Anda di halaman 1dari 2

Nama Maba : Latifa Irma Damayanti

Nama Amerta :
Gynecology
Vulvovaginitis

Vulvovaginitis adalah inflamasi pada vagina dan vulva, yang paling sering
diakibatkan oleh infeksi bakteri, jamur, atau parasit. Vulvovaginitis menyebabkan adanya duh
vagina, iritasi, dan gatal. Hampir 90% dari isolat vagina adalah Candida albicans, dan
sisanya adalah non-Candida albicans.1 Ini dapat dijelaskan oleh karena kemampuan adhesi
C. albicans pada sel epitel vagina lebih kuat daripada jenis Candida lain. Penyakit
kandidiasis vulvovaginalis memengaruhi sebagian besar perempuan selama hidup.
Diperkirakan 75% wanita akan memiliki >1 episode per seumur hidup, dan 40-45% >2.
Kebanyakan kasus disebabkan oleh C. albicans (85-90%), penyebab paling umum dari
vaginitis (20-25%) per tahun di AS. Vulvovaginitis, yaitu peradangan pada vulva dan vagina
yang sering menimbulkan gejala keputihan.

Banyak penelitian telah membuktikan hubungan antara Gardnerella vaginalis dengan


bakteri lain dalam mengakibatkan bakterial vulvovaginitis. Penyebab lainnya adalah pertama
Infeksi. Infeksi yang paling sering menyebabkan vaginitis adalah infeksi bakteri yaitu bakteri
Gardnerella Vaginalis, infeksi jamur yaitu Candida Albicans , infeksi protozoa yaitu
Trichomonas Vaginalis,Infeksi juga dapat disebabkan oleh kuman gonokokus dan klamidia
trakomatis. Virus human papiloma dan kutu pediculosis pubis dapat menyebabkan vulvitis.
Kedua Zat atau benda yang bersifat iritatif, misalnya spermisida, pelumas, kondom,
diafragma, sabun cuci dan pelembut pakaian, zat di dalam air mandi, pembilas vagina,
pakaian dalam yang terlalu ketat dan tidak menyerap keringat. Ketiga Pengaruh hormonal,
penurunan kadar estogen pada wanita post menopause atau post partum dinilai dapat
menyebabkan vaginitis khususnya atrofi vaginitis.

Meskipun penyebab dari bakterial vaginosis belum diketahui dengan pasti, kondisi ini
diduga karena perubahan keseimbangan flora normal di vagina akibat peningkatan Ph lokal
yang mungkin merupakan akibat dari berkurangnya Lactobacillus yang memproduksi
hidrogen peroksida. Normalnya, di dalam vagina terdapat Lactobacillus dalam jumlah yang
banyak. Sedangkan hamper semua bakteri anaerob hanya memiliki enzim katalase
peroksidase dalam jumlah sedikit sehingga tidak bisa menghilangkan hidrogen peroksida
(Curran, 2010; Eschenbach et al., 1989).Pada bakterial vaginosis, jumlah Lactobacillus
berkurang, sehingga terjadi peningkatan jumlah bakteri anaerob, termasuk G.vaginalis.
Lactobacillus merupakan bakteri yang membantu metabolisme glikogen menjadi asam laktat
di dalam vagina dan menjaga Ph normal vagina. Kadar Ph normal membantu melawan
proliferasi bakteri patogen. Jika mekanisme pertahanan ini gagal, maka banyak bakteri
patogen di dalam vagina (misalnya: Bacteroides sp, Peptostreptococcus sp, Gardnerella
vaginalis, G.mobiluncus, Mycoplasma hominis) akan berploriferasi dan menimbulkan
keluhan. Sekitar 50% wanita terdapat G.vaginalis sebagai flora di vaginanya tapi tidak
berkembang menjadi
infeksi (Curran, 2010).
Sekret vagina pada bakterial vaginosis berisi beberapa asam amino seperti putresin,
kadaverin, metilamin, isobutilamin, fenetilamin, dan tiramin. Dimana dengan bertambahnya
produksi amin akan menaikkan Ph vagina yang menjadikan suasana yang sangat cocok untuk
pertumbuhan bakteri G.vaginalis. dapat terjadi simbiosis antara G.vaginalis sebagai
pembentuk asam amino dan kuman anaerob beserta bakteri fakultatif dalam vagina yang
mengubah asam amino menjadi amin sehingga menaikkan Ph sekret vagina sampai suasana
yang menyenangkan bagi pertumbuhan G.vaginalis. Beberapa amin diketahui menyebabkan
iritasi kulit dan menambah pelepasan sel epitel dan menyebabkan sekret vagina berbau.

Manusia mendapatkan infeksi kandida melalui dua cara, yaitu secara endogen dan
eksogen. Infeksi secara endogen terjadi karena kandida telah berada di dalam beberapa alat
tubuh manusia. Infeksi secara eksogen terjadi bila kontak dengan alat yang tercemar oleh
kandida, seperti air yang terkontaminasi kandida. Air yang sudah tercemar dapat menjadi
surnber infeksi bagi orang yang menggunakannya.

Daftar Pustaka

1. Marchel R. 2015. Vulvovaginitis: Patogenesis. Makalah disajikan untuk memenuhi


tugas. https://documents.tips/documents/vulvovaginitispdf.html. diakses pada 10
agustus 2017. Jam 07.38
2. Yadi N. 2013. hubungan Antara Penguasaan Materi Sistem Reproduksi dengan
Kesadaran Kesehatan Reproduksi pada Siswa Kelas XI IPA MA Negeri 1 Semarang .
Thesis tidak diterbitkan. http://eprints.walisongo.ac.id/998/ .diakses pada 17 desember
2013. Jam 04.06
3. Syamsudin A. 2013. profil kandidiasis vulvovaginalis di poliklinik kulit dan kelamin.
Skripsi tidak diterbitkan.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/10155 . diakses pada 01
februari 2013.
4. Krisnato E. 2014. Hubungan Antara Kandida Dalam Air Bak Kamar Mandi
Penderita Vaginitis Dengan Kejadian Kandidiasis Vulvovaginitis. Thesis tidak
diterbitkan. http://eprints.undip.ac.id/12378/ . diakses pada 30 Mei 2012. Jam 16:28
5. Paramita A. 2014. Gambaran spesies candida penyebab kandidiasis vulvovaginalis
rekuren di RSUP Haji Adam Malik Medan. Journal ilmiah.
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jms/article/view/17824. diakses agustus 2014

Anda mungkin juga menyukai