TE NTAN G
PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN PASIEN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BREBES
MEMUTUSKAN
1
Menetapkan :
KETIGA : Segala biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Keputusan ini
dibebankan pada Anggaran RSUD Brebes
Ditetapkan di : Brebes
Pada tanggal :
3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .
DAFTAR ISI ..
PANDUAN ASESMEN PASIEN.
1. Pengertian Asesmen pasien.. 5
2. Tujuan Asesmen pasien. 5
3. Isi minimal Asesmen Pasien.. 6
4. Urutan Asesmen Pasien 7
5. Asesmen Pediatrik 25
6. Asesmen Neurologis. 26
7. Asesment Status Nutrisi 28
8. Asesmen Resiko Jatuh... 37
9. Asesmen Nyeri. 39
10. Asesmen Keperawatan di rumah sakit. 42
11. Asesmen Fungsional / Rehabilitasi Medik di rumah sakit .. 42
12. Penutup .. 42
Referensi 43
ASESMEN PASIEN
A. PENGERTIAN
1. Asesmen pasien: adalah serangkaian proses yang berlangsung sejak dari fase pre-rumah
sakit hingga manajemen pasien di rumah sakit.2
2. Asesmen tempat kejadian: suatu tindakan yang dilakukan oleh paramedis saat tiba di
tempat kejadian.
3. Asesmen awal: suatu proses untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi yang
mengancam nyawa, berfokus pada tingkat kesadaran pasien, stabilisasi leher dan tulang
belakang, menjaga patensi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.
4
4. Asesmen segera-kasus trauma: dilakukan terhadap pasien yang mengalami cedera
signifikan untuk mengidentifikasi cedera yang berpotensi mengancam nyawa. Perkirakan
juga derajat keparahan cedera, tentukan metode transfer, dan pertimbangkan Bantuan
Hidup Lanjut.
5. Yang dimaksud dengan cedera signifikan adalah tabrakan motor; tabrakan mobil-pejalan
kaki; penetrasi pada kepala, dada, atau perut; terjatuh melebihi jarak 6 meter (dewasa)
dan 3 meter (anak).
6. Asesmen segera-kasus medis: dilakukan terhadap pasien yang tidak sadar, delirium, atau
disorientasi; berupa identifikasi segera kondisi yang berpotensi mengancam nyawa.
7. Asesmen terfokus-kasus trauma: dilakukan terhadap pasien yang tidak mengalami cedera
signifikan, dan telah dipastikan tidak memiliki cedera yang dapat mengancam nyawa.
berfokus pada keluhan utama pasien.
8. Asesmen terfokus-kasus medis: dilakukan pada pasien yang sadar, memiliki orientasi
baik, dan tidak mempunyai kondisi yang mengancam nyawa. Berfokus pada keluhan
utama pasien.
9. Asesmen secara mendetail: hanya dilakukan jika terdapat jeda waktu di tempat kejadian
saat menunggu ambulans tiba atau pada saat transfer ke rumah sakit. Pemeriksaan
dilakukan dari kepala-kaki untuk mengidentifikasi masalah yang tidak mengancam
nyawa yang dimiliki oleh pasien.
10. Asesmen berkelanjutan: dilakukan selama transfer terhadap semua pasien, untuk
mengidentifikasi adanya perubahan pada kondisi pasien, berupa perburukan/perbaikan
kondisi.
B. TUJUAN
1. Pengumpulan data yang komprehensif untuk menilai kondisi dan masalah pasien
2. Identifikasi kondisi yang mengancam nyawa
3. Intervensi segera
4. Tatalaksana cidera yang tidak mengancam nyawa dan manajemen transfer
5
g. Pengobatan dan/tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
i. Persetujuan tindakan bila diperlukan
b. Asesmen terfokus : dilakukan pada pasien medis yang sadar atau pasien yang tidak
mengalami mekanisme cedera signifikan, dengan fokus pada keluhan utama pasien
dan pemeriksaan fisik terkait.
