Anda di halaman 1dari 45

SEORANG LAKI-LAKI 53 TAHUN DENGAN OSTEOARTHRITIS GENU

BILATERAL GRADE IV KELGREEN AND LAWRENCE


GRADING SCALE

Oleh :
Mira Rizki Ramadhan
G99142117

Pembimbing :

dr. Desy Kurniawati Tandiyo, Sp.KFR

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2016
STATUS PENDERITA

I.ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. H
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wirawasta
Alamat : Pucangsawit
Status : Sudah menikah
Tanggal Masuk : 19 Agustus 2016
Tanggal Periksa : 19 Agustus 2016
No. RM : 01-23-41-xx

B. Keluhan Utama
Nyeri lutut kanan dan kiri

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan mengeluhkan nyeri lutut kanan dan kiri.
Nyeri tidak menjalar. Nyeri dirasakan terutama pada pagi hari. Pasien
merasakan nyeri dan kaku di lutut setiap bangun tidur pada pagi hari,
kaku dirasakan hanya sesaat selama kurang dari 30 menit dan perlahan
membaik setelah sendi lutut digerak-gerakkan Nyeri sering muncul dan
semakin memberat setelah berjalan lama. Nyeri kedua lututnya dirasakan
berkurang apabila istirahat.
Nyeri pada kedua lutut pada awalnya dirasakan sejak 5 tahun yang
lalu, menurut pasien awalnya rasa nyeri tidak begitu berat sehingga
pasien kadang mengabaikannya tetapi akhir-akhir ini dirasakan semakin
memberat terutama bila digunakan untuk berjalan dalam jangka waktu
lama.. Semakin lama rasa nyeri pada kedua lutut dirasakan semakin

2
sering terjadi dan semakin bertambah nyeri kurang lebih 1 bulan
terakhir. Menurut pasien keluhan tersebut semakin mengganggu
aktivitasnya.terdengar bunyi kreg dari lutut jika pasien naik turun
tangga. Pasien mengeluh kadnag Pasien juga mengeluhkan sekarang ini
jarang mengikuti acara-acara maupun kegiatan di desa karena lututnya
terasa sakit

D. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Jatuh : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Stroke : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat mondok : disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Asma : disangkal

F. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : (-)
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat olahraga : (+), sambil bekerja pasien sering
melakukan olahraga tenis

3
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien saat ini berkerja di bagian kebersihan di tempat olahraga.
Pasien tinggal dengan istri dan kedua anaknya. Pasien memeriksakan
diri dengan BPJS.

II.PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Kesadaran : compos mentis E4V5M6
Tinggi badan : 154 cm
Berat badan : 58 kg
Indeks massa tubuh : 24,45 kg/m2
Status gizi : overweight
B. Tanda Vital
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 84 x/ menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur
Respirasi : 18 x/menit, irama teratur, tipe thoracoabdominal
Suhu : 36,4 0C per aksiler
C. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-),
spider naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-),
ulkus decibitus (-)
D. Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam
beruban, tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot (-).
E. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung
dan tak langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-
/-), sekret (-/-)
F. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)

4
G. Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
H. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor
(-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-),

I. Leher
Simetris, trakea di tengah, step off (-), JVP (R+3) ,limfonodi tidak
membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (-)
J. Thoraks
a. Retraksi (-)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Konfigurasi jantung kesan melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-).
c. Paru
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri, gerakan
paradoksal (-)
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar ( vesikuler / vesikuler ),
suara tambahan (-/-)

K. Trunk
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-),
lordosis(-)
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), oedem (-)
Perkusi : nyeri ketok kostovertebra (-)

5
L. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, nyeri tekan (-),
bruit (-) dan lien tidak teraba
M. Ekstremitas
Oedem Akral dingin

- - - -
- - - -

N. Status Lokalis
Region Genu dextra et sinistra :
1. Genu sinistra :
Inspeksi : deformitas (+), atrofi otot (-), bekas luka (-), tampak
luka ukuran 3x 3 cm dengan dasar eritem
Palpasi : nyeri tekan (+), nyeri gerak (+), krepitasi (+)
Movement : Laxity (+), Anterior drawer test (-), posterior drawer
test (-)
2. Genu Dekstra :
Inspeksi : eritema (-), deformitas (+), atrofi otot (-), bekas luka (-
)
Palpasi : nyeri tekan (+), nyeri gerak (+), krepitasi (+)
Movement : Laxity (+), Anterior drawer test (-), posterior drawer
test (-)

6
O. Status Neurologis
Kesadaran : compos mentis, GCS E4V5M6
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik
N N
N N

Fungsi Motorik dan Reflek :


Kekuatan : 5 5
5 5

Tonus : N N
N N

Reflek fisiologis: +2 +2
+2 +2

Reflek patologis: - -
- -

7
Nervus Cranialis
N. III : reflek cahaya (+/+) ; pupil isokor (3 mm/3mm)
N. VII : dalam batas normal
N XII : dalam batas normal
Range of Motion (ROM)

ROM
NECK
Aktif Pasif
Flexi 0 70 0
0 700
Extensi 0 400 0 400
Lateral bend 0 600 0 600
Rotasi 0 900 0 900

EKSTREMITAS ROM AKTIF ROM PASIF


SUPERIOR Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Shoulder Fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
Ekstensi 0-45 0-45 0-45 0-45
Abduksi 0-150 0-150 0-150 0-150
Adduksi 0-75 0-75 0-75 0-75
External Rotasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Internal Rotasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Elbow Fleksi 0-150 0-150 0-150 0-150
Ekstensi 0-150 0-150 0-150 0-150
Pronasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Supinasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Wrist Fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
Ekstensi 0-70 0-70 0-70 0-70
Ulnar deviasi 0-30 0-30 0-30 0-30
Radius deviasi 0-30 0-30 0-30 0-30
Finger MCP I fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
MCP II-IV 0-90 0-90 0-90 0-90
fleksi
DIP II-V fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
PIP II-V fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90
MCP I ekstensi 0-90 0-90 0-90 0-90

8
TRUNK ROM Pasif ROM Aktif
Fleksi 0-90 0-90
Ekstensi 0-30 0-30
Rotasi 0-35 0-35

Extremitas Inferior Dextra Sinistra


Aktif Pasif Aktif Pasif
Hip Flexi 0-120o 0-120o 0-120o 0-120o
Extensi 0-30o 0-30o 0-30o 0-30o
Abduksi 0-45o 0-45o 0-45o 0-45o
Adduksi 0-45o 0-45o 0-45o 0-45o
Knee Flexi 0-80o 0-100o 0-70o 0-90o
Extensi 0o 0o 0o 0o
Ankle Dorso flexi 0-30o 0-30o 0-30o 0-30o
Plantar flexi 0-30o 0-30o 0-30o 0-30o

Manual Muscle Testing (MMT)


NECK
Fleksor M. Strenocleidomastoideus : 5
Ekstensor : 5

Ekstremitas Superior Dextra Sinistra


Shoulder Fleksor M Deltoideus anterior 5 5
M Biseps 5 5
Ekstensor M Deltoideus anterior 5 5
M Teres mayor 5 5
Abduktor M Deltoideus 5 5
M Biceps 5 5
Adduktor M Lattissimus dorsi 5 5
M Pectoralis mayor 5 5
Internal M Lattissimus dorsi 5 5
Rotasi M Pectoralis mayor 5 5
Eksternal M Teres mayor 5 5
Rotasi M Infra supinatus 5 5
Elbow Fleksor M Biceps 5 5
M Brachialis 5 5

9
Ekstensor M Triceps 5 5
Supinator M Supinator 5 5
Pronator M Pronator teres 5 5
Wrist Fleksor M Fleksor carpi 5 5
radialis
Ekstensor M Ekstensor 5 5
digitorum
Abduktor M Ekstensor carpi 5 5
radialis
Adduktor M ekstensor carpi 5 5
ulnaris
Finger Fleksor M Fleksor digitorum 5 5
Ekstensor M Ekstensor 5 5
digitorum

Ekstremitas inferior Dextra Sinistra


Hip Fleksor M Psoas mayor 5 5
Ekstensor M Gluteus maksimus 5 5
Abduktor M Gluteus medius 5 5
Adduktor M Adduktor longus 5 5
Knee Fleksor Harmstring muscle 4 4
Ekstensor Quadriceps femoris 4 4
Ankle Fleksor M Tibialis 5 5
Ekstensor M Soleus 5 5

Activity Score
Feeding 10
10 = independen

Bathing 5
5 = independen (atau menggunakan shower)

Grooming 5
5 = independen dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan
bercukur
Dressing 10
10 = independen (termasuk mengancingkan resleting,
menalikan pita, dll.

10
Bowel 10
10 = kontinensia

Bladder 10
10 = kontinensia

Toilet use 10
10 = independen (on and off, dressing)

Transfer 15
10 = bantuan kecil (verbal atau fisik)

Mobility 10
10 = berjalan dengan bantuan satu orang (verbal atau fisik) >
50 yard
Stairs 5
5 = membutuhkan bantuan (verbal, fisik, alat bantu)

Total (0-100)/ ambulasi 90 (mild


dependent)

MME : Ketergantungan ringan


Morse Fall score: risiko jatuh rendah
Norton score: risiko ulcus deubitus rendah

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Foto Genu AP/Lat (16/7/2016)
Klinis: OA genu sinistra

11
Foto Genu bilateral AP/Lat:
Alignment baik
Trabekulasi tulang normal
Tampak osteofit di condylus lateralis dan medialis os femur dan tibia
Tampek eminentia intercondylaris runcing, joint of space medial sempit
Tak tampak erosi/destruksi tulang
Tak tampak soft tissue swelling regio genu sinistra
Kesimpulan:
OA genu bilateral grade IV Kellgreen dan Lawrence Grading Scale

IV. ASSESMENT
Osteoarthritis genu bilateral Grade IV

V. DAFTAR MASALAH
Problem Medis :
Osteoarthritis genu bilateral Grade IV
Problem Rehabilitasi Medik
1. Fisioterapi : Gangguan gerak (nyeri pada kedua lutut saat
gerak terutama lutut kiri)
2. Terapi wicara : Tidak ada
3. Okupasi Terapi : Keterbatasan melakukan kegiatan sehari-hari
4. Sosiomedik : Membutuhkan bantuan untuk melakukan
pekerjaan dan kegiatan sosial

12
5. Ortesa-protesa : membutuhkan alat bantu untuk mengurangi nyeri
saat berjalan
6. Psikologi : Beban pikiran karena keterbatasan melakukan
aktivitas sehari - hari
Rehabilitasi Medik:
1. Fisioterapi :
a. Transcutaneus Elactrical Nerve Stimulation ( TENS )
b. Infra Red Genu
c. Strengthening otot quadriceps femoris
2. Terapi wicara : Tidak ada
3. Okupasi terapi : latihan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
4. Sosiomedik : evaluasi social pasien dan membantu
menyelesaikan masalah pekerjaan pasien.
5. Ortesa-Protesa : pemberian knee brace serta edukasi pemakaiannya
pada lutut pasien.
6. Psikologi : Psikoterapi suportif , mengurangi risiko depresi
karena nyeri yang dirasakan pasien

VI. IMPAIRMENT, DISABILITY, DAN HANDICAP


Impairment : keterbatasan luas gerak sendi lutut akibat nyeri pada
saat digerakkan
Disability : Keterbatasan aktivitas sehari-hari karena rasa nyeri
pada kedua lutut terutama saat berjalan dalam jangka
lama
Handicap : pekerjaan pasien menjadi terganggu. Kegiatan sosial
pasien di lingkungan juga mengalami gangguan

VII. PLANNING
Planning Edukasi :
- Penjelasan penyakit dan komplikasi yang bisa terjadi
- Penjelasan tujuan pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan

13
- Edukasi untuk home exercise dan ketaatan untuk melakukan terapi
Planning Monitoring
- Evaluasi hasil terapi

VIII. TUJUAN
1. Mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk keadaan
2. Meminimalkan impairment, disability dan handicap
3. Mengurangi nyeri terutama nyeri gerak
4. Edukasi perihal home exercise
5. Meningkatkan dan memelihara kekuatan otot

IX. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

14
TINJAUAN PUSTAKA

OSTEOARTHRITIS

1. Definisi

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi yang karakteristik


dengan menipisnya rawan sendi secara progresif, disertai dengan
pembentukan tulang baru pada trabekula subkondral dan terbentuknya
rawan sendi dan tulang baru pada tepi sendi (osteofit) dan berhubungan
dengan usia lanjut. Secara klinik ditandai dengan nyeri, deformitas,
pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi
besar yang penyangga tubuh. Sering kali berhubungan dengan trauma atau
mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh, dan
penyakit-penyakit sendi lainnya (Mansjoer, 2000).

Osteoartritis biasanya terjadi pada sendi bergerak dan pada sendi sendi
besar, misalnya articulatio genu. Kejadiannya lebih banyak pada wanita
dibanding pria, terutama usia di atas 45 tahun. Diagnosis penyakit ini
menggunakaan pemeriksaan radiologis, yang akan didapatkan
penyempitan ruang sendi, peningkatan densitas tulang, dan pertumbuhan
tulang baru. Sedangkan untuk pemeriksaan lab belum ditemukan
pemeriksaan darah khusus (Price and Wilson, 2010).

2. Etiologi

Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui sebabnya, yang disebut


dengan osteoartritis idiopatik. Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis
dapat terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, atau variasi herediter,
perkembangan, kelainan metabolik dan neurologik., yang disebut dengan
osteoartritis sekunder. Onset usia pada osteoartritis sekunder tergantung
pada penyebabnya; maka dari itu, penyakit ini dapat berkembang pada
dewasa muda, dan bahkan anak-anak, seperti halnya pada orang tua.
Sebaliknya, terdapat hubungan yang kuat antara osteoartritis primer

15
dengan umur. Selain hubungan erat ini dan pandangan yang luas bahwa
osteoartritis terjadi akibat proses wear & tear yang normal dan kekakuan
sendi pada orang-orang dengan usia diatas 65 tahun, hubungan antara
penggunaan sendi, penuaan, dan degenerasi sendi masih sulit dijelaskan.
Terlebih lagi, penggunaan sendi selama hidup tidak terbukti menyebabkan
degenerasi. Sehingga, osteoartritis bukan merupakan akibat sederhana dari
penggunaan sendi.

Osteoartritis biasanya melibatkan semua jaringan yang membentuk


sendi sinovial, termasuk rawan sendi, tulang subchondral, tulang metafise,
synovium, ligamen, kapsul sendi, dan otot otot yang bekerja melalui
sendi; tetapi perubahan primer meliputi kerusakan rawan sendi,
remodeling tulang subchondral, dan pembentukan osteofit.

Perubahan struktur tulang rawan sendi yang paling dini terlihat pada
osteoartritis adalah kerusakan atau fibrilasi zona superfisial sampai ke
zona transisional dan violasi oleh pembuluh darah tulang subchondral.
Berberapa peneliti memperkirakan bahwa kekakuan tulang subchondral
menyebabkan dan mempercepat degenerasi rawan sendi, dan progresi
degenerasi kartilago mengakibatkan kekakuan tulang subchondral, tapi
beberapa peneliti lain mengatakan bahwa kerusakan tulang rawan
sendimeningkatkan stress pada tulang subchondral yang menyebabkan
remodeling tulang.

Degenerasi kartilago artikuler dan remodeling tulang subchondral


muncul pada pasien yang mengeluhkan gejala, dan kerusakan rawan
sendilah yang mengakibatkan kerusakan fungsi sendi. Walaupun insidens
OA meningkat dengan bertambahnya usia, ternyata proses OA bukan
sekedar suatu proses wear and tear yang terjadi pada sendi di sepanjang
kehidupan. Dikatakan demikian karena beberapa hal, sebagai berikut:

1) Perubahan biokimiawi rawan sendi pada tingkat molekuler yang terjadi


akibat proses menua berbeda dengan yang terjadi pada rawan sendi
akibat OA.

16
2) Perubahan menyerupai OA dapat terjadi pada rawan sendi percobaan
berusia muda yang dirangsang dengan berbagai trauma seperti tekanan
mekanik dan zat kimia.

OA merupakan gangguan yang disebabkan oleh multifaktor, antara


lain usia, mekanik, genetik, humoral dan faktor kebudayaan. Menipisnya
rawan sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di
beberapa tempat yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi. Di
lain pihak pada tulang akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh
untuk memperbaiki kerusakan. Perubahan itu adalah penebalan tulang
subkondral dan pembentukan osteofit marginal, disusul kemudian dengan
perubahan komposisi molekular dan struktur tulang

3. Epidemiologi dan Faktor Risiko


a. Epidemiologi
Osteoartritis seluruhnya diderita oleh 13,9% orang dewasa umur 25
dan 33,6% (sekitar 12,4 juta) pada umur lebih dari 65 tahun. Dan
diestimasikan bahwa tahun 2005 angka kejadiannya sebesar 26,9 juta
orang dewasa di US (Lawrence et al, 2008).
Insidensi rata-rata Osteoartritis simptomatis yang tergantung umur
dan jenis kelamin (Oliveria SA et al, 1995) pada
1. Osteoartritis tangan sebesar 100 dari 100.000 orang per tahun
2. Osteoartritis pinggang sebesar 88 dari 100.000 orang per tahun
3. Osteoartritis lutut sebesar 240 dari 100.000 orang per tahun
Insidensi ini meningkat pada level umur 80 tahun, dan wanita
memiliki rata-rata kejadian lebih besar dari pria (Buckwalter et al,
2004). Selain itu tingkat kematian akibat Osteoartritis berkisar 6% dari
seluruh kematian akibat arthritis (Sacks et al, 2004). Osteoartritis juga
diiringi oleh mahalnya biaya perawatan, pada tahun 1997 saja telah
menghabiskan estimasi biaya sebesar 7,9 milyar untuk knee dan hip
replacements (Lethbridge et al, 2003).

17
b. Faktor Risiko:
a) Umur
Prevalensi dan beratnya Osteoartritis semakin meningkat
dengan bertambahnya umur. Osteoartritis sering terjadi pada
umur di atas 60 tahun.
b) Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena Osteoartritis lutut dan Osteoartritis
banyak sendi sedangkan lelaki lebih sering terkena Osteoartritis
paha, pergelangan tangan dan leher. Prevalensi pada wanita
meningkat akibat masa menopause yang berperan hormonal
sebagai patogenesis Osteoartritis.
c) Suku bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya Osteoartritis nampaknya terdapa
perbedaan di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya
Osteoartritis paha lebih sering pada orang kaukasia dibanding
negro dan asia. Di US Osteoartritis lebih sering terjadi pada
orang Indian dibanding yang berkulit putih. Hal ini berkaitan
dengan perbedaan cara hidup dan frekuensi kelainan kongenital
dan pertumbuhan.
d) Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya Osteoartritis,
misalnya pada ibu daari seorang wanita dengan Osteoartritis
sendi interphalanges distalis terdapat 2 kali lebih sering
Osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak perempuan dari
wanita tersebut memilki probabilitas 3 kali lebih sering terkena
Osteoartritis. Secara molekuler, Osteoartritis terjadi akibat
mutasi dalam gen prokolagen II.
e) Obesitas dan penyakit metabolik
Beban mekanis akan menigkat pada penderita obesitas dan
penyakit metabolic dan meningkatkan resiko terjadinya

18
Osteoartritis. Lokasi terjadinya pun tidak hanya pada daerah
penyangga beban namun dapat luas.
f) Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Resiko Osteoartritis meningkat ketika melakukan pekerjaan
berat maupun pemakaian satu sendi yang terus menerus.
Aktivitas-aktivitas tertentu dapat menjadi faktor predisposisi
Osteoartritis secara traumatik (misalnya robeknya meniscus,
ketidakstabilan ligament) yang dapat mengenai sendi.
g) Faktor-faktor lain
Tingginya kepadatan tulang dikatakan berhubungan dengan
resiko Osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang
lebih padat tak membantu mengurangi benturan beban yang
diterima olah tulang rawan sendi (Suroso, 2007).
4. Patogenesis

Osteoartritis merupakan penyakit gangguan hemostasis dari


metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan (Suroso,
2007). Timbulnya rasa sakit pada ostoartritis ini diawali dengan pelepasan
mediator kimiawi (prostaglandin dan IL) yang dapat menyebabkan bone
angina melalui subchondral. Rasa sakit yang dikeluhkan oleh penderita
osteoartritis juga dapat disebabkan oleh adanya osteofit (penambahan
tulang baru di persendian) yang menekan periosteum dan radiks saraf dari
medulla spinalis. Adanya ujung saraf yang sensibel merupakan penghantar
terjadinya rasa sakit.

