Anda di halaman 1dari 5

Cerita Cinta Kayaknya

Cerita cinta Dilan dan Milea. Sebagian besar calon pembaca novel Milea, Suara
dari Dilan, akan menduga seperti itu. Apalagi ditegaskan oleh berbagai komentar
(yang sepertinya diambil dari Twitter) di sampul belakang novelnya.

Komentar pembaca yang dimuat pada sampul belakang Milea

Namun, apa istimewanya kisah cinta karangan Pidi Baiq itu sehingga membuat
orang-orang yang telah membaca novelnya begitu terkesan? Saya teringat
dengan gaya penulisan Pidi Baiq di Drunken Monster dan Drunken Molen.
Mungkinkah tokoh-tokoh dalam novel Milea dan Dilan konyol seperti di buku di
Drunken Monster dan Drunken Molen? Rasa pensaran itulah yang membuat
saya melanjutkan baca, meskipun belum membaca Dilan, Dia adalah Dilanku
Tahun 1990, dan Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1991.

Curhat Dilan

Di halaman awal novel Milea, Suara dari Dilan, kita langsung bertemu Dilan. Dia
sudah membaca novel membaca Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1990, dan
Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1991 dan jadi baper. Dilan juga mengatakan
Pidi Baiq datang kepadanya pada 15 Agustus 2015. Pidi Baiq ingin menuliskan
kisah cintanya bersama Milea dari sudut pandang Dilan. Awalnya Dilan enggan,
namun akhirnya menerima permintaan itu. Pidi Baiq mengatakan kepada Dilan,
banyak pelajaran yang bisa diperoleh pembaca dari suara Dilan itu.

Saya sempat tersenyum membaca bab pendahuluan ini. Pidi Baiq membuat
kisah cinta Dilan-Milea seolah nyata. Padahal, tetap saja 2 novel Dilan dan
Milea, Suara dari Dilan merupakan cerita fiktif, meskipun berdasarkan kisah
nyata. Mungkin 50% fakta dan sisanya imajinasi Pidi Baiq. Pada pengantar
tersebut juga, sadar atau tidak, Pidi Baiq sudah memberikan bocoran isi Dilan,
Dia adalah Dilanku Tahun 1990, dan Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1991,
kepada saya, pembaca yang belum membaca kedua buku itu. Jadi jika kamu
ingin membaca Milea, lanjutkan saja. Inilah cara antimainstream membaca novel
Pidi Baiq.

Kisah Orang-orang di Sekitar Dilan, Kecewa

Dilan kemudian bercerita tentang Bunda dan Ayahnya. Porsi cerita ayahnya lebih
besar, sebab Milea sudah banyak bercerita tentang Bunda di dua buku
terdahulu. Dari cerita Dilan tentang tentang ayahnya itu, kita menjadi tahu, dari
mana asal muasal perilaku konyol Dilan. Dari ayahnya? Tidak juga. Ayah dan
Bunda sepertinya memberikan pengaruh dengan porsi yang entah berapa untuk
perilaku konyol dan iseng Dilan.

Teman-teman Dilan mendapat giliran di bab 3. Kehidupan Masa Remajaku. Dilan


menceritakan Burhan yang 3 tahun lebih tua dan ketua geng motor di Bandung.
Burhanlah yang punya andil besar dalam melibatkan Dilan di Geng Motor. Anhar
yang awalnya memusuhi Dilan pun diceritakan. Selain itu, ada Susi yang
menyukai Dilan namun bertepuk sebelah tangan. Remi Moore, waria yang
meniru gaya rambut Demi Moore, artis film Ghost (Film percintaan manusia-
hantu ini sangat terkenal pada tahun 1990), serta beberapa orang lainnya yang
dekat dengan Dilan. Milea baru muncul di bab keempat, saat Dilan dan Milea
resmi berpacaran secara lisan dan tulisan. Dilan membuat semacam surat
proklamasi pacaran yang dibubuhi materai dan ditandatangani oleh Dilan
maupun Milea. Proses pendekatan Dilan kepada Milea tidak ada.
Milan dan Milea tahun 1990

