan penelitian dalam hal ini daerah sekitar Kota
Kupang dan Kabupaten Kupang untuk mencari keterdapatan
tumbuhan nitas (sterculia foetida linn) untuk pemilihan lokasi
pengambilan sampel biji nitas.
3. Pengambilan Data
Data yang diambil untuk pemenuhan kebutuhan penelitian ini terdiri
dari dua data, yaitu:
a. Data sekunder adalah data yang diambil dari data yang
sudah ada dalam hal ini diperoleh baik dari arsip-arsip
perusahaan, maupun data hasil penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya.
b. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dalam penelitian.
4. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperlukan telah terpenuhi maka pengolahan dan analisa
data dapat dilakukan. Dari data tentang biji nitas yang telah diambil
diekstraksi untuk menghasilkan minyak nabati biji nitas, dihitung
rendemen minyak nabati biji nitas, dan analisa Laboratorium untuk
uji sifat fisika-kimia minyak nabati nitas seperti viskositas, densitas,
angka setana dan nilai kalori. Selain itu juga dilakukan perhitungan
jumlah pohon nitas yang dapat ditanam pada lokasi pasca tambang.
Dari data tersebut dapat dihitung jumlah minyak nabati untuk bahan
baku pembuataan biodiesel yang diperoleh dari pohon nitas yang
akan ditanam pada rencana revegetasi lahan pasca tambang PT. XYZ
5. Penyusunan Laporan
Hasil yang didapat dari pengolahan dan analisis data kemudian
disajikan dalam bentuk suatu laporan penelitian.

3.4. Diagram Alir

16
Mulai

Masalah

Studi Literatur

Pengamatan Lapangan

Pengambilan Data

Data Sekunder Data Primer


Data jumlah biji per Rendemen, viskositas,
pohon, data jarak tanam densitas, nilai kalori
tumbuhan nitas minyak biji nitas

Rendemen dan sifat fisika-kimia minyak nabati biji


nitas, jumlah pohon nitas yang akan ditanam dalam
rencana revegetasi, dan minyak nabati yang dapat
diperoleh dari hasil rencana revegetasi

Selesai

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

3.5. Prosedur Kerja


3.5.1. Preparasi Sampel

17
Sampel biji nitas yang telah dikumpulkan dipisahkan secara
tradisional antara kulit dan bungkil bijinya. Bungkil biji nitas ditimbang
terlebih dahulu kemudian diblender untuk memperkecil ukuran bungkil biji
tersebut. Bungkil biji nitas yang telah diblender kemudian dikeringkan.
Sampel dimasukkan kedalam wadah alumunium dan dimasukkan kedalam
oven, suhu oven diatur 500C selama 6 jam. Bungkil biji nitas yang telah
dioven ditimbang kembali untuk mengetahui berat yang hilang selama
proses pengovenan, berat yang hilang tersebut ialah berat air yang
terkandung didalam biji nitas. Bungkil biji nitas yang telah kering ini
disimpan dalam wadah tertutup.

3.5.2. Ekstraksi Biji Nitas


Bungkil biji nitas yang telah dipreparasi dibungkus dengan kertas
saring, banyaknya sampel disesuaikan dengan kapasitas soklet. Bungkusan
tersebut dimasukkan ke dalam tabung ekstraktor. Kemudian pelarut
Petroleum Ether dimasukkan kedalam labu bulat alas atau labu soklet
sekitar 200 mL. Ekstraksi dilakukan selama 4 jam. Ekstrak yang diperoleh
dievaporasi menggunakan evaporator pada suhu 600C. Minyak biji nitas
disaring dengan kertas saring dan selanjutnya disebut biodiesel soklet (BS).
Ekstrak yang diperoleh dihitung rendemennya,

Rendemen =

3.5.3. Penentuan Sifat Fisik Kimia Minyak Biji Nitas


1. Densitas (AOAC, 1995)
Piknometer yang akan digunakan dibersihkan dan dikeringkan
kemudian ditimbang berat piknometer kosongnya. Setelah itu minyak
bahan baku biodiesel dimasukan ke dalam piknometer kemudian
ditutup. Bagian luar piknometer dikeringkan dengan mengunakan
kertas saring apabila terdapat rembesan minyak dan ditimbang

18
beratnya. Dengan jalan yang sama piknometer diisi dengan akuades
dan ditimbang. Densitas dihitung dengan rumus berikut:

D= x air (g/mL)

Keterangan:

m = bobot piknometer kosong (gram)

m1 = bobot piknometer berisi akuades (gram)

m2 = bobot piknometer berisi minyak biji nitas (gram)

air = densitas air (0,992215 g/mL)