Selain dapat menimbulkan rasa sakit, prostaglandin bersama kinin


dapat menimbulkan terjadinya radang sendi. Adanya peregangan tendo/
ligamentum serta spasmus otot otot ekstra artikuler diakibatkan oleh
adanya kerja yang berlebih (Suroso, 2007).

Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan


dengan peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan
gangguan mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau

19
perubahan metabolisme kondrosit. Awalnya konsentrasi kolagen
tipe II tidak berubah, tapi jaring-jaring kolagen dapat rusak dan
konsentrasi aggrecan dan derajat agregasi proteoglikan
menurun.

Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks.


Ketika kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan matriks,
kondrosit berespon dengan meningkatkan sintesis dan degradasi
matriks, serta berproliferasi. Respon ini dapat menggantikan
jaringan yang rusak, mempertahankan jaringan, atau
meningkatkan volume kartilago. Respon ini dapat berlangsung
selama bertahun-tahun.

Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit untuk


menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan
kerusakan tulang rawan sendidisertai dan diperparah oleh
penurunan respon kondrosit. Penyebab penurunan respon ini
belum diketahui, namun diperkirakan akibat kerusakan mekanis
pada jaringan, dengan kerusakan kondrosit dan downregulasi
respon kondrosit terhadap sitokin anabolik.

Perubahan Tulang.

Perubahan tulang subchondral yang mengikuti degenerasi


tulang rawan sendi meliputi peningkatan densitas tulang
subchondral, pembentukan rongga-rongga yang menyerupai kista
yang mengandung jaringan myxoid, fibrous, atau kartilago. Respon
ini muncul paling sering pada tepi sendi tempat pertemuan tulang
dan tulang rawan yang berbentuk bulan sabit
(crescent).Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari
pembentukan lapisan tulang baru pada trabekula biasanya
merupakan tanda awal dari penyakit degenerasi sendi pada tulang
subchondral, tapi pada beberapa sendi ronggarongga terbentuk
sebelum peningkatan densitas tulang secara keseluruhan. Pada

20
stadium akhir dari penyakit, tulang rawan sendi telah rusak
seluruhnya, sehingga tulang subchondral yang tebal dan padat kini
berartikulasi dengan permukaan tulang denuded dari sendi
lawan. Remodelling tulang disertai dengan kerusakan tulang sendi
rawan mengubah bentuk sendi dan dapat mengakibatkan
shortening dan ketidakstabilan tungkai yang terlibat.

Pada sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit


diikuti dengan perubahan tulang rawan sendi serta tulang
subchondral dan metafiseal. Permukaan yang keras, fibrous, dan
kartilaginis ini biasanya muncul di tepi-tepi sendi. Osteofit
marginal biasanya muncul pada permukaan tulang rawan, tapi
dapat muncul juga di sepanjang insersi kapsul sendi (osteofit
kapsuler). Tonjolan tulang intraartikuler yang menonjol dari
permukaan sendi yang mengalami degenerasi disebut osteofit
sentral. Sebagian besar osteofit marginal memiliki pernukaan
kartilaginis yang menyerupai tulang rawan sendi yang normal dan
dapat tampak sebagai perluasan dari permukaan sendi. Pada sendi
superfisial, osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi
ruang gerak, dan terasa sakit jika sendi digerakkan. Tiap sendi
memiliki pola karakter yang khas akan pembentukan osteofit di
sendi panggul, osteoarthritis biasanya membentuk cincin di sekitar
tepi acetabulum dan tulang rawan femur. Penonjolan osteofit
sepanjang tepi inferior dari permukaan artikuler os humerus
biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi
glenohumeral. Osteofit merupakan respon terhadap proses
degenerasi tulang rawan sendi dan remodelling tulang sudkhondral,
termasuk pelepasan sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi
dan pembentukan sel tulang dan matrik kartilageneus.

21
Jaringan Periartikuler.

Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan


sekunder dari synovium, ligamen, kapsul, serta otot yang
menggerakan sendi yang terlibat. Membran sinovial sering
mengalami reaksi inflamasi ringan serta sedang dan dapat berisi
fragmen-fragmen dari tulang rawan sendi.Semakin lama ligamen,
kapsul dan otot menjadi contracted. Kurangnya penggunaan sendi
dan penurunan ROM mengakibatkan atropi otot. Perubahan
sekunder ini sering mengakibatkan kekakuan sendi dan kelemahan
tungkai.

Gambar 1. Predileksi tersering terserang osteoarthritis

5. Manifestasi Klinik Osteoartritis


a. Umur : Biasanya manula
b. Gender : Umur <45 lebih banyak laki-laki
Umur >45 lebih banyak perempuan
6. Tanda dan Gejala Klinis
Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhan yang
dirasakannya telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan
Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien OA :
a. Nyeri sendi

22
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri
yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan meski OA
masih tergolong dini (secara radiologis). Umumnya bertambah berat
dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bias digoyangkan
dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah
gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja) (Soeroso, 2006).
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago
pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago
(Felson, 2008).
Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari
nyeri yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi (sinovitis), efusi
sendi, dan edema sumsum tulang (Felson, 2008).
Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika
osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang
hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang Hal
ini menimbulkan nyeri (Felson, 2008).
Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat
sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut adalah aakibat dari anserine
bursitis dan sindrom iliotibial band (Felson, 2008).
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan
dengan pertambahan rasa nyeri (Soeroso, 2006).
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau
tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam
waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari
(Soeroso, 2006.
d. Krepitasi

23
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala
ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa
perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau
dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi
dapat terdengar hingga jarak tertentu (Soeroso, 2006).
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar (Soeroso, 2006).
f. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi
yang biasanya tidak banyak (<100 cc) atau karena adanya osteofit,
sehingga bentuk permukaan sendi berubah (Soeroso, 2006).
g. Tandatanda peradangan
Tandatanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai
pada OA karena adanya synovitis. Biasanya tandatanda ini tidak
menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala
ini sering dijumpai pada OA lutut (Soeroso, 2006).
h. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien
lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi
tumpuan berat badan terutama pada OA lutut (Soeroso, 2006).
Tanda, riwayat, pemeriksaan fisik
1. monoartikular atau oligoartikular
2. asimetrik
3. tangan
- sendi distal interfalangeal
Heberdens nodes (osteofit atau pembesaran tulang). Muncul
knopknop kecil di ujung atau di tengah sendi jari tangan, atau di
ujung sendi ibu jari (Heberdens nodes). Jari tangan dapat

