KELOMPOK 3
Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena
telah diberi nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan
medikal bedah dengan judul Asuhan Keperawan Pada Pasien Leukemia. Tidak
lupa kita kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW karena atas berkat beliaulah kita dapat merasakan alam yang penuh dengan
pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
beberapa pihak.Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semarang,
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk
mengetahui tentang leukemia, kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang
normal serta apa yang terjadi jika terkena leukemia. Darah manusia terdiri
dari cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan tiga kelompok sel darah.
Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah putih,
dan keping-keping darah. Leukemia dibagi menjadi 2 tipe umum: leukemia
limfositik dan leukemia mielogenosa (Guyton, 2007).
Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi
dan proliferasi sel induk hematopoietik yang mengalami transformasi dan
ganas, menyebabkan supresi dan penggantian elemen sumsum normal (Baldy,
2006).
Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap
infeksi atau serangan penyakit lainnya.Sel darah merah atau eritrosit berfungsi
untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, dan
membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh kembali ke paru-paru. pasien
pasienKetika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel darah yang
abnormal dan dalam jumlah yang besar. Pada leukemia, sel darah yang
abnormal tersebut adalah kelompok sel darah putih.aSel-sel darah yang
terkena leukemia akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan tidak
mampu berfungsi seperti layaknya sel darah normal.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini.Peran perawat sangat
berguna untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar
keperawatan dan kode etik dalam menangani pasien dengan diagnosa
leukemia.
Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui.Namun banyak penelitian
yang dilakukan untuk memecahkan masalah ini.Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa leukemia lebih sering menyerang kaum pria
dibandingkan kaum wanita, dan juga pada kelompok orang kulit putih
dibandingkan dengan orang kulit hitam.Namun sampai saat ini belum
diketahui mengapa hal tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami sebagai
penulis akan menerangkan asuhan keperawatan pada konsep teori penyakit
leukemia dengan asuhan keperawatan pada kasus penyakit leukemia tersebut
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan leukemia
2. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan konsep teori penyakit leukemia
b. Mampu melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami penyakit
leukemia
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
yangmengalami leukemia
d. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada pasien
yang mengalami penyakit leukemia
e. Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada pasien yang
mengalami penyakit leukimia
f. Mampu menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep teori
dengan aplikasi asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
penyakit leukemia
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini yaitu
pembaca dan penulis bisa lebih memahami materi mengenai penyakit
leukemia dilihat dari perbandingan data di lahan dan konsep teori yang
sesungguhnya.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentuk darah (Iman, 1997).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sumsum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal
(Smeltzer, 2002). Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel
darah berupaproliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh
adanya kegagalang sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan
adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002).
G. Patofisiologi
Klasifikasi leukemia dibagi menjadi menjadi 2 kelompok besar, yang
ditandai dengan ditemukannya sel darah putih matang yang menyolok
agranulosit (leukemia granuosit/mielositi) atau limfosit (limpfositik).
Klasifikasi ini didasarkan pada morfologis diferensiasi sel dan pematangan
sel-sel leukemia predominan di dalam sum-sum tulang dan sitokimiawi
Kalsifikasi ini juga dapat dijadikan suatu gambaran varian dalam
manifestasi klinik, prognosis dan pengobatannya (Price, 1995).
Jika dilihat dari proses diferensiasi sel darah penggolongan leukemia
limfoblastik dan mieloblastik dapat dilihat pada bagan dibawah ini :
Leukemia dapat terjadi sebagai akibat diferensiasi abnormal pada
salah satu proses diatas.
Walaupun leukemia menyerang kedua jenis kelamin, tetapi pria
terserang sedikit lebih banyak dibanding wanita. Penyebab leukemia secara
jelas hingga saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi pengaruh lingkungan
dan genetik diperkirakan memegang peranan penting. Faktor genetik dapat
dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot. Faktor
lingkungan berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi
leukemia timbul bertahun-tahun kemudian. Zat kimia misalnya : benzen,
arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen antineoplastik, dikaitkan
dengan frekwensi yang meningkat , khususnya agen alkil. Agent virus
HTLV-1 dari leukemia sel T sejak lama dapat menyebabkan timbulnya
leukemia.
