Anda di halaman 1dari 7

RESIKO BUNUH DIRI

A. Masalah Utama
Resiko Bunuh Diri

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko
untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam
nyawa (Nita Fitria, 2010).
Bunuh diri sebagai sebuah perilaku destruktif terhadap diri sendiri
sebagai prilaku yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Prilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri,
niatnya adalah kematian dan individu menyadari bahwa hal ini sebagai suatu
yang diinginkan (Stuart dan Sundeen, 1995).
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya. (Ade Herman, 2011)

2. Manifestasi Klinis
Mempunyai ide untuk bunuh diri
Mengungkapkan keinginan untuk mati
Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
Impulsif
Menunjukkan prilaku yang mencurigakan
Mempunyai riwayat percobaan buuh diri
Verbal terselumbung (bicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis
obat mematikan)
Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah,
dan mengasingkan diri)
Kesehatan mental (secara klinis, pasien terlihat sebagai orang yang
depresi, psokosis, dan penyalahgunakan alkohol)
Kesehatan fisik (biasanya pasien dengan penyakit kronis dan terminal)

3. Rentang Respons

Rentang Respons Protektif diri


Respon adaptif Respon Maladaptif

Peningkatan diri Berisiko destruktif Destruktif diri tidak Pencederaan diri Bunuh diri
langsung

Peningkatan diri, seorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri


secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan
diri.sebagai contoh seseorng mempertahankan diri dari pendapatnya yang
berbeda mengenai loyalitas terhadap pompinan tempat kerjanya.
Beresiko destruktif, seseorang memiliki kecendrungan atau beresiko
mengenai perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi
yang seharusnya dapat mempertahankan diri,seperti seseorang merasa
patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap
pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
Destruktifdiri tidak langsung, seseorang telah mengambil sikap yang
kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya
untuk memprtahankan diri.Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap
kerjanya yang tidak loyal, maka seorang kariawan menjadi tidak masuk
kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
Pencederaan diri, seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
Bunuh diri, seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.

Perilaku bunuh diri menurut Stuart dan Sundeen (1995) dibagi menjadi 3
kategori yaitu sebagai berikut:
Upaya bunuh diri (suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan
menuju bunuh diri, dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan
kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan.Orang yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak
benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak
diketahui tepat sampai waktunya.
Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan
untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain.
Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara
langsung atau tidak langsung, verbal atau non verbal bahwa seseorang
sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukan
secara perbal bahwa dia tidak akan disekitar kita lagi atau juga
mengungkapkan secara non verbal berupa pemberian hadiah, wasiat, dan
sebagainya. Kurangnya respons positif dari orang sekitar dapat
dipersepsikan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

4. Faktor Predisposisi
Tidak ada teori tunggal yang mengungkapkan tentang bunuh diri dan
memberi petunjuk mengenai cara melakukan intervensi yang terapeutik. Teori
perilaku meyakini bahwa pencederaan diri merupakan hal yang dipelajari dan
diterima pada saat anak-anak dan masa remaja. Teori psikologi memfokuskan
pada masalah tahap awal perkembangan ego, trauma interpersonal, dan
kecemasan berkepanjangan yang mungkin dapat memicu seseorang untuk
mencederai diri. Teori intepersonal mengungkapkan bahwa mencederai diri
sebagai kegagalan dari interaksi dalam hidup, masa anak-anak mendapat
perlakuan kasar serta tidak mendapatkan kepuasan (Stuart dan Sundeen,1995).
Riwayat abuse atau incest dapat juga menjadi faktor predisposisi atau
presipitasi pencederaan diri. Faktor presdiposisi ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan komunikasi (mengomunikasikan perasaan), perasaan bersalah,
depresi, dan perasaan yang tidak stabil.
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut:
Diagnosis psikiatrik:
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
buuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga ganguan jiwa yang
dapat membuat individu beresiko untuk melakukan tindakan bunuh diri
adalah gangguan epektif,penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
Sifat kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
Lingkungan psikososial
Faktor presdiposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam menciptakan intervensi
yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah,
respons, seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh
diri.
Faktor biokimia
Data menunjukan pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat dalam otak seperti serotonin,
adrenalin, dan dopamin. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
rekaman gelombang otak elektro encephalo graph (EEG).

5. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stres berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan faktor lain yang dapat menjadi pencetus melihat atau membaca
melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan
bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat
rentan.

6. Sumber koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan
dalam melakukan perilaku buuh diri dan sering kali orang ini secara sadar
memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan
dengan banyak faktor, baik faktor sosial maupun budaya. Struktur sosial dan
kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan menyarankan klien melakukan
perilaku bunuh diri. Isolasi sosial dapat menyebabkan kesepian dan
meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang
aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stres dan
menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat
mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

7. Mekanisme koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping
yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada
seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukan kegagalan mekanisme koping. Ancaman
bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan
pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan
kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri seseorang.

