KEROHANIAN
LEMBAR PENGESAHAN
ii
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
NOMOR: /Per/RSGS/II/2017
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN KEROHANIAN
RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT TENTANG
PANDUAN PELAYANAN KEROHANIAN DI RUMAH SAKIT GRAHA
SEHAT.
KEDUA : Panduan Pelayanan Kerohanian di Rumah Sakit Graha Sehat
sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan ini.
KETIGA : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Kraksaan
Pada tanggal : 14 Februari 2017
dr. Kertodinoto
iii
Lampiran
Peraturan Direktur Rumah Sakit Graha Sehat
Nomor : /RSGS/Per/II/2017
Tanggal :14 Februari 2017
KATA PENGANTAR
Pengertian sehat merupakan interaksi antara jasmani, rohani dan spiritual. Pelayanan
kesehatan yang dilakukan di rumah sakit, tidak hanya aspek jasmani melainkan juga aspek
rohani dan spiritual. Keterbatasan gerak pasien yang disebabkan oleh kondisi fisik yang
memerlukan perawatan di rumah sakit, tidak perlu menghalangi keinginan pasien untuk
tetap mendapatkan pelayanan rohani dan spiritual oleh para pemuka agama masing-
masing.
Rumah Sakit diharapkan dapat mengambil bagian dalam pelayanan rohani atas pasien yang
sedang dirawat inap di rumah sakit, mengingat hak pasien untuk tetap dapat melaksanakan
kewajiban dan keinginannya untuk beribadah dan mendapatkan pendampingan rohani dan
spiritual dari pemuka agama.
Panduan ini diharapkan dapat dipergunakan untuk memberikan pelayanan rohani kepada
pasien yang sedang dirawat inap di rumah sakit. Ketenangan batin dan kesehatan rohani
dan spiritual, diharapkan mampu mendukung kemampuan fisik pasien dalam mencapai
kesembuhannya.
TIM PENYUSUN
iv
KATA SAMBUTAN DIREKTUR
Rumah Sakit Graha Sehat Kraksaan sebagai Rumah Sakit Swasta pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara paripurna dituntut untuk selalu menjaga
dan meningkatkan mutu pelayanan yang terbaik dalam setiap pelayanan yang diberikan.
Oleh karena itu dengan hangat dan berbangga hati kita sambut penerbitan Panduan
Pelayanan Kerohanian sebagai langkah besar dalam upaya kita mewujudkan pelayanan
yang terstandar dan memfasilitasi pasien dalam melaksanakan kegiatan kerohanian.
Panduan Pelayanan Kerohanian ini disusun berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan untuk diterapkan pada proses pelayanan di Graha Sehat
Kraksaan. Upaya penyempurnaan panduan ini perlu terus-menerus dilakukan sehingga
diharapkan akan lebih dapat memenuhi untuk pelayanan pasien yang seragam di seluruh
rumah sakit serta sesuai dengan perkembangan keilmuan terkini. Panduan ini menjadi
pegangan bagi seluruh komponen pelayanan di Graha Sehat Kraksaan meliputi tenaga
medis, keperawatan, kebidanan dan profesional pemberi asuhan lainnya serta tenaga lain
yang terkait.
Semoga Panduan ini dapat bermanfaat dan digunakan dengan baik dan tepat sehingga
tujuan untuk mencapai keamanan dan mutu tinggi dalam menjalankan pelayanan secara
serasi, selaras dan seimbang di Graha Sehat Kraksaan akan semakin cepat terwujud.
Kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan Panduan ini disampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga upaya peningkatan
pelayanan pasien di rumah sakit ini dapat terus menerus dipelihara dan dikembangkan dan
dapat mencapai harapan kita bersama. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senatiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin
Dr Kertodinoto
v
DAFTAR ISI
vi
BAB I DEFINISI
A. LATAR BELAKANG
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 812/Menkes/SK/VII/2007
tentang Kegiatan Perawatan Paliatif merupakan dasar pendekatan dari pelayanan
kerohanian. Esensi kebijakan ini bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan
keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan, peniadaan, identifikasi dini dan penilaian serta
penyelesaian masalah-masalah fisik, psikososial, dan spiritual. Sedangkan kualitas
hidup pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan sesuai dengan konteks budaya
dan sistem nilai yang dianutnya termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya.