1) Kasus Medis
Asesmen berfokus pada keluhan utama
a) Telusuri riwayat penyakit sekarang (onset, pemicu, kualitas, penjalaran
nyeri, derajat keparahan, durasi)
b) Nilai SAMPLE
c) Nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, warna.
d) Inisiasi intervensi yang sesuai
e) Transfer sesegera mungkin
f) Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh
g) Lakukan asesmen berkelanjutan
2) Trauma
a) Pemeriksaan berfokus pada area/ bagian tubuh yang mengalami cedera
dengan menggunakan DCAP-BTLS
b) Nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, warna.
c) Nilai SAMPLE
d) Inisiasi intervensi yang sesuai
e) Transfer sesegera mungkin
f) Lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh
g) Lakukan asesmen berkelanjutan
5. Asesmen Berkelanjutan
a. Dilakukan pada semua pasien saat transfer ke rumah sakit
b. Tujuan:
1) Menilai adanya perubahan pada kondisi pasien yang mungkin membutuhkan
intervensi tambahan
2) Mengevaluasi efektifitas intervensi sebelumnya
3) Menilai ulang temuan klinis sebelumnya
c. Pada pasien stabil: ulangi dan catat asesmen awal setiap 15 menit
d. Pada pasien tidak stabil: ulangi dan catat asesmen awal setiap 5 menit
1) Nilai ulang status kesadaran
2) Pertahankan patensi jalan napas
3) Pantau kecepatan dan kualitas pernapasan
10
4) Nilai ulang kecepatan dan kualitas denyut nadi
5) Pantau warna dan suhu kulit
6) Nilai ulang dan catat tanda vital
e. Ulangi asesmen terfokus sesuai dengan keluhan pasien
f. Periksa intervensi:
1) Pastikan pemberian oksigen adekuat
2) Manajemen perdarahan
3) Pastikan intervensi lainnya adekuat
12
(b) Mukosa gusi : mudah berdarah/tidak. Adakah tanda-tanda lesi pre cancer
(leukoplakia)
(c) Dinding faring, tonsil : hiperemis, hipertrofi
6) Leher :
Pembesaran tiroid
7) Dada :
(a) Inspeksi : stridor, retraksi sela iga
(b) Palpasi : simetris kiri dan kanan
(c) Perkusi : sonor/redup/hipersonor
(d) Auskultasi :
Paru : suara nafas meningkat/menurun, ronki, wheezing
Jantung : regular, kecepatan, irama jantung, murmur, gallop
8) Abdomen :
(a)
Inspeksi : cembung, datar, cekungd
(b)
Palpasi : turgor kulit, perabaan hepar dan lien, nyeri
(c)
Perkusi : timpani, redup
(d)
Auskultasi : bising usus meningkat/normal/menurun
9) Ekstremitas/anggota gerak :
(a) Nadi brachialis
(b) Tanda trauma
(c) Tonus otot dan pergerakan : ada tidaknya kelemahan atau kelumpuhan
(d) Suhu, warna kulit dan capillary refill
(e) Nyeri
10) Pemeriksaan neurologis :
(a) Pemeriksaan neurologis umum : kaku kuduk, reflex, kekuatan motoris
sensoris
(b) Fungsi kognitif
10. Kurangi 3 dari angka 20, kemudian kurangi 3 lagi untuk hasil
13
angka pertama
d. Assesmen nyeri
1) Dokter atau perawat/bidan melakukan asesmen awal mengenai nyeri terhadap
semua pasien yang datang ke IGD, poliklinik ataupun pasien rawat inap
2) Dokter atau perawat/bidan menanyakan mengenai faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri kepada pasien
14
3) Tanyakan juga mengenai deskripsi nyeri :
(a) Lokasi nyeri
(b) Kualitas dan atau pola penjalaran
(c) Onset, durasi dan factor pemicu
(d) Riwayat penanganan nyeri sebelumnya dan efektivitas
(e) Efek nyeri terhadap aktivitas sehari hari
(f) Obat-obatan yang dikonsumsi pasien
4) Pada pasien dalam pengaruh obat anastesi atau dalam kondisi sedasi sedang/dalam
dan pasien tidak sadar, asesmen dan penanganan nyeri dilakukan saat pasien
menunjukkan respon berupa ekspresi tubuh atau verbal akan rasa nyeri
5) Penilaian nyeri menggunakan skala :
(a) Skala numeric
Untuk pasien dewasa dan kooperatif. Tools assesmen nyeri dapat
menggunakan skala Numerik :
(1) Indikasi : digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun
yang dapat menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri
yang dirasakan
(2) Instruksi : pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan
dan dilambangkan dengan angka 0 10
0 : tidak nyeri
1.3 : nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)
4-6 : nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari)
7-10 : nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari,
terkontrol
16
(3) Latihan relaksasi, seperti tarik nafas dalam, bernafas dengan irama / pola
teratur dan atau meditasi pernafasan yang menenangkan
(4) Distraksi / pengalihan perhatian
(b) Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai :
(1) Factor psikologis yang dapat menjadi penyebab nyeri
(2) Menenangkan ketakutan pasien
(3) Tatalaksana nyeri
(4) Anjurkan untuk segera melaporkan kepada petugas jika merasa nyeri
yang dirasakan bertambah berat
17
Leher : apakah normal, ada pembesaran kelenjar getah
bening atau tidak
Paru : suara pernafasan vesikuler atau ada kelainan,
ronchi ada/tidak, wheezing ada/tidak
Jantung : pada auskultasi bagaimana bunyi jantung I
dan II, ada irama gallop atau tidak
Abdomen : bagaimana turgor kulit, adakah nyeri tekan
atau tidak, peristaltic usus normal, menurun atau meningkat
Ekstremitas : apa ada edema tungkai atau tidak
Varices: apakah ada avarices atau tidak
18
Riwayat penyakit sekarang
2) Alasan Dirawat
Marah-marah, ngomel-ngomel, tidak mau bicara, menyendiri, tidak mau makan
minum, tidak mau mandi, susah tidur, gelisah, reaksi lepas obat dll.