C. Pohon Masalah

Effect Bunuh Diri

Core Problem Resiko Bunuh Diri

Cause Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

D. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Resiko Bunuh Diri
2. Isolasi Sosial
3. Harga diri rendah kronis

E. Data Yang Perlu Dikaji


Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
Resiko Bunuh Diri Subjektif
1. Mengungkapkan keinginan bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk
mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan
kepusasaan
4. Ada riwayat berulang percobaan
bunuh diri sebelumnya dari keluarga
5. Berbicara tentang kematian,
menanyakan tentang dosis obat yang
mematikan
6. Mengungkapkan adanya konflik
intrapersonal
7. Mengungkapkan telah menjadi korban
prilaku kekerasan kecil

Objektif
1. Impulsif
2. Menunjukan prilaku yang
mencurigakan
3. Ada riwayat penyakit mental (depresi,
psikosis, dan penyalahgunaan
alkohol)
4. Ada riwayat penyakit fisik ( penyakit
kronis atau penyakit terminal )
5. Pengangguran ( tidak bekerja,
kehilangan pekerjaan atau kegagalan
dalam berkarier)
6. Umur 15-19 tahun atau diatas 45
tahun
7. Status perkawinan yang tidak
harmonis

F. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri

G. Rencana Tindakan Keperawatan


Ancaman / percobaan bunuh diri dengan diagnosis : resiko bunuh diri
1. Tindakan keperawatan klien yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
Tujuan : Klien tetap aman dan selamat
Tindakan : melindungi klien
Perawat yang dapat melakuka hal-hal berikut untuk melindungi klien
yang mengancam atau berupaya bunuh diri.
a. Tetap menemani klien sampai dipindahkan ketempat yang lebih aman
b. Menjauhkan semua benda yang berbahaya
c. Memastikan bahwa pasien benar-benar telah meminum obatnya, jikia
pasien mendapatkan obat
d. Menjelaskan dengan lembut pada pasien bahwa saudara akan
melindungi pasien sampai pasien melupakan keinginanya untuk bunuh
diri.

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan klien yang mengancam


atau mencoba bunuh diri.
Tujuan : keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri.
Tindakan :
a. Menganjurkan untuk ikut mengawasi serta jangan pernah
meninggalkan klien sendirian
b. Menjelaskan kepada keluarga bahwa pentingnya klien meminum
obatnya secara teratur

Isyarat bunuh diri dengan diagnosis : harga diri rendah kronis


3. Tindakan keperawatan untuk klien yang menunjukan isyarat untuk bunuh
diri
Tujuan :
a. Klien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
b. Klien dapat mengungkapkan perasaanya
c. Klien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
Tindakan
a. Mendiskusikan tentang cara menagatasi keinginan bunug diri, yaitu
dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman dekat
b. Meningkatkan harga diri klien dengan memberikan kesempatan
untuk mengungkapkan perasaannya, berikan pujian untuk klien,
menyakinkan klien bahwa dirinya berarti untuk orang lain
c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara
mendiskusikan dengan klien cara menyesaikan masalahnya,
mendiskusikan dengan klien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah

4. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan anggota keluarga yang


menunjukan isyarat bunuh diri
Tujuan : keluarga mampu merawat klien dengan risiko bunuh diri
Tindakan keperawatan :
a. Mengajarkan keluarga tentang tandadan gejala bunuh diri
1. Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang
pernah muncul pada klien.
2. Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul
pada klien berisiko bunuh diri.
b. Mengajarkan keluarga cara melindungi klien dari prilaku bunuh
diri.
1. Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila
klien memperlihatkan tanda dah gejala bunuh diri.
2. Menjelaskan tentang cara-cara melindugi klien dengan cara
memberikan tempat yang aman, menjauhkan barang-barang yang
dapat membahayakan, selalu mengadakan pengawasan apabila
tanda dan gejala bunuh diri meningkat.
c. Mengajarkan keluarga tentang hal yang dapat dilakukan apabila
klien melakukan percobaan bunuh diri.
1. Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat
untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut.
2. Segera membawa klien ke rumah sakit tau puskemas untuk
mendapat bantuan medis.
d. Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang
tersedia bagi klien.
e. Memberikan informasi tentang nomor telepon gawat darurat.
f. Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan klien berobat/kontrol
secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
g. Menganjurkan keluarga untuk membantu klien minum obat sesuai
prinsip enam benar.

DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita.2010. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP dan SP ) Untuk 7
diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi program S-1 Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.

Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai