Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Usia lanjut dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan
pada kehidupan manusia. Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO
(World Health Organization) batasan lanjut usia meliputi usia pertengahan
(middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia
(elderly), antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old), antara 75 sampai
90 tahun, usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun. berdasarkan
pengertian lanjut usia secara umum , seseorang dapat dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun keatas (Effendi, 2009).
Saat ini jumlah lanjut usia di seluruh dunia mengalami
peningkatan. Hal ini tidak hanya terjadi di negara- negara maju, tetapi di
negara berkembang pun juga mengalaminya. Contohnya negara Indonesia
terjadi hal yang serupa. Bahkan Indonesia termasuk salah satu negara
dengan jumlah penduduk lanjut usianya yang bertambah paling cepat di
asia tenggara. Persentase penduduk lansia tahun 1950 - 2050 untuk dunia
sebesar 25,07%, Asia sebesar 27,63 dan Indonesia sebesar 28,68%. dilihat
dari persentase penduduk lansia di indonesia tahun 2008-2012 telah
mencapai di atas 7,0% dari keseluruhan penduduk, jika dilihat sebaran
penduduk lansia menurut provinsi persentase penduduk lansia di atas
10,0% sekaligus paling tinggi ada di provinsi DIY (13,04%), Jawa Timur
(10,40%) dan Jawa Tengah (10,34%) (Riskesdas, 2013).
Bertambahnya usia menyebabkan lansia mengalami perubahan
yaitu fisik, mental,dan psikososial. Perubahan pada fisik meliputi
penurunan masa otot, osteoporosis yang mengakibatkan penurunan
aktifitas, kulit keriput dan kering sehingga dapat beresiko meningkatkan
cedera dan infeksi, gangguan regulasi suhu, penurunan peristaltik usus,
penurunan fungsi kandung kemih sehingga menyebabkan peningkatan
frekuensi miksi, nuktoria dan retensi urine, penurunan efisiensi kerja,
perubahan keseimbangan, dan perubahan istirahat. Penurunan fungsi
sensorik seperti perubahan indera penglihatan menyebabkan terganggu
pemenuhan kebutuhan ADL, penurunan fungsi pendengaran, penurunan
indera perasa sehingga lansia tidak peka terhadap rasa (Dewi,2014).
Selain perubahan fisik lansia juga mengalami perubahan
psikologis. Tanda-tanda Perubahan psikologis yaitu seperti frustasi,
kesepian, takut kehilangan, takut menghadapi kematian, kecemasan, stres
(Maryam 2008). Lansia juga mengalami perubahan psikososial. Perubahan
psikososial yang paling umum adalah perubahan gaya hidup dan status
sosial. Perubahan meliputi pensiun, kematian pasangan / sahabat,
pindahnya anak atau cucu dan pindah ke lingkungan yang tidak dikenal.
Perubahan-perubahan pada lansia yang tidak segera di tangani dapat
menimbulkan berbagai masalah, yaitu lansia akan mengalami stres.
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyebutkan bahwa jumlah
kejadian stres pada lansia lebih tinggi daripada kelompok umur lainnya
(Depkes, 2013).
Stres secara umum merupakan perasaan tertekan, cemas dan
tegang (Nasution, H. 2011). Faktor yang mempengaruhi stres pada lansia
ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah sumber
stres yang berasal dari diri seseorang sendiri, seperti penyakit dan konflik.
Sedangkan faktor eksternal adalah sumber stres yang berasal dari luar diri
seseorang seperti keluarga dan lingkungan. Stres juga dapat menimbulkan
dampak negatif, misalnya: pusing, tekanan darah tinggi, mudah marah,
sedih, sulit berkonsentrasi, nafsu makan berubah, tidak bisa tidur ataupun
merokok terus menerus (Niken, 2014).
Menurut Yulianti (2004) dalam Isnaeni (2010), untuk menghindari
dampak dari stres, maka diperlukan adanya suatu pengelolaan stres yang
baik. Cara-cara yang dapat di lakukan untuk mengendalikan dan mengatasi
stres antara lain olahraga teratur, humor, nutrisi, spiritualitas, dan terapi
relaksasi (Potter &Perry, 2009). Latihan relaksasi yang dapat mengatasi
Stres adalah relaksasi nafas dalam, relaksasi otot, hipnosis, hidroterapi dan
psikoterapi (Hartono, 2007)
Hidroterapi memiliki efek relaksasi bagi tubuh, sehingga mampu
merangsang kelenjar pituitary untuk mengeluarkan hormon endorphin
dalam tubuh dan menekan hormon adrenal (George, 2007). Selain itu Air
dengan suhu antara 31 C sampai 37C juga mempunyai manfaat bagi
tubuh. Antara lain, meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang
mengalami cedera, meningkatkan pengiriman nutrisi dan pembuangan zat
sisa, mengurangi kongesti vena di dalam jaringan yang mengalami cedera,
meningkatkan pengiriman leukosit antibiotic ke daerah luka,
meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau
kekakuan, meningkatkan aliran darah, dan memberikan rasa hangat lokal
(Leon Chaitow, 2016).