Leukemia kronik baik granulositik atau mielositik merupakan jenis
leukemia yang banyak terjadi usia pertengahan. Hampir 90% pada kasus CML
terjadi pergantian sum-sum tulang normal oleh sel abnormal. Hampir 70 %
terjadi metamorfosis terminal menjadi bentuk leukemia aku ganas.
Gambaran kasus :
Ditemukan pada semua jenis kelamin dengan proporsi yang hampir sama
Umur 50 dan 60 tahun bahkan bisa pada anak-anak
Terjadi tanda hipermetabolisme seperti penurunan BB, keringat malam,
lemah, anoreksia.
Splenomegali yang diikuti rasa tidak nyaman pada abdomen
Gambaran anemia, pucat atau tachikardi
Memar Epistaksis, menoragia, atau perdarahan dari tempat lain.
Gambaran kurang umum berupa gout, gangguan penglihatan dan gejala
neurologis
Spektrum sel meiloid lengkap terlihat dalam darah tepi. Kadar neutrofil dan
meilosit melebihi kadar sel blas dan promeilosit.
Sum-sum tulang hiperseluler
Kadar fosfatase lindi neutrofil rendah
Basofil sirkulasi meningkat
Biasanya anemia normokro, normositik.
Vit B12 serum dan kapasitas ikatan B12 meningkat
Hitung trombosit dapat meningkat
Pronosis :
- Perjalanan konstan dengan respon kemotherapi baik dengan median suvival
3-4 th, kematian biasanya akibat infeksi dan perdarahan. Secara jelas,
hubungan antara patologi leukemi dengan respon pasien terhadap kondisi
tersebut dapat dilihat dalam diagram berikut:
H. Penatalaksanaan Medis
1. Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi cranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan.Pada fase ini
diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-
asparaginase.Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan
hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke
otak.Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia
yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk
mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia
yang beredar dalam tubuh.Secara berkala, mingguan atau bulanan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum
tulang terhadap pengobatan.Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka
pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
4. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata,
1996) yaitu:
a. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
1) Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk
mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah
trombosit kurang dari 10.000/mm, maka diperlukan transfusi
trombosit.
2) Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b. Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal.
Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah
sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1) Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk
mengatasi kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat
diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-
sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal
sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.
2) Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang
tersisa tidak memperbanyak diri lagi.
3) Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
4) Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk
mempertahankan masa remisi
c. Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di
dalam tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna.Pengobatan
seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.
I. Konsep Dasar Askep
1. Pengkajian
a. Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan
menyerang pada usia lebih dari 20 tahun khususnya pada orang
dewasa.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia ini pasien biasanya lemah, lelah, wajah
terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas
cepat.
2) Riwayat penyakit
Pada riwayat penyakit pasien dengan leukemia, kaji adanya
tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas
cepat.Kaji adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan
adanya infeksi.Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu
ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa.Kaji adanya
tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji
adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar
rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal
kembar monozigot.
4) Riwayat kebiasaan sehari-hari
Perbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.
5) Riwayat psikososial
a) Psikologi
Pada kasus ini biasanya pasien dan keluarga takut dan
cemas terhadap penyakit yang diderita.Pasien sangat
membutukan dukungan dari keluarga dan perawat.
b) Sosial Ekonomi
Pasien mempunyai hubungan yang baik dengan
keluarga maupun dengan tetangga disekitar rumahnya dengan
adanya keluarga dan tetangga yang membesuk serta pasien
hidup dalam keadaan ekonomi yang sederhana.
c. Data penunjang
Data laboratorium pada pasien dengan leukemia :
1) Anemi normokrom normositer
2) Leukosit >15.000/mm3(5000-10000/ mm3)
3) Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang
pada kromosom 6, 11
4) Hb : 7,3 mg / dl ( N : 12.0 16.0 g/dL).
5) Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
6) SDP : 60.000/cm (50.000)
7) PT/PTT : memanjang
8) Copper serum : meningkat
9) Zink serum : menurun
d. Penatalaksanaan
Terapi dan obat yang diberikan pada pasien dengan leukemia :
1) Transfusi bila perlu
2) Klorambusil
2. Diagnosa Keperawatan yang lazim muncul
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan
penurunanjumlah trombosit
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual
dan muntah
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan
dengan efeksamping agen kemoterapi
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping
kemoterapi dan atau stomatitis
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens
kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan
cepat pada penampilan.
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak
yangmenderita leukemia (Simon, 2003).
C. Intervensi dan Rasional
1) Dx. 1
Tujuan : pasien bebas dari infeksi
Kriteria hasil :
a. Normotermia
b. Hasil kultur negative
c. Peningkatan penyembuhan
Intervensi :
1. Pantau suhu dengan teliti (TTV)
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2. Tempatkan pasien dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya pasien dari sumber infeksi
3. Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk
menggunakanteknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
4. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur
invasiveRasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan
resiko infeksi
5. Evaluasi keadaan pasien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi
sepertitempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan
organisme
7. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
8. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9. Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
b) Dx. 2
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Kriteria hasil :
a. Pasientidak pusing
b. Pasien tidak lemah
c. HB 12 gr/%
d. Leukosit normal
e. Tidak anemis
Intervensi :
1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambungan jaringan
3. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu
pemilihan intervensi
4. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
5. Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah
Rasional : transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di dalam
darah pasien.
c) Dx. 3
Tujuan : pasien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Kriteria hasil :
a. HB 12gr/%
b. Tidak anemis
Intervensi :
1. Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada
daerah ekimosis
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi dengan adanya anemia
2. Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
3. Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
4. Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
5. Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut
nadi cepat, dan pucat)
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
6. Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
7. Ajarkan orang tua dan pasien yang lebih besar ntuk mengontrol
perdarahan hidung
Rasional : untuk mencegah perdarahan
d) Dx. 4
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan, pasien tidak mengalami
mual dan muntah
Kriteria hasil :
a. pasientidak lemah dan anemis
b. Turgor kulit baik
c. Mukosa bibir lembab, tidak sianosis
Intervensi :
1. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3. Kaji respon pasien terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4. Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5.. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
e). Dx. 5
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Kriteria hasil :
a. kesehatan oral pasien baik
Intervensi :
1. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
2. Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari
yang dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
4. Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau
tanpa larutan bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
5. Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-
pecah (fisura)
6. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks
muntah yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan
kejang
7. Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi pasien
8. Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9. Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
10. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan
gigi, memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan
dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
12. Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
f). Dx. 6
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil :
a. pasien tidak pucat
b. Pasien tidak anemis
c. Mukosa bibir lembab
d. Nafsu makan meningkat
e. Bb meningkat
Intervensi :
1. Dorong pasien untuk tetap rileks saat makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung
dari mual dan muntah serta kemoterapi
2. Izinkan pasien memakan semua makanan yang dapat ditoleransi,
rencanakan unmtuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan
pasien meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk
atau suplemen yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4. Izinkan pasien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar pasien mau makan
5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan
untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan
penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori,
khususnya bila BB kurang dari normal
g). Dx. 7
Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat
yang dapat diterima pasien
Kriteria hasil :
a. skala nyeri 3
Intervensi :
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan atau keefektifan intervensi
2. Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non
invasif, alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
3. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu
pemberian atau obat
4. Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5. Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
h). Dx. 8
Tujuan : pasien mampu mempertahankan integritas kulit
Kriteria hasil :
a. pasien bersih
b. Pasien merasa nyaman
Intervensi :
1. Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah
perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
2. Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
3. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4. Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat
terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
5. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
7. Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative
8. Anjurkan memilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang
teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
i). Dx. 9
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Kriteria hasil :
a. keluarga tidak cemas
b. Pasien memahami instruksi dari perawat
Intervensi :
1. Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar
matahari, angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
2. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek
dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
3. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan
mungkin warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan pasien dan keluarga terhadap perubahan
penampilan rambut baru
4. Dorong hygiene dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya
wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
j). Dx. 10
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur
diagnostik atau terapi
Kriteria hasil :
a. pasien dan keluarga bisa memahami prosedur yang disampaikan perawat
b. Pasien dan keluarga tidak cemas
Intervensi :
1. Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada pasien
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
2. Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
3. Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu
pasien menjalani kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan pasien yang optimal
4. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan
pasien sebelum diagnosa dan prospek pasien untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa
takut secara realistis
5. Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu pasien
tentang hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan
kemungkinan terapi tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6. Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
(Doenges, 1999).