4) Psikososial
a. Faktor keluarga: acuh, sabar, keras dll
b. Hubungan social: dominasi, tergantung,menarik diri, dalam batas
normal
c. Konsep diri: kebingungan, harga diri rendah
d. Spiritual: menjalankan/tidak
5) Status Mental
a. Kesan umum:rapi/tidak
b. Kesadaran:berubah, sopor, stupor dll
c. Proses berpikir
1) Bentuk : nonrealistic/realistic
2) Arus : inkohern, kohern, aslong, dll
d. Persepsi: waham, ptm, obsesi dll
e. Afek/emosi:datar, tumpul, dangkal
f. Psikomotor : meningkat, menurun, dalam batas normal
g. Kemauan : meningkat/menurun
19
1) Depresi ringan sampai sedang (dirawat sendiri)
2) Depresi berat (dirujuk)
3) Skizofrenia (dirujuk)
d. Gejala ekstra piramidal akibat penggunaan obat (dirawat sendiri)
1) SNM (sindroma neuroleptik malignan (dirujuk)
e. Delirium (dirawat sendiri)
f. Tidak ada Kemampuan merawat diri sendiri (dirujuk)
F. ASESMEN NEUROLOGIS
Dilakukan pada pasien dengan cedera kepala atau gangguan neurologis.
Pemeriksaaan status neurologi awal digunakan sebagai dasar untuk memantau kondisi
pasien selanjutnya
1. Tahapan Asesmen
a. Tanda vital: nilai keadekuatan ventilasi (kedalaman, kecepatan, keteraturan, usaha
napas)
b. Mata: ukuran dan refleks cahaya pupil
c. Pergerakan: apakah keempat ekstremitas bergerak simetris
d. Sensasi: nilai adanya sensasi abnormal (curiga cedera spinal)
e. Status kesadaran menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS): secara akurat
menggambarkan fungsi serebri. Pada anak kecil, GCS sulit dilakukan. Anak yang
kesadarannya baik dapat memfokuskan pandangan mata dan mengikuti gerakan
tangan pemeriksa, merespons terhadap stimulus yang diberikan, memiliki tonus
otot normal dan tangisan normal.
22
Glasgow Coma Scale Dewasa
Mata Terbuka spontan 4
Terbuka saat dipanggil/diperintahkan 3
Terbuka terhadap rangsang nyeri 2
Tidak merespons 1
Verbal Orientasi baik 5
Disorientasi / bingung 4
Jawaban tidak sesuai 3
Suara yang tidak dapat dimengerti (erangan, 2
teriakan)
Tidak merespons 1
Pergerakan Mengikuti perintah 6
Melokalisasi nyeri 5
Menarik diri (withdraw) dari rangsang nyeri 4
Fleksi abnormal anggota gerak terhadap rangsang 3
nyeri
Ekstensi abnormal anggota gerak terhadap 2
rangsang nyeri
Tidak merespons 1
23
Ekstensi abnormal anggota gerak Ekstensi abnormal anggota gerak 2
terhadap rangsang nyeri terhadap rangsang nyeri
Tidak merespons Tidak merespons 1
24
Pengukuran alternatif:
1) Jika tinggi badan tidak dapat diukur, gunakan pengukuran panjang lengan bawah (ulna)
untuk memperkirakan tinggi badan dengan menggunakan tabel di bawah ini.
