Anda di halaman 1dari 25

I.

Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah


II. Hari / Tanggal : Kamis, 14 September 2017. Pukul 13.00 WIB
III. Selesai Percobaan : Kamis, 14 September 2017. Pukul 16.00 WIB
IV. Tujuan : Menentukan Kadar Glukosa dalam Darah
V. Dasar Teori :
Glukosa darah merupakan karbohidrat dalam bentuk monosakarida yang terdapat
dalam darah.( Baron, 1984). Organ organ yang berpengaruh dalam metabolisme glukosa
antara lain hati dan pankreas. Glukosa darah berada dalam keseimbangan dan mengatur
secara hormonal yaitu hormon teroid, hormon insulin, hormon efineprin dan hormon
pertumbuhan. ( Ganong, 1990 ).
Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluran pencernaan. Sebagian
glukosa ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan yang lainnya
menuju hati dan otot, yang menyimpannya sebagai glikogen (pati hewan) dan sel lemak,
yang menyimpannya sebagai lemak. Glikogen merupakan sumber energi cadangan yang
akan dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat dibutuhkan lebih banyak energi.
Meskipun lemak simpanan dapat juga menjadi sumber energi cadangan, lemak tak pernak
secara langsung dikonversi menjadi glukosa. Fruktosa dan galaktosa, gula lain yang
dihasilkan dari pemecahan karbohidrat, langsung diangkut ke hati, yang mengkonversinya
menjadi glukosa.
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai
sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam
buah-buahan dan madu lebah (Poedjiadi 1994).
Glukosa Darah
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai
sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam
buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah
atau konsentrasi tetap, bila kadar gula dalam darah melebihi atau kurang dari batas normal
maka sistem metabolisme dalam tubuh akan terganggu. Darah manusia normal
mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100
ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan makanan sumber
karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada
keadaan semula. Salah satu contoh penyakit yang disebabkan oleh kelainan kadar glukosa
yaitu diabetes mellitus. Diabetes mellitus atau yang lebih dikenal dengan kencing manis
merupakan penyakit yang timbul karena suatu gangguan dari pankreas, yaitu organ tubuh
yang biasa menghasilkan insulin dan sangat berperan dalam metabolisme glukosa bagi sel
tubuh. Seseorang yang terkena diabetes mellitus selalu ditandai oleh naiknya kadar gula
darah (hiperglikemia) dan tingginya kadar gula dalam urine (Achjadi 2003). Pada orang
yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih besar
dari 130 mg per 100 ml darah (Poedjiadi, 1994).
Kadar glukosa darah yang diketahui dapat membantu memprediksi metabolismeme
yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang tersedia. Jika kandungan
glukosa dalam tubuh sangat berlebih maka glukosa tersebut akan mengalami reaksi
katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan energi. Namun jika kandungan glukosa
tersebut dibawah batas minimum,maka asam piruvat yang dihasilkan dari proses
katabolisme bisa mengalami proses enzimatik secara anabolisme melalui glukoneogenesis
untuk mensintesis glukosa dan memenuhi kadar normal glukosa dalam darah ( salam
serum atau plasma darah ) yaitu 65-110 mg/dL (3,6-6,1 mmol/L) (Murray 2003).
Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat
glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan
ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi
untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit
sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan
biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Diabetes
mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan
gula darah. Meskipun disebut "gula darah". Selain glukosa, kita juga menemukan jenis-
jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan
glukosa yang diatur melalui insulin dan leptin.
Jumlah glukosa dalam darah tergantung kepada keseimbangan antara jumlah yang
masuk dan yang keluar. Glukosa masuk ke dalam darah dari tiga macam sumber, yaitu :
a) Makanan yang mengandung hidratarong. Setelah dicerna dan diserap, jenis makanan ini
merupakan sumber glukosa tubuh yang paling penting.
b) Glukogen, glikogen disimpan dalam otot dan heper, dan dapat dipecah untuk melepas
glukosa.
c) Sebagian asam amino dipecah oleh heper untuk menghasilkan glukosa.
Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa
fatal yang disebut hipoglisemia. Gejala gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental
yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila levelnya tetap
tinggi, yang disebut hiperglisemia, nafsu makan akan tertekan untuk waktu yang singkat.
Hiperglisemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang
berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata,
ginjal, dan saraf.
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan
keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila
konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi
tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati).
Kemudian sel sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut
glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula
darah. Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena
pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di
dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih
banyak glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut gliogenosis, yang mengurangi level
gula darah. Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan oleh tidak cukup atau tidak dihasilkannya
insulin, sementara tipe 2 disebabkan oleh respon yang tidak memadai terhadap insulin yang
dilepaskan (resistensi insulin). Kedua jenis diabetes ini mengakibatkan terlalu banyaknya
glukosa yang terdapat di dalam darah.
Diabetes Melitus
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing
manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme
dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai
kebutuhan tubuh. Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau
kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana
peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine)
penderita kencing manis yang mengandung gula (glukosa), sehingga urine sering dilebung
atau dikerubuti semut.
Patofisiologi Diabetes Melitus
1) Diabetes Tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel b pankreas
telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan
dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit
yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
2) Diabetes Tipe II
Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika
sel-sel b tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes tipe
II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe
II. Meskipun demikan, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah
akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat
intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II
dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh,
infeksi dan pandangan yang kabur.
3) Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta. Sesudah
melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes gestasional
akan kembali normal.
Metode Pengukuran Kadar Glukosa
Dalam pengukuran kadar glukosa, terdaat beberapa metode yang bisa digunaka, antara lain
:
a) Metode kimia.
Prinsip pemeriksaan ini, yaitu proses kondensasi glukosa dengan akromatik amin
dan asam glasial pada suasana panas, sehingga terbentuk senyawa berwarna hijau
kemudian diukur dengan fotometri.
b) Metode enzimatik.
c) Metode glukosa oksidase.
Prinsip pemeriksaan ini adalah enzim glukosa oksidasi mengkatalisis reaksi
oksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi
dengan phenol dan 4 amino phenazone dengan bantuan enzim peroksidase menghasilkan
quinoneimine yang berwarna merah muda dan dapat diukur dengan fotometer pada = 546
nm.
d) Metode hexokinase.
Spektrofotometri adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam penentuan
kadar glukosa dalam darah. Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan
pada absorpsi radiasi elektromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi terhadap gelombang
dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya yang berlainan sedangkan campuran
cahaya yang berbeda panjang gelombangnya ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya
putih meliputi seluruh spektrum nampak 400-760 mm. Spektrofotometri terjadi bila terjadi
perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ketingkat energi yang lebih tinggi.
Perpindahan elektron tidak diikutioleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan
tereksitasi singlet. Besar penyerapan cahaya (absorbansi) dari suatu kumpulan
atom/molekul dinyatakan oleh Hukum Beer-Lambert. Hukum Lambert menyatakan bahwa
proporsi berkas cahaya datang yang diserap oleh suatu bahan/medium tidak bergantung
pada intensitas berkas cahaya yang datang. Hukum Lambert ini tentunya hanya berlaku
jika di dalam bahan/medium tersebut tidak ada reaksi kimia ataupun proses fisis yang dapat
dipicu atau diimbas oleh berkas cahaya datang tersebut (Sentrabd, 2007).
Deproteinasi Serum Darah
Deproteinasi serum darah dilakukan untuk menghilangkan protein dalam serum
darah agar tidak mengganggu uji-uji yang akan dilakukan selanjutnya. Protein adalah
senyawa yang akan mengalami denaturasi dalam keadaan asam dan menggumpal bila
dipanaskan, karena itulah dilakukan pemanasan dan penambahan asam asetat pada larutan
serum darah dan air kemudian terjadi endapan. Endapan yang terjadi kemudian disaring
dan hasil saringan (filtrat) diambil untuk digunakan pada uji selanjutnya. Protein akan
mengalami koagulasi apabila dipanaskan pada suhu 500C atau lebih. Koagulasi ini akan
terjadi apabila larutan protein telah mencapai titik isoelektriknya. Protein terdenaturasi
pada titik isoelektriknya masih dapat larut pada pH diluar titik isoelektrik tersebut. Titik
isoelektrik dalam darah ialah 4,88.
Spektroskopi UV-Vis
Molekul-molekul dapat mengabsorbsi atau mentransmisi radiasi gelombang
elektromagnetik. Berkas cahaya putih adalah kombinasi semua panjang gelombang
spektrum tampak. Perbedaan warna yang terlihat sebenarnya ditentukan dengan bagaimana
gelombang cahaya tersebut diabsorbsi dan di transmisikan (dipantulkan) oleh suatu larutan.
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang diabsorbsi atau
ditransmisi oleh molekul-molekul di dalam larutan. Ketika panjang gelombang cahaya
ditransmisikan melalui larutan sebagai energi cahaya tersebut akan diserap. Besarnya
kemampuan molekul-molekul zat terlarut untuk mengabsorbsi cahaya pada panjang
gelombang tertentu dikenal dengan istilah absorbansi (A). Spektrofotometer UV-Vis
biasanya bekerja pada daerah panjang gelombang sekitar 200nm sampai sekitar 800 nm
(sinar tampak). Umumnya spektroskopi dengan sinar UV dan sinar tampak dibahas
bersama karena seringnya pengukuran dilakukan pada waktu yang sama.
Metode Nelson Somogyi
Metode Nelson Somogyi digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi dengan
menggunakan pereaksi tembaga-arsenol-molibdat. Prinsip kerja Nelson Somogyi yaitu
tereduksinya jumlah endapan kuprooksida yang bereaksi dengan arsenomolibdat yang
tereduksi menjadi molybdine blue dan warna biru diukur absorbansinya. Reagen nelson
somogyi berfungsi sebagai oksidator antara kuprooksida yang bereaksi dengan gula
reduksi membentuk endapan merah bata. Dalam hal ini, pereaksi Somogyi merupakan
pereaksi tembaga alkali yang mengandung Na2PO4 anhidrat dengan garam K-Na-tartrat
(garam Rochelle), sedangkan pereaksi Nelson mengandung amonium molibdat H2SO4,
NaHAsO4.7H2O. Dengan membandingkannya terhadap larutan standar, konsentrasi gula
dalam sampel dapat ditentukan. Reaksi warna yang membentuk dapat menentukan
konsentrasi gula dalam sampel dengan mengukur absorbansinya. Reaksi yang terjadi
adalah :
Cu2O + arsenomolibdat (Mo6+) + 4H+ 2 Cu2+ + arsenomolibdat (Mo5+) biru + H2O
Glukosa darah akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana basa, yang hasil
reduksinya akan bereaksi dengan arseno molibdat menghasilkan warna biru. Larutan ini
diukur absorbansinya yang panjang gelombang maksimumnya yaitu 660 nm. Dengan
menggunakan Hukum Lambert-Beer konsentrasi glukosa dalam darah dapat
ditentukan.
Hukum Lambert-Beer menyatakan :
A= k C l
Dimana :
A = absorbansi (serapan cahaya)
k = koefisien ekstingsi molar larutan
l = tebal kuvet
C = konsentrasi sampel
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, serapan cahaya berbanding lurus dengan
konsentrasinya.
Konsentrasi glukosa dalam darah merupakan faktor yang sangat penting untuk
kelancaran kerja tubuh. Kadar normal glukosa dalam darah adalah 70-90 mg/100 mL .
Keadaan dimana kadar glukosa berada dibawah 70-90 mg/100 mL disebut hipoglisemia
sedangkan diatas 90mg/ 100 mL disebut hiperglisemia.
Pada penambahan 1 mL reagen Cu Alkalis, ion kupri (Cu+) akan direduksi oleh
gula menjadi kupro (Cu2+) dan mengendap sebagai Cu2O (kuprooksida). Dengan
menambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat, kuprooksida melarut lagi dan warna
larutan akan berubah menjadi biru jernih disebabkan oleh adanya oksidasi Mo.
Penambahan 1,5 mL larutan Ba(OH)2 0,3 N sebelumnya juga membantu terjadinya
reduksi ion Cu2+ karena reaksi terjadi dalam suasana basa. Intensitas warna larutan
adalah ukuran banyaknya gula yang ada di dalam filtrat
VI. Alat dan Bahan
Alat :
Tabung reaksi 10 buah
Rak tabung reaksi 1 buah
Gelas kimia 100 mL 1 buah
Gelas ukur 10 mL 1 buah
Sentrifuge 1 buah
Penangas air 1 buah
Pipet tetes secukupnya
Spektrofotometer uv-vis 1buah
Bahan :
Sampel darah
Ba(OH)2 0,3 N
ZnSO4.7H2O 5%
Larutan Cu-alkalis
(NH4)2SO4 0,5 N
Pereaksi arsenomolibdat
Aquades
VII. Alur Percobaan
A. Deproteinasi Filtrat darah

