Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

LEUKIMIA DAN JURNAL TERKAIT


DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. YUNI WIDYA UTAMI 6. STEFANUS ANGGIT SUCI P


2. IMRAN PASHAR 7. PREMA RINAWATI
3. ARMAWATI 8. LENI IKA YULIA
4. ANNISA LUSI APRLLIANI 9. NOVITA AYU KARTIKASARI
5. RATHIIANIDA LUKITASARI

PROGRAM STUDI S1 JURUSAN KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2016-2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena
telah diberi nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan
medikal bedah dengan judul Asuhan Keperawan Pada Pasien Leukemia. Tidak
lupa kita kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW karena atas berkat beliaulah kita dapat merasakan alam yang penuh dengan
pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
beberapa pihak.Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Semarang,

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk
mengetahui tentang leukemia, kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang
normal serta apa yang terjadi jika terkena leukemia. Darah manusia terdiri
dari cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan tiga kelompok sel darah.
Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah putih,
dan keping-keping darah. Leukemia dibagi menjadi 2 tipe umum: leukemia
limfositik dan leukemia mielogenosa (Guyton, 2007).
Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi
dan proliferasi sel induk hematopoietik yang mengalami transformasi dan
ganas, menyebabkan supresi dan penggantian elemen sumsum normal (Baldy,
2006).
Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap
infeksi atau serangan penyakit lainnya.Sel darah merah atau eritrosit berfungsi
untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, dan
membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh kembali ke paru-paru. pasien
pasienKetika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel darah yang
abnormal dan dalam jumlah yang besar. Pada leukemia, sel darah yang
abnormal tersebut adalah kelompok sel darah putih.aSel-sel darah yang
terkena leukemia akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan tidak
mampu berfungsi seperti layaknya sel darah normal.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini.Peran perawat sangat
berguna untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar
keperawatan dan kode etik dalam menangani pasien dengan diagnosa
leukemia.
Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui.Namun banyak penelitian
yang dilakukan untuk memecahkan masalah ini.Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa leukemia lebih sering menyerang kaum pria
dibandingkan kaum wanita, dan juga pada kelompok orang kulit putih
dibandingkan dengan orang kulit hitam.Namun sampai saat ini belum
diketahui mengapa hal tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami sebagai
penulis akan menerangkan asuhan keperawatan pada konsep teori penyakit
leukemia dengan asuhan keperawatan pada kasus penyakit leukemia tersebut
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan leukemia
2. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan konsep teori penyakit leukemia
b. Mampu melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami penyakit
leukemia
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
yangmengalami leukemia
d. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada pasien
yang mengalami penyakit leukemia
e. Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada pasien yang
mengalami penyakit leukimia
f. Mampu menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep teori
dengan aplikasi asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
penyakit leukemia
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini yaitu
pembaca dan penulis bisa lebih memahami materi mengenai penyakit
leukemia dilihat dari perbandingan data di lahan dan konsep teori yang
sesungguhnya.
BAB II
KONSEP TEORI

A. Definisi

Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentuk darah (Iman, 1997).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sumsum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal
(Smeltzer, 2002). Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel
darah berupaproliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh
adanya kegagalang sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan
adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002).

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk


darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Berdasarkan dari
beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit
yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang.Tulang


sumsum adalah bahan yang lembut di tengah sebagian besar tulang.Belum
menghasilkan sel darah yang disebut sel batang dan ledakan.Sebagian besar
sel darah matang di sumsum tulang dan kemudian pindah ke pembuluh
darah.Darah mengalir melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah
perifer. Sumsum tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis
memiliki fungsi khusus:

1. Sel darah putih membantu melawan infeksi


2. Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
3. Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol
perdarahan
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel
darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal.Juga terjadi proliferasi di llllllhati, limpa dan nodus limfatikus, dan
invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal,
ginjal dan kulit.
B. Jenis-jenis Leukemia
1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke
semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit.
Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai
bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling
sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid.
Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga
penyakit ini lebih ringan.LMK jarang menyerang individu di bawah 20
tahun.Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala
lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa
membesar.
3. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada
anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden
usia 4 tahun, setelah usia 15 LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit
immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer,
sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
4. Leukemia Limfositik Kronis (LLC)
LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70
tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru
terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.
C. Anatomi Fisiologi
Anatomi
Sel darah putih (leukosit) adalah sel yang membentuk komponen
darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan
berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.Sel
darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid,
dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan
normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter
darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam
setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel
darah putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga
50000 sel per tetes.Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat
dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen
seperti organisme sel tunggal.Leukosit mampu bergerak secara bebas dan
berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau
mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau
bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk
dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang.
Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil, dan fagosit
termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik. Ada beberapa jenis sel
darah putih yang disebut granulosit atau sel polimorfonuklear yaitu basofil,
eosinofil, neutrofil.Dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam
sitoplasmalimfosit, monosit.