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS
Ny. KL, 42 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan lemas, pucat, mudah capai,
kadang panas, yang sudah dirasakan sejak 6 bulan terakhir. Akhir-akhir ini sering
disertai perdarahan lewat hidung. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: pucat, gizi
kesan kurang. Suhu aksiler 38,5 C, nadi 108 kali/menit, irama teratur, tekanan darah
124/78 mmHg, frekuensi nafas 18 kali/menit. Konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, papil lidah atrofi, tidak ditemukan pembengkakan gusi. Terdapat
limfadenopati leher, pada pemeriksaan abdomen didapatkan hepatomegali dan
splenomegali. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb 7,5 g/dL; jumlah leukosit
24.500/mm3; jumlah trombosit 67 x 103/mm3.
PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. KL
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kedung Mundu
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kedung Mundu
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub dengan pasien : Suami
b. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan lemas, pucat, mudah cape, kadang panas, yang
sudah dirasakan sejak 6 bulan terakhir.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan sekarang
Pasien Ny. KL masuk ke poliklinik pada tanggal 02 Mei 2017 diantar
keluarga pukul 10.00 WIB dengan keluhan utama lemas, pucat, mudah cape,
kadang panas.Keluhan tersebut dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan akhir-akhir
ini sering disertai perdarahan lewat hidung. Pada saat perawat melakukan
pengkajian tanggal 02 Mei 2017 pukul 10.05 WIB di ruangan Melati
didapatkan bahwa pasien tampak pucat, gizi kesan kurang. Suhu aksiler 38,50
C, nadi 108 x/i, irama teratur, TD 124/78 mmHg, frekuensi nafas 18 x/i.
Kongjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, papil lidah atrofi, tidak ditemukan
pembengkakan gusi. Terdapat limfadenopati leher, pada pemeriksaan abdomen
didapatkan hepatomegali dan splenomegali. Hasil pemeriksaan laboratorium;
Hb 7,5 g/dL; jumlah leukosit 24.500/mm3; dan jumlah trombosit 67 x 10 3
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya pasien belum pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang
dialami pasien saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam anggota keluarga pasien hanya Ny. KL yang mengalami penyakit
seperti ini dan tidak ada anggota keluarga lain mengalami hal tersebut.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadara : Compos Mentis
3. TTV : TD : 124/78 mmHg
N :108 x/i
S : 38,50C
RR : 18x/menit
GCS, : E :4
M:6
V : 5 = JUMLAH :15
4. Kepala :
Inspeksi : Warna rambut hitam, penyebaran merata, tidak terdapat
ketombe/kotoran.
5. Mata :
6. Hidung :
Terdapat perdarahan
7. Mulut :
8. Telinga :
9. Leher :
Inspeksi : warna kulit merata, tidak terdapat lesi.
10. Dada/Thorak :
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sama dengan
sekitar.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, pengembangan paru kiri & kanan tidak
sama.
11. Abdomen :
Inspeksi : Tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi, warna sama
dengan sekitar.
12. Genetalia :
Inspeksi : Tidak terdapat lesi, warna sama dengan sekitar, tidak terdapat
iritasi, bentuk simetris.
13. Extremitas :
Atas : Tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep &
trisep baik.
Bawah : Pergerakan lemah, reflek patela baik, reflek bisep & trisep baik.
e. Riwayat Psikososial
1. Psikologi
Pasien tampak cemas dengan keadaan penyakitnya. Hubungan pasien dengan
keluarga baik.