24
membesar, sakit, kaku dan kebal. Knop serupa dapat timbul di
sendi tengan dari jari.
- sendi proksimal interfalangeal
o Bouchards nodes (osteofit)
o Dasar dari ibu jari juga dapat terkena OA
o Kadang knop ini berwarna merah, hangat, bengkak, dan nyeri,
biasanya akibat dari trauma
- sendi pertama carpometacarpal
osteofit memberikan kesan kelihatannya tangan berbentuk persegi
Osteoarthritis di jari tangan adalah tipe yang penyebabnya
kemungkinan karena faktor turunan
Penderita perempuan lebih banyak (10 kali) dibanding laki-laki,
terutama muncul setelah menopause
OA di tangan dapat dibantu dengan obat, bidai atau dengan
pemanasan
4. Lutut
Lutut adalah sendi utama penahan berat badan. Sebab itu lutut
paling sering terkena OA. Gejala: kaku, bengkak, sakit dan
krepitus, sehingga mengakibatkan kesulitan untuk berjalan,
menaiki tangga, bangkit serta duduk dll.
Bila tidak diobati, OA di lutut dapat mengakibabatkan cacat
Obat-obat, penurunan berat badan, olahraga, dan alat penyangga
dapat mengurangi rasa sakit.
Pada kondisi yang parah, dapat dilakukan bedah lutut
5. Panggul
Yang terasa sakit adalah daerah lipat paha, panggul, dan bokong;
sakit pada saat aktivitas menyangga beban
Kaku terutama sesudah istirahat
Gerakan sendi terbatas
Penyangga seperti tongkat, walkers, dapat mengurangi tekanan
dipanggul.

25
Obat-obat, penyangga, olahraga dapat membantu mengurangi rasa
sakit dan meningkatkan gerakan.
Pada kondisi yang parah, dapat dilakukan bedah panggul
6. Tulang Belakang
yang paling sering terkena adalah tulang belakang L3 dan L4.
Kaku dan nyeri di leher atau tulang belakang bagian bawah dapat
disebabkan karena OA di tulang belakang
Lemas atau kebal di lengan dan kaki
Beberapa orang merasa lebih nyaman bila tidur di kasur yang keras
atau duduk dengan memakai bantal penyangga
Disamping nyeri, keterbatasan gerak, dan kompresi akar saraf
berpotensi untuk timbulnya komplikasi
7. Kaki
Terutama sendi metatarsofalangeal

Pemeriksaan Fisik

Observasi pada pemeriksaan sendi


Proliferasi tulang, kadang-kadang radang sinovium
Peka terhadap sentuhan
Krepitus
Atrofi otot
Keterbatasan gerak pasif maupun aktif
Perubahan bentuk
Evaluasi radiologi
- Awal OA ringan : Sering belum terlihat perubahan gambaran
radiologi
- OA moderat : Jarak sendi menyempit, Osteofit marginal
- OA lanjut : Sendi bengkok, Efusi
Cairan synovial : - Sangat kental
- Leukositosis ringan (<2000 sel/mm)

26
Nilai laboratorium
- Tidak ada test yang spesifik
- Laju Endap Darah normal

7. Diagnosis

Sindrom klinis osteoartritis muncul akibat degenerasi sendi


synovial; berupa kerusakan keseluruhan yang progresif dari tulang
rawan sendi diikuti oleh perbaikan, remodelling, dan sklerosis dari
tulang subchondral, dan pada banyak kasus terjadi kista subchondral
dan osteofit submarginal. Selain perubahan sendi synovial, yang
biasanya dapat dibuktikan melalui foto rontgen, diagnosis sindrom
klinis osteoartritis harus disertai adanya nyeri sendi yang kronik.
Banyak pasien dengan osteoartritis juga mengalami keterbatasan
gerakan, krepitasi dengan gerakan, dan efusi sendi. Pada kondisi yang
berat dapat terjadi deformitas tulang dan subluksasi.

Sebagian besar pasien dengan osteoartritis datang dengan keluhan


nyeri sendi. Pasien sering menggambarkan nyeri yang dalam,
ketidaknyamanan yang sukar dilokalisasikan, yang telah dirasakan
selama bertahun-tahun. Nyeri dapat bertambah dengan perubahan
cuaca, khususnya dalam cuaca dengan suhu yang dingin, dan aktivitas.
Nyeri yang berhubungan dengan aktivitas biasanya terasa segera
setelah penggunaan sendi dan nyeri dapat menetap selama berjam-jam
setelah aktivitas. Beberapa pasien pada awalnya memperhatikan
adanya gejala penyakit degeneratif sendi ini setelah trauma ringan
sendi atau aktivitas fisik yang berat, pada pemeriksaan radiologis dapat
ditemukan perubahan degenerasi sendi. Pada tahap lanjut, nyeri
menjadi konstan hingga dapat membangunkan pasien dari tidurnya.
Selama degenerasi sendi berlanjut, pasien dapat mengeluhkan nyeri
yang tajam yang dipicu dengan gerakan. Pembesaran sendi karena

27
pembentukan osteofit dan deformitas muncul pada tahap akhir dari
penyakit.

Tanda awal osteoartritis meliputi penurunan kecepatan dan ruang


gerak aktif sendi. Keterbatasan gerakan dapat muncul akibat rusaknya
kartilaggo artikularis, kontraktur ligamen & kapsul sendi, kontraktur &
spasme otot, osteofit, atau adanya fragmen kartilago, tulang, atau
meniskus intraartikuler. Pada palpasi dapat ditemukan krepitasi, efusi,
dan nyeri sendi.

Osteofit dapat menyebabkan tonjolan tulang yang dapat diraba dan


dilihat, kerusakan progresif kartilago artikuler dan tulang subchondral
dapat mengakibatkan luksasi sendi dan deformitas. Atrofi otot dapat
terjadi pada kasus osteoartritis yang sudah lama.