Fisiologi sel darah manusia

Leukosit adalah sel darah berinti. Di dalam darah manusia, jumlah


normalleukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari
12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut
leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih
mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa
tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang
bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan
inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler :
limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar mengandung
sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil,
Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas
granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap spesifik
bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian
besar precursor (pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat dalam
sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat, tetapi
tampak sebagai akibat sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam
berkembangnya proses peradangan (Effendi, 2003)

Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral


organisme terhadap zat-zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan
aliran lambat, leukosit mengalami marginasi, yakni bergerak ke arah perifer
sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan melakukan
gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit
untuk menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler
dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan
penyambung. Pergerakan leukosit di daerah intertisial pada jaringan
meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut kemotaktik terarah oleh
sinyal kimia (Effendi, 2003).

Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal


adalah 4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat
turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi
kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4
tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai (Effendi,
2003).
D. Fungsi Sel Darah putih
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam
perlindungan badan terhadap mikroorganisme.dengan kemampuannya
sebagai fagosit (fago- memakan), mereka memakan bakteria hidup yang
masuk ke sistem peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya dapat
dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit.
pada waktu menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan
gerakan amuboidnya ia dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar
pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian tubuh. dengan cara
ini ia dapat mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap
organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain seperti
kotoran-kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan
sebagai granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang
memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya.
Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan
penyembuhannya dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah
putih, peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak
berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah.Nanah beisi
"jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya
disebut sel nanah.demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam
nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang sudah
mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh granulosit yang sehat
yang bekerja sebagai fagosit.
E. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur
gen ( T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV).
2. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker
sebelumnya.
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol,
fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
6. Kelainan kromosom : Sindrom Blooms, trisomi 21 (Sindrom Downs),
Trisomi G (Sindrom Klinefelters), Sindrom fanconis, Kromosom
Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia
F. Manisfestasi klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia
adalah sebagai berikut :
1. Pilek tidak sembuh-sembuh
2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
3. Demam dan anorexia
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, memar tanpa sebab
6. Nyeri abdomen
7. Lumphedenopathy
8. Hepatosplenomegaly

Gejala penyakit leukemia biasanya ditandai dengan adanya anemia.


Infeksi akan mudah atau sering terjadi karena sel darah putih tidak dapat
berfungsi dengan baik, rasa sakit atau nyeri pada tulang, serta pendarahan
yang sering terjadi karena darah sulit membeku. Jika tidak diobati, maka
akan mengakibatkan leukemia akut dan akhirnya dapat menyebabkan
kematian. Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu Leukemia
biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis
leukemia tidak diketahui.Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan
kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker,
meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan
genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga
lebih peka terhadap leukemia.Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau
sakit tulang yang dapat disalahartikan sebagai penyakit rematik. Gejala lain
dapat timbul sebagai akibat infiltrasi sel leukemia pada alat tubuh seperti lesi
purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada leukemia serebral (Iman, 1997).

