Preskas RM Osteoarthritis MIRA
Preskas RM Osteoarthritis MIRA
Oleh :
Mira Rizki Ramadhan
G99142117
Pembimbing :
I.ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. H
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wirawasta
Alamat : Pucangsawit
Status : Sudah menikah
Tanggal Masuk : 19 Agustus 2016
Tanggal Periksa : 19 Agustus 2016
No. RM : 01-23-41-xx
B. Keluhan Utama
Nyeri lutut kanan dan kiri
2
sering terjadi dan semakin bertambah nyeri kurang lebih 1 bulan
terakhir. Menurut pasien keluhan tersebut semakin mengganggu
aktivitasnya.terdengar bunyi kreg dari lutut jika pasien naik turun
tangga. Pasien mengeluh kadnag Pasien juga mengeluhkan sekarang ini
jarang mengikuti acara-acara maupun kegiatan di desa karena lututnya
terasa sakit
F. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : (-)
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat olahraga : (+), sambil bekerja pasien sering
melakukan olahraga tenis
3
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien saat ini berkerja di bagian kebersihan di tempat olahraga.
Pasien tinggal dengan istri dan kedua anaknya. Pasien memeriksakan
diri dengan BPJS.
II.PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Kesadaran : compos mentis E4V5M6
Tinggi badan : 154 cm
Berat badan : 58 kg
Indeks massa tubuh : 24,45 kg/m2
Status gizi : overweight
B. Tanda Vital
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 84 x/ menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur
Respirasi : 18 x/menit, irama teratur, tipe thoracoabdominal
Suhu : 36,4 0C per aksiler
C. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-),
spider naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-),
ulkus decibitus (-)
D. Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam
beruban, tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot (-).
E. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung
dan tak langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-
/-), sekret (-/-)
F. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
4
G. Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
H. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor
(-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-),
I. Leher
Simetris, trakea di tengah, step off (-), JVP (R+3) ,limfonodi tidak
membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (-)
J. Thoraks
a. Retraksi (-)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Konfigurasi jantung kesan melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-).
c. Paru
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri, gerakan
paradoksal (-)
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar ( vesikuler / vesikuler ),
suara tambahan (-/-)
K. Trunk
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-),
lordosis(-)
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), oedem (-)
Perkusi : nyeri ketok kostovertebra (-)
5
L. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, nyeri tekan (-),
bruit (-) dan lien tidak teraba
M. Ekstremitas
Oedem Akral dingin
- - - -
- - - -
N. Status Lokalis
Region Genu dextra et sinistra :
1. Genu sinistra :
Inspeksi : deformitas (+), atrofi otot (-), bekas luka (-), tampak
luka ukuran 3x 3 cm dengan dasar eritem
Palpasi : nyeri tekan (+), nyeri gerak (+), krepitasi (+)
Movement : Laxity (+), Anterior drawer test (-), posterior drawer
test (-)
2. Genu Dekstra :
Inspeksi : eritema (-), deformitas (+), atrofi otot (-), bekas luka (-
)
Palpasi : nyeri tekan (+), nyeri gerak (+), krepitasi (+)
Movement : Laxity (+), Anterior drawer test (-), posterior drawer
test (-)
6
O. Status Neurologis
Kesadaran : compos mentis, GCS E4V5M6
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik
N N
N N
Tonus : N N
N N
Reflek fisiologis: +2 +2
+2 +2
Reflek patologis: - -
- -
7
Nervus Cranialis
N. III : reflek cahaya (+/+) ; pupil isokor (3 mm/3mm)
N. VII : dalam batas normal
N XII : dalam batas normal
Range of Motion (ROM)
ROM
NECK
Aktif Pasif
Flexi 0 70 0
0 700
Extensi 0 400 0 400
Lateral bend 0 600 0 600
Rotasi 0 900 0 900
8
TRUNK ROM Pasif ROM Aktif
Fleksi 0-90 0-90
Ekstensi 0-30 0-30
Rotasi 0-35 0-35
9
Ekstensor M Triceps 5 5
Supinator M Supinator 5 5
Pronator M Pronator teres 5 5
Wrist Fleksor M Fleksor carpi 5 5
radialis
Ekstensor M Ekstensor 5 5
digitorum
Abduktor M Ekstensor carpi 5 5
radialis
Adduktor M ekstensor carpi 5 5
ulnaris
Finger Fleksor M Fleksor digitorum 5 5
Ekstensor M Ekstensor 5 5
digitorum
Activity Score
Feeding 10
10 = independen
Bathing 5
5 = independen (atau menggunakan shower)
Grooming 5
5 = independen dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan
bercukur
Dressing 10
10 = independen (termasuk mengancingkan resleting,
menalikan pita, dll.
