Anda di halaman 1dari 11

INFEKSI JAMUR PADA SUSUNAN SARAF PUSAT

Jamur dalam kehidupan sehari-hari berguna dan menguntungkan secara komersial dan
pengobatan. Namun demikian, jamur juga dapat menimbulkan berbagai problem bagi manusia.
Beberapa jenis jamur patogen seperti Cryptococcus, histoplasma, blastomyces dan coccidiolides
immitis dapat menginfeksi manusia dan meyebabkan gejala lokal maupun penyakit yang
disseminata termasuk infeksi susunan saraf pusat.

Jamur terdiri dari 2 macam bentuk, yaitu bentuk molds dan yeast. Mold terbentuk sebagai
filamen tubular dan kadang-kadang bercabang yang disebut hifa, sedangkan yeast merupakan
organisme uniselular yang mempunyai dinding sel yang tebal yang dikelilingi oleh kapsul yang
bentuknya tegas.

Jamur-jamur patogen yang opertunistik seperti aspergillus dan candida dapat mengancam
jiwa pasien immunocopmpromised termasuk neonatus, pasien psot operasi, dan pasien dengan
keganasan, transplantasi organ atau acquired immunodeficiency (AIDS). Manifestasi klinis
infeksi jamur susunan saraf pusat dapat berupa meningitis, meningoensafilitis, intrakranial
tromboflebitis, abses otak, bentuk granuloma dan sangat jarang terjadi aneurisma mikotik.

Meningitis oleh karena jamur merupakan penyakit yang relatif jarang ditemukan, namun
dengan meningkatnya pasien dengan gangguan imunitas, angka kejadian meningitis jamur
semakin meningkat. Problem yang dihadapi oleh para klinisi adalah ketepatan diagnosa dan
terapi yang efektif. Sebagai contoh, jamur tidak langsung di[ikirkan sebagai penyebab gejala
penyakit/infeksi dan jamur tidak sering ditemukan dalam cairan serebrospinal (CSS) pasien yang
teribfeksi oleh karena jamur hanya dapat ditemukan dlam beberapa hari sampai minggu
pertumbuhannya.

Infeksi pertama biasanya melalui inhalasi sehingga terbentuk fokus primer pada paru
yang biasanya asimptomatik dan sembuh spontan. Dari fokus primer ini dapat terjadi peneybaran
hematogen ke tulang, visera dan otak. Infeksi otak dapat menimbulkan penyakit yang progresif
dan fatal.
A. GAMBARAN UMUM INFEKSI JAMUR PADA SUSUNAN SARAF PUSAT

Jamur yang menginfeksi manusia terdieri dari 2 kelompok yaitu, jamur patogenik dan
opportunistik. Jamur patogenik adalah beberapa jenis spesies yang dapat menginfeksi manusia
normal setelah inhalasi atau inflantasi spora. Secara alamiah, manusia dengan penyakit kronis
atau keadaan gangguan imunitas lainnya lebih rentan terserang infeksi jamur dibandingkan
manusia normal. Selama infeksi, jamur dapat beradaptasi terhadap temperatur yang tinggi dan
kemampuan/potensi reduksi-oksidasi jaringan yang rendah. Jamur juga dapat mengatasi sistim
pertahanan tubuh dgnbertambahnya kecepatan bertumbuh dan menajdi relative insentivity
terhadap mekanisme sistim kekebalan tubuh seperti fagositosis. Jamur patogenik meyebabkan
histiplasmosis, blastomycosis, coccidiodomycosis dan paracoccidiodomycosis.

Kelompok kedua adalah kelompok jamur apportunistik. Kelompok ini tidak menginfeksi
orang normal. Penyakit yang termasuk disini adalah aspergilosis, candidiasis, cryptococcosis,
mucormycosis (phycomycosis) dan nocardiosis.

Perubahan minor dari sistin kekebalan tubuh dapat menyebabkan manifestasi klinis jamur
ini (misalnya, candida dapat berkembang pada membran mukosa). Jika terjadi perubahan yang
besar, maka dpat terjadi pada susunan saraf pusat seperti pada pasien yang menggunakan
antimikroba jangka panjang, penggunaan terapi immunosupresif,adanya penyakit-penyakit
sistemik seperti penyakit hodkin, leukemia, diabetes mellitus, aids atau penyakit lainnya yang
dapat menggangu sisten kekebalan tubuh manusia.

Disamping itu penggunaan infusan jangka panjang (deep venous line) dapat merupakan
faktor tambahan penyebab infeksi jamur ini. Kecuali dibeberapa daerah di Asia, manifestasi
infeksi jamur pada susunan saraf pusat jarang, demikian pula dengan nocardiosis. Manifestasi
klinis infeksi candida pada meningen jarang, tetapi pada pemeriksaan postmortem dapat
ditemukan dapat ditemukan. Pada otopsi candidasis terjadi pada pasien dengan gangguan
imunitas dengan bentuk mikroabses dan granuloma nonkaseosa, tanpa terjadinya leptomeningitis
yang difus. Sebaliknya kebanyakan mikosis dengan manifestasi penyakit neurologis merupakan
akibat sekunder dari infeksi sistemik. Untuk keadaan ini infeksi terbanyak adalah meningitis
criptococcal. Pada mucormycosis, infeksi primer bisanya berasal dari sinus paranasalis dan
mata, meyebar ke otak atau nervus kranialis pada pasien dengan gangguan imunitas. Menifestasi
infeksi susunan saraf pusat berupa: meningitis jamur dengan periode berapa hari sampai minggu
seperti meningitis tuborkulosa demikian pula dengan gejala klinisnya. Disamping itu dapat
terjadi gangguan dari beebrapa saraf kranial, arteritis dengan trombosis dan Infark serebri,
multiple abses dikortikal dan subkortikal dan hidrosepalus komunikans dan komunikans.
Bisanya pasien tidak demam.

Diagnosis infeksi jamur pada susunan saraf pusat seringkali sukar dan sangat tergantung
dari kesiagaan klinisi. Selain gejala klinis, sangat penting dilakukan pemeriksaan radiologis
paru-paru dan organ lainnya, skin test,antibodi serum dan pemeriksaan cairan serebrospinal.
Isolasi kuman dari lesi dan cairan serebrospinal merupakan pembantu diagnostik yang penting.
Pada meningitis, perlu dilakukan pemeriksaan CT scan dan MRI. Perubahan cairan serebrospinal
pada meningitis jamur seperti pada meningitis tuborkulosa. Tekanan meningikat bervariasi,
pleiositosis moderat, biasanya kurang adri 1000 sel/mm3, dengan predominan limfosit. Kecuali
pada kasus yang akut, sel dapat meningkat lebih dari 1000/mm3 dengan predominan
polimorfonuklear. Glukosa bisanya agak menurun (subnormal) dan protein meningkat kadang-
kadang sampai pada kadar yang sangat tinggi.

Diagnosis spesifik dapat dibuat dari hapusan cairan serebrospinal dan dari kultur dan juga
dengan menemukan antigen spesifik dengan immunodifusion latex particle aggregation atau
perbandingan antigen recognition test. Pemeriksaan cairan serebrospinal harus termasuk
pemeriksaan tubercle basilli danleukosit abnormal oleh karena banyak terjadi infeksi bersama
jamur dengan tuberkulosa dan leukemia atau limfoma.
B. BEBERAPA JENIS JAMUR PENYEBAB INFEKSI SUSUNAN SARAF PUSAT

1. Cryptococcus neofarmans

Cryptococcus neofarmans adalah jamur seperti ragi (yeast like fungus) yang ada dimana
mana di seluruh dunia. Jamur ini menyebabkan penyakit jamur sistemik yang disebut
cryptococcosis, dahulu dikenal dengan nama Torula histolitica. Jamur ini paling dikenal sebagai
penyebab utama meningitis jamur dan merupakan penyebab terbanyak morbiditas dan mortalitas
pasien dengan gangguan imunitas. Cryptococcus neofarmans dapat ditemukan pada kotoran
burung (terutama merpati), tanah, binatang juga pada kelompok manusia (colonized human).

Gejalanya seperti meningitis klasik yang melibatkan meningitis secara difus. Dengan
adanya AIDS, insiden cryptococcal meningitis meningkat drastis. Di Amerika, meningitis ini
termasuk lima besar penyebab infeksi oportunistik pada pasien AIDS.

a. Mikologi

Cryptococcus neofarmans merupakan yeast like fungus. Pada jaringan yang terinfeksi
organisme ini membentuk kapsul polisakarida yang merupakan antigen penting yang
dapat mempengaruhi tubuh host. Kapsul ini terdiri dari empat serotipe antigen yang telah
dapat diisolasi yairu A,B,C dan D. Berdasarkan antigen kapsul ini Cryptococcus
neofarmans dibagi menjadi dua subgroup, V.neofarmans var neofarmans (serotipe A dan
D) dan C.neofarmans var gatti (serotipe B dan C). Serotipe A merupakan serotipe yang
paling sering diisolasi dan yang terutama di Amerika. Serotipe D biasanya ditemukan di
Eropa, B dan C ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Pada pasien AIDS serotipe
yang paling sering ditemukan aialah serotipe B dan C.

