Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya
mncakup: perencanaan, penerapan, dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah
langkah awal membangun ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan
mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh
guru dan peserta didik. Penerapan kurikulum atau biasa disebut juga implementasi
kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan
operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan
kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat
ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil
kurikulum itu sendiri.
Dalam pengembngan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang
terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, tetapi didalamnya melibatkan
banyak orang, seperti politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur-
unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Keragaman sosial, budaya, aspirasi politik, dan kemampuan ekonomi
memberikan tekanan yang sama, kalau tidak dapat dikatakan lebih kuat
dibandingkan perbedaan filosofi, visi, dan teori para pengambil keputusan sering
kali dapat diselesaikan melalui jenjang otoritas yang dimiliki seseorang walaupun
dilakukan dalam suatu proses deliberasi yang paling demokratis sekalipun. Ketika
perbedaan filosofi, visi, dan teori itu terselesaikan, maka proses pengembngan
dokumen kurikulum dapat dilakukan dengan mudah. Im yang direkrut adalah tim
yang diketahui memiliki filosofi, visi, dan teori yang sejalan atau bahkan mereka
yang tidak memiliki ketiga kualitas itu, tetapi ahli dalam masalah konten yang
akan dikembangkan sebagai konten kurikulum.
Keragaman sosial, budaya, aspirasi politik, dan kemampuan ekonomi
adalah suatu realita masyarakat dan bangsa indonesia. Realita tersebut memang
berposisi sebagi objek periferal dalam proses pengembangan kurikulum nasional.
Posisi sebagai objek ini tidak menguntungkan karena ia sering ali diabaikan oleh
para otoritas pengembangan kurikulum. Sayangnya, kedudukannya yang menjadi
objek berubah menjadi subjek dan penentu dalam implementasi kurikulum, tetapi
tetap tidak dijadikan landasan ketika guru mengembngkan kurikulum. Padahal
keragaman itu berpengaruh langsung terhadap kemampuan guru dalam
melaksanakan kurikulum, kemampuan sekolah dalam menyediakan pengalamn
belajar, dan kemampuan sisiwa dalam proses belajar sertya mengelola informasi
menjadi sesuatu yang dapat diterjemahkan sebagai hasil belajar. Artinya,
keragamn itu menjadi suatu variabel bebas yang memiliki kontribusi sangat
signifikan terhadap keberhasilan kurikulum baik sebagai proses, maupun
kurikulum sebagai hasil.
Waring (dalam Cienurani,2008) mengemukakan posisi keragaman sebagai
variabel bebas memang berada pada tataran sekolah dan masyarakat dimana suatu
kurikulum dikembangkan dan diharapkan menjadi pengubah yang tangguh sesuai
dengan kebutuhan masyarakat yang dapat diperkirakan. Secara nyata pengaruh
trsebut berada pada diri guru yang bertanggung jawab terhadap pengembangan
kurikulum dan pada siswa yang menjalani kurikulum. Dengan perkataan lain,
pengaruh tersebut berada pada tataran yang tak boleh diabaikan sama sekali
dimana studi kurikulum memperlihatkan kerentanan, dan kemungkinan besar
kurikulum berubah atau bahkan berbeda sama sekali dengan apa yang telah
direncanakan dann diputuskan. Oleh karena itu, keragaman sosial, budaya,
ekonomi, dan aspirasi politik harus menjadi faktor yang diperhitungkan dan
dipertimbangkan dalam sosialisasi kurikulum, dan plaksanaan kurikulum.
Berdasarkan uraian tersebut, maka timbul satu permasalahan: faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi pengembangan kurikulum? Menurut Sukmadinata
ada tiga faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, yaitu perguruan
tinggi, masyarakat, dan sisitem nilai.

B. Rumusan Masalah
1. Faktor-faktor apa saja yamg mempengaruhi perkembangan kurikulum?
2. Hambatan-hambatan apa saja yang mempengaruhi pengembangan
kurikulum?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan
kurikulum.