10
Bowel 10
10 = kontinensia
Bladder 10
10 = kontinensia
Toilet use 10
10 = independen (on and off, dressing)
Transfer 15
10 = bantuan kecil (verbal atau fisik)
Mobility 10
10 = berjalan dengan bantuan satu orang (verbal atau fisik) >
50 yard
Stairs 5
5 = membutuhkan bantuan (verbal, fisik, alat bantu)
11
Foto Genu bilateral AP/Lat:
Alignment baik
Trabekulasi tulang normal
Tampak osteofit di condylus lateralis dan medialis os femur dan tibia
Tampek eminentia intercondylaris runcing, joint of space medial sempit
Tak tampak erosi/destruksi tulang
Tak tampak soft tissue swelling regio genu sinistra
Kesimpulan:
OA genu bilateral grade IV Kellgreen dan Lawrence Grading Scale
IV. ASSESMENT
Osteoarthritis genu bilateral Grade IV
V. DAFTAR MASALAH
Problem Medis :
Osteoarthritis genu bilateral Grade IV
Problem Rehabilitasi Medik
1. Fisioterapi : Gangguan gerak (nyeri pada kedua lutut saat
gerak terutama lutut kiri)
2. Terapi wicara : Tidak ada
3. Okupasi Terapi : Keterbatasan melakukan kegiatan sehari-hari
4. Sosiomedik : Membutuhkan bantuan untuk melakukan
pekerjaan dan kegiatan sosial
12
5. Ortesa-protesa : membutuhkan alat bantu untuk mengurangi nyeri
saat berjalan
6. Psikologi : Beban pikiran karena keterbatasan melakukan
aktivitas sehari - hari
Rehabilitasi Medik:
1. Fisioterapi :
a. Transcutaneus Elactrical Nerve Stimulation ( TENS )
b. Infra Red Genu
c. Strengthening otot quadriceps femoris
2. Terapi wicara : Tidak ada
3. Okupasi terapi : latihan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
4. Sosiomedik : evaluasi social pasien dan membantu
menyelesaikan masalah pekerjaan pasien.
5. Ortesa-Protesa : pemberian knee brace serta edukasi pemakaiannya
pada lutut pasien.
6. Psikologi : Psikoterapi suportif , mengurangi risiko depresi
karena nyeri yang dirasakan pasien
VII. PLANNING
Planning Edukasi :
- Penjelasan penyakit dan komplikasi yang bisa terjadi
- Penjelasan tujuan pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan
13
- Edukasi untuk home exercise dan ketaatan untuk melakukan terapi
Planning Monitoring
- Evaluasi hasil terapi
VIII. TUJUAN
1. Mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk keadaan
2. Meminimalkan impairment, disability dan handicap
3. Mengurangi nyeri terutama nyeri gerak
4. Edukasi perihal home exercise
5. Meningkatkan dan memelihara kekuatan otot
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
14
TINJAUAN PUSTAKA
OSTEOARTHRITIS
1. Definisi
Osteoartritis biasanya terjadi pada sendi bergerak dan pada sendi sendi
besar, misalnya articulatio genu. Kejadiannya lebih banyak pada wanita
dibanding pria, terutama usia di atas 45 tahun. Diagnosis penyakit ini
menggunakaan pemeriksaan radiologis, yang akan didapatkan
penyempitan ruang sendi, peningkatan densitas tulang, dan pertumbuhan
tulang baru. Sedangkan untuk pemeriksaan lab belum ditemukan
pemeriksaan darah khusus (Price and Wilson, 2010).