2 tetes asam oksalat + 3 mL aquades


- Dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge
- + 1 mL darah
- Diaduk
- + 1 mL Ba(OH)2 0,3 N
- + 2 mL ZnSO4 . 7H2O 5%
- Diaduk
- + 2 mL (NH4)2SO4 0,5 N
- Diaduk
- Didiamkan 15 menit
- Disentrifuge 15 menit (3500 rpm)
- didekantasi

Residu Filtrat
- Diambil 1 mL
- + 3 tetes Biuret
Warna
B. Penentuan Kadar Glukosa Darah

1 mL filtrat darah bebas protein


- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- + 3 mL Cu alkalis
- Dipanaskan dalam penangas 15 menit
- Didinginkan dalam air dingin 10 menit
- + 2 tetes pereaksi Arsenomolibdat
- Diaduk
- Dibaca absorbansi (660 nm)

Hasil Absorbansi

C. Penentuan Kurva Standart

1mL glukosa 1mL glukosa 1mL glukosa 1mL glukosa


0,3 mg/mL 0,5 mg/mL 0,7 mg/mL 0,9 mg/mL

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


- + 3 mL pereaksi Cu alkalis
- Dipanaskan dalam penangas 15 menit
- Didinginkan dalam air dingin 10 menit
- + 2 tetes pereaksi Arsenomolibdat
- Diaduk
- Dibaca absorbansi (660 nm)

Hasil Absorbansi

D. Larutan Blanko
1 mL aquades
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- + 3 mL Cu alkalis
- Dipanaskan dalam penangas 15 menit
- Didinginkan dalam air dingin 10 menit
- + 2 tetes pereaksi Arsenomolibdat
- Diaduk
- Dibaca absorbansi (660 nm)

Hasil Absorbansi
VIII. Hasil Pengamatan
No. Alur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
1. A. Deproteinasi Filtrat Darah Sebelum : Filtrat darah bebas protein Filtrat yang dihasilkan

2 tetes asam oksalat + 3 mL aquades - Asam Oksalat : Tidak akan berwarna biru jika bebas protein dengan