Menurut Larsoniv berbagai penelitian tentang relevansi klinis dari agama dan
spiritualis dapat dikategorikan ke dalam empat golongan antar lain: 1) mengenai
pencegahan penyakit (illness prevention), 2) mengenai penyusuaian terhadap penyakit
(coping with illness), 3) mengenai kesembuhan dari operasi (recorvey from surgery)
dan 4) meningkatkan hasil pengobatan (improving treatment outcomes).
Penelitian Clark, Firedman dan Martin dikutip dari Subandi dan Hasnat menjelaskan
bahwa pasien yang cenderung religius memiliki perasaan bahagia dibanding dengan
pasien yang kurang religius. Kemudian Javis Northcott dalam Wood dan Irosonv
menyatakan pelayanan rohani memungkinkan mengurangi resiko sakit dan kematian.
Pargement, Cole, Vandevreek, Belavick, Brant dan Perezvi menyatakan bahwa beberapa
pengaruh religius dapat menumbuhkan perilaku koping untuk menjalani atau
mengatasi sumber-sumber stres pada keadaan normal atau sakit (illness).
Melihat pentingnya pelayanan rohani dalam mendukung kesembuhan penyakit
pasien, Rumah Sakit Graha Sehat sebagai institusi pelayanan kesehatan
melaksanakannya dengan tujuan mencapai kepuasan pasien dalam upaya memenuhi
harapan kerohanian serta menghhormati budaya, suku, nilai-nilai kepercayaan serta
agama yang dianut pasien.
B. TUJUAN
1. Sebagai Panduan pelaksanaan tugas dalam kepedulian terhadap hak pasien
sehingga dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Agar kebutuhan pasien untuk melaksanakan ibadah dapat dipenuhi sehingga
mempunyai kekuatan dan ketenangan jiwa.
3. Terlaksananya pelayanan kerohanian di Rumah Sakit Graha Sehat.
4. Terwujudnya pelayanan doa yang optimal berdasarkan agama dan kepercayaan
yang resmi.
5. Setiap pasien mendapatkan doa sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
6. Setiap pasien bisa mendapatkan sakramen khusus sesuai dengan keinginannya.
7. Setiap staf Rumah Sakit mengerti dan memahami pelayanan yang bisa diberikan
oleh tim pelayanan kerohanian.
C. PENGERTIAN
1. Pengertian agama
Pengertian agama menurut berbagai agama:
a. Agama menurut agama Islam ialah, kata Islam berasal dari kata: salam yang
artinya selamat, aman sentosa, sejahtera: yaitu aturan hidup yang dapat
menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat.
b. Agama menurut agama Kristen ialah segala bentuk hubungan manusia dengan
yang suci. Terhadap yang suci ini manusia tergantung, takut karena sifatnya
yang dahsyat dan manusia tertarik karena sifat-sifatnya yang mempesonakan.
1
c. Agama menurut agama Hindu ialah Satya, Arta, Diksa, Tapa, Brahma dan Yajna.