2. Etiologi
15
dengan umur. Selain hubungan erat ini dan pandangan yang luas bahwa
osteoartritis terjadi akibat proses wear & tear yang normal dan kekakuan
sendi pada orang-orang dengan usia diatas 65 tahun, hubungan antara
penggunaan sendi, penuaan, dan degenerasi sendi masih sulit dijelaskan.
Terlebih lagi, penggunaan sendi selama hidup tidak terbukti menyebabkan
degenerasi. Sehingga, osteoartritis bukan merupakan akibat sederhana dari
penggunaan sendi.
Perubahan struktur tulang rawan sendi yang paling dini terlihat pada
osteoartritis adalah kerusakan atau fibrilasi zona superfisial sampai ke
zona transisional dan violasi oleh pembuluh darah tulang subchondral.
Berberapa peneliti memperkirakan bahwa kekakuan tulang subchondral
menyebabkan dan mempercepat degenerasi rawan sendi, dan progresi
degenerasi kartilago mengakibatkan kekakuan tulang subchondral, tapi
beberapa peneliti lain mengatakan bahwa kerusakan tulang rawan
sendimeningkatkan stress pada tulang subchondral yang menyebabkan
remodeling tulang.
16
2) Perubahan menyerupai OA dapat terjadi pada rawan sendi percobaan
berusia muda yang dirangsang dengan berbagai trauma seperti tekanan
mekanik dan zat kimia.
17
b. Faktor Risiko:
a) Umur
Prevalensi dan beratnya Osteoartritis semakin meningkat
dengan bertambahnya umur. Osteoartritis sering terjadi pada
umur di atas 60 tahun.
b) Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena Osteoartritis lutut dan Osteoartritis
banyak sendi sedangkan lelaki lebih sering terkena Osteoartritis
paha, pergelangan tangan dan leher. Prevalensi pada wanita
meningkat akibat masa menopause yang berperan hormonal
sebagai patogenesis Osteoartritis.
c) Suku bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya Osteoartritis nampaknya terdapa
perbedaan di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya
Osteoartritis paha lebih sering pada orang kaukasia dibanding
negro dan asia. Di US Osteoartritis lebih sering terjadi pada
orang Indian dibanding yang berkulit putih. Hal ini berkaitan
dengan perbedaan cara hidup dan frekuensi kelainan kongenital
dan pertumbuhan.
d) Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya Osteoartritis,
misalnya pada ibu daari seorang wanita dengan Osteoartritis
sendi interphalanges distalis terdapat 2 kali lebih sering
Osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak perempuan dari
wanita tersebut memilki probabilitas 3 kali lebih sering terkena
Osteoartritis. Secara molekuler, Osteoartritis terjadi akibat
mutasi dalam gen prokolagen II.
e) Obesitas dan penyakit metabolik
Beban mekanis akan menigkat pada penderita obesitas dan
penyakit metabolic dan meningkatkan resiko terjadinya
18
Osteoartritis. Lokasi terjadinya pun tidak hanya pada daerah
penyangga beban namun dapat luas.
f) Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Resiko Osteoartritis meningkat ketika melakukan pekerjaan
berat maupun pemakaian satu sendi yang terus menerus.
Aktivitas-aktivitas tertentu dapat menjadi faktor predisposisi
Osteoartritis secara traumatik (misalnya robeknya meniscus,
ketidakstabilan ligament) yang dapat mengenai sendi.
g) Faktor-faktor lain
Tingginya kepadatan tulang dikatakan berhubungan dengan
resiko Osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang
lebih padat tak membantu mengurangi benturan beban yang
diterima olah tulang rawan sendi (Suroso, 2007).