- Dimasukkan ke dalam berwarna diuji biuret terbentuknya warna


tabung sentrifuge - Aquades : Tidak berwarna biru pada larutan dan
- + 1 mL darah - Darah : Merah tua terdapat endapan putih
- Diaduk
- Ba(OH)2 : Tidak berwarna ketika diuji biuret
- + 1 mL Ba(OH)2 0,3 N
- + 2 mL ZnSO4 . 7H2O 5% - ZnSO4 . 7 H2O : Tidak
- Diaduk berwarna
- + 2 mL (NH4)2SO4 0,5 N
- (NH4)2SO4 : Tidak berwarna
- Diaduk
- Didiamkan 15 menit Setelah :
- Disentrifuge 15 menit (3500 rpm) - As. Oksalat+Aq : Tidak
- didekantasi
berwarna
Residu Filtrat - + Darah : Merah Tua
- Diambil 1 mL - + Ba(OH)2 : Terbentuk 2
- + 3 tetes Biuret
lapisan, lapisan atas berwarna
Warna hitam, bawah merah tua
- + ZnSO4.7H2O : Terdapat
endapan berwarna putih
kekuningan
- Diaduk : Merah tua agak
pudar
- +2ml (NH4)2SO4 : merah tua
agak pudar
- Disentrifuge : Terdapat filtrat
dan endapan
- Filtrat+Biuret : berwarna biru
tipis (+)
2. B. Penentuan Kadar Glukosa Darah Sebelum : Kadar normal glukosa Kadar glukosa darah
- Darah : Merah tua darah adalah 70-90 yang diperoleh adalah
1 mL filtrat darah bebas protein
- Cu Alkalis : Biru mg/100mL 174,3 mg/100mL
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Pereaksi arsenomolibdat : C6H12O6 (aq) + Cu2+
- + 3 mL Cu alkalis
- Dipanaskan dalam penangas berwarna kuning pudar Cu2O (s)
15 menit Setelah Cu2O (s) + Arsenomolibdat
- Didinginkan dalam air dingin
- FIltrat + Cu alkalis : Biru (Mo6+) + 4H+
10 menit
- + 2 tetes pereaksi Arsenomolibdat muda Arsenomolibdat (Mo5+) +
- Diaduk - Dipanaskan : Biru muda H2O (l)
- Dibaca absorbansi (660 nm) - Didinginkan : Biru muda
- +Pereaksi Arsenomolibdat :
Hasil Absorbansi
Biru muda
C. Penentuan Kurva Standart Sebelum : Semakin besar konsentrasi Semakin besar larutan
1mL 1mL 1mL 1mL - Glukosa : Tidak larutan, maka nilai glukosa maka nilai
glukosa glukosa glukosa glukosa
0,3 0,5 0,7 0,9 berwarna adsorbansi semakin besar adsorbansinya
mg/mL mg/mL mg/mL mg/mL - Cu Alkalis : Biru pula semakin besar pula
- Pereaksi arsenomolibdat
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi : berwarna kuning pudar
- + 3 mL pereaksi Cu alkalis
- Dipanaskan dalam penangas 15 menit
- Didinginkan dalam air dingin 10 menit Setelah :
- + 2 tetes pereaksi Arsenomolibdat - Glukosa+Cu Alkalis :
- Diaduk Biru muda
- Dibaca absorbansi (660 nm)
- Dipanaskan :
Hasil Absorbansi - 0,3 mg/mL : Larutan biru
ada endapan coklat +
- 0,5 mg/mL : Larutan biru
ada endapan coklat ++
- 0,7 mg/mL : Larutan
tidak berwarna ada
endapan coklat +++
- 0,9 mg/mL : Larutan
tidak berwarna endapan
coklat ++++
- Didinginkan :
- mg/mL : Larutan biru
ada endapan coklat +
- 0,5 mg/mL : Larutan biru
ada endapan coklat ++
- 0,7 mg/mL : Larutan
tidak berwarna ada
endapan coklat +++
- 0,9 mg/mL : Larutan
tidak berwarna endapan
coklat ++++
- +Pereaksi
Arsenomolibdat :
- mg/mL : Larutan biru
ada endapan coklat +
- 0,5 mg/mL : Larutan biru
ada endapan coklat ++
- 0,7 mg/mL : Larutan
tidak berwarna ada
endapan coklat +++
- 0,9 mg/mL : Larutan
tidak berwarna endapan
coklat ++++
- Absorbansi :
- 0,3 mg/mL = 0,004
- 0,5 mg/mL = 0,230
- 0,7 mg/mL = 0,470
- 0,9 mg/mL = 0,268
D. Larutan Blanko Sebelum : Nilai adsorbansi larutan Nilai adsorbansi
- Aquades : Tidak blanko = 0 larutan blanko = 0
1 mL aquades
berwarna
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- + 3 mL Cu alkalis - Cu Alkalis : Biru
- Dipanaskan dalam penangas 15 menit - Pereaksi arsenomolibdat
- Didinginkan dalam air dingin 10 menit : Berwarna kuning pudar
- + 2 tetes pereaksi Arsenomolibdat
- Diaduk Setelah :
- Dibaca absorbansi (660 nm) - Aquades+Cu alkalis :
Biru muda
Hasil Absorbansi
- Dipanaskan : Biru muda
- Didinginkan : Biru muda
- +Pereaksi
Arsenomolibdat : Biru
muda
- Diaduk : Biru muda
- Absorbansi = 0
IX. Pembahasan
Pada percobaan penentuan kadar glukosa dalam darah, bertujuan untuk menentukan
kadar glukosa dalam darah. Sampel darah yang digunakan berasal dari sampel darah salah
satu anggota kelompok praktikan. Uji glukosa darah pada praktikum ini menggunakan
metode spektofotometri. Menurut (Syabatini 2010), spektrofotometri merupakan suatu
metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu
lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah
alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang
gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang
digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometri dapat dianggap
sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi
energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan
dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk
komponen yang berbeda.
1. Deproteinasi Filtrat Darah
Untuk percobaan pertama yaitu deproteinasi filtrat darah yang bertujuan untuk