Osteoarthritis sering didiagnosis berdasar riwayat penyakit dan


pemeriksaan fisik. Perubahan perubahan yang nampak pada rontgen
foto dapat digunakan penunjang, namun hubungan antara klinis dan
perubahan radiografis bervariasi diantara pasien. Beberapa pasien
dengan rontgen foto yang menunjukkan kerusakan sendi berat
mengeluhkan gejala yang ringan, sedangkan pasien dengan rontgen
foto yang menunjukkan kerusakan sendi minimal dapat mengeluhkan
nyeri yang hebat. Perubahan radiografis yang tampak pada osteoartritis
adalah adanya penyempitan spatium kartilago, peningkatan densitas
tulang subchondral, dan adanya osteofit. Meskipun 3 marker
radiografis dari degenerasi sendi ini sering muncul bersamaan, pada
beberapa sendi hanya 1 atau 2 dari marker tersebut yang tampak di
rontgen standar. Kista subchondral yang muncul pada osteoartritis
memiliki ukuran yang berbeda-beda dan khas memiliki batas dengan
densitas tulang. Benda-benda osteochondral yang lepas, tampak pada
rontgen foto sebagai fragmen-fragmen tulang intra artikuler yang
berasal dari pecahan permukaan sendi. Subluksasi, deformitas, dan
malalignment sendi muncul pada tahap lanjut. Ankylosis tulang jarang

28
terjadi. Pencitraan diagnostik tambahan, termasuk scanning tulang,
CT, dan MRI akan sangat mambantu menilai stadium awal penyakit
degeneratif sendi, tapi pemeriksaan ini jarang diperlukan untuk
menegakkan diagnosis.

Gambar 2. Kriteria diagnosis osteoarthritis lutut menurut American College of


Rheumatology

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh


Kellgren dan Lawrence.
0 : tidak ada gambaran osteoartritis.
1 :osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal, tetapi
terdapat osteofit minimal.
2 : osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat, tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral, serta celah sendi baik.
3 : osteoartritis moderat dengan osteofit moderat, deformitas ujung
tulang, dan celah sendi sempit
4 : osteoartritis berat dengan osteofit besar, deformitas ujung tulang,
celah sendi hilang, serta adanya sklerosis dan kista subkondral

29
Tabel 1. Klasifikasi osteoartritis (OA)

8. Terapi

Penatalaksanaan pasien OA dimulai dengan dasar diagnosis


dari anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik, temuan radiografi,
penilaian sendi yang terkena. Pengobatan harus direncanakan sesuai
kebutuhan individual.
Tujuan terapi adalah :
o menghilangkan rasa nyeri dan kekakuan
o menjaga atau meningkatkan mobilitas sendi
o membatasi kerusakan fungsi
o mengurangi faktor penyebab
Sasaran penatalaksanaan adalah mempertahankan dan
meningkatkan kualitas hidup. Terapi farmakologis untuk
penatalaksanaan rasa nyeri, paling efektif bila dikombinasikan dengan
strategi terapi non farmakologis. Terapi non farmakologis adalah dasar
dari rencana asuhan kefarmasian untuk OA, harus dilaksanakan untuk
semua pasien dan dimulai sebelum atau bersama-sama dengan

30
analgesik sederhana seperti parasetamol.5 Komunikasi antara pasien,
klinisi, dan farmasis merupakan faktor yang penting dalam
penatalaksanaan rasa nyeri; hasil terapi terbaik dapat dicapai dengan
aliansi pihak-pihak ini.
Pendekatan secara umum:
b) Farmakologi
a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid ( AINS ), Inhibitor COX-2, dan
Asetaminofen
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut,
penggunaan obat AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif
daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas
obat AINS lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap
menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada
OA. Cara lain untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS
adalah dengan cara mengombinasikannnya dengan menggunakan
inhibitor COX-2 (Felson, 2006).
b. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat obatan yang dapat
menjaga atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA.
Obat obatan yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah:
tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan,
vitamin C, dan sebagainya (Felson, 2006).

31
Gambar 3. Langkah tatalaksana non-farmakologis OA

32
Gambar 4. Algoritma tatalaksana farmakologis OA

33
b) Terapi Non Farmakologis untuk OA
b.1) Edukasi pasien
b.2) Terapi Fisik, okupasional, aplikasi dingin/panas
b.3) Latihan Fisik
b.4) Istirahat dan merawat persendian
b.5) Penurunan berat badan
b.6) Bedah (pilihan terakhir)
b.1) Edukasi Pasien
Edukasi pasien, keluarga pasien, teman, adalah bagian integral dari
penatalaksanaan OA. Pasien harus didorong untuk berpartisipasi
dalam program-program yang ada misalnya Program edukasi pasien;
Program self-management; Kelompok pendukung Arthritis dsb.
Dalam studi-studi ternyata pasien yang berpartisipasi akan
mengalami penurunan rasa nyeri, penurunan frekuensi kunjungan ke
dokter, peningkatan aktivitas fisik, dan peningkatan kualitas hidup.
Pasien didorong untuk membaca brosur, pamflet, buku panduan dan
melakukan konseling tentang OA yang di dapat dari perkumpulan
penderita OA, internet dan dari mana saja.
Dalam program ini pasien belajar memahami OA :
Proses penyakit
Prognosis
Pilihan terapi
Perubahan paradigma: bahwa OA dianggap sebagai penyakit
yang tidak dapat dihindari, merupakan proses penuaan.
Selain itu belajar mengurangi rasa sakit, latihan fisik dan
relaksasi, komunikasi dengan staf kesehatan, dan pemecahan
masalah, dapat menghadapi secara fisik, emosi dan mental,
mempunyai kendali lebih baik terhadap OA, meningkatkan percaya
diri untuk hidup aktif dan mempunyai hidup yang tidak tergantung
orang lain.3 Hasil studi menegaskan bahwa konsep peningkatan
komunikasi dan edukasi adalah faktor penting untuk mengurangi

34
rasa nyeri dan meningkatkan fungsi pada pasien OA, selain itu
bahwa program ini menguntungkan untuk jangka panjang.
b.2) Terapi Fisik & Occupational Therapy
Mengurangi rasa sakit dengan cara non farmakologik.
Terapi fisik dengan panas atau dingin dan latihan fisik akan
membantu menjaga dan mengembalikan rentang gerakan sendi dan
mengurangi rasa sakit dan kejang otot. Mandi atau berendam air
hangat akan mengurangi rasa sakit dan kekakuan. Efek fisiologi
dari suhu adalah relaksasi otot dan mengurangi rasa sakit. Walau
demikian pemakaian panas harus dipertimbangkan secara
komprehensif bagi pasien OA. Penderita ada yang melakukan
penyembuhan tanpa obat.
Handuk hangat, kantung panas (hot packs), atau mandi air hangat,
dapat mengurangi kekakuan dan rasa sakit.
Kadang kantung es (cold packs) dibungkus handuk dapat
menghilangkan rasa sakit atau mengebalkan bagian yang ngilu.
Tanyakan kepada dokter atau terapi mana yang lebih cocok bagi
pasien. Untuk OA di lutut, pasien dapat memakai sepatu dengan
sol tambahan yang empuk untuk meratakan pembagian tekanan
akibat berat, dengan demikian akan mengurangi tekanan di lutut.