25
2) Untuk memperkirakan IMT, dapat menggunakan pengukuran lingkar lengan atas (LLA).
1) Lengan bawah sisi kiri pasien harus ditekuk 90o terhadap siku, dengan lengan atas paralel
di sisi tubuh. Ukur jarak antara tonjolan tulang bahu (akromion) dengan siku (olekranon).
Tandai titik tengahnya.
2) Perintahkan pasien untuk merelaksasikan lengan atasnya, ukur lingkar lengan atas di titik
tengah, pastikan pita pengukur tidak terlalu menempel terlalu ketat
26
b. Langkah Kedua: nilai persentase kehilangan berat badan yang tak direncanakan
menggunakan tabel di bawah ini, dan berikanlah skor.
c. Langkah Ketiga: nilai adanya efek/pengaruh akut dari penyakit yang diderita
pasien, dan berikan skor (rentang antara 0-2). Sebagai contoh, jika pasien sedang
mengalami penyakit akut dan sangat sedikit / tidak terdapat asupan makanan > 5
hari, diberikan skor 2.
b. Penilaian
1) Bila total skor (parameter no 1 dan 2 ) 2 maka pasien dinyatakan
berisiko malnutrisi
2) Bila parameter no. 3 ya tanpa dilakukan penilaian skor (parameter 1 &
2) maka pasien sudah dinyatakan berisiko malnutri.
3) Yang dimaksud dengan diagnosis khusus adalah pasien saat masuk rumah
sakit langsung didiagnosis atau mengalami Diabetes Mellitus, Kemoterapi,
Hemodialisa, Penurunan imunitas dan penyakit degeneratif lainnya.
29
b. Penilaian
1) Bila salah satu pertanyaan jawabannya ya Pasien dinyatakan berisiko malnutrisi
2) Pertanyaan no. 2 berdasarkan penilaian obyektif data BB bila ada ATAU
penilaian subyektif orang tua pasien
3) Pertanyaan no. 4 : yang dimaksud penyakit atau keadaan yang mengakibatkan
malnutrisi adalah :
a) Diare kronik (lebih dari 2 minggu)
b) (Tersangka) Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
c) (Tersangka) infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
d) (Tersangka) Kanker
e) Penyakit Hati Kronik (PHK)
f) Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
g) TB Paru
h) Terpasang Stoma
i) Trauma
j) Combustio / Luka bakar luas
k) Kelainan anatomi mulut yang meyebabkan kesulitan makan (misal: bibir
sumbing)
l) Rencana ATAU paska operasi mayor (misalnya : laparatomi, toraktomi)
m) Kelainan metabolik bawaan (inborn error matabolism)
n) Retardasi mental
o) Keterlambatan perkembangan
p) Lain-lain sebutkan ( berdasarkan pertimbangan dokter....)
b. Penilaian
30
Bila salah satu pertanyaan jawabannya ya Pasien dinyatakan berisiko malnutrisi.
31
Mual Ya (......) Tidak (......)
Muntah ya (.......) tiap ......x/......(hari/minggu)
Diare ya (.......) tiap ......x/......(hari/minggu)
Kesimpulan :
a. Jika ada beberapa gejala / tidak ada gejala, sebentar-
sebentar
b. Jika ada beberapa gejala > 2 minggu
c. Jika > 1 gejala setiap hari / sering > 2 minggu
c. Perubahan Fungsional Tubuh
Perubahan/kekuatan stamina tubuh
a. Aktifitas normal, tidak ada kelainan, stamina tetap
b. Aktifitas ringan, mengalami sedikit penurunan (ringan)
c. Tanpa Aktifitas (bed rest), penurunan stamina berat
d. Perubahan Metabolisme yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi
Gangguan metabolic : ya (....) tidak (.....)