Serotipe B dan C dapat pula menginfeksi manusia (non- immunosupressant host) dan
lebih banyak menginvasi parenkim otak menyebabkan lesi massa yang disebut toruloma.

Isolasi jamur dapat dilakukan dengan membuat sediaan cairan serebrospinal yang
dicampur dengan tinta India kemudian diperiksa pada mikroskop. Ukuran diameter yeast
4-6 m dengan kapsul berukuran 1-30 m. Jika pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-
hati maka dapat positif pada lebih kurang setengah kasus meningitis cryptococcal, dan
lebih tinggi pada penderita AIDS. Perhitungan kwantitatif pasien meningitis daro 103-
107 count forming unit (CFU) perdarahan milimeter cairan serebrospinal.

b. Patogenesis dan Patofisiologi

Infeksi pertama terbanyak terjadi akibat inhalasi yeast dari lingkungan sekitar. Pada saat
dalam tubuh host Cryptococcus membentuk kapsul polisakarida yang besar yang resisten
terhadap fagositosis. Produksi kapsul distimulasi oleh konsentrasi fisiologis
karbondioksida dalamparu. Keadaan ini meyebabkan jamur ini beradaptasi sangat baik
dalam host mamalia. Reaksi inflamasi ini menghasilkan reaksi kompleks primer paru
kelenjar limfe (primary lung lymp node complex) yang biasanya membatasi penyebaran
organisme.Kebanyakan infeksi paru ini tanpa gejala, tetapi secara klinis dapat terjadi
seperti gejala pneumonia pada infeksi pertama dengan gejala yang bervariasi beratnya.
Keadaan ini biasanya membaik perlahan dalam beberapa minggu atau bulan dengan atau
tanpa pengobatan. Pada pasien lainnya dapat terbentuk lesi pulmonar fokal atau nodular.

Cryptococcus dapat dorman dalam paru atau limfenodus sampai pertahanan host
melemah. Cryptococcus neofarmans dapat menyebar dari paru dan limfenodus torakal ke
aliran darah terutama pada host yang sistem kekebalannya terganggu. Keadaan ini dapat
terjadi selama infeksi primer atau selama masa reaktivasi bertahun-tahun kemudian. Jika
terjadi infeksi jauh, maka tempat yang paling sering terkena adalah susunan saraf pusat.
Keadaan dimana predileksi infeksi ini terutama pada ruang subarakhnoid, belum dapat
diterangkan.

Ada beberapa faktor yang berperanan dalam patogenesis infeksi Cryptococcus


neofarmans pada susunan saraf pusat. Jamur ini mempunyai beberapa fenotif
karakteristik yang diaktakan berhubungan dengan invasi pada susunan saraf pusat seperti,
produksi phenoloxidase, adanya kapsul polisakarida,dan kemampuan untuk berkembang
dengan cepat pada suhu tubuh host.Informasi terakhir mengatakan bahwa melanin
bertindak sebagai antioksidan yang melindungi organisme ini dari mekanisme pertahanan
tubuh host. Faktor karakteristik lainnya yaitu kemampuan kapsul untuk melindungi jamur
dari pertahanan tubuh terutama fagositosis dankemampuan jamur untuk hidup dan
berkembang pada suhu tubuh manusia.

c. Patologi

Ada tiga pola dasar infeksi jamur pada susunan saraf pusat yaitu, meningitis
kronis,vaskulitis daninvasi parenkimal.pada infeksi Cryptococcal jaringan otak
menunjukkan adanya meningitis kronis pada leptomeningen bsal yang dapat menebal dan
mengeras oleh reaksi jaringan penyokong dandpt mengobstruksi aliran likuor dari
foramen Luschka dan Magendi sehingga terjadi hidrosefalus. Pada jaringan otak terdapat
substansi gelatinosa pada ruang subarakhnoid dan kista kecil didalam parenkim y terletak
terutama pada ganglia basilis pada distribusi arteri lentikulostriata. Lesi parenkimal
terdiri dari agregasi atau gliosis. Infiltrat meningen terdiri dari sel-sel ingflamasi dan
fibroblast yang bercampur dengan Cryptococcus. Bentuk granuloma tidak sering
ditemukan pada beberapa kasus terlihat reaksi inflamasi kronis danreaksi granulomatosa
sama dengan yang terlihat pada M.tuberculosa dengan segala bentuk komplikasinya.