G. Patofisiologi
Klasifikasi leukemia dibagi menjadi menjadi 2 kelompok besar, yang
ditandai dengan ditemukannya sel darah putih matang yang menyolok
agranulosit (leukemia granuosit/mielositi) atau limfosit (limpfositik).
Klasifikasi ini didasarkan pada morfologis diferensiasi sel dan pematangan
sel-sel leukemia predominan di dalam sum-sum tulang dan sitokimiawi
Kalsifikasi ini juga dapat dijadikan suatu gambaran varian dalam
manifestasi klinik, prognosis dan pengobatannya (Price, 1995).
Jika dilihat dari proses diferensiasi sel darah penggolongan leukemia
limfoblastik dan mieloblastik dapat dilihat pada bagan dibawah ini :
Leukemia dapat terjadi sebagai akibat diferensiasi abnormal pada
salah satu proses diatas.
Walaupun leukemia menyerang kedua jenis kelamin, tetapi pria
terserang sedikit lebih banyak dibanding wanita. Penyebab leukemia secara
jelas hingga saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi pengaruh lingkungan
dan genetik diperkirakan memegang peranan penting. Faktor genetik dapat
dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot. Faktor
lingkungan berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi
leukemia timbul bertahun-tahun kemudian. Zat kimia misalnya : benzen,
arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen antineoplastik, dikaitkan
dengan frekwensi yang meningkat , khususnya agen alkil. Agent virus
HTLV-1 dari leukemia sel T sejak lama dapat menyebabkan timbulnya
leukemia.
Leukemia kronik baik granulositik atau mielositik merupakan jenis
leukemia yang banyak terjadi usia pertengahan. Hampir 90% pada kasus CML
terjadi pergantian sum-sum tulang normal oleh sel abnormal. Hampir 70 %
terjadi metamorfosis terminal menjadi bentuk leukemia aku ganas.
Gambaran kasus :
Ditemukan pada semua jenis kelamin dengan proporsi yang hampir sama
Umur 50 dan 60 tahun bahkan bisa pada anak-anak
Terjadi tanda hipermetabolisme seperti penurunan BB, keringat malam,
lemah, anoreksia.
Splenomegali yang diikuti rasa tidak nyaman pada abdomen
Gambaran anemia, pucat atau tachikardi
Memar Epistaksis, menoragia, atau perdarahan dari tempat lain.
Gambaran kurang umum berupa gout, gangguan penglihatan dan gejala
neurologis
Spektrum sel meiloid lengkap terlihat dalam darah tepi. Kadar neutrofil dan
meilosit melebihi kadar sel blas dan promeilosit.
Sum-sum tulang hiperseluler
Kadar fosfatase lindi neutrofil rendah
Basofil sirkulasi meningkat
Biasanya anemia normokro, normositik.
Vit B12 serum dan kapasitas ikatan B12 meningkat
Hitung trombosit dapat meningkat

Therapi :- Busulfan sebagai alkilasi yang dapat dikombinasikan dengan 6


mekartopurin atau 6- trioguanin.
- Allopurinol : untuk mencegah kondisi tinggi urat.
- Penyinaran atau splenoktomi.
- Tranplantasi sum-sum tulang