Satya berarti kebenaran yang absolute. Arta adalah dharma atau perundang-
undangan yang mengatur hidup manusia. Diksa adalah penyucian. Tapa adalah
semua perbuatan suci. Brahma adalah doa atau mantra-mantra. Yajna adalah
kurban. Pengertian lain ialah dharma atau kebenaran abadi yang mencakup
seluruh jalan Kehidupan manusia. Jadi agama menurut agama Hindu ialah
kepercayaan hidup pada ajara-ajaran suci dan diwahyukan oleh Sang Hyang
Widi yang kekal abadi.
d. Agama menurut agama Budha ialah suatu kepercayaan atau perwujudan atau
kepercayaan manusia akan adanya daya pengendalian yang istimewa dan
terutama dari suatu manusia yang harus ditaati dan pengaruh pemujaan tadi
atas perilaku manusia.
e. Pengertian lain dari agama adalah suatu badan dari ajaran kesusilaan dan
filsafat dan pengakuan berdasarkan keyakinan terhadap pelajaran yang diakui
baik yang ajaran yang budha yang sangat mulia. Dalam pengertian yang lain
bahwa agama adalah cara tertentu untuk pemujaan kepada para dewa, dewa
agung yaitu adanya kekuatan gaya tak terlihat yang menguasai alam semesta.
2. Pelayanan kerohanian
Peraturan Direktur Rumah Sakit Graha Sehat. No: / / / tanggal...... tentang
pelayanan Kerohanian oleh Tim Internal Rumah Sakit Graha Sehat, meliputi:
a. Dilaksanakan kepada pasien agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu atau
Budha.
b. Dilaksanakan minimal satu kali dalam satu minggu, secara bergiliran minimal
dua ruangan, kepada beberapa orang pasien sesuai situasi dan kondisi
Pelayanan kerohanian pada pasien atau pendampingan orang sakit merupakan
salah satu bentuk layanan konseling untuk membantu pasien yang tengan bergulat
dengan pengalaman batas daya tersebut. Situasi batas daya yang kerap menatapkan
pasien pada fakta kematian (kegelapan maut): harus meninggalkan dunia dan tidak
tahu akan menuju kemana. Dalam proses pendampingan, konselor menunjukkan
rasa simpati dan dukungan empatik kepada pasien supaya dapat berjumpa
dengan Allah yang hadir dalam situasinya yang terbatas itu. Pasien dibimbing untuk
hidup dengan bersandar pada kebaikan Tuhan Yang Maha Esa semata, sehingga
daya Illahi dapat dijadikan sumber kekuatannya untuk meloncat ke luar dari
situasi pengalaman batas daya menuju kepada Tuhan Yang Maha Esa (meskipun
dalam kegelapan), karena percaya bahwa penyerahannya itu akan disambut Tuhan.
3. Pendamping pelayanan
Kata pendampingan pelayanan adalah gabungan dua kata yang mempunyai makna
pelayanan. Istilah pendampingan berasal dari kata kerja mendampingi.
Mendampingi merupakan suatu kegiatan menolong orang lain yang karena sesuatu
sebab perlu didampingu. Orang yang melakukan kegiatan mendampingi disebut
pendampong. Antara yang didampingi dan pendamping terjadi suatu interaksi
sejajar atau relasi timbal balik. Pihak yang paling bertanggung jawab (sejauh
mungkin sesuai dengan kemampuan) adalah pihak yang didampingi. Dengan
demikian, istilah pendampingan memiliki arti kegiatan kemitraan, bahu membahu,
menemani, membagi atau berbagi dengan tujuan saling menumbuhkan dan
mengutuhkan.
2
mendoakan mereka. Kelompok orang yang diminta berdoa itu tidak mengenali
pasien yang mereka doakan. Mereka hanya diberi tahu nama-nama pasien tersebut.
Sebaliknya, para pasien yang sakit pun tidak tahu bahwa mereka sedang didoakan
oleh sekelompok orang. Ternyata hasil penelitian itu menunjukkan bahwa
kelompok pasien yang didoakan oleh kelompok orang itu merasakan kemajuan dan
perbaikan kondisi badannya, karena serangan penyakit yang mereka derita
berkurang sepuluh persen dibanding kelompok pasien yang tidak didoakan.