2. Mengetahui hambatan apa saja yang mempengaruhi pengembangan
kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Dalam pandangan klasik, kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran
disekolah. Pelajaran-pelajaran atau materi apa yang harus ditempuh di sekolah
itulah kurikulum. Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap
sebagai suatu pengalamn atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan,
seperti yang dikemukakan oleh Caswel dan Campbell (dalam Sudrajat, 2008)
yang mengatakan bahwa kurikulum to be composed of all the experiences
children have under the guidance of teachers.
Dalam perspektif kebijakan pendidikab nasional sebagaimana dapat dilihat
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
menyatakan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.

B. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Kurikulum


Faktor-faktor ang menyebabkan perubahan kurikulum adalah sebagai
berikut:
1. Adanya perubahan dan perkembangan dan perubahan bangsa yang satu dengan
yang lain.
Perubahan perhatian dan perluasan bentuk pembelajaran harus mendapat
perhatian. Perubahan praktek pendidikan disuatu Negara harus mendapat
perhatian yang serius, agar pendidikan dinegara kita tidak ketinggalan zaman.
Tetapi tentu perubahan kurikulum harus disesuaikan dengan kondisi setempat,
kurikulum Negara lain tidak sepenuhnya diadopsi karena adanya perbedaan-
perbedaan baik ideologi, agama, ekonomi, sosial, maupun budaya.
2. berkembangnya industri dan produksi atau teknologi.
Pesatnya perubahan di bidang teknologi ahrus disikapi dengan cepat,
karena kalau tidak demikian maka output dari lembaga pendidikan akan menjadi
makhluk terasing yang akan hidup di dunianya. Kurikulum harus mampu
menciptakan manusia-manusia yang siap pakai disegala bidang yang diminatinya,
bakan mampu menciptakan dunia sendiri yang baru bukan hanya mampu
mengikuti dunia itu.
3. Orientasi politik dan praktek kenegaraan.
Praktek politik kenegaraan memegang peranan penting dalam perubahan
kurikulum. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan termasuk kurikulum itu
tidak dapat terlepas dari perpolitikan suatu bangsa. Oleh karenaitu, perpolitikan
suatu bangsa harus diarahkan pada pemantapan yang sejati, sehingga sistem
pendidikan akan berjalan dengan baik tanpa dibayangi ketakutan terhadap
kekuasaan atau penguasa.
4. Pandangan intelektual yang berubah
Selama ini pendidikan di Indonesia lebih diarahkan pada pencapaian
materi sebanyak-banyaknya daripada mencapai suatu kemampuan atau
kompotensi tertentu.sehingga outputnya kurang berkualitas dibandingkan dengan
negara lain.untuk meningkatkan kualitas itu,maka pemerintah mengupayakan
dilaksanakannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang dirintis sejak
tanggal 26 Juni 2002,kemudian pada tahun 2006 diberlakukan kurikulum baru
yaitu KTSP dan sekarang mulai dirintis kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013
dengan basis yang sama dengan perubahan dan penekanan pada aspek tertentu.
5. Pemikiran baru mengenai proses belajar mengajar.
Banyak sekali pemikiran,konsep atau teori baru dalam proses
pembelajaran,walaupun pemikiran itu kadang hanyalah perubahan pada titik
tekannya saja.misalnya mengenai active learning atau (CBSA),contextual
learning,quntung teaching-learning dll,untuk dapat mengaktifkanseorang individu
siswa dan mengaktifkan kelompok.
6. Perubahan dalam masyarakat.
Masyarakat adalah suatu komunitas yang dinamis dan akan selalu
berubah,baik perubahan kearah positif maupun negatif.perubahan positif antara
lain adalah kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan pendidikan anak,terutama
lagi kalangan menengah keatas,dengan menyediakan fasilitas yang memadai
seperti alat komunikasi,transportasi,komputer dan internet.perubahan kearah
negatif sesungguhnya lebih banyak terjadi akibat efek tidak baik karena
kemudahan-kemudahan yang dialami manusia modern,seperti mudahnya
berkomunikasi antar individu yang kemudian disalahgunakan kejahatan.