Pronosis :
- Perjalanan konstan dengan respon kemotherapi baik dengan median suvival
3-4 th, kematian biasanya akibat infeksi dan perdarahan. Secara jelas,
hubungan antara patologi leukemi dengan respon pasien terhadap kondisi
tersebut dapat dilihat dalam diagram berikut:
H. Penatalaksanaan Medis
1. Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi cranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan.Pada fase ini
diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-
asparaginase.Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan
hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke
otak.Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia
yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk
mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia
yang beredar dalam tubuh.Secara berkala, mingguan atau bulanan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum
tulang terhadap pengobatan.Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka
pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
4. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata,
1996) yaitu:
a. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
1) Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk
mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah
trombosit kurang dari 10.000/mm, maka diperlukan transfusi
trombosit.
2) Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b. Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal.
Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah
sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1) Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk
mengatasi kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat
diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-
sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal
sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.
2) Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang
tersisa tidak memperbanyak diri lagi.
3) Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
4) Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk
mempertahankan masa remisi
c. Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di
dalam tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna.Pengobatan
seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.
I. Konsep Dasar Askep
1. Pengkajian
a. Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan
menyerang pada usia lebih dari 20 tahun khususnya pada orang
dewasa.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia ini pasien biasanya lemah, lelah, wajah
terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas
cepat.
2) Riwayat penyakit
Pada riwayat penyakit pasien dengan leukemia, kaji adanya
tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas
cepat.Kaji adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan
adanya infeksi.Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu
ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa.Kaji adanya
tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji
adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar
rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal
kembar monozigot.
4) Riwayat kebiasaan sehari-hari
Perbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.
5) Riwayat psikososial
a) Psikologi
Pada kasus ini biasanya pasien dan keluarga takut dan
cemas terhadap penyakit yang diderita.Pasien sangat
membutukan dukungan dari keluarga dan perawat.
b) Sosial Ekonomi
Pasien mempunyai hubungan yang baik dengan
keluarga maupun dengan tetangga disekitar rumahnya dengan
adanya keluarga dan tetangga yang membesuk serta pasien
hidup dalam keadaan ekonomi yang sederhana.
c. Data penunjang
Data laboratorium pada pasien dengan leukemia :
1) Anemi normokrom normositer
2) Leukosit >15.000/mm3(5000-10000/ mm3)
3) Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang
pada kromosom 6, 11
4) Hb : 7,3 mg / dl ( N : 12.0 16.0 g/dL).
5) Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
6) SDP : 60.000/cm (50.000)
7) PT/PTT : memanjang
8) Copper serum : meningkat
9) Zink serum : menurun
d. Penatalaksanaan
Terapi dan obat yang diberikan pada pasien dengan leukemia :
1) Transfusi bila perlu
2) Klorambusil
2. Diagnosa Keperawatan yang lazim muncul
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan
penurunanjumlah trombosit
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual
dan muntah
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan
dengan efeksamping agen kemoterapi
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping
kemoterapi dan atau stomatitis
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens
kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan
cepat pada penampilan.
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak
yangmenderita leukemia (Simon, 2003).
C. Intervensi dan Rasional
1) Dx. 1
Tujuan : pasien bebas dari infeksi
Kriteria hasil :
a. Normotermia
b. Hasil kultur negative
c. Peningkatan penyembuhan
Intervensi :
1. Pantau suhu dengan teliti (TTV)
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2. Tempatkan pasien dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya pasien dari sumber infeksi
3. Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk
menggunakanteknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
4. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur
invasiveRasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan
resiko infeksi
5. Evaluasi keadaan pasien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi
sepertitempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan
organisme
7. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
8. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9. Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
b) Dx. 2
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Kriteria hasil :
a. Pasientidak pusing
b. Pasien tidak lemah
c. HB 12 gr/%
d. Leukosit normal
e. Tidak anemis
Intervensi :
1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambungan jaringan
3. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu
pemilihan intervensi
4. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
5. Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah
Rasional : transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di dalam
darah pasien.
c) Dx. 3
Tujuan : pasien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Kriteria hasil :
a. HB 12gr/%
b. Tidak anemis
Intervensi :
1. Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada
daerah ekimosis
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi dengan adanya anemia
2. Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
3. Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
4. Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
5. Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut
nadi cepat, dan pucat)
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
6. Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
7. Ajarkan orang tua dan pasien yang lebih besar ntuk mengontrol
perdarahan hidung
Rasional : untuk mencegah perdarahan
d) Dx. 4
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan, pasien tidak mengalami
mual dan muntah
Kriteria hasil :
a. pasientidak lemah dan anemis
b. Turgor kulit baik
c. Mukosa bibir lembab, tidak sianosis
Intervensi :
1. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3. Kaji respon pasien terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4. Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5.. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
e). Dx. 5
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Kriteria hasil :
a. kesehatan oral pasien baik
Intervensi :
1. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
2. Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari
yang dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
4. Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau
tanpa larutan bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
5. Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-
pecah (fisura)
6. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks
muntah yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan
kejang
7. Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi pasien
8. Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9. Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
10. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan
gigi, memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan
dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
12. Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri

f). Dx. 6
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil :
a. pasien tidak pucat
b. Pasien tidak anemis
c. Mukosa bibir lembab
d. Nafsu makan meningkat
e. Bb meningkat
Intervensi :
1. Dorong pasien untuk tetap rileks saat makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung
dari mual dan muntah serta kemoterapi
2. Izinkan pasien memakan semua makanan yang dapat ditoleransi,
rencanakan unmtuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan
pasien meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk
atau suplemen yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4. Izinkan pasien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar pasien mau makan
5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan
untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan
penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori,
khususnya bila BB kurang dari normal
g). Dx. 7
Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat
yang dapat diterima pasien
Kriteria hasil :
a. skala nyeri 3
Intervensi :
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan atau keefektifan intervensi
2. Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non
invasif, alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
3. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu
pemberian atau obat
4. Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5. Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
h). Dx. 8
Tujuan : pasien mampu mempertahankan integritas kulit
Kriteria hasil :
a. pasien bersih
b. Pasien merasa nyaman
Intervensi :
1. Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah
perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
2. Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
3. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4. Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat
terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
5. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
7. Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative
8. Anjurkan memilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang
teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
i). Dx. 9
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Kriteria hasil :
a. keluarga tidak cemas
b. Pasien memahami instruksi dari perawat
Intervensi :
1. Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar
matahari, angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
2. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek
dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
3. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan
mungkin warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan pasien dan keluarga terhadap perubahan
penampilan rambut baru
4. Dorong hygiene dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya
wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
j). Dx. 10
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur
diagnostik atau terapi
Kriteria hasil :
a. pasien dan keluarga bisa memahami prosedur yang disampaikan perawat
b. Pasien dan keluarga tidak cemas
Intervensi :
1. Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada pasien
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
2. Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
3. Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu
pasien menjalani kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan pasien yang optimal
4. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan
pasien sebelum diagnosa dan prospek pasien untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa
takut secara realistis
5. Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu pasien
tentang hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan
kemungkinan terapi tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6. Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
(Doenges, 1999).
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS

Ny. KL, 42 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan lemas, pucat, mudah capai,
kadang panas, yang sudah dirasakan sejak 6 bulan terakhir. Akhir-akhir ini sering
disertai perdarahan lewat hidung. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: pucat, gizi
kesan kurang. Suhu aksiler 38,5 C, nadi 108 kali/menit, irama teratur, tekanan darah
124/78 mmHg, frekuensi nafas 18 kali/menit. Konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, papil lidah atrofi, tidak ditemukan pembengkakan gusi. Terdapat
limfadenopati leher, pada pemeriksaan abdomen didapatkan hepatomegali dan
splenomegali. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb 7,5 g/dL; jumlah leukosit
24.500/mm3; jumlah trombosit 67 x 103/mm3.

PENGKAJIAN

No. Reg : 111234


Tanggal masuk : 02-05-2017
Tanggal Dikaji :02-05-20167
Ruangan : Melati
Diagnosa Medis : Leukemia

a. Identitas Pasien
Nama : Ny. KL
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kedung Mundu
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kedung Mundu
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub dengan pasien : Suami
b. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan lemas, pucat, mudah cape, kadang panas, yang
sudah dirasakan sejak 6 bulan terakhir.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan sekarang
Pasien Ny. KL masuk ke poliklinik pada tanggal 02 Mei 2017 diantar
keluarga pukul 10.00 WIB dengan keluhan utama lemas, pucat, mudah cape,
kadang panas.Keluhan tersebut dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan akhir-akhir
ini sering disertai perdarahan lewat hidung. Pada saat perawat melakukan
pengkajian tanggal 02 Mei 2017 pukul 10.05 WIB di ruangan Melati
didapatkan bahwa pasien tampak pucat, gizi kesan kurang. Suhu aksiler 38,50
C, nadi 108 x/i, irama teratur, TD 124/78 mmHg, frekuensi nafas 18 x/i.
Kongjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, papil lidah atrofi, tidak ditemukan
pembengkakan gusi. Terdapat limfadenopati leher, pada pemeriksaan abdomen
didapatkan hepatomegali dan splenomegali. Hasil pemeriksaan laboratorium;
Hb 7,5 g/dL; jumlah leukosit 24.500/mm3; dan jumlah trombosit 67 x 10 3
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya pasien belum pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang
dialami pasien saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam anggota keluarga pasien hanya Ny. KL yang mengalami penyakit
seperti ini dan tidak ada anggota keluarga lain mengalami hal tersebut.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadara : Compos Mentis
3. TTV : TD : 124/78 mmHg
N :108 x/i
S : 38,50C
RR : 18x/menit
GCS, : E :4
M:6
V : 5 = JUMLAH :15
4. Kepala :
Inspeksi : Warna rambut hitam, penyebaran merata, tidak terdapat
ketombe/kotoran.

Palpasi : Tidak terdapat benjolan.

5. Mata :

Inspeksi : Tidak terdapat sekret, konjungtiva anemis, penglihatan baik,sclera


Tidak ikterik .

6. Hidung :

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terdapat secret,

Terdapat perdarahan

7. Mulut :

Inspeksi : papil lidah atrofi, tidak terdapat pembengkakan gusi.

8. Telinga :

Inspeksi : Bersih tidak terdapat serumen, tidak ada lesi.

Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak ada peradangan, pendengaran baik.