Setelah itu kisah Dilan terasa melompat-lompat, tidak runut dan seringkali
menggantung. Misalnya perkelahian Dilan dan Anhar karena Anhar menampar
Lia (panggilan Milea). Pidi Baiq hanya menulis: Dan kemudian begitulah , seperti
yang sudah Lia ceritakan di dalam bukunya. Di sinilah saya merasa kecewa.
Termasuk saat Dilan ditangkap polisi karena akan berkelahi di Taman Centrum.
Bagaimana Dilan bisa bebas, tanpa harus ditahan tiada kelanjutan. Pidi Baiq
sepertinya tidak ingin mengulang apa yang sudah ia tuturkan di dua buku
sebelumnya. Maka dari itu, kalimat begitulah bla bla bla menjadi pilihannya.

Kekecewaan Memuncak

Kekecewaan saya semakin memuncak kala memasuki halaman 214. Dilan dan
Lia putus! Apa alasannya, saya hanya bisa menduga-duga sebab dan alasan Lia
memilih putus. Sebab dan alasan Lia memutuskan hubungan pacaran sepertinya
sudah dibahas tuntas dengan deraian air mata oleh Lia di judul Dilan, Dia adalah
Dilanku Tahun 1991. Kini, giliran Dilan mencurahkan dan
menggambarkan perasaannya setelah diputuskan Lia. Perilaku Dilan di sepertiga
akhir novel Milea, Suara dari Dilan tersebut sama dengan hasil beberapa
penelitian tentang sikap dan perilaku pria kala putus cinta. Misalnya kajian
sosiolog di Universitas Wake Forest dan Universitas Florida State di Journal
Helath and Social Behaviour.

Di enam bab terakhir, Pidi Baiq mengisahkan kehidupan Dilan dalam rentang
waktu yang melompat cukup jauh. Dilan lulus kuliah, menjadi mahasiswa,
magang, dan reuni dengan teman-teman SMA-nya lagi, termasuk bertemu
dengan Lia. Bagi pembaca yang mudah baper, sebaiknya jangan baca bab-bab
terakhir ini. Jika tidak, hatimu akan ikut mengharu biru. Akhir kisah di novel
Milea, Suara dari Dilan sepertinya sama dengan ending Dilan, Dia adalah
Dilanku Tahun 1991. Perbedaannya adalah penuturnya. Kekecewan saya
sempurna sudah karena harus membaca dua buku dari sudut pandang Milea
untuk mengetahui secara utuh kisah cinta Dilan dan Milea sebelum filmnya
tayang di bioskop.

Hal yang Paling Disuka dari Novel Pidi Baiq

Satu hal yang saya suka dari novel Milea ini adalah humor satir. Semacam
candaan yang mengundang tawa tetapi maksudnya menyindir. Misalnya di
halaman 42 tentang penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila).

Humor satir ala Pidi Baiq

Bagi yang pernah duduk di bangkus SMP atau SMA sebelum tahun 1995, pasti
pernah merasakan sedapnya penataran P4. Kalau kamu tidak tersenyum
membaca kutipan kalimat itu, saya yakin kamu sedang sakit gigi.

Hal lainnya yang menarik adalah kemunculan Ancika Mehrunisa Rabu atau yang
biasa dipanggil Cika. Si Cika ini 4 tahun lebih muda daripada Dilan. Saat Cika
kelas 2 SMA, Dilan sudah kuliah tingkat tiga. Siapa sebenarnya Cika ini? Coba
baca saja puisi Dilan tentang Cika ini. Kamu bisa menebak siapa Cika.

Puisi Dilan untuk Cika ^_^


Setelah membaca ulasan saya ini, kamu semakin tertarik untuk membaca Milea
terlebih dahulu? Harus jawab iya! Sebab kamu bisa membaca 3 bab pertama
melalui blog Pidi Baiq di sini. Jika ingin membeli buku cetaknya, bisa ke toko
buku atau mizanstore.com Buku digitalnya juga tersedia di Play Book. Bacalah
segera novel Dilan dan Milea, agar kamu bisa mendapat pelajaran dari ceritanya.
Pelajaran yang kumaksud itu, mungkin tidak pernah diajarkan oleh guru-guru kita
di sekolah. Selamat membaca.

Anda mungkin juga menyukai