7.Eksploitasi ilmu pengetahuan.
Dengan pesatnya kemajuan diberbagai bidang kehidupan,tentu ilmu
pengetahuan mendapat porsi dalam kehidupanmanusia.banyak sekali disiplin ilmu
pengetahuan baru yang pada dekade sebelumnya belum dikenal.oleh karena
itu,kurikulum paling tidak harus disesuaikan dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan,agar anak memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi dimasa
depan.perbaikan kurikulum biasanya mengenai satu atau beberapa aspek dari
kurikulum.sedangkan perubahan kurikulum mengenai perubahan-perubahan
dasarnya,baik mengenai tujuan maupun alat-alat atau cara-cara untuk mencapai
tujuan.sebelum merubah kurikulumhendaknya diadakan penilaian tentang
kurikulum yang sedang dijalankan.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kurikulum


Dalam Sukmadinata (2006: 158), ada tiga faktor yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum,yaitu: perguruan tinggi, Masyarakat, dan Sistem nilai..
1. Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap
kurikulum sekolah.
Pertama, dari segi pengembangan ilmu pengertahuan dan tekhnologi
yang dikembangkan diperguruan tinggi umum. Pengetaghuan dan tekhnologi
banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajraran.
Jenis pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi akan
mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum.
Perkembanhan tekhnologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung
pengembangan alat bantu dan media pendidikan.
Kedua, dari segi pengembangan ilme pendidikan dan keguruan serta
penyiapan guru-guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK,
seperti IKIP, STKIP, FKIP). Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui
penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya.
Penguasaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidng studi
serta kemampuan mengajar dari para guru-guru akan sangat mempengaruhi
pengembangan dan implementasi kurikulum disekolah. Guru-guru yang
mengajar pada berbagai jenjang dan jenis seklah yang ada dewasa ini,
umumnya disiapkan oleh LPTK melalui berbagai program, yaitu program
diploma dan sarjana. Pada Sekolah Dasar masih banyak guru berlatar belakang
pendidikan SPG dan SGO, tetapi secara berangsur-angsur mereka mengikuti
peningkatan kompetensi dan kualifikasi pendidikan guru melalui program
diploma dan sarjana.
2. Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, yang diantaranya bertugas
mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup secara bermartabat di
masyarakat. Sebagai bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi
oleh lingisan nilai=kungan masyarakat ditempat sekolah tersebut berada. Isi
kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi masyarakat penggunanya serta
upaya kbutuhan dann tuntutan mereka.
Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan
masyarakat yang homogen ataua heterogen. Sekolah berkewajiban menyerap
dan melayani aspirasi-aspirasi yang ada dimasyarakat. Salah satu kekuatan
yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha. Perkembangan dunia usaha
yang ada di masyarakat akan mempengaruhi pengembangan kurikulum. Hal ini
karena sekolah tidak hanya sekedar mempersiapkan anak untuk selesai sekolah,
tetapi juga untuk dapat hidup, bejkerja, dan berusaha. Jenis pekerjaan yang ada
di masyarakat berimplikasi pada urikuum yang dikembangkan dan digunakan
disekolah.
3. Sistem Nilai
Dalam kehidupan bermasyarakat, terdapat sistem nilai, baik nilai moral,
keagamaan, sosial, budaya, maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga
masyarakat juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan pewararisan nilai-
nilai positif yang tumbuh dimasyarakat.