Kategori faktor stress
a. Stress ringan (+10 % BMR)
b. Stress sedang (+20 % BMR)
c. Stress berat (+30 % BMR)
e. Pemeriksaan Fisik
Kehilangan lemak subcutan (trisep, bisep)
a. Tidak ada b. Beberapa tempat c. Semua tempat
Kehilangan massa otot (pelipis, tulang belikat, tulang rusuk,
tulang betis, lutut)
a. Tidak ada b. Beberapa tempat c. Semua tempat
Edema (......), Asites (....)
a. Tidak ada b. Beberapa tempat c. Semua tempat
32
b. Penilaian
Lingkari kolom penilaian status gizi (no. 7)
1) STATUS GIZI BAIK
Skor A pada > 50 % kategori atau terdapat peningkatan signifikan
2) STATUS GIZI RINGAN SEDANG
Tidak teridentifikasi jelas A dan C
3) STATUS GIZI BURUK
Skor C pada > 50 % kategori atau terdapat tanda-tanda fisik signifikan
d) Etiologi jatuh:
a. Ketidaksengajaaan: 31%
b. Gangguan gaya berjalan / keseimbangan: 17%
c. Vertigo: 13%
d. Serangan jatuh (drop attack): 10%
e. Gangguan kognitif: 4%
f. Hipotensi postural: 3%
g. Gangguan visus: 3%
h. Tidak diketahui: 18%
e) Asesmen risiko jatuh menggunakan Morse Fall Scale (Skala Jatuh Morse) sebagai
berikut.
skor
faktor risiko skala poin
pasien
riwayat jatuh Ya 25
Tidak 0
33
diagnosis sekunder (2 Ya 15
diagnosis medis) Tidak 0
alat bantu Berpegangan pada perabot 30
tongkat/alat penopang 15
tidak ada/kursi roda/perawat/tirah baring 0
terpasang infuse Ya 20
Tidak 0
gaya berjalan terganggu 20
Lemah 10
normal/tirah baring/imobilisasi 0
status mental sering lupa akan keterbatasan yang
15
dimiliki
sadar akan kemampuan diri sendiri 0
Total
Kategori:
Risiko tinggi = 45
Risiko sedang = 25 44
Risiko rendah = 0 - 24
f) Setiap pasien akan dinilai ulang dan dicatat kategori risiko jatuh dua kali sehari, saat
transfer ke unit lain, dan saat terdapat perubahan kondisi pasien.
g) Untuk mengubah kategori dari risiko tinggi ke risiko rendah, diperlukan skor < 25
dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut.
h) Pencegahan risiko jatuh:
a. Tindakan pencegahan umum (untuk semua kategori):
1) Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
2) Posisi tempat tidur rendah, roda terkunci, kedua sisi pegangan tempat tidur
tepasang dengan baik
3) Ruangan rapi
4) Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan (telepon genggam, tombol
panggilan, air minum, kacamata)
5) Pencahayaan yang adekuat (disesuaikan dengan kebutuhan pasien)
6) Alat bantu berada dalam jangkauan (tongkat, alat penopang)
7) Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar (pastikan bersih dan
berfungsi)
8) Pantau efek obat-obatan
9) Sediakan dukungan emosional dan psikologis
10) Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan keuarga
b. Kategori risiko tinggi: lakukan tindakan pencegahan umum dan hal-hal berikut
ini.
1) Beri tulisan di depan kamar pasien Pencegahan Jatuh
2) Beri penanda berupa gelang berwarna kuning yang dipakaikan di pergelangan
tangan pasien
3) Sandal anti-licin
4) Tawarkan bantuan ke kamar mandi / penggunaan pispot
5) Kunjungi dan amati pasien setiap 2 jam oleh petugas medis
6) Nilai kebutuhan akan:
34
a) Fisioterapi dan terapi okupasi
b) Alarm tempat tidur
c) Lokasi kamar tidur berdekatan dengan pos perawat (nurse station)
I. ASESMEN NYERI
1. Perawat atau dokter melakukan asesmen awal mengenai nyeri terhadap semua pasien
yang datang ke bagian IGD, poliklinik, ataupun pasien rawat inap.8
2. Asesmen nyeri dapat menggunakan:
a. Numeric Rating Scale
2) Indikasi: digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun yang
dapat menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang
dirasakannya.
3) Instruksi: pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0 10.
0 = tidak nyeri
1 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)
4 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari)
7 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari)
b. Pada pasien yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka,
gunakan asesmen Wong Baker Face Pain Scale (gambar wajah tersenyum
cemberut menangis)
35
5. Pada pasien dalam pengaruh obat anestesi atau dalam kondisi sedasi sedang, asesmen
dan penanganan nyeri dilakukan saat pasien menunjukkan respon berupa ekspresi
tubuh atau verbal akan rasa nyeri.