2. Penelitian lain dilakukan terhadap 393 pasien yang menderita berbagai penyakit
berat seperti jantung dan paru-paru. Langkah penelitiannya sama dengan
penelitian Harris. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa pasien yang didoakan
membutuhkan obat-obatan dan alat bantu pernapasan yang lebih sedikit
dibandingkan pasien yang tidak didoakan. Dan mereka juga lebih sedikit mengalami
komplikasi.
3. Majalah Psychomatic Medicine melakukan penelitian yang melibatkan dua
kelompok responden, yaitu 78 orang pasien kulit hitam dan 77 orang pasien kulit
putih, yang usianya bervariasi antara 25 hingga 45 tahun. Kedua kelompok itu
dipisahkan dalam studi tersebut karena orang Afro-Amerika dianggap cenderung
lebih religius dan lebih taat menjalankan doa dan shalat dibandingkan kelompok
pasien kulit putih. Para pasien itu kemudian diminta untuk menjalankan perintah-
perintah agama lebih taat dan lebih khusyuk, terutama doa dan shalat. Hasil
penelitian itu menunjukkan bahwa ternyata shalat dan doa yang banyak mereka
lakukan itu dapat menurunkan darah tinggi, terutama pada para pasien kulit hitam.
Penyakit yang diderita para pasien kulit putih tidak mengalami perubahan yang
berarti karena mereka lebih malas menjalankan shalat dan doa.
Peran agama:
1. Peran agama terhadap kondisi psikologis
Orang yang merasa dirinya dekat dengan Tuhan, akan timbul rasa tenang dan aman.
Hal ini merupakan ciri sehat mental, yaitu:
a. Mengatur pola hidup individu dengan kebiasaan hidup sehat.
b. Membiasakan persepsi ke arah positif.
c. Memiliki cara penyelesaian masalah yang spesifik.
d. Mengembangkan emosi positif.
2. Peran agama terhadap kondisi sosial
Umumnya kegiatan ibadah atau kegiatan sosial lainnya dilakukan secara bersama-
sama (berjamaah) dan dilaksanakan secara berulang, sehingga dapat menimbulkan
rasa kebersamaan dan meningkatkan rasa solidaritas antar jemaah.
Orang dengan kondisi religiusnya tinggi pada umumnya dapat membina
keharmonisan keluarga dan dapat membina hubungan yang baik antar manusia.
E. PERKEMBANGAN SPIRITUAL
Perkembangan spiritual seseorang menurut Westerhoffs dibagi ke dalam empat
tingkatan berdasarkan kategori umur, yaitu:
1. Usia anak-anak
Merupakan tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan pengalaman. Perilaku
tahap yang didapat, antara lain: adanya pengalaman dari interaksi dengan orang
lain dengan keyakinan atau kepercayaan yang dianut. Pada masa ini, anak belum
mempunyai pemahaman salah atau benar. Kepercayaan atau keyakinan yang ada
pada masa ini mungkin hanya mengikuti ritual atau meniru orang lain, seperti
berdoa sebelum tidur dan makan, dan lain-lain. Pada masa prasekolah, kegiatan
keagamaan yang dilakukan belum bermakna pada dirinya, perkembangan spiritual
mulai mencontoh aktivitas keagamaan orang sekelilingnya, dalam hal ini keluarga.
Pada masa ini anak-anak biasanya sudah mulai bertanya tentang pencipta, arti doa,
serta mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan.
3
2. Usia remaja akhir
Merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang ditandai dengan adanya
partisipasi aktif pada aktivitas keagamaan. Pengalaman dan rasa takjub membuat
mereka semakin merasa memiliki dan berarti akan keyakinannya. Perkembangan
spiritual pada masa ini sudah mulai pada keinginan akan pencapaian kebutuhan
spiritual seperti keinginan melalui meminta atau berdoa kepada penciptanya, yang
berarti sudah mulai membutuhkan pertolongan melalui keyakinan atau
kepercayaan. Bila pemenuhan kebutuhan spiritual tidak terpenuhi akan timbul
kekecewaan.