4. Patogenesis
19
perubahan metabolisme kondrosit. Awalnya konsentrasi kolagen
tipe II tidak berubah, tapi jaring-jaring kolagen dapat rusak dan
konsentrasi aggrecan dan derajat agregasi proteoglikan
menurun.
Perubahan Tulang.
20
stadium akhir dari penyakit, tulang rawan sendi telah rusak
seluruhnya, sehingga tulang subchondral yang tebal dan padat kini
berartikulasi dengan permukaan tulang denuded dari sendi
lawan. Remodelling tulang disertai dengan kerusakan tulang sendi
rawan mengubah bentuk sendi dan dapat mengakibatkan
shortening dan ketidakstabilan tungkai yang terlibat.
21
Jaringan Periartikuler.
22
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri
yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan meski OA
masih tergolong dini (secara radiologis). Umumnya bertambah berat
dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bias digoyangkan
dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah
gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja) (Soeroso, 2006).
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago
pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago
(Felson, 2008).
Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari
nyeri yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi (sinovitis), efusi
sendi, dan edema sumsum tulang (Felson, 2008).
Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika
osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang
hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang Hal
ini menimbulkan nyeri (Felson, 2008).
Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat
sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut adalah aakibat dari anserine
bursitis dan sindrom iliotibial band (Felson, 2008).
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan
dengan pertambahan rasa nyeri (Soeroso, 2006).
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau
tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam
waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari
(Soeroso, 2006.
d. Krepitasi
23
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala
ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa
perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau
dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi
dapat terdengar hingga jarak tertentu (Soeroso, 2006).
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar (Soeroso, 2006).
f. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi
yang biasanya tidak banyak (<100 cc) atau karena adanya osteofit,
sehingga bentuk permukaan sendi berubah (Soeroso, 2006).
g. Tandatanda peradangan
Tandatanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai
pada OA karena adanya synovitis. Biasanya tandatanda ini tidak
menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala
ini sering dijumpai pada OA lutut (Soeroso, 2006).
h. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien
lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi
tumpuan berat badan terutama pada OA lutut (Soeroso, 2006).
Tanda, riwayat, pemeriksaan fisik
1. monoartikular atau oligoartikular
2. asimetrik
3. tangan
- sendi distal interfalangeal
Heberdens nodes (osteofit atau pembesaran tulang). Muncul
knopknop kecil di ujung atau di tengah sendi jari tangan, atau di
ujung sendi ibu jari (Heberdens nodes). Jari tangan dapat
24
membesar, sakit, kaku dan kebal. Knop serupa dapat timbul di
sendi tengan dari jari.
- sendi proksimal interfalangeal
o Bouchards nodes (osteofit)
o Dasar dari ibu jari juga dapat terkena OA
o Kadang knop ini berwarna merah, hangat, bengkak, dan nyeri,
biasanya akibat dari trauma
- sendi pertama carpometacarpal
osteofit memberikan kesan kelihatannya tangan berbentuk persegi
Osteoarthritis di jari tangan adalah tipe yang penyebabnya
kemungkinan karena faktor turunan
Penderita perempuan lebih banyak (10 kali) dibanding laki-laki,
terutama muncul setelah menopause
OA di tangan dapat dibantu dengan obat, bidai atau dengan
pemanasan
4. Lutut
Lutut adalah sendi utama penahan berat badan. Sebab itu lutut
paling sering terkena OA. Gejala: kaku, bengkak, sakit dan
krepitus, sehingga mengakibatkan kesulitan untuk berjalan,
menaiki tangga, bangkit serta duduk dll.
Bila tidak diobati, OA di lutut dapat mengakibabatkan cacat
Obat-obat, penurunan berat badan, olahraga, dan alat penyangga
dapat mengurangi rasa sakit.
Pada kondisi yang parah, dapat dilakukan bedah lutut
5. Panggul
Yang terasa sakit adalah daerah lipat paha, panggul, dan bokong;
sakit pada saat aktivitas menyangga beban
Kaku terutama sesudah istirahat
Gerakan sendi terbatas
Penyangga seperti tongkat, walkers, dapat mengurangi tekanan
dipanggul.