9. Leher :
Inspeksi : warna kulit merata, tidak terdapat lesi.

Palpasi : terdapat limfadenopati pada leher

10. Dada/Thorak :

Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sama dengan
sekitar.

Palpasi : Tidak terdapat benjolan, pengembangan paru kiri & kanan tidak
sama.

Perkusi : Bunyi jantung mur mur, bunyi paru resonances.

Auskultasi : Pernapasan bronchovesiculer.

11. Abdomen :

Inspeksi : Tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi, warna sama
dengan sekitar.

Palpasi : terdapat hepatomegali dan splenomegali.

12. Genetalia :

Inspeksi : Tidak terdapat lesi, warna sama dengan sekitar, tidak terdapat
iritasi, bentuk simetris.

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah perineal.

13. Extremitas :

Atas : Tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep &
trisep baik.

Bawah : Pergerakan lemah, reflek patela baik, reflek bisep & trisep baik.

14) Kulit : pucat , turgor buruk, texture halus.

e. Riwayat Psikososial
1. Psikologi
Pasien tampak cemas dengan keadaan penyakitnya. Hubungan pasien dengan
keluarga baik.

2. Sosial dan ekonomi

Pasien bekerja sebagai wiraswasta, banyak keluarga pasien menemani pasien.

3. Data Spiritual

Kepercayaan dan keyakinan pasien terhadap agama cukup, sebelum sakit


pasien sering beribadah.

f. Data Penunjang
Hb : 7,5 mg / dl ( N : 12.0 16.0 g/dL).
Leukosit : 24.500 / mm3 (5000-10000/ mm3)
Trombosit : 67000 (150.000-400.000/mm3)

Kebiasaan Sehari-hari
No KEBIASAAN DIRUMAH DIRUMAH SAKIT
1. A. Nutrisi
- Makanan 3X sehari 3X sehari
Frekuensi 1 porsi 1/2 porsi
Jenis Nasi + sayur Nasi + Sayur
Masalah Tidak ada ada
- Minum
Frekuensi 6-7 gelas / hari 2-3 gelas / hari
Jenis Air putih Air putih
Kebiasaan minum kopi Tidak ada Tidak ada
2. Pola Eliminasi
-.BAB
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Konsistensi Lembek Agak keras
Warna Kuning Kuning
Bau Khas Khas
-.BAK
Frekuensi 2 x sehari 1x sehari
Warna Kuning Kuning
Gangguan BAK Tidak ada Tidak ada
Jumlah 1500 cc 1000 cc
Bau Khas Khas
3. Istirahat dan tidur
-. Tidur siang Jarang 4-5 jam / hari
-. Tidur malam 6-7 jam / hari 5-6 jam / hari
-. Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
4. Personal Hygiene
- -. Mandi
Frekuensi 2x / hari Hanya di Lap
Pakai Sabun Ya Tidak
- Cuci Rambut
Frekuensi 3x / minggu Tidak pernah
Pakai shampo Ya Tidak
- -. Sikat gigi
Frekuensi 2x / hari Tidak pernah
Pakai pasta Ya Tidak pernah
Kebersihan
5. Aktivitas pasien Aktivitas pasien
A Aktivitas sehari-hari dilakukan secara dibantu oleh keluarga
mandiri dan perawat
ANALISA DATA
Nama : Ny. KL Ruangan : Melati
Umur : 42 Tahun No. Register : 111234
No. Data Senjang Interpretasi Data Masalah
1. DO : Sel neoplasma Gangguan perfusi
- Pasien nampak pucat berproliferasi dalam jaringan perifer
- Pasien nampak letih sumsum tulang
- Kongjungtiva anemis
DS : Infiltrasi sumsum
- Hb = 7,5 gr / dL tulang
- Pasien mengeluh terjadi
perdarahan di hidung Sel normal
digantikan oleh sel
kanker

Depresi produksi
susmsum tulang

Penurunan eritrosit

Anemia

Suplai oksigen
kejaringan
inadekuat

Ketidakseimbangan
perfusi jaringan
\ perifer

2. DO : Sel mesenkim Gangguan nutrisi


- - Pasien tampak pucat
- - Pasien tampak memiliki gizi Sel blast, mioblast
yang kurang dan lemah
- Pasien mengeluh terjadi Proliferasi SDP
perdarahan di hidung immatur