3. Usia awal dewasa
Merupakan masa pencarian kepercayaan dini, diawali dengan proses pertanyaan
akan ke yakinan atau kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif sebagai bentuk
yang tepat untuk mempercayainya. Pada masa ini, pemikiran sudah bersifat
rasional dan keyakinan atau kepercayaan terus dikaitkan dengan rasional. Segala
pertanyaan tentang kepercayaan harus dapat dijawab secara rasional. Pada masa
ini, timbul perasaan akan penghargaan terhadap kepercayaannya.
4. Usia pertengahan dewasa
Merupakan tingkatan kepercayaan dari diri sendiri. Perkembangan ini diawali
dengan semakin kuatnya kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun
menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan
dirinya.
4
BAB II RUANG LINGKUP
B. UNIT TERKAIT
1. Hubungan internal
a. Unit Rawat Inap
b. Unit Humas
2. Hubungan eksternal
a. Pemuka agama di sekitar rumah sakit yang bekerjasama dengan rumah sakit
C. PENANGGUNG JAWAB
1. Kanit SDM
2. Kabid Keperawatan
3. Kanit Humas dan Pemasaran
5
BAB III TATA LAKSANA
6
10. Unit rawat inap bertanggung jawab untuk menjamin ketertiban jelang pelayanan
rohani dengan memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga pasien yang
seruangan dengan pasien dan keluarga pasien peminta pelayanan bimbingan
kerohanian.
11. Setelah melaksanakan pelayanan kerohanian, petugas pelayanan mengisi data
pelayanan dan memberi tanda tangan pada lembaran form permintaan pelayanan
kerohanian dan buku pelayanan sebagai tanda pelayanan telah seselai
dilaksanakan.
7
ALUR PELAYANAN KEROHANIAN
PERMINTAAN BIMBINGAN
KEROHANIAN
UNIT KEROHANIAN
MENGHUBUNGI PEMUKA
AGAMA
PETUGAS KEROHANIAN
PELAKSANAAN BIMBINGAN
KEROHANIAN
PENCATATAN
PELAKSANAAN BIMBINGAN
Daftar nama-nama pemuka agama pelayanan kerohanian Rumah Sakit Graha Sehat
Pemuka
Nama No Telp Alamat
Agama
Islam
Kristen
Katolik
Hindu
Budha
8
BAB IV PANDUAN PELAYANAN (DOA)
9
Dan janganlah masukkan kami ke dalam percobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang
jahat.
Amin
(Doksologi: sebab Tuhanlah Raja yang mul dan berkuasa untuk selama-lamanya)
10
Berdasarkan gaya-gaya kekuatan perlindungan ini,semoga tiada malapetaka yang
mengganggu berkat kemampuan paritta ini. Semoga semua kesukaranku lenyap.
Semoga berkat gaya-gaya pancaran Budha gaya-gaya pancaran pacceka Budha dan
gaya-gaya pancaran para arabat Ku mendapatkan perlindungan sekokoh mungkin.
11
BAB V DOKUMENTASI
Proses dokumentasi dilakukan dengan melakukan pengisian data dari formulir yang telah
diisi dan diitanda tangani oleh pasien atau keluarganya. Bukti dokumentasi dapat
dilampirkan pada lembar berkas rekam medis dan lembar/catatan khusus petugas
kerohanian dari Rumah Sakit, meliputi :
1) Formulir permintaan pelayanan kerohanian
2) Buku pencatatan pelaksanaan pelayanan kerohanian
3) Lembar asesmen pasien/dokumen pengkajian keperawatan yang mencantumkan
pengkajian agama/kepercayaan
4) MOU kerjasama dengan pemuka agama
dr. Kertodinoto
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Elzaky, Jamal. (2011). Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah. Jakarta: Penerbit
Zaman.
13
Lampiran...
Krangsaan, _______________
Pasien/keluarga Perawat/Bidan
( ) ( )
14