25
Obat-obat, penyangga, olahraga dapat membantu mengurangi rasa
sakit dan meningkatkan gerakan.
Pada kondisi yang parah, dapat dilakukan bedah panggul
6. Tulang Belakang
yang paling sering terkena adalah tulang belakang L3 dan L4.
Kaku dan nyeri di leher atau tulang belakang bagian bawah dapat
disebabkan karena OA di tulang belakang
Lemas atau kebal di lengan dan kaki
Beberapa orang merasa lebih nyaman bila tidur di kasur yang keras
atau duduk dengan memakai bantal penyangga
Disamping nyeri, keterbatasan gerak, dan kompresi akar saraf
berpotensi untuk timbulnya komplikasi
7. Kaki
Terutama sendi metatarsofalangeal
Pemeriksaan Fisik
26
Nilai laboratorium
- Tidak ada test yang spesifik
- Laju Endap Darah normal
7. Diagnosis
27
pembentukan osteofit dan deformitas muncul pada tahap akhir dari
penyakit.
28
terjadi. Pencitraan diagnostik tambahan, termasuk scanning tulang,
CT, dan MRI akan sangat mambantu menilai stadium awal penyakit
degeneratif sendi, tapi pemeriksaan ini jarang diperlukan untuk
menegakkan diagnosis.
29
Tabel 1. Klasifikasi osteoartritis (OA)
8. Terapi
30
analgesik sederhana seperti parasetamol.5 Komunikasi antara pasien,
klinisi, dan farmasis merupakan faktor yang penting dalam
penatalaksanaan rasa nyeri; hasil terapi terbaik dapat dicapai dengan
aliansi pihak-pihak ini.
Pendekatan secara umum:
b) Farmakologi
a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid ( AINS ), Inhibitor COX-2, dan
Asetaminofen
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut,
penggunaan obat AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif
daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas
obat AINS lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap
menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada
OA. Cara lain untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS
adalah dengan cara mengombinasikannnya dengan menggunakan
inhibitor COX-2 (Felson, 2006).
b. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat obatan yang dapat
menjaga atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA.
Obat obatan yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah:
tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan,
vitamin C, dan sebagainya (Felson, 2006).
31
Gambar 3. Langkah tatalaksana non-farmakologis OA
32
Gambar 4. Algoritma tatalaksana farmakologis OA
33
b) Terapi Non Farmakologis untuk OA
b.1) Edukasi pasien
b.2) Terapi Fisik, okupasional, aplikasi dingin/panas
b.3) Latihan Fisik
b.4) Istirahat dan merawat persendian
b.5) Penurunan berat badan
b.6) Bedah (pilihan terakhir)
b.1) Edukasi Pasien
Edukasi pasien, keluarga pasien, teman, adalah bagian integral dari
penatalaksanaan OA. Pasien harus didorong untuk berpartisipasi
dalam program-program yang ada misalnya Program edukasi pasien;
Program self-management; Kelompok pendukung Arthritis dsb.
Dalam studi-studi ternyata pasien yang berpartisipasi akan
mengalami penurunan rasa nyeri, penurunan frekuensi kunjungan ke
dokter, peningkatan aktivitas fisik, dan peningkatan kualitas hidup.
Pasien didorong untuk membaca brosur, pamflet, buku panduan dan
melakukan konseling tentang OA yang di dapat dari perkumpulan
penderita OA, internet dan dari mana saja.
Dalam program ini pasien belajar memahami OA :
Proses penyakit
Prognosis
Pilihan terapi
Perubahan paradigma: bahwa OA dianggap sebagai penyakit
yang tidak dapat dihindari, merupakan proses penuaan.