Sistem nilai ang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus
terintegrasikan dalam kurikulum. Persoalannya bagi pengembangan kurikulum
adalah nilai yang ada dimasyarakat itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya
heterogen, terdiri dari berbagai kelompok etnis, kelompok vokasional,
kelompok intelek, kelompok sosial, dan kelompok spiritual keagamaan, yang
masin-masing kelompok tersebut memiliki nilai khas yang tidak sama. Dalam
masyarakat juga terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi, politik, etika, religius,
dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang
berbeda.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengakomondasi
berbagai nilai yang tumbuh di masyarakat dalam kurikulum sekolah,
diantaranya:
a. Mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam
masyarakat.
b. Berpegang pada prinsip demokratis, etis, dan moral.
c. Menghargai nilai-nilai kelompok lain.
d. Memahami dan menerima keragaman budayayang ada.
Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengembangan
kurikulum diantaranya adalah
1. Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan
kurikulum. Sama halnya seperti dalam fisafat pendidikan, yaitu
perenialisme, essensialisme, progresivisme, dan
rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun
senantiasa berpijak pada aliran-aliran filsafat tertentu, sehingga
akan mewarnai trerhadap konsep dan implementasi kurikulum
yang dikembangkan.
a. Perenialisme lebih menekankan pada keabdian,
keidealan, kebenaran, dan keindahan dari pada warisan
budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan
dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan
kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut paham
ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran
universal, yang tidak terikat pada tempat dan waktu.
Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan
budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan
pada peserta didik agar menjadi anggota masyarakat
yang berguna. Matematika, sains, dan mata pelajaran
lainnya dianggap sebagai dasar-dasar subtansi kurikulum
yang berharga untuk hidup di masyarakat. Essensialisme
juga lebih berorientasi ke masa lalu.
c. Eksisitensialisme menekankan pada individu sebagai
sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk
memahami kehidupan seseorang mesti memahami
dirinya sendiri.
d. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani
perbedaan individual, berpusat padapeserta didik,
variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme
merupakan merupakan landasan bagi pengembangan
belajar peserta didik aktif.
e. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari
aliran progresivisme. Pada aliran ini, peradaban manusia
masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan
tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme,
aliran ini menekankan tentang pemecahan masalah,
berfikir kritis, dan sejenisnya.
Aliran perenialisme, essensialisme merupakan aliran
filsafat yang mendasari terhadap pengembangan model
kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan aliran progresivisme
memberikan dasar bagi pengembangan model kurikulum
pendidikan pribadi. Sementara aliran rekonstruktivisme banyak
diterapkan dalam Model Pengembangan Kurikulum
Internasional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki nkelemahan
dan keungulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam paraktek
pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafta cenderung
dilakukan secara selektif untuklebih mengompromikan dan
mengakomondasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan
pendidikan. Meskipun pada saat ini, bebrapa negara dan
khususnya Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran
landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih
menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme. Hal ini
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pengembangan kurikulum (dari teacher center menjadi student
center).
2. Psikologis
Sukmadinata (2006: 46) mengemukakan bahwa minimal
terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan
kurikulum yaitu psikologi pengembangan dan psikologi belajar.
Psikologi pengembangan merupakan ilmu yang
mempelajari tentang perilaku individu yang berkenaandengan
perkembangannya. Dalam psikologi pengembangan dikaji
tentang hakekat perkembangan, aspek-aspek perkembangan,
tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yyang
berhubungan dengan perkembngan individu, yang semuanya
dapat dijadikan bahan pertimbangan yang mendasari
pengembangan kurikulum.
Psikologi belajar merupakan ilmu nyang mempelajari
tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi ini
mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta
berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar yang
semuanya dapat dijadikan sebagai bahan.
3. Sosial Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu perencanaan
pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan
pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa
pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik
untuk terjun kelingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya
untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja,
dan mencapai perkembangan lebih lanjut dimasyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan
pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan
masyarakat dengan segala karekteristik dan kekayaan
budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi
pendidikan. melalui pendidikan diharapkan lebih mengerti dan
mampu membangun kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu,
tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan
kondisi, kebutuhan, karakteristik, kekayaan, dan perkembangan
yang ada di masyarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki
sistem sosial-budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan
dan pola hubung antar masyarakat. Salah satu aspek dalam
sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur
cara berkehidupan dan berperilaku para masyarakat yang
bersumber dari agama, budaya, politik, maupun segi kehidupan
lainnya.