3. Data Spiritual
f. Data Penunjang
Hb : 7,5 mg / dl ( N : 12.0 16.0 g/dL).
Leukosit : 24.500 / mm3 (5000-10000/ mm3)
Trombosit : 67000 (150.000-400.000/mm3)
Kebiasaan Sehari-hari
No KEBIASAAN DIRUMAH DIRUMAH SAKIT
1. A. Nutrisi
- Makanan 3X sehari 3X sehari
Frekuensi 1 porsi 1/2 porsi
Jenis Nasi + sayur Nasi + Sayur
Masalah Tidak ada ada
- Minum
Frekuensi 6-7 gelas / hari 2-3 gelas / hari
Jenis Air putih Air putih
Kebiasaan minum kopi Tidak ada Tidak ada
2. Pola Eliminasi
-.BAB
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Konsistensi Lembek Agak keras
Warna Kuning Kuning
Bau Khas Khas
-.BAK
Frekuensi 2 x sehari 1x sehari
Warna Kuning Kuning
Gangguan BAK Tidak ada Tidak ada
Jumlah 1500 cc 1000 cc
Bau Khas Khas
3. Istirahat dan tidur
-. Tidur siang Jarang 4-5 jam / hari
-. Tidur malam 6-7 jam / hari 5-6 jam / hari
-. Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada
4. Personal Hygiene
- -. Mandi
Frekuensi 2x / hari Hanya di Lap
Pakai Sabun Ya Tidak
- Cuci Rambut
Frekuensi 3x / minggu Tidak pernah
Pakai shampo Ya Tidak
- -. Sikat gigi
Frekuensi 2x / hari Tidak pernah
Pakai pasta Ya Tidak pernah
Kebersihan
5. Aktivitas pasien Aktivitas pasien
A Aktivitas sehari-hari dilakukan secara dibantu oleh keluarga
mandiri dan perawat
ANALISA DATA
Nama : Ny. KL Ruangan : Melati
Umur : 42 Tahun No. Register : 111234
No. Data Senjang Interpretasi Data Masalah
1. DO : Sel neoplasma Gangguan perfusi
- Pasien nampak pucat berproliferasi dalam jaringan perifer
- Pasien nampak letih sumsum tulang
- Kongjungtiva anemis
DS : Infiltrasi sumsum
- Hb = 7,5 gr / dL tulang
- Pasien mengeluh terjadi
perdarahan di hidung Sel normal
digantikan oleh sel
kanker
Depresi produksi
susmsum tulang
Penurunan eritrosit
Anemia
Suplai oksigen
kejaringan
inadekuat
Ketidakseimbangan
perfusi jaringan
\ perifer
Depresi produksi
susmsum tulang
Peningkatan
leukosit
Leukositosis
Risiko infeksi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. KL Ruangan : Melati
Umur : 42 Tahun No. Register : 111234
A. Kesimpulan.
Adapun kesimpulan dari pembuatan makalah ini yaitu Leukemia
merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui
tentang leukemia, kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta
apa yang terjadi jika terkena leukemia.Dan kepada pembaca dan penulis bisa
lebih memahami materi mengenai penyakit leukemia dilihat dari
perbandingan data di lahan dan konsep teori yang sesungguhnya.
B. Saran.
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami
sangat mengharapkan saran dari teman-teman dalam penambahan untuk
kelengkapan makalah ini,karna dari saran yang kami terima dapat
mengkoreksi makalah yang kami buat ini.atas saran dari teman-teman kami
ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Baldy, Catherine M. Gangguan Sel Darah Putih dalam Price, Sylvia A. Wilson,
Lorraine M. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 6.
Jakarta: EGC.
http://nurse-poltekkes.blogspot.co.id/2012/03/askep-leukemia.html.
(http://nursungscib.com/pathophysiology/pathofisiology-of-leukemia/)
http://yulianroni.blogspot.co.id/2012_12_01_archive.html