Menurut Prockop,perubahan susunan saraf pusat termasuk infiltrasi meningen oleh sel
mononuklear dan organisma. Organisma ini dapat tersebar pada parenkim otak dengan
reaksi inflamasi yang minimal atau tanpa reaksi inflamasi. Kadang-kadang terdapat
abses pada jaringan otak dan granuloma pada meningen otak dan medula spinalis.

Gejala klinis infeksi jamur pada susunan saraf pusat tidak spesifik seperti akibat infeksi
bakteri. Pasien paling sering mengalami gejala sindroma meningitis atau sebagai
meningitis yang tidak ada perbaikan atau semakin progresif selama observasi (paling
kurang empat minggu). Manifestasi klinis lainnya berupa kombinasi beberapa gejala
seperti demam, nyeri kepala, letargi, confise, mual, muntah, kaku kuduk atau defisit
neurologik. Sering kali hanya satu atau dua gejala utama yang dapat ditemukan pada
gejala awal. Misalnya pasien datang ke klinis hanya dengan keluhan demensia subakut
tanpa gejala lainnya.

Waktu terjadinya penyakit sangat vital dan penting dalam mempertimbangkan diagnosis
meningitis jamur. Beberapa kasus sebagai meningitis akut,kebanyakan subakut dan
beberapa kronis. Gambaran klinis selain meningitis yang sering ditemukan yaitu
gambaran ensefalitis. Sering kali pasien didagnosa sebagai meningitis TBC sampai
akhirnya ditemukan diagnosa yang benar dengan ditemukannya jamur dalamcr
serebrospinal. Diagnosa meningitis jamur dapat ditegakkan dengan kultur dalam medium
sabouraud. Granuloma besar pada serebrum, serebrum atau batang otak memberikan
gejala seperti space occupaying lesion lainnya. Diagnosa granuloma dapat ditegakkan
dari pemeriksaan CT scan dan MRI.

d. Diagnosa

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan tambahan seperti,


laboratorium cairan serebrospinal. Gambaran cairan serebrospinal infeksi Cryptococcus
sama dengan meningitis tuberkulosa. Tekanan biasanya meningkat terdapat peningkatan
jumlah sel dari 10-500 sel/mm3. protein meningkat dan glukosa menurun biasanya
sekitar 15- 35 mg. Diagnosa dapat dibuat dengan menemukan organisme ini dalam cairan
serebrospinal dengan pewarnaan tinta India, kultur dalam media sabouraud dan
berasarkan hasil inokulasi pada hewan percobaan. Jamur ini juga dapat dikultur dari
urine, darah, fases, sputum dan sum-sum tulang. Pemeriksaan antigen Cryptococcus pada
serum dan cairan serebrospinal dapat menegakkan diagnosa, dapat dikultur dari urine,
darah, feses, sputum dan sum-sum tulang.

e. Terapi

Terapi dengan amphotericin B memperlihatkan hasil yang baik. Amphotericin B


diberikan tiap hari intravena dengan dosis 0,5 mg/kg,diberikan enam sampai sepuluh
minggu, tergantung dari perbaikan klinis danekmbalinya cairan serebrospinal kearah
normal. Peneliti lain memberikan amphotericin B dengan 5-flurocytosine 150 mg/kg
perhari (dalam 4 dosis). Kombinasi ini memberikan hasil yang lebih baik.
f. Prognosa

Pada pasien yang tidak diobati, biasanya fatal dalam beberapa bulan tetapi kadang-
kadang menetap sampai beberapa tahun dengan rekuren,remisi dan eksaserbasi. Kadang-
kadang jamur pada cairan serebrospinal ditemukan selama tiga tahun atau lebih. Telah
dipalorkan beberapa kasus yang sembuh spontan.