memperoleh sampel filtrat darah yang bebas protein, yang pertama di lakukan adalah 2 tetes
asam oksalat dan 3 mL aquades dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge, kemudian
ditambahkan dengan 1 mL darah segar berwarna merah. Diaduk hingga merata sampai tidak
terdapat gumpalan darah. Aquades yang ditambahkan dalam darah berfungsi untuk
mengencerkan darah agar albumin yang terdapat di dalam darah larut bersama air. Albumin
adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas dan biasanya
terdapat dalam serum darah. Setelah larutan tercampur merata, larutan menjadi Merah Tua.
Penambahan asam oksalat berfungsi agar darah tidak menggumpal. Lalu ke dalam tabung
sentrifuge yang berisi larutan, ditambahkan 1 mL larutan Ba(OH)2 0,3 N. Penambahan
Ba(OH)2 ini berfungsi sebagai pemberi suasana basa dan juga mengendapkan ion ion besi
dalam darah. Salah satu ion besi yang diendapkan adalah ion besi pada hemoglobin. Ion besi
ini diubah menjadi molekul Fe(OH)2 berupa endapan merah. Selain itu penambahan
Ba(OH)2 berperan untuk mengendapkan albumin yang terlarut dalam air. Larutan berubah
menjadi terbentuk 2 lapisan, lapisan atas berwarna hitam, dan lapisan bawah berwarna
merah tua. Larutan tersebut diaduk hingga merata. Kemudian ditambahkan 1 mL larutan
ZnSO4.7H2O 5%, yang berfungsi sebagai katalis, untuk mempercepat reaksi pada proses
albumin oleh Ba(OH)2. Larutan terdapat endapan berwarna putih. Penambahan
ZnSO4.7H2O ini juga berfungsi untuk mengendapkan dan juga mendenaturasi protein secara
sempurna. Karena berat jenis protein yang lebih besar dari berat jenis glukosa yang akan
dianalisi maka pemisahan selanjutnya dilakukan dengan sentrifugasi. Sentrifugasi bertujuan
agar terjadi endapan albumin secara sempurna, sehingga ketika endapan tersebut dipisahkan
dengan cara dekantasi akan memisah dengan sempurna. Lalu larutan diaduk sampai rata.
Kemudian larutan ditambahkan 1 mL (NH4)2SO4. Lalu larutan diaduk sampai rata.
Kemudian larutan didiamkan selam 15 menit Dimana tujuan didiamkan ini agar terjadi
endapan albumin secara sempurna. Lalu larutan disentrifuge selama 15 menit dengan
kecepatan 3500 rpm agar terjadi endapan albumin secara sempurna, dan dihasilkan larutan
tidak berwarna dan terdapat endapan merah di dasar tabung. Dimana bagian yang tak
berwarna merupakan filtrat darah bebas protein sedangkan bagian yang mengendap
merupakan albumin darah. Kemudian dilakukan dekantasi pada larutan tersebut sehingga
diperoleh filtrat darah bebas protein tak berwarna. Pengendapan ditujukan untuk
memisahkan protein dari glukosa karena akan menggangu pengukuran. Kemudian filtrat
dari larutan tersebut diambil 1 mL untuk diuji dengan ditambahkan 3 tetes larutan biuret
sehingga menghasilkan larutan biru muda. Hal tersebut membuktikan bahwa filtrate darah
telah bebas protein. Filtrate yang di hasilkan bebas protein dengan di tandai terbentuknya
warna biru pada larutan dan terdapat endapan putih ketika di uji biuret.
Deproteinasi serum darah dilakukan untuk menghilangkan protein dalam serum darah agar
tidak mengganggu uji-uji yang akan dilakukan selanjutnya. Protein adalah senyawa yang
akan mengalami denaturasi dalam keadaan asam dan menggumpal bila dipanaskan.
2. Penentuan Kadar Glukosa Darah
Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar glukosa darah pada sampel
filtrate bebas protein dari percobaan pertama diatas. Pada penentuan kadar glukosa darah
yang dilakukan adalah diambil 1 mL filtrat darah bebas protein hasil sentrifuge dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambahkan 3 mL larutan Cu alkalis (biru)
dan larutan menjadi berwarna biru muda. Kemudian larutan dipanaskan dalam penangas air
selama 15 menit, dimana pemanasan ini bertujuan untuk menambah laju reaksi oleh Cu
alkalis, lalu larutan didinginkan yang mana berfungsi untuk menstabilkan larutan sebelum
direaksikan dengan pereaksi arsenomolibdat sehingga menghasilkan warna biru muda.
Selanjutnya ditambahkan 2 tetes pereaksi arsenomolibdat yang berwarna kuning pudar
menghasilkan warna larutan biru muda. Fungsi dari penambahan Cu alkalis dan
arsenomolibdat yaitu dimana glukosa darah akan mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+ dalam
suasana basa. Pada suasana basa, bentuk enediol pada glukosa menjadi dominan dan
mereduksi ion kupri (Cu2+). Cu+ akan membentuk merah bata Cu2O. Cu+ akan bereaksi
oksidasi dengan arseno molibdat menghasilkan warna biru.
Reaksi yang terjadi :
C6H12O6 (aq) + Cu2+(aq) Cu2O(s)
Cu2O + arsenomolibdat (Mo6+) + 4H+ 2Cu2+ + arsenomolibdat (Mo5+) + H2O(l)
Warna biru inilah yang nantinya diukur absorbansinya untuk menetukan kadar glukosa
darah karena berdasarkan hukum Lambert-Beer A = k x c x l serapan cahaya berbanding
lurus dengan konsentrasi.
Selanjutnya