- Akumulasi
DS
- - Pasien mengatakan badannya Infiltrasi
lemas
- - Pasien mengatakan mengalami Hati
tanda-tanda ini sejak 6 bulan
terakhir. Hematomegali
- HB 7,5 gr / dL
- Leukosit 24.500/mm3 Gg nutrisi

3. DO : Sel neoplasma Risiko infeksi


- Leukosit 24.500/mm3 berproliferasi dalam
- Suhu 38, 5oC sumsum tulang
- Pasien nampak lemah
DS : Infiltrasi sumsum
- Pasien mengatakan tulang
kadang merasakan panas
Sel normal
digantikan oleh sel
kanker

Depresi produksi
susmsum tulang

Peningkatan
leukosit

Leukositosis

Daya tahan tubuh


menurun

Risiko infeksi

4. DO : Kegagalan sumsum Intoleransi


-. Pasien tampak lemah tulang belakang aktivitas
- -. Pasien tampak pucat
- -. Pasien tampak anemis Produksi eritrosit
DS : menurun
Hb 7,5 gr / dL
Transfor nutrisi
- kejaringan menurun

Kelemahan

Intoleransi aktivitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Ny. KL Ruangan : Melati
Umur : 42 Tahun No. Register : 111234
No Diagnosa keperawatan
1. Ketidakseimbangan perfusi jaringan perier b.d penurunan suplai darah
keperifer ( anemia )

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan


proliferative gastrointestinal

3. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya system kekebalan


tubuh akibat peningkatan jumlah leukosit

4. Intolersi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. KL Ruangan : Melati
Umur : 42 Tahun No. Register : 111234

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Ketidakefektifan perfusi NOC NIC


jaringan perifer. a. Circulation status Peripheral sensation management
Definisi : penurunan sirkulasi b. Tissue perfusion : (manajemen sensasi perifer)
darah ke perifer yang dapat cerebral a. Monitor adanya daerah
mengganggu kesehatan. kriteria hasil : tertentu yang hanya peka
mendemonstrasikan status terhadap
sirkulasi yang ditandai panas/dingin/tajam/tumpul.
dengan : b. Monitor adanya paretese
a. Tekanan systole dan c. Instruksikan keluarga untuk
diastole dalam rentang mengobservasi kulit jika ada
yang diharapkan. isi atau laserasi
b. Tidak ada ortostatik d. Gunakan sarung tangan
hipertensi untuk proteksi
c. Tidak ada tanda-tanda e. Batasi gerakan pada kepala,
peningkatan tekanan leher, dan punggung.
intracranial (tidak lebih f. Monitor kemampuan BAB
dari 15 mmHg) g. Kolaborasi pemberian
Mendemonstrasikan analgetik
kemampuan kognitif yang h. Monitor adanya
ditandai dengan : tromboplebitis
a. Berkomunikasi dengan i. Diskusikan mengenai
jelas dan sesuai dengan penyebab perubahan sensasi.
kemampuan
b. Menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi.
c. Memproses informasi
d. Membuat keputusan
dengan benar.
Menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-gerakan
involunter.
2. Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan tubuh a. Nutritional status : Nutrition Management
Definisi : asupan nutrisi tidak b. Nutritional status : food a. Kaji adanya alergi makanan
cukup untuk memenuhi and fluid b. Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan metabolik c. Intake untuk menentukan jumlah
d. Nutritional status : kalori dan nutrisi yang
nutrient intake dibutuhksn pasien
e. Weight control c. Anjurkan pasien untuk
Kriteria hasil : meningkatkan intake Fe
a. Adanya peningkatan berat d. Anjurkan pasien untuk
badan sesuai dengan meningkatkan protein dan
tujuan vitamin C
b. Berat badan ideal sesuai e. Berikan substamsi gula
dengan tinggi badan yang f. Yakinkan diet yang dimakan
berarti. menagndung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
g. Berikan makanan yang
terpilih
h. Ajarkan pasein bagaimana
membuat catatan makanan
harian
i. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
j. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
k. Kaji kemampuan pasein
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrisi Monitoring
a. BB pasien dalam batas
normal
b. Monitor adanya penurunan
BB
c. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
d. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
e. Monitor lingkungan selama
makan
f. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
g. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekerigan, rambut
kusam, dan mudah patah
j. Monitor mual dan muntah
k. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
l. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
m. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjugtiva
n. Monitor kalori dan intake
nutrisi
o. Catat adanya edema,
hoperemik, hipertonik papilla
dan cavitas oral
p. Catat jika lida berwarna
magenta, scarlet.