2. Mucormycosis

Serebral mucormycosis (phycomycosis) adalah penyakit akut, jarang dapat disembuhkan


yang disebabkan oleh jamur klas phycomycetae khususnya genera rhizopus. Jamur ini terdapat
diseluruh dunia pada tumbuhan busuk, pupuk dan makanan yang mengandung banyak gula.
Infeksi pada manusia hampir selalu terjadi pada pasien yang mempunyai penyakit utama
termasuk diabetes melitus yang tidak terkontrol, keganasan darah, lymfoma, keadaan
imunosupresif, penggunaan antibiotik jangka panjang dan penggunaan sitostatik.

Jamur ini masuk ke dalam tubuh manusia yang rentan melalui hidung menyebabkan
sinusitas dan sellulitis orbitalis, kemudian penetrasi ke arteri dan terjadi trombosis arteri
oftalmika danar karotis interna dan selanjutnya menyerang vena dan saluran linfe. Dapat terjadi
penyakit yang desiminata pada mata, serebral,paru danintestinal.

Gejala klinis biasanya dimulai dengan tanda-tanda infeksi sinus paranasalis seperti
hidung tersumbat, sekret dari hdung kadang-kadang berdarah, nyeri pada daerah sinus dan
demam. Jika tidak diobati, penyakit ini akan menyebar keotak melalui lamina kribriformis atau
setelah terlibatnya tulang tengkorak. Kemudian terjadi gejala-gejala lobus frontalis dan
meningen basalis bersama dengan penurunan kesadaran drowsyness nyeri kepala, perubahan
status mental. Gejala neurologis yang sering terjadi yaitu proptis,kelumpuhan mata dan
hemiplegi yang mana keadaan ini berhubungan dengan terlibatnya arteri arteri orbitalis dan
karotis danjaringan disekitarnya. Organisme ini dapat menginvasi meningen atau dapat
menembus otak sehingga menimbulkan ensefalitis jamur dan dapat menyebabkan Infark dan
perdarahan otak. Beberapa hifa terdapat didalam trombus dandinding pembuluh darah dan sering
sekali masuk ke dalam perinkim sekitarnya. Biasanya penyakit ini cepat berakibat fatal dalam
beberapa hari atau minggu.

Diagnosa penyakit in ditegakkan berdasarkan pemeriksaan sputum, cairan serebrospinal


atau eksudat jaringan sinus paranasalis. Kultur rhizopus dapat membantu tapi bukan merupakan
diagnostik oleh karena kebanyakan merupakan kontaminan.

Terapi terdiri dari pemberian Amphotericin B dan kontrol faktor predisposisi seperti
diabetes melitus. Juga diperlukan drainase lokal dan operasi jaringan nekrotik secepatnya untuk
mencegah penyebaran penyakit.
3. Candidiasis (moniliasis)

Spesies candida merupakan suatu flora mikrobial yang normal terdpat dalam tubuh
manusia. Candidiasis kemungkinan merupakan infeksi jamur oportunistik terbanyak. Infasi ke
susunan saraf pusat sebenarnya sangat jarang kecuali terjadi kerusakan sistem kekebalan tubuh
host. Banyak faktor yang menunjang terjadinya infeksi candida seperti terapi antibiotik spectrum
luas, luka bakar berat, nutrisi parental total, prematuritas, keganasan pemasangan kateter, terapi
kortikosteroid, neutropenia, operasi abdomen, diabetes mellitus, dan penggunaan obat parenteral
yang tidak semestinya (parentral drug abuse)..

Bentuk patologi infeksi susunan saraf pusat oleh candida berupa penyebaran mikro abses
intraparenkimal, granuloma nonkaseosa, abses besar, meningitis dari ependimitis. Pada
kebanyakan kasus diagnosis belum dapat ditegakkan pada saat pasien masih hidup, kemungkinan
oleh karena sukarnya menemukan organisme pada cairan serebrospinal . Prognosis biasanya
jelek walaupun dengan penggunaan amphotericin B.

4. Aspergilosis

Aspergilosis fumigatus dan A.flavus dapat menyebabkaninf susunan saraf pusat manusia.
Hal ini terjadi melalui penyebaran langsung dari sinus paranasalis atau setelah traumakapitis,
operasi lumbal fungsi, atau melalui penyebaran hematogen pada orang dengan gangguan
imunitas terutama yang mengalami neutropenia dalam jangka waktu yang lama. Penulis lain
menyatakan bahwa infeksi jamur ini terutama jika terjadi sinusitis kronis (khususnya
spenodialis) dengan osteomielitis basis tengkorak atau akibat komplikasi otitis dan masstoiditis.