2. Viskositas (AOAC, 1995)

Reservoir A viskometer dimasukan 20 mL minyak biji nitas


sehingga jika produk biodiesel ini dibawa ke reservoir B dan
permukaannya melewati garis m, pada reservoir A diperkirakan masih
terisi setengahnya. Termostat diatur pada temperatur 40C, kemudian
viskometer dan isinya dibiarkan dalam termostat sampai mencapai
temperatur 40C. Selanjutnya sampel produk biodiesel tersebut
dihisap atau ditiup melalui sepotong selang karet agar melewati garis
m, kemudian minyak dibiarkan mengalir secara bebas. Dilakukan
pencatatan waktu yang diperlukan minyak biji nitas tersebut untuk
mengalir dari m ke n. Langkah-langkah diatas diulangi untuk vikositas
air. Viskositas dihitung dengan rumus berikut:

t
0
t0 0

Keterangan:

= viskositas minyak biji nitas (mm2/s)

19
0 = viskositas air (mm2/s)

t = waktu alir minyak biji nitas (s)

t0 = waktu alir air (s)

= massa jenis minyak biji nitas (g/cm3)

0 = massa jenis air (g/cm3)

3. Bilangan Penyabunan
Dimasukan 2 gram minyak biji nitas ke dalam erlenmeyer 250
mL lalu ditambahkan secara perlahan 25 mL KOH 0,5 N beralkohol
kemudian ditutup dengan pendingin balik dan direfluks selama 30
menit pada suhu 700C (sampai sabun terbentuk). Selanjutnya
didinginkan, kemudian ditambahkan 1 tetes indikator pp 1% dan
dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai warna merah jambu hilang.
Dilakukan juga titrasi terhadap blanko. Dicatat volume HCl yang
terpakai. Rumus bilangan penyabunan adalah sebagai berikut:

B. Penyabunan =

4. Penentuan Angka Iod


Diambil 4,4 gram iodin dan dilarutkan dengan 343 mL asam
asetat glasial. Setelah semuanya melarut maka ditambahkan 1 mL air
brom dan stok pereaksi Hanus ini disimpan di tempat gelap. Diambil
0,5 gram minyak biji nitas dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 125
mL yang berisi 10 mL kloroform, lalu digoyangkan sampai minyak
larut. Ditambahkan 10 mL pereaksi Hanus di atas dan ditutup dengan
karet penutup kemudian disimpan di tempat gelap selama 30 menit.
Kemudian larutan ditambahkan 10 mL KI 15 % dan dititrasi dengan
Na2S2O3 0,1 N sampai larutan berwarna kuning pucat. Larutan
ditambahkan 3 tetes larutan kanji dan dilanjutkan titrasi dengan

20
Na2S2O3 0,1 N sampai warna biru hilang. Rumus bilangan Iod adalah
sebagi berikut:

( B S ) x N x 12,69
Angka iod =
G

Keterangan:

B = mL Na2S2O3 untuk titrasi blanko

S = mL Na2S2O3 untuk titrasi sampel

G = berat sampel

5. Penentuan Angka Setana

Angka setana dari sampel produk biodiesel menggunakan


persamaan berikut:

CN = 46,3 + 5458/SV 0,225 x IV

Keterangan:

CN = Cetane Number (angka setana)

SV = Saponification Value (bilangan penyabunan)

IV = Iodine Number (angka iod)

6. Penentuan Kadar Air


Ditimbang 2 gram minyak biji nitas dalam cawan petri,
kemudian dimasukkan dalam oven dengan suhu 1050C selama 3 jam.
Dihitung berat yang hilang sebagai % air.

ab
Kadar air = x 100 %
b

Keterangan:

a = berat sampel sebelum dioven

21
b = berat sampel setelah dioven

3.5.4. Perhitungan Jumlah Pohon


Luas area lahan pasca tambang yang akan direvegetasi dengan
menggunakan tumbuhan nitas adalah seluas 1 hektar. Dengan data
pertumbuhan pohon nitas maka dapat diperhitungkan jarak tanam serta
jumlah pohon maksimum yang dapat ditanam pada luasan area tersebut.

3.5.5. Perhitungan Jumlah Minyak


Berdasarkan rendemen minyak biji nitas yang dihasilkan dari metode
ekstraksi sokletasi, data mengenai jumlah pohon yang dapat ditanam pada
area pasca tambang dengan luasan 1 hektar, dan data mengenai jumlah biji
yang dihasilkan dari setiap pohon maka dapat diperhitungkan jumlah
minyak trigliserida biji nitas yang dapat diperoleh dari setiap masa panen
selama masa produktif tumbuhan tersebut. Untuk perhitungan jumlah
minyak biji nitas yang dapat diperoleh dari hasil penanaman tumbuhan nitas
pada daerah pasca tambang dengan luasan 1 hektar adalah sebagai berikut:
Jumlah minyak total = jumlah biji/pohon x rendemen x jumlah pohon

22

Anda mungkin juga menyukai