3. Risiko Infeksi NOC NIC


Definisi : Mengalami a. Immune status Infection Control
peningkatan risiko terserang b. Knowledge : infection a. Bersihkan lingkungan setelah
organism patogenik control dipakai pasien lain
c. Risk control b. Pertahankan teknik isolasi
Kriteria hasil : c. Batasi pengunjung bila perlu
a. Pasien bebas dari tanda d. Instruksikan para pengunjung
dan gejala infeksi untuk mencuci tangan saat
b. Mendeskripsikan proses bekunjung meninggalkan
penularan penyakit factor pasien
yang mempengaruhi e. Gunakan sabun antimikroba
penularan serta untuk cuci tangan
penatalaksanaannya f. Cuci tangan setiap sebelum
c. Jumlah leukosit dalam dan sesudah tindakan
batas normal keperawatan
d. Menunjukkan perilaku g. Gunakan baju, sarung tangan
hidup sehat sebagai alat pelindung
h. Pertahankan lingkungan
aspetik selama pemasangan
alat
i. Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
j. Gunakan kateter intermitten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
k. Tingkatkan intake nutrisi
l. Berikan antibiotic bila perlu
m. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
n. Ajarkan cara menghindari
infeksi
o. Laporkan kecurigaan infeksi
p. Laporkan kultur positif

4. Intoleransi aktifitas NOC NIC


Definisi : ketidakcukupan a. Eenrgy conservation Activity Therapy
energy atau fisiologis untuk b. Activity tolerance a. Kolaborasikan dengan tenaga
melanjutkan atau c. Self care : ADLs Rehabilitasi medic dalam
menyelesaikan aktifitas Kriteria Hasil : merencanakan program
kehidupan sehari-ahri yang a. Berpartisipasi dalam terapo yang tepat
harus atau yang ingin aktifitas fisik tanpa b. Bantu pasien untuk
dilakukan disertai peningkatan mengidentifikasi aktifitas
tekanan darah, nadi dan yang mampu dilakukan
RR c. Bantu untuk memilih
b. Mampu melakukan aktifitas konsisten yang
aktifitas sehari-hari secara sesuai dengan kemampuan
mandiri fisik, psikologi dan social
c. Tanda tada vital normal d. Bantu untuk mengidentifikasi
d. Energy psikomotor dan mendapatkan sumber
e. Level kelemahan yang diperlukan untuk
f. Mampu berpindah dengan aktifitas yang diinginkan
atau tanpa bantuan alat e. Bantu untuk mendapatkan
g. Status kardiopulmunari alat bantuan aktifitas seperti
adekuat kursi roda, krek
h. Sirkulasi status baik f. Bantu untuk mengidentifikasi
i. Status respirasi : aktivitas yang disukai
pertukaran gas dan g. Bantu pasien untuk membuat
ventilasi adekuat jadwal latihan diwaktu luang
h. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
i. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif berktifitas
j. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
k. Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Adapun kesimpulan dari pembuatan makalah ini yaitu Leukemia
merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui
tentang leukemia, kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta
apa yang terjadi jika terkena leukemia.Dan kepada pembaca dan penulis bisa
lebih memahami materi mengenai penyakit leukemia dilihat dari
perbandingan data di lahan dan konsep teori yang sesungguhnya.
B. Saran.
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami
sangat mengharapkan saran dari teman-teman dalam penambahan untuk
kelengkapan makalah ini,karna dari saran yang kami terima dapat
mengkoreksi makalah yang kami buat ini.atas saran dari teman-teman kami
ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Baldy, Catherine M. Gangguan Sel Darah Putih dalam Price, Sylvia A. Wilson,
Lorraine M. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 6.
Jakarta: EGC.

Fadjari, Heri. Leukemia Granulositik Kronis dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi,


Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. 2007. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.

http://nurse-poltekkes.blogspot.co.id/2012/03/askep-leukemia.html.

(http://nursungscib.com/pathophysiology/pathofisiology-of-leukemia/)

Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc,


edisi Revisi jilid 2 tahun 2015.

http://yulianroni.blogspot.co.id/2012_12_01_archive.html

Anda mungkin juga menyukai