Melaui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu,
turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban
masa yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang
dikembangkan harus mempertimbangkan, merespon dan
berlandasan pada perkembangan sisial budaya dalam suatu
masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional, maupun global.
4. Politik
Wiles Bondi (dalam Sudrajat, 2008) dalam bukunya
curriculum Development: A Guide to Practice menjelaskan
pengaruh politik dalam pembentukan dan pengembangan
kurikulum. Hal ini jelas menunjukkan bahwa pengembangan
kurikulum dipengaruhi oleh politik, karena setiap kali tampak
pimpinan sebuah negara itu bertukar, maka maka setiap kali
itulah kurikulum pendidikan berubah.
5. Pembagunan negara dan perkembangan dunia
Pengembngan kurikulum dipengaruhi oleh faktor
Pembagunan negara dan perkembangan dunia. Negara yang
ingin maju dan membangun tidak seharusnya mempunyai
kurikulum yang statis. Oleh karena itu, kurikulum harus diubah
sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan sains dan
teknologi. Pengembangan kurikulum harus sejajar dengan
pembangunan negara dan dunia. Kurikulum pendidikan perlu
menitikberatkan pada mata pelajaran sains dan kemahiran teknik
atau vokasional karena tenaga kerja yang mahir diperlukan pada
zaman yang bertekhnologi canggih ini.
6. Ilmu dan Tekhnologi (IPTEK)
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang
dimiliki manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad
pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Pengaruh
ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi, dan politik
yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai,
pemikiran, dan cara-cara berkehidupan yang berlaku pada
konteks global dan lokal. Oleh karena itu, kurikulum
seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sehingga
peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus
mengembangkan IPTEK untuk kelangsungan hidup manusia.

D. Hambatan-hambatan Pengembangan Kurikulum


Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan-hambatan
antara lain:
1. kurangnya partisipasi guru
2. datang dari masyarakat
3. kurang waktu
4. kurang sesuai pendapat (baik antara sesama guru dengan kepala sekolah
dan administrator)
5. karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri.
Masyarakat merupakan sumber input dari sekolah, karena kebberhasilan
pendidikan, ketetapan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan, serta
input fakta dari masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Proses pengembngan kurikulum seagi sifatnya yang senantiasa berubah
turut dipengaruhi oleh faktor-faktor persekitaran yang merangsang reaksi manusia
yang terlibat dalam kepentingannya. Hasrat terhadap perubahan kurikulum itu
mengambarkan keperluan pendidikan yang menjadi wadah penerus kemajuan
bangsa. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengembangan
kurikulum adalah elememn-elemen yang saling berkait antara satu sama lain.
Dapat dikatakan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembngan
kurikulum itu sendiri mencerminkan idealisme dan perubahan keperluan
masyarakat dan negara, melalui intuisi persekolahan yang nakan merneruskan
kebudayaan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum,
yaitu meliputi:
Perguruan tinggi
Masyarakat
Sistem nilai
Filosofis
Psikologis
Sosial-Budaya
Politik
Pembangunan negara dan perkembangan dunia
Ilmu dan teknologi (IPTEK)
B. Saran
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, harus
menimaliskan faktor yang bersifat negatif. Oleh karena itu, bagi pengembangan
kurikulum diharapkan dapat bekerja sama dengan kelompok lain dan adanya uji
coba agar faktor negatif dapat diminimaliskan.
DAFTAR PUSTAKA
Zaini, Muhammad. Pengmbangan kurikulum. Yogyakarta. TERAS, 2009
https://sites.google.com/site/putraandesnata/faktor-yang-mempengaruhi-
pemnembangan-kurikulum

Anda mungkin juga menyukai