Selain itu belajar mengurangi rasa sakit, latihan fisik dan
relaksasi, komunikasi dengan staf kesehatan, dan pemecahan
masalah, dapat menghadapi secara fisik, emosi dan mental,
mempunyai kendali lebih baik terhadap OA, meningkatkan percaya
diri untuk hidup aktif dan mempunyai hidup yang tidak tergantung
orang lain.3 Hasil studi menegaskan bahwa konsep peningkatan
komunikasi dan edukasi adalah faktor penting untuk mengurangi
34
rasa nyeri dan meningkatkan fungsi pada pasien OA, selain itu
bahwa program ini menguntungkan untuk jangka panjang.
b.2) Terapi Fisik & Occupational Therapy
Mengurangi rasa sakit dengan cara non farmakologik.
Terapi fisik dengan panas atau dingin dan latihan fisik akan
membantu menjaga dan mengembalikan rentang gerakan sendi dan
mengurangi rasa sakit dan kejang otot. Mandi atau berendam air
hangat akan mengurangi rasa sakit dan kekakuan. Efek fisiologi
dari suhu adalah relaksasi otot dan mengurangi rasa sakit. Walau
demikian pemakaian panas harus dipertimbangkan secara
komprehensif bagi pasien OA. Penderita ada yang melakukan
penyembuhan tanpa obat.
Handuk hangat, kantung panas (hot packs), atau mandi air hangat,
dapat mengurangi kekakuan dan rasa sakit.
Kadang kantung es (cold packs) dibungkus handuk dapat
menghilangkan rasa sakit atau mengebalkan bagian yang ngilu.
Tanyakan kepada dokter atau terapi mana yang lebih cocok bagi
pasien. Untuk OA di lutut, pasien dapat memakai sepatu dengan
sol tambahan yang empuk untuk meratakan pembagian tekanan
akibat berat, dengan demikian akan mengurangi tekanan di lutut.
a. Mekanisme Periferal
35
b. Mekanisme segmental
c. Mekanisme Ekstrasegmental
36
8) Sindroma komprei neurovaskuler
9) Nyeri psikogenik
Sedangkan Johnson Mark (2001) mengemukakan tentang penggunaan
TENS dalam berbagai kondisi yaitu :
Efek analgetik
a. Pada kondisi akut
1) Nyeri pasca operasi
2) Nyeri sewaktu melahirkan
3) Dismenorrhea
4) Nyeri musculoskeletal
5) Nyeri akibat patah tulang
b. Nyeri yang berhubungan penanganan kasus gigi
c. Nyeri pada kodisi kronik
1) Nyeri bawah punggung
2) Arthritis
3) Nyeri punting dan nyeri phantom
4) Neuralgia pasca herpetic
5) Neuralgia trigeminal
d. Injury saraf tepi
e. Angina pectoris
f. Nyeri fasial
g. Nyeri tulang akibat proses metastase
b. Kontraindikasi stimulasi listrik (Rennie S, 1988, Johnson M, 2001)
Arus TENS, Interferensi dan diadinamik tidak direkomendasikan pada
kondisi sebagai berikut :
1) Penyakit vaskuler (arteri maupun vena)
2) Adanya kecenderungan pendarahan (pada area yang diterapi)
3) Keganasan (pada daerah/ area yang diterapi)
4) Pasien beralat pacu jantung (meski penelitian terbatas
menunjukkan bahwa stimulasi listrik tidak mempengaruhi alat
pacu jantung)
37
5) Kehamilan (bila terapi diberikan pada daerah abdomen atau
panggul)
6) Luka terbuka yang sangat lebar
7) Kondisi infeksi
8) Pasien yang mengalami hambatan komunikasi (terlalu tua,
gangguan bicara, kofusi mental)
9) Kondisi dermatologi (pada area yang diterapi)
10) Hilangnya sensasi sentuh dan tusuk (pada area yang diterapi)
38
juga dapat memberikan alat bantu seperti tongkat, bebat, dsb yang
dipakai saat latihan fisik maupun kegiatan sehari-hari. Latihan
Fisik sebagai berikut :
Latihan Fisik Penyembuhan
Menjaga sendi bekerja sebaik mungkin
Latihan Fisik Aerobik :Meningkatkan kekuatan dan kebugaran,
dan mengontrol berat badan Pasien harus belajar melakukan
latihan ini secara benar, karena kalau tidak, justru dapat
menimbulkan masalah.