6. Asesmen ulang nyeri: dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam
dan menunjukkan adanya rasa nyeri, sebagai berikut:
a) Lakukan asesmen nyeri yang komprensif setiap kali melakukan pemeriksaan fisik
pada pasien
b) Dilakukan pada: pasien yang mengeluh nyeri, 1 jam setelah tatalaksana nyeri,
setiap empat jam (pada pasien yang sadar/ bangun), pasien yang menjalani
prosedur menyakitkan, sebelum transfer pasien, dan sebelum pasien pulang dari
rumah sakit.
c) Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), lakukan asesmen ulang
setiap 5 menit setelah pemberian nitrat atau obat-obat intravena
d) Pada nyeri akut / kronik, lakukan asesmen ulang tiap 30 menit 1 jam setelah
pemberian obat nyeri.
7. Tatalaksana nyeri:
a) Berikan analgesik sesuai dengan anjuran dokter
b) Perawat secara rutin (setiap 4 jam) mengevaluasi tatalaksana nyeri kepada pasien
yang sadar / bangun
c) Tatalaksana nyeri diberikan pada intensitas nyeri 4. Asesmen dilakukan tiap 1
jam setelah tatalaksana nyeri sampai intensitas nyeri 3.
d) Sebisa mungkin, berikan analgesik melalui jalur yang paling tidak menimbulkan
nyeri
e) Nilai ulang efektifitas pengobatan
f) Tatalaksana non-farmakologi:
1) Berikan heat / cold pack
2) Lakan reposisi, mobilisasi yang dapat ditoleransi oleh pasien
3) Latihan relaksasi, seperti tarik napas dalam, bernapas dengan irama / pola
teratur, dan atau meditasi pernapasan yang menenangkan
4) Distraksi / pengalih perhatian
8. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai:
a) Faktor psikologis yang dapat menjadi penyebab nyeri
b) Menenangkan ketakutan pasien
c) Tatalaksana nyeri
d) Anjurkan untuk segera melaporkan kepada petugas jika merasa nyeri sebelum
rasa nyeri tersebut bertambah parah
J. ASESMEN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT
1. Merupakan asesmen yang mendasar dan penting dalam langkah perawatan pasien.
2. Perawat memeriksa pasien dari kepala hingga kaki dan membuat asesmen awal.
3. Asesmen awal merupakan pegangan bagi perawat lain dalam memantau
perkembangan pasien, menyorot masalah-masalah yang dimiliki pasien dan
merencanakan strategi keperawatan.
4. Contoh formulir rekam medik saat pasien masuk rumah sakit terdapat di lampiran.
36
1. Merupakan asesmen yang mendasari tindakan rehabilitasi medik yang dibutuhkan
pasien
2. Dokter memeriksa pasien secara keseluruhan dan membuat asesmen awal
3. Asesmen awal yang dimaksud menjadi acuan petugas rehabilitasi medik dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi tindakan rehabilitasi medik
4. Contoh formulir asesmen rehabilitasi medik terlampir.
L. PENUTUP
Panduan ini dibuat sebagai acuan dalam pengelolaan pasien di Lingkungan RSUD
Brebes. Adapun hal-hal selain diatas dalam Standar Prosedur Operasional.
37
REFERENSI
a. Lucas County Emergency Medical Services. Tab 600: pre-hospital patient assessment.
Ohio: Toledo; 2010.
b. Montana State Hospital Policy and Procedure. Patient assessment policy; 2009.
c. Patient assessment definitions.
d. San Mateo County EMS Agency. Patient assessment, routine medical care, primary and
secondary survey; 2009.
e. Denver Paramedic Division. Pre-hospital protocols; 2012.
f. Malnitrition Advisory Group: a Standing Commitees of BAPEN. Malnutrition Universal
Screening Tool (MUST);2010.
g. Sizewise. Understanding fall risk, prevention, and protection. USA: Kansas.
h. Sentara Williamsburg Community Hospital. Pain assessment and management policy;
2006.
i. National Institute of Health Warren Grant Magnuson Clinical Center. Pain intensity
instruments: numeric rating scale; 2003.
j. Pain management. [diakses tanggal 23 Februari 2012]. Diunduh dari:
www.hospitalsoup.com
k. Craig P, Dolan P, Drew K, Pejakovich P. Nursing assessment, plan of care, and patient
education: the foundation of patient care. USA: HCPro, Inc; 2006.
38