Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Vaulina S : 201602042
Aprilinda Safitri : 201602045
Emeralda Umi Balqis : 201602054
Ismi Henik : 201602058
Mufida :201602062
Ni Luh Putu Apriliani :201602066
Resa Hardodianto P.P :201602070
Safitri Nuri Rahayu : 201602074
Siti Rachma :201602078
BAB IV PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan ...............................................................................................
B. Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian sistem Anatomi Fisiologi integument.
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian luka.
1.3.3 Untuk mengetahui jenis-jenis luka.
1.3.4 Untuk mengetahui mekanisme terjadinya luka.
1.3.5 Untuk mengetahui proses penyembuhan luka.
1.3.6 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan
luka.
1.3.7 Untuk mengetahui prosedur perawatan luka.
BAB II
KONSEP LUKA
2.1 Anantomi dan Fisiologi Integumen
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total
berat tubuh sebanyak 7%. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam
mencegah terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya
agen-agen yang ada di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit
juga akan menahan bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction),
getaran (vibration), dan mendeteksi perubahan-perubahan fisik darinlingkungan luar,
sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari stimulasi-stimulasi yang tidak
nyaman. Kulit membangun sebuah barrier yang memisahkan organ-organ internal
dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital.
2.1.1 Epidermis
Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis (multilayer).
Epidermis sering kita sebut sebagai kuit luar.Epidermis merupakan lapisan
teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 m
untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 m untuk
kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain sel-
sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan:
A. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses
melanogenesis.Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis.
Melanosit menyintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respons
terhadap rangsangan hormon hipofisis anterior, hormon perangsang
melanosit (melanocyte stimulating hormone, MSH). Melanosit
merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlibat dalam
produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin
banyak melanin, semakin gelap warnanya. Sebagian besar orang yang
berkulit gelap dan bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada orang
yang berkulit cerah (misal puting susu) mengandung pigmen ini dalam
jumlah yang lebih banyak. Warna kulit yang normal bergantung pada ras
dan bervariasi dari merah muda yang cerah hingga cokelat. Penyakit
sistemik juga akan memengaruhi warna kulit . Sebagai contoh, kulit akan
tampak kebiruan bila terjadi inflamasi atau demam. Melanin diyakini
dapat menyerap cahaya ultraviolet dan demikian akan melindungi
seseorang terhadap efek pancaran cahaya ultraviolet dalam sinar matahari
yang berbahaya.
B. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum
tulang, yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan
merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel
Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit.Sel-sel imun yang
disebut sel Langerhans terdapat di seluruh epidermis. Sel Langerhans
mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang masuk ke kulit dan
membangkitkan suatu serangan imun. Sel Langerhans mungkin
bertanggungjawab mengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit displastik
dan neoplastik. Sel Langerhans secara fisik berhubungan dengan saraf-
sarah simpatis , yang mengisyaratkan adanya hubungan antara sistem
saraf dan kemampuan kulit melawan infeksi atau mencegah kanker kulit.
Stres dapat memengaruhi fungsi sel Langerhans dengan meningkatkan
rangsang simpatis. Radiasi ultraviolet dapat merusak sel Langerhans,
mengurangi kemampuannya mencegah kanker.
C. Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan
berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.
D. Keratinosit, lapisan eksternal kulit tersusun atas keratinosit (zat tanduk)
dan lapisan ini akan berganti setiap 3-4 minggu sekali. Keratinosit yang
secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam sebagai
berikut:
1. Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti
dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan
lapisan terluar dimana eleidin berubah menjadi keratin yang
tersusun tidak teratur sedangkan serabut elastis dan retikulernya
lebih sedikit sel-sel saling melekat erat.Lebih tebal pada area-area
yang banyak terjadi gesekan (friction) dengan permukaan luar,
terutama pada tangan & kaki. Juga merupakan lapisan keratinosit
terluar yang tersusun atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati
dan tidak berinti.
2. Stratum Lucidum, tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa
lapisan tipis yang homogen, terang jernih, inti dan batas sel tak
terlihat. Stratum lucidum terdiri dari protein eleidin.Merupakan
lapisan sel gepeng yang tidak berinti dan lapisan ini banyak
terdapat pada telapak tangan & kaki.
3. Stratum Granulosum, terdiri atas 2-4lapis sel poligonal gepeng
yang sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran
sel terdapat granula lamela yang mengeluarkan materi perekat
antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif terhadap
masuknya materi asing, serta menyediakan efek pelindung pada
kulit.2/3 lapisan ini merupakan lapisan gepeng, dimana sitoplasma
berbutir kasar serta mukosa tidak punya lapisan inti.
4. Stratum Spinosum,tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum
basale. Sel pada lapisan ini berbentuk polihedris dengan inti
bulat/lonjong. Pada sajian mikroskop tampak mempunyai tonjolan
sehingga tampak seperti duri yang disebut spinadan terlihat saling
berhubungan dan di dalamnya terdapat fibril sebagai
intercellularbridge.Sel-sel spinosum saling terikat dengan filamen;
filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas
(kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan demikian,
sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi
mengalami gesekan seperti telapak kaki.
5. Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah
pada epidermis, tersusun dari selapis sel-sel pigmen basal,
berbentuk silindris dan dalam sitoplasmanya terdapat
melanin.Pada lapisan basile ini terdapat sel-sel mitosis.
Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3- 4 minggu. Epidermis akan
bertambah tebal jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan
antara epidermis dan dermis di sebut rete ridge yang berfunfgsi sebagai
tempat pertukaran nutrisi yang essensial. Dan terdapat kerutan yang
disebut fingers prints.
Pada daerah kulit terdapat juga kelenjar keringat. Kelenjar keringat terdiri
dari fundus (bagian yang melingkar) dan
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan
oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan
listrik atau gigitan hewan (R. Sjamsu Hidayat, 1997).
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997).
Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ
tubuh lain(Kozier, 1995).
Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme yang
menyebabkan infeksi pascaoperatif terdapat dalam lapang operatif sebelum
pembedahan. Hal ini mencakup luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan
yang terkelupas tertahan dan luka yang melibatkan infeksi klinis yang sudah ada
atau visera yang mengalami perforasi. Kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih
dari 27 %. (Potter and Perry, 2005)
Luka bersih adalah luka tidak terinfeksi yang memiliki inflamasi minimal dan
tidak sampai mengenai saluran pernapasan, pencernaan, genital atau perkemihan.
a. Luka mekanik (cara luka didapat dan luas kulit yang terkena)
a. Clean Wounds (luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana
tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup, jika diperlukan dimasukkan
drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% 5%.
b. Clean-contamined Wounds (luka bersih terkontaminasi), merupakan
luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,
kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% 11%.
c. Contamined Wounds (luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka,
fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar
dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna. Pada kategori
ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan
infeksi luka 10% 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.
a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
b. Luka kronis : yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
TINDAKAN KEPERAWATAN
A. Persiapan alat
1. Luka bersih
Alat steril
a. Pincet anatomi 1
b. Pinchet chirurgie 1.
c. Gunting Luka (Lurus).
d. Kapas Lidi.
e. Kasa Steril.
f. Kasa Penekan (deppers).
g. Mangkok / kom Kecil
2. Luka kotor
a. Prosedur pelaksanaan
b. Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.
c. Tempatkan alat yang sesuai.
d. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (mengurangi transmisi pathogen yang
berasal dari darah). Sarung tangan digunakan saat memegang bahan berair
dari cairan tubuh.
e. Buka pembalut dan buang pada tempatnya serta kajilah luka becubitus yang
ada.
f. Bersihkan bekas plester dengan wash bensin/aseton (bila tidak kontra
indikasi), dari arah dalam ke luar.
g. Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.
h. Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada
bengkok dengan larutan desinfektan.
i. Bersihkan luka dengan H2O2 / savlon.
j. Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
k. Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter) dan tutup luka
dengan kasa steril.
l. Plester perban atau kasa.
m. Rapikan pasien.
n. Alat bereskan dan cuci tangan.
o. Catat kondisi dan perkembangan luka
C. EVALUASI
1) Dimensi luka : ukuran, kedalaman, panjang, lebar.
2) Pengkajian luka.
3) Frekuensi pengkajian.
4) Rencana keperawatan.
D. DOKUMENTASI
1) Potential masalah.
2) Komunikasi yang adekuat.
3) Perawatan lanjut.
4) Mengkaji perkembangan terapi atau masalah lain yang timbul.
5) Harus bersifat faktual, tidak subjektif.
6) Tabel pengkajian luka.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total
berat tubuh,keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah dari
beberapa hal seperti terjadinya luka,terinfeksi bakteri,terhindar dari bahan kimia,dan
radiasi ultraviolet.
Luka memiliki banyak macam diantaranya luka bersih,luka kotor,luka drain,lika
dapat disembuhkan dengan cepat dan tepat dengan cara penggunaan standar operasional
prosedur (SOP) yang baik.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran
keperawatan luka modern yang membuat mahasiswa keperawatan menjadi seorang
perawat berkompeten dan berdaya saing untuk masa depan.
Daftar Pustaka
https://muhammadrifkyhidayatullah.wordpress.com/2013/04/21/anatomi-dan-fisiologi-
sistem-integumen/. Diambil pada tanggal 4 April 2017. Pada pukul 11:00 WIB.
http://okyfauzi.blogspot.co.id/2012/05/asuhan-keperawatan-luka-kotor-dan-luka.html.
Diambil pada tanggal 4 April 2017. Pada pukul 13:00 WIB.
http://perawatpskiatri.blogspot.co.id/2009/03/proses-penyembuhan-luka.html. Diambil
pada tanggal 4 April 2017. Pada pukul 15:10 WIB.