Ulkus DM
Ulkus DM
Pembimbing :
dr. Bakri B Hasbullah, Sp.B, FINACS
Diajukan Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
CASE REPORT
Diajukan Oleh :
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari,.
Pembimbing :
dr. Bakri, Sp.B (.................................)
A. IDENTITAS
Nama : Bp. J
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Beningrejo 2/5 Gaum Tasikmadu
Tanggal MRS : 23 agustus 2014
No. RM : 00292XXX
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Kesemutan dan terdapat luka pada jari ke-3 kaki kiri
5. Keluhan Sistemik
a. Neuro : Intoleransi panas (-), intoleransi dingin (-), tangan
bergetar (-), sulit tidur (-), mengantuk yang
berlebihan (-)
b. Cardio : Nyeri dada kambuh-kambuhan (-), dada berdebar-
debar (-)
c. Pulmo : Sesak napas (-), batuk (-), batuk berdahak (-)
d. Abdomen : Diare (-), kembung (-), sulit BAB (-)
e. Urologi : BAK lancar
f. Musculoskeletal : Nyeri otot (-), Nyeri sendi (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Vital Sign
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 64x/menit
Respirasi : 16x/menit
Suhu : 36,5oc
2. Status Interna
a. Pemeriksaan Kepala
Normocephal
Pupil isokhor, 2mm
Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikhterik (-/-)
b. Pemeriksaan Leher
KGB : tidak ada pembesaran
JVP : tidak ada peningkatan
c. Pemeriksaan Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, Simetris, tertingal gerak (-),
retraksi intercostae (-)
Palpasi
Ketinggalan gerak
Depan Belakang
- - - -
- - - -
- - - -
Fremitus
Depan Belakang
N N N N
N N N N
N N N N
Perkusi
Depan Belakang
N N N N
N N N N
N N N N
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak, tidak nampak massa
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat di SIC V LMC sinistra
Perkusi : Batas jantung atas SIC II LPS sinistra, batas jantung
kanan, SIC IV LPS dextra, batas jantung kiri SIC IV LMC sinistra
Auskultasi: Bunyi jantung I-II murni, reguler, bising jantung (-)
d. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Permukaan perut rata, distended (-), massa (-), bekas luka
operasi (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi : Suara tympani
Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muskuler (-)
e. Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : Tidak ada kelainan
Inferior : Ulkus DM dengan gangren pada digiti 3 pedis
Akral : Hangat
3. Status Lokalis
Pemeriksaan ekstremitas
Inspeksi : Ulkus DM dengan gangren pada digiti 3 pedis
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah
No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan
1 Leukosit 14.210 uL 5.000-10.000/uL
2 Eritrosit 3,97 jt uL 4,0-5,5 juta/uL
3 Hemoglobin 11,5 Gr/dl 11,5-13,5 g/dl
4 Hematokrit 39,3 % 37-43 %
5 MCV 98,9 Femtoliter 82-92 fl
6 MCH 29,0 Pikograms 27-31 pg
7 MCHC 29,3 g/dl 32-36 g/dl
8 Trombosit 198.000 uL 150.000-400.000/uL
9 Limfosit 13.2 % 20/40%
10 Monosit 5,4 % 2-8%
11 Gran % 80.9 % 50-70
12 Gran # 11.50 uL 2500-7000/uL
13 GDS 116 mg/dl 70 150
E. RESUME
Laki-laki 51 tahun mengeluh kaki terasa kesemutan dan terdapat luka pada
jari ke 3 kaki kiri yang tidak kunjung sembuh. Keluhan dirasakan sejak 1,5 bulan
yang lalu. Ia juga merasa sering lapar, haus dan sering kencing keluhan tersebut
sudah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Riwayat DM (+)
Dari pemeriksaan didapatkan ulkus pada digiti 3 pedis.
F. DIAGNOSIS KERJA
Diabetes melitus dengan ulkus diabetikum digiti 3 pedis
G. PENATALAKSAAN
Operatif : Amputasi
Post Operatif : Antibiotik, analgesik
TINJAUAN PUSTAKA
A. DIABETES MELITUS
1. Definisi
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin
efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang
biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.
Ulkus merupakan luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan
usus adalah kematian jaringan yang luas disertai invasive kuman saprofit.
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan
mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang
disebabkan oleh infeksi.
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan
berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di
tungkai. Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari diabetes mellitus sebagai
sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita diabetes. Kadar LDL
yang tinggi mempunyai peranan yang penting dalam penyebab ulkus diabetikum,
melalui pembentukan plakatherosklerosis pada dinding pembuluh darah.
5. Patofisiologis
a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1) Berkurangnya pemakaian glukosa oleh selsel tubuh yang mengakibatkan
naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 1200 mg/dl.
2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan
endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3) Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasienpasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah
makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal
(konsentrasi glukosa darah sebesar 160 180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria
karena tubulustubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.
Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri
disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama
urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan
menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang
disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan
arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini
akan memudahkan terjadinya gangren.
b. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat
hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan
tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini
tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian
dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol
akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan
perubahan fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua
protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada
protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun
mikro vaskular. Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktorfaktor
disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah
angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk
terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan
sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau
menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa
yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan
mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulserasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya
aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih
besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak
tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki
terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila
dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan
asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit
sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD
akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan
infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah rencana tindakan yang telah ditetapkan untuk
perawat bersama pasien seperti perawatan luka pasien, perawatan utuk mengurangi
rasa nyeri, menganjurkan pasien latihan gerak, latihan berjalan serta personal hygiene
pasien dijaga agar tidak muncul komplikasi lain Implementasi dilaksanakan sesuai
dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan
ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan
psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi
intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien. Kemudian dilakukan
perawtan kaki yang bersifat preventif mencakup tindakan ganti balut minimal satu
hari sekali untuk mencegah invasi kuman lebih lanjut, serta membuang pus dari luka.
b. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Medis pada pasien dengan ulkus diabetikum meliputi:
1. Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
a. Pemicu sekresi insulin.
b. Penambah sensitivitas terhadap insulin.
c. Penghambat glukoneogenesis.
d. Penghambat glukosidase alfa.
2. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
a. Penurunan berat badan yang cepat.
b. Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
c. Ketoasidosis diabetik.
d. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
3. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah,
4. Antibiotik
Antibiotic sangat diperlukan bagi penderita ulkus diabetikum untuk
mencegah kerusakan jaringan lebih parah dengan mengurangi resiko amputasi.
5. Analgesic
Mengurasi rasa sakit yang di timbulkan dari ulkus diabetikum.
6. Debridement
7. Nekrotomi
8. Amputasi
Amputasi dilakukan bila luka sudah menyebar menjadi jaringan nekrosis
pada area kaki.
B. AMPUTASI
1. Pengertian
2. Etiologi
2. Trauma amputasi
Bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan kendaraan bermotor, thermal
injury seperti (terbakar) , infeksi, gangguan metabolism seperti pagets deases
dan kelainan congenital.
3. Gas ganggren
Keadaan nyeri akut dan dimana otot dan jaringan subkutan menjadi terisi
dengan gas dan eksudat serosangiunosa; disebabkan infeksi luka oleh bakteri
anaerob, yang diantaranya adalah berbagai spesies clostridium.
4. Osteomielitis
Peradangan pada tulang (bisa menyebabkan lumpuh) dan bias juga terjadi
assending infection.
5. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
6. Keganasan
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
3. Jenis Amputasi
Pada ekstremitas atas, tidak dipakai batas amputasi tertentu, sedangkan pada
ekstremitas bawah lazim dipakai Batas Amputasi Klasik
Penilaian batas amputasi :
1. Jari dan kaki
Pada amputasi jari tangan dan kaki penting untuk mempertahankan falanx
dasar. Amputasi transmetatarsal memberi puntung yang baik. Amputasi di
sendi tarso-metatarsus lisfranc mengakibatkan per ekuinus dengan
pembebanan berlebih pada kulit ujung puntung yang sukar ditanggulangi.
2. Proksimal sendi pergelangan kaki
Amputasi transmaleolar baik sekali bila kulit tumit utuh dan sehat sehingga
dapat menutup ujung puntung.
3. Tungkai bawah
Panjang puntung tungkai bawah paling baik antara 12 dan 18 cm dari sendi
lutut, tergantung keadaan setempat, usia penderita dan tinggi badan. Bila
jarak dari sendi lutut kurang dari 5 cm, protesis mustahil dapat dikendalikan.
4. Eksartikulasi kulit
Eksartikulasi lutut menghasilkan puntung yang baik sekali. Amputasi ini
dapat dilakukan pada penderita geriatrik.
5. Tungkai atas
Puntung tungkai atas sebaiknya tidak kurang dari 10cm dibawah sendi
panggul, karena bisa menyebabkan kontraktur fleksi-abduksi-eksorotasi.
Puntung juga tidak boleh kurang dari 10 cm diatas sendi lutut karena ujung
puntung sepanjang ini sukar dibebani. Eksartikulasi dapat menahan
pembebanan.
6. Sendi panggul dan hemipelvektomi
Eksartikulasi sendi panggul kadang dilakukan pada tumor ganas. Protesis
akan lebih sukar dipasang. Protesis untuk hemipelvektomi tersedia, tetapi
memerlukan kemauan dan motivasi kuat dari penderita.
7. Tangan
Amputasi parsial jari atau tangan harus sehemat mungkin setiap jari dengan
sensitibilitas kulit dan lingkup gerak utuh berguna sekali sebab dapat
digunakan untuk fungsi menggenggam atau fungi oposisi ibu jari.
8. Pergelangan tangan
Dipertahankan fungsi pronasi dan supinasinya. Tangan mioelektrik maupun
kosmetik dapat dipakai tanpa kesulitan.
9. Lengan bawah
Batas amputasi di pertengahan lengan bawah paling baik untuk memasang
protesis. Puntung harus sekurang-kurangnya distal insersi M. Biseps dan M.
Brakhialis untuk fleksi siku.
10. Siku dan lengan atas
Ekssartikulasi siku mempunyai keuntungan karena protesis dapat dipasang
tanpa fiksasi sekitar bahu. Pada amputasi di diafisis humerus, protesis harus
dipertahankan dengan ikatan dan fiksasi pada bahu. Eksartikulasi bahu dan
amputasi intertorakoskapular , yang merupakan amputasi termausk gelang
bahu, ditangani dengan protesis yang biasanya hanya merupakan protesis
kosmetik.
DAFTAR PUSTAKA
De jong. W, sjamsuhidayat. R., 1998.; Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. EGC:Jakarta
Brunner & suddart.2001. Kep.Medikal Bedah,Jakarta:EGC