Terapi modalitas untuk pasien osteoarthritis


Transcutaneus Elactrical Nerve Stimulation (TENS)

Tens merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk


merangsang system saraf melalui permukaan kulit. Dalam hubungannya
dengan modulasi nyeri, mekanisme tens adalah sebagai berikut : (Johnson
M, 2002).

a. Mekanisme Periferal

Stimulasi listrik yang diaplikasikan pada serabut saraf akan


menghasilkan impuls saraf yang berjalan dengan 2 arah disebanjang akson
saraf yang bersangkutan, peristiwa ini dikenal sebagai aktivasi antidromik
(lihat gambar).

35
b. Mekanisme segmental

TENS konvensional menghasilkan efek anagesia terutama melalui


mekanisme segmental, yaitu dengan jalan mengaktifkan serabut A beta yang
selanjutnya akan menginhibisi neuron nosiseptif di kornu dorsalis medulla
spinalis. Ini mengacu pada teori gerbang kontrol (Gate Control Theory)
yang dikemukakan oleh Melzack dan Wall (1965) yang menyatakan bahwa
gerbang terdiri dari sel internunsial yang bersifat inhibisi yang dikenal
sebagai substansia gelatinosadan yang terletak di kornu posterior dan sel T
yang merelai informasi dari pusat yang lebih tinggi.

c. Mekanisme Ekstrasegmental

TENS yang menginduksi aktivitas aferen yang berdiameter kecil juga


menghasilkan analgesia tingkat ekstrasegmental melalui aktivasi struktur
yang membentuk jalanan inhibisi desenderen seperti periquaductal grey
(PAG), nucleus raphe magnus dan nucleus raphe gigantocellularis.
Antinosepsi yang dihasilkan oleh stimulus A delta binatang percobaan
mengalami penurunan saat dilakukan transeksi spinal, hal ini menunjukkan
adanya peran struktur ekstrasegmental ( Chung dkk, 1984, Woolf, Mitchel
dan Barrett, 1980 ).

1. Prinsip prinsip simulasi elektris pengurangan nyeri

Di rumah sakit banyak dijumpai peralatan maupun meode stimulasi


elektris guna mengatasi nyeri. Secara umum prinsip dasarnya adalah sama
dan yang berbeda hanyalah parameter dan metode aplikasi.

a. Indikasi stimulasi elektris

1) Trauma musculoskeletal baik akut maupun kronik


2) Nyeri kepala
3) Nyeri pasca operasi
4) Nyeri pasca melahirkan
5) Nyeri miofasial
6) Nyeri visceral
7) Nyeri yang berhubungan dengan sindroma deprivasi sensorik :
- Neuralgia
- Kausalgia
- Nyeri phantom

36
8) Sindroma komprei neurovaskuler
9) Nyeri psikogenik
Sedangkan Johnson Mark (2001) mengemukakan tentang penggunaan
TENS dalam berbagai kondisi yaitu :
Efek analgetik
a. Pada kondisi akut
1) Nyeri pasca operasi
2) Nyeri sewaktu melahirkan
3) Dismenorrhea
4) Nyeri musculoskeletal
5) Nyeri akibat patah tulang
b. Nyeri yang berhubungan penanganan kasus gigi
c. Nyeri pada kodisi kronik
1) Nyeri bawah punggung
2) Arthritis
3) Nyeri punting dan nyeri phantom
4) Neuralgia pasca herpetic
5) Neuralgia trigeminal
d. Injury saraf tepi
e. Angina pectoris
f. Nyeri fasial
g. Nyeri tulang akibat proses metastase
b. Kontraindikasi stimulasi listrik (Rennie S, 1988, Johnson M, 2001)
Arus TENS, Interferensi dan diadinamik tidak direkomendasikan pada
kondisi sebagai berikut :
1) Penyakit vaskuler (arteri maupun vena)
2) Adanya kecenderungan pendarahan (pada area yang diterapi)
3) Keganasan (pada daerah/ area yang diterapi)
4) Pasien beralat pacu jantung (meski penelitian terbatas
menunjukkan bahwa stimulasi listrik tidak mempengaruhi alat
pacu jantung)

37
5) Kehamilan (bila terapi diberikan pada daerah abdomen atau
panggul)
6) Luka terbuka yang sangat lebar
7) Kondisi infeksi
8) Pasien yang mengalami hambatan komunikasi (terlalu tua,
gangguan bicara, kofusi mental)
9) Kondisi dermatologi (pada area yang diterapi)
10) Hilangnya sensasi sentuh dan tusuk (pada area yang diterapi)

b.3) Latihan Fisik


Penelitian menunjukkan bahwa latihan fisik adalah
penyembuhan yang paling baik untuk OA. Dengan latihan fisik
secara teratur (penguatan, rentang gerakan, isometrik, isotonik,
isokinetik, postural), kartilago dapat dipertahankan tetap sehat,
mendorong gerakan, dan membantu pengembangan otot dan
tendon untuk meredam tekanan dan mencegah kerusakan
selanjutnya akibat OA. Sebaliknya inaktivitas dan imobilisasi
walau untuk periode pendek akan memperburuk atau mempercepat
berkembangnya OA.5 Latihan fisik dan penguatan quadriseps akan
meningkatkan fungsi fisik dan mengurangi kecacatan, rasa sakit,
pemakaian analgesik. Ada panduan dari American Geriatrics
Society untuk latihan fisik bagi pasien OA. Lebih dianjurkan
latihan fisik isometrik dibandingkan dengan isotonik karena
isotonik akan memperburuk sendi yang terkena. Latihan fisik harus
diajarkan kepada pasien sebelum pasien mempraktekan di rumah.
Latihan fisik sebaiknya dilakukan tiga sampai empat kali sehari.
Bila terasa sakit, kurangi pengulangan. Rujukan kepada terapis
fisik atau okupasi sangat dibutuhkan bagi pasien yang sudah cacat
fungsi sendinya. Terapis dapat menilai kekuatan otot, stabilitas
sendi, dan dapat merekomendasikan latihan fisik dan metoda untuk
melindungi sendi yang terkena, dari tekanan berlebihan. Terapis

38
juga dapat memberikan alat bantu seperti tongkat, bebat, dsb yang
dipakai saat latihan fisik maupun kegiatan sehari-hari. Latihan
Fisik sebagai berikut :
Latihan Fisik Penyembuhan
Menjaga sendi bekerja sebaik mungkin
Latihan Fisik Aerobik :Meningkatkan kekuatan dan kebugaran,
dan mengontrol berat badan Pasien harus belajar melakukan
latihan ini secara benar, karena kalau tidak, justru dapat
menimbulkan masalah.
Contoh latihan fisik:
Latihan untuk menguatkan
o Latihan dengan ban elastik, alat tidak mahal, menambah
resistensi
o Aktivitas aerobic : Membuat paru dan peredaran darah lebih
baik
o Aktivitas rentang gerakan : Membuat sendi lentur, lemah
gemulai
o Latihan kegesitan, ketangkasan : Menjaga kegesitan sehari-hari
o Latihan untuk menguatkan leher dan punggung
o Menguatkan tulang belakang kuat dan lentur