Contoh latihan fisik:
Latihan untuk menguatkan
o Latihan dengan ban elastik, alat tidak mahal, menambah
resistensi
o Aktivitas aerobic : Membuat paru dan peredaran darah lebih
baik
o Aktivitas rentang gerakan : Membuat sendi lentur, lemah
gemulai
o Latihan kegesitan, ketangkasan : Menjaga kegesitan sehari-hari
o Latihan untuk menguatkan leher dan punggung
o Menguatkan tulang belakang kuat dan lentur
39
Gambar 5. Contoh latihan fisik pada penderita osteoartritis
40
membantu. Beberapa pasien menggunakan tongkat atau bidai
untuk melindungi persendian dari tekanan. Bidai atau penahan
(braces) memberikan dukungan ekstra pada otot yang lemah.
Mereka juga menjaga persendian pada posisi yang benar selama
tidur maupun beraktivitas. Bidai hanya dipakai untuk masa terbatas
sebab otot membutuhkan latihan untuk mencegah kekakuan dan
kelemahan
b.5) Pengendalian Berat Badan
Kelebihan berat badan meningkatkan beban biomekanik
pada sendi penyangga berat dan ini adalah prediktor tunggal paling
baik dari kebutuhan operasi sendi. Pengurangan berat badan
dikaitkan dengan pengurangan simtom dan kecacatan. Walau
penurunan hanya 5 lb (2,5Kg) dapat menurunkan tekanan
biomekanik pada sendi penyangga beban. Walau intervensi diet
untuk yang berat badan berlebih masuk akal, tetapi ini
membutuhakan motivasi yang kuat dan program penurunan badan
yang terstruktur. Diet yang sehat dan olahraga akan sangat
membantu.
b.6) Pembedahan
1. Realignment osteotomi
2. Arthroplasty
41
Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi
yang baru ditanam.Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam
yang berada dalam high-density polyethylene.
o Partial replacement/unicompartemental
o Cinstrained joint: fixed hinges: dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability.
Nyeri
Deformitas
Instability
Kontraindikasi :
Neuromuscular dysfunction
Infection
Neuropathic Joint
Komplikasi :
Infeksi
42
Loosening
Peroneal palsy
1. Mengurangi nyeri
3. Koreksi deformitas
43
DAFTAR PUSTAKA
44
Isbagio, Harry (2000). CDK: Struktur Rawan Sendi dan Perubahannya pada
Osteoartritis. Cermin Dunia Kedokteran.
J.N. Aston (1996). Kapita Selekta Traumatologik dan Orthopedik Edisi ke III,
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kisner, et al. (1996). Therapeutic Exercise Foundations and Technique Third
Edition. Philadelphia: F.A. Davis Company.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L (2007). Buku Ajar Patologi Robbins Edisi
7. Jakarta: EGC.
Lawrence RC, Felson DT, Helmick CG, et al (2008). Estimates of the prevalence
of arthritis and other rheumatic conditions in the United States. Part II.
Arthritis Rheum; 58(1):2635.
Lethbridge-Cejku M, Helmick CG, Popovic JR (2003). Hospitalizations for
arthritis and other rheumatic conditions: Data from the 1976 National
Hospital Discharge Survey. Medi Care; 41(12):13671373.
Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Medika Acisculapus
2.
National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases (2002).
Handout on Health: Osteoarthritis, Bethesda MD, July.
Price, S. A., Wilson, L. M (2010). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC.
Sacks JJ, Helmick CG, Langmaid G (2004). Deaths from arthritis and other
rheumatic conditions, United States, 19791998. J Rheumatol; 31: 1823
1828.
Zegaria M.A. (2006). Osteoarthritisin Seniors, Key Elements in Disease
Management, US Pharmacist.
45