Manifestasi klinis penyakit ini berupa gangguan nevrus kranialis pada sekitar daerah
infeksi, abses serebri, granuloma kranial dan spinal pada duramater. Keadaan ini tidak
bermanifestasi sebagai meningitis. Pada beberapa kasus penyakit ini didapat di rumah sakit
ditandai dengan adanya gejala infeksi paru yang tidak mempan terhadap antibiotik. Diagnosis
biasanya ditegakkan dengan melakukan biopsi atau dengan kultur.

Terapi anti jamur seperti ampotericin B dan kombinasi dengan limaflurocytosine dan
imidazole masih dipertanyakan keberhasilannya. Jika obat-obatan ini diberikan setelah operasi
pengeluaran materi yang terinfeksi, beberapa pasien dapat disembuhkan.

5. Coccodiodomycosis

Penyakit infeksi jamur ini banyak didaerah Barat Daya Amerika. Biasanya hanya
menyebabkan gejala influensa dengan infiltrat pada paru sebagai pneumonia non bakterial.
Keadaan ini dapat berlangsung progresif menjadi diseminata termasuk infeksi pada meningen.
Reaksi patologi dan gambaran kliniknya pada meningen dan cairan serebrospinal sangat mirip
dengan meningitis tuberkulosa.
Terapi terdiri dari pemberian ampotericin B intravena. Ada juga yang menganjurkan
pemberian ampotericin B intratekal. Pemberian melalui lumbal fungsi yaitu dengan campuran
ampotericin B dalam glukosa 10%, pasien dalam posisi kepala agak kebawah (head dowm
position) ampotericin B diberikan 3 kali seminggu selama 3 bulan, atau sampai sel pada cairan
serebrospinal kurang dari 10 mm3 dan complement fixing menghilang dari cairan likuor.

6. Histoplasmosis

Histoplasma capsulatun terdapat pada daerah ohio dan daerah lembah Missisipi tengah
Amerika. Infeksi terjadi setelah inhalasi spora. Kebanyakan pasien hanya memperlihatkan gejala
yang minimal atau tanpa gejala selama infeksi primer pada paru paru. Perkembangan penyakit
yang progresif (desimilata) terjadi pada penderita gangguan pertahanan tubuh (cell mediated
immune defence) setengah dari penderita dengan gejala diseminata merupakan pasien dengan
terapi imunosupresif, Lymphoma, lymphocytic leukimia, gangguan limfa atau AIDS. Jika terjadi
keaadaan disseminata , lokasi yang terutama adalah susunan saraf pusat.

Terapi yang dianjurkan adalah pemberian ampotericin B intravena 50 mg/hari pada orang
dewasa dan 1 mg/kgBB/hari pada anak-anak dengan berat badan kurang dari 50 kg, selama 6-12
minggu, dengan dosis total sekitar 35 mg/kgBB. Terapi pemeliharaan (maintenance) diberikan
50-80 mg setiap 1 atau 2 minggu, untuk mencegah relaps pada penderita AIDS.
DAFTAR PUSTAKA

Adams RA. Principles of neurology. 4th ed. New York: McGraw Hill, 1989: 581-3
Bernett JE. Mycoses, in Principles and practice of infectious disease. 4th ed.
New York: Churchill, 1995: 2288-378
Girolami V. The Central Nervous system, in Robbhins. Pathologic basis of
disease. 5th ed. Philadelphia: WB Sounders, 1994: 1324-5
Perfect JR. Diagnosis and treatment of fungal meningitis, in infectious of central
nervous systems. New York: Raven Press, 1991: 729-37
Perfect JR. pathogenesis and pathophysiology of fungal infection of central
nervus system, in infections of the Central Nervous System. New York: Raven Press,
1991: 693-700
Roos KL. Meningitis 100 maxims. New York: Arnold, 1995: 143-157
Swash M. Clinical neurology. London: Churchill, 1991: 917-8
Treseler CB. Fungal meningitis, in Merrits textbook of neurology. 9th ed.
Baltimore: A.Waverly,1995: 193-6
TUGAS MIKOLOGI
INFEKSI JAMUR PADA SUSUNAN SARAF PUSAT

OLEH

NAMA : WIOD NAZHOFATUNNISA UMAMI SW


NIM : P07134115058
PRODI : DIV ANALIS KESEHATAN
TINGKAT : III

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2017

Anda mungkin juga menyukai