39
Gambar 5. Contoh latihan fisik pada penderita osteoartritis

b.4) Istirahat dan merawat persendian


Rencana penyembuhan termasuk penjadwalan istirahat.
Pasien harus belajar mendeteksi tanda-tanda tubuh, dan tahu kapan
harus menghentikan atau memperlambat aktivitas, untuk mencegah
rasa sakit karena aktivitas berlebihan. Beberapa pasien merasakan
teknik relaksasi, pengurangan stres, dan biofeedback sangat

40
membantu. Beberapa pasien menggunakan tongkat atau bidai
untuk melindungi persendian dari tekanan. Bidai atau penahan
(braces) memberikan dukungan ekstra pada otot yang lemah.
Mereka juga menjaga persendian pada posisi yang benar selama
tidur maupun beraktivitas. Bidai hanya dipakai untuk masa terbatas
sebab otot membutuhkan latihan untuk mencegah kekakuan dan
kelemahan
b.5) Pengendalian Berat Badan
Kelebihan berat badan meningkatkan beban biomekanik
pada sendi penyangga berat dan ini adalah prediktor tunggal paling
baik dari kebutuhan operasi sendi. Pengurangan berat badan
dikaitkan dengan pengurangan simtom dan kecacatan. Walau
penurunan hanya 5 lb (2,5Kg) dapat menurunkan tekanan
biomekanik pada sendi penyangga beban. Walau intervensi diet
untuk yang berat badan berlebih masuk akal, tetapi ini
membutuhakan motivasi yang kuat dan program penurunan badan
yang terstruktur. Diet yang sehat dan olahraga akan sangat
membantu.

b.6) Pembedahan

Ada 2 tipe terapi pembedahan: Realignment osteotomi dan


replacement joint

1. Realignment osteotomi

Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang dan


merubah sudut dari weightbearing. Tujuan : Membuat karilago sendi
yang sehat menopang sebagian besar berat tubuh. Dapat pula
dikombinasikan dengan ligamen atau meniscus repair.

2. Arthroplasty

41
Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi
yang baru ditanam.Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam
yang berada dalam high-density polyethylene.

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis :

o Partial replacement/unicompartemental

o High tibial osteotmy : orang muda

o Patella &condyle resurfacing

o Minimally constrained total replacement: stabilitas sendi dilakukan


sebagian oleh ligament asli dan sebagian oelh sendi buatan.

o Cinstrained joint: fixed hinges: dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability.

Indikasi total knee replacement:

Nyeri

Deformitas

Instability

Akibat dari Rheumatoid atau osteoarthritis

Kontraindikasi :

Non fungsi otot ektensor

Neuromuscular dysfunction

Infection

Neuropathic Joint

Prior Surgical fusion

Komplikasi :

Deep vein thrombosis

Infeksi

42
Loosening

Problem patella; rekuren sublukssasi/dislokasi, loosening


prostetic component, fraktur, catching soft tissue.

Tibial tray wear

Peroneal palsy

Fraktur supracondyl femur

Keuntungan total knee replacement ;

1. Mengurangi nyeri

2. Meningkatkan mobilitas dan gerakan

3. Koreksi deformitas

4. Menambah kekuatan kaki (dengan latihan)

5. Meningkatkan kualitas hidup

43
DAFTAR PUSTAKA

Altman R.D et al,. (2000). Recommendations for the Medical Management of


Osteoarthritis of the Hip and Knee, American College of Rheumatology vol
43:9.
Apley, A. Graham (1996). Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley Edisi ke
VII. Jakarta: Penerbit Widya Medika.
Barrack L, Booth E, et all. (2006). OKU : Orthopaedic Knowledge Update 3. Hip
and Knee Reconstruction Chapter 16 : Osteoarthritis dan Arthritis
Inflamatoric.
Basmajian, V. John, (1979). Therapeutic Exercise Third Edition. Sidney: The
William and Wilkins Co.
Buckwalter JA, Saltzman C, Brown T (2004). The impact of osteoarthritis. Clin
Orthoped Rel Res:427S: S6S15.
Chapman, Michael W et al. (2001). Chapmans Orthopaedic Surgery 3rd edition.
Chapter 107: Osteotomies of The Knee For Osteoarthritis. Lippincott
Williams & Wilkins. USA
Felson, David T. (2006). Osteoarthritis of the Knee.
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp051726. (Diakses Senin, 25
Juli 2016 pukul: 06.00 WIB)
Fransisca, Frank J et al. (2007). 5-Minutes Orthopaedic Consult 2nd edition.
Lippincott Williams & Wilkins.USA
Garisson, J. Susan (2001). Dasar-Dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Jakarta:
Hipokrates.
Hansen K.E; Elliot M.E (2005). Osteoarthritis, Pharmacotherapy, A
Pathophysiological Approach, McGraw-Hill. USA.
Harrelson J.M (1994). Ortopedi Umum dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah Sabiston.
Jakarta: EGC.
Herunefi, Udi (2012). Buku Pedoman Keterampilan Klinis untuk Semester 3. FK
UNS: Laboratorium Keterampilan Klinis.

44
Isbagio, Harry (2000). CDK: Struktur Rawan Sendi dan Perubahannya pada
Osteoartritis. Cermin Dunia Kedokteran.
J.N. Aston (1996). Kapita Selekta Traumatologik dan Orthopedik Edisi ke III,
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kisner, et al. (1996). Therapeutic Exercise Foundations and Technique Third
Edition. Philadelphia: F.A. Davis Company.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L (2007). Buku Ajar Patologi Robbins Edisi
7. Jakarta: EGC.
Lawrence RC, Felson DT, Helmick CG, et al (2008). Estimates of the prevalence
of arthritis and other rheumatic conditions in the United States. Part II.
Arthritis Rheum; 58(1):2635.
Lethbridge-Cejku M, Helmick CG, Popovic JR (2003). Hospitalizations for
arthritis and other rheumatic conditions: Data from the 1976 National
Hospital Discharge Survey. Medi Care; 41(12):13671373.
Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Medika Acisculapus
2.
National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases (2002).
Handout on Health: Osteoarthritis, Bethesda MD, July.
Price, S. A., Wilson, L. M (2010). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC.
Sacks JJ, Helmick CG, Langmaid G (2004). Deaths from arthritis and other
rheumatic conditions, United States, 19791998. J Rheumatol; 31: 1823
1828.
Zegaria M.A. (2006). Osteoarthritisin Seniors, Key Elements in Disease
Management, US Pharmacist.

45

Anda mungkin juga menyukai