Dipaparkan juga oleh Flona (2010) bahwa berendam dengan air
hangat yang bersuhu 38C selama minimal 10 menit dengan menggunakan
aromatherapy mampu meredakan ketegangan otot dan menstimulus
produksi kelenjar otak yang membuat tubuh terasa lebih tenang dan rileks.
Raisanen (2010) juga mengungkapkan ada enam keuntungan dari air
hangat yaitu mengurangi stres, mendetoksifikasi, membuat tidur nyenyak,
merelaksasikan otot dan meredakan sakit dan nyeri di otot dan sendi,
meningkatkan kerja jantung, melawan penyakit dan meredakan kesesakan.
Pengobatan Tradisional Tiongkok menyebut kaki adalah jantung
kedua tubuh manusia, barometer yang mencerminkan kondisi kesehatan
badan. Ada banyak titik akupunktur di telapak kaki. Enam meridian (hati,
empedu, kandung kemih, ginjal, limpa dan perut) ada di kaki (Arnot,
2009). Dengan demikian, lansia yang mengalami terapi ini akan merasa
tenang, relaks dan tidak ada beban. Perasaan relaks pada lansia akan
berdampak pada respon psikologis yang berupa perilaku positif.
Dari data di atas, maka pengkajian terhadap stres dan pengaruh
dari merendam kaki dengan air hangat sangat penting dilakukan sehingga
nantinya para lansia dapat melakukan bagian dari asuhan keperawatan
secara mandiri. Selain itu, perawat juga dapat mempertimbangkan cara ini
sebagai metode alternatif untuk menurunkkan stres pada lansia. Peran
perawat dalam menangani masalah stres merupakan hal yang sangat
penting karena banyak sekali dampak negatif yang diakibatkan oleh stres.
Studi Pendahuluan yang telah peneliti lakukan menggunakan
kuisioner DASS42 dan wawancara pada 5 lansia di desa puguh didapatkan
hasil bahwa 3 lansia tersebut mengalami stres sedang (60%) dengan skor:
22 poin, 19 point dan 23 point. sementara untuk 2 lansia lainnya
mengalami stres normal (40%) dengan skor 14 poin dan 17 point.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang merendam kaki dengan air hangat terhadap stres pada
lansia.
B. Rumusan Masalah
Lansia diperkirakan akan terus meningkat. Peningkatan angka
lansia sangat erat kaitannya dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perbaikan sosial ekonomi berdampak pada peningkatan
derajat kesehatan masyarakat dan usia harapan hidup, sehingga jumlah
populasi lansia juga meningkat.
Beberapa studi penanganan stres pada lansia dan metode untuk
mengurangi stres pada lansia ada 2 tehnik, yaitu tehnik farmakologis dan
non farmakologis, namun penanganan secara farmakologis memiliki
resiko efek samping terhadap kesehatan lansia. Metode relaksasi
merupakan terapi yang efektif agar dapat menurunkan tingkat stres pada
lansia. Salah satu contoh metode relaksasi yakni dengan merendam kaki
menggunakan air hangat.
Beberapa penelitian terkait dengan masalah stres pada lansia telah
dilakukan. namun peneliti belum menemukan penelitian yang membahas
intervensi alternative khususnya penggunaan air hangat dalam
menurunkan tingkat stres pada lansia, sehingga menurut peneliti hal
tersebut perlu untuk dilakukan. Berdasarkan rumusan masalah tersebut
maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh
hidroterapi merendam kaki dengan air hangat terhadap stres pada lansia di
desa puguh?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas pengaruh rendam kaki dengan menggunakan air
hangat dalam menangani stres pada lansia di desa puguh
2. Tujuan khusus
a. Untuk menganalisis perbedaan tingkat stres pada kelompok kontrol
sebelum dan sesudah di berikan hidroterapi
b. Untuk menganalisis perbedaan tingkat stres pada kelompok
intervensi sebelum dan sesudah di berikan hidroterapi
c. Untuk menganalisis perbedaan tingkat stres sebelum di berikan
hidroterapi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
d. Untuk menganalisis perbedaan tingkat stres setelah di berikan
hidroterapi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
e. Untuk menganalisis pengaruh hidroterapi terhadap tingkat stres
D. Manfaat
1. Bagi Panti Werda
a. Sebagai bahan masukan terkait penerapan hidroterapi pada lansia
b. Hasil penelitian dapat di pergunakan kembali sebagai informasi
dan referensi untuk penelitian ilmiah selanjutnya
2. Bagi Peneliti
Meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan dalam mengkaji tingkat
stres sebelum dan sesudah memberikan intervensi hidroterapi rendam
kaki dengan air hangat
3. Bagi Responden
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meredakan
stres bagi lansia

Anda mungkin juga menyukai