TINJAUAN PUSTAKA
pertumbuhan tidak terkendali sel tubuh tertentu yang berakibat merusak sel
dan jaringan tubuh lain, bahkan sering berakhir dengan kematian. Karena
maka kanker juga disebut sebagai penyakit keganasan, dan sel kanker
disebut juga sel ganas. Semua sel tubuh dapat terkena kanker, kecuali
dari sel-sel tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal, diluar batas
kewajaran dan sangat liar. Keadaan kanker terjadi jika sel-sel normal
dikendalikan oleh tubuh dan tidak berbentuk. Kanker dapat terjadi disetiap
bagian tubuh. Bila kanker terjadi di bagian permukaan tubuh, akan mudah
diketahui dan diobati. Namun bila terjadi di dalam tubuh, kanker itu akan
2007).
sehingga terjadi kelebihan sel-sel baru. Kanker dapat tumbuh di semua sel
jaringan tubuh, seperti sel kulit, sel hati, sel darah, sel otak, sel lambung, sel
usus, sel paru, sel saluran kencing, dan berbagai macam sel tubuh lainnya.
Oleh karena itu, dikenal bermacam-macam jenis kanker menurut sel atau
(Delimartha, 2003).
kanker terbentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses kompleks yang
disebut transformasi yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi (Iskandar,
2007).
DNA. Agar kanker dapat terbentuk dari kejadiaan awal ini atau mutasi
menetap ini, maka harus ada interaksi yang berlangsung lama bagi sel
tersebut dengan berbagai zat promoter. Zat-zat promoter adalah zat yang
tertentu dalam bahan genetik sel yang memancing sel bakal menjadi ganas.
Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
telah diinisiasi atau diinduksi oleh zat kimia. Bahkan gangguan fisik
menahun pun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu
keganasan. Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi
akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak
untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu
Dalam suatu proses di mana sebuah sel normal menjadi sebuah sel
ganas, pada akhirnya gen DNA (desoksiribonukleik acid) dari sel tersebut
akan mengalami perubahan. Perubahan dalam bahan genetic sel sering sulit
suatu perubahan dalm ukuran atau bentuk dari satu kromosom tertentu.
a. Senyawa kimia (zat karsinogen), dalam hal ini adalah zat pewarna, zat
b. Faktor fisika, dalam hal ini adalah bom atom dan radioterapi agresif
normal menjadi sel kanker. Jenis virus ini disebut virus penyebab
d. Hormon, dalam hal ini adalah zat yang dihasilkan oleh kelenjar tubuh
dimulai ketika satu sel dari sekian banyak sel normal tiba-tiba mengalami
dysplasia ringan, sedang, berat, dan akhirnya akan menjadi kanker in situ,
yaitu kanker yang belum menembus batas jaringan tempat kanker tersebut
invasive . Sel kanker juga dapat melepaskan diri dari tempat asalnya dan
bersama dengan aliran darah atau getah bening, sel kanker terbawa
kebagian lain dari tubuh. Ditempat yang baru, sel-sel kanker akan tumbuh
(Delimartha, 2003).
2.1.5. Komplikasi
kekurangan protein dan zat gizi lainnya (mengingat umumnya nafsu makan
pasien kanker menurun) serta penekanan system imun yang sering terjadi
jaringan tubuh, dapat membasmi sel-sel kanker yang sudah menyebar luas
diri.Jadi, sel normal yang aktif membelah atau berkembang biak juga
terkena dampaknya, seperti sel akar rambut, sel darah, sel selaput lendir
mulut,dll.Sel tubuh tersebut adalah yang paling parah terkena efek samping
(Hendry,dkk 2007).
bila terjadi efek samping dapat segera diatasi atau diobati (Hendry, dkk
(Hendry,dkk 2007).
kanker yang mungkin suddah menjalar dan menyebar ke bagian tubuh yang
kadang sebagai pengobatan utama, pada kasus lain dilakukan sebelum atau
yang bekerja pada bagian yang berbeda dari proses metabolisme sel,
kanker. Selain itu, efek samping yang berbahaya dari kemoterapi dapat
masing-masing dalam dosis yang lebih rendah dari pada dosis yang
atau fungsinya sehingga tidak dapat berkembang biak. Contoh lain obat
golongan ini adalah busolvon dan cisplatin. Obat ini biasanya digunakan
dalam air kemih; jumlah sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit
pada sel kanker. Contoh dari obat ini antara lain adalah: Methotrexate,
(Indrawati, 2009).
Efek samping tambahan terjadinya ruam kulit, warna kulit menjadi lebih
(Iskandar, 2009).
2007).
nafsu makan, mual, muntah, demam, kadar gula darah tinggi (Iskandar,
2007).
kerusakan pada krosom dari sel kanker dan menghambat pembelahan sel
(Indrawati, 2009).
saluran cerna, folikel rambut dan jaringan limfosit (Nafrialdi dan Sulistia,
2007).
pada mulut, diare dan stimulasi zona pemicu kemotaksis yang menimbulkan
(Davey, 2006).
perut yang kuat sehingga menyebabkan isi perut menjadi terdorong untuk
keluar melalui mulut baik dengan maupun tanpa disertai mual terlebih
dahulu Mual dan muntah sering muncul bersama dalam berbagai kondisi,
termasuk menjadi efek samping yang umum terjadi pada penggunaan obat
Demikian pula pada penderita kanker dapat disertai mual dan muntah
dan muntah yang terjadi pada penderita yang mendapt sitostatika umumnya
terjadi 1-2 jam setelah pemberian sitostatika dan akan berlangsung selama
reaksi lambat, yaitu mual dan muntah terjadi beberapa hari setelah
Mual adalah suatu gejala penyakit yang ditandai perasaan tidak suka
terhadap makanan, rasa tidak enak pada daerah lambung dan ada keinginan
untuk muntah. Muntah adalah suatu gejala penyakit yang ditandai adanya
(Hood, 1995).
Mual dan muntah adalah efek samping yang seringkali dialami oleh
gejala ini, namun demikian efek samping semacam ini adalah masalah yang
dalam siklus 21 hari, muntah dan mual akan terjadi selama beberapa hari
setelah menerima obat, tapi biasanya gejala itu akan hilang dalam waktu
Mual dan muntah adalah manifestasi dini yang sering ditemukan dari
toksisitas obat kemoterapi. Etiologi mual dan muntah dari banyak masalah
yang berbeda, oleh karena itu pengatasannya juga berbeda, bisa sederhana
atau bisa juga kompleks (Dipiro and Thomas, 2005). Pengontrolan mual
yang sulit pada rongga perut dan otot-otot di rongga dada. Muntah adalah
pengeluaran paksa isi dalam perut dengan kekuatan penuh, disebabkan oleh
Taylor, 2005). Selain disebabkan oleh kemoterapi kanker, mual dan muntah
2007).
reseptor pada CNS dan atau gastrointestinal. Area reseptor ini mengirim
dengan aksi muntah (Pazdur, 2001). Muntah yang diinduksi oleh berbagai
zat kimia, obat sitostatik dan radiasi diperantai melalui CTZ (Schein, 1997).
sebagai chemosensor dan diarahkan pada darah dan CSF. Area ini kaya
muntah melalui salah satu atau lebih dari reseptor tersebut (Dipiro dan
Taylor, 2005).
kemih dan ginjal sehingga kotoran-kotoran kimia sel kanker yang mati oleh
memastikan konsumsi air minum atau cairan yang banyak setelah tindakan
kemoterapi dilakukan.
pengobatan antiemetik.
terapi.
4) Antisipator mual muntah, terjadi pada pasien yang merasa mual atau
rasa tidak enak diperut dan cemas, padahal obat sitostatika belum
emesis padapasien dalam usia lanjut. Pada pasien yang lebih muda
akut.
d. Jenis kelamin. Lebih sulit untuk mengontrol emesis pada wanita dari
pada lakilaki yang diberikan kemoterapi yang sama termasuk dalam dosis
e. Motion sickness
A. Fenotiazin
reaksi diastonik.
B. Kortikosteroid
C. Metoklopramid
SSRI dan kortikosteroid untuk mencegah mual muntah akut dan tunda,
misalnya aprepitan.
obat dengan emetogenisitas yang tinggi maka pemakaian obat ini dapat
dapat mencapai 70%. Efek samping yang paling sering muncul dalam
F. Antikolinergik
kering, sedasi, dan lain-lain. Contoh obat golongan ini adalah buclizin,
meklizin.
G. Antihistamine
tengah. Efek samping yang paling sering timbul adalah kantuk, mulut
hidroksizin.
H. Benzodiazepin.
diketahui secara pasti. Efek samping yang paling sering dari obat ini
adalah sedasi, pandangan kabur, dan amnesia. Lorazepam merupakan yang paling
dan muntah yang akut. Sedangkan untuk pasien yang mengalami mual
kemoterapi dilakukan.
kali muncul hingga 24 jam setelah pasien tidak lagi mengalami mual.
6. Sedapat mungkin hindari penggunaan dua obat atau lebih yang berasal dari kategori
8. Jika mual dan muntah antisipatif ini terus berkembang, pasien dapat
10. Untuk mual dan muntah kategori berat, steroid dan penghambat
akan lebih baik bila dikombinasikan dengan agent yang efektif dalam
yakni :
pembentukan Lekosit
dalam darah
g. Batasi pengunjung
mentah/lalap
otak
5. Mukositis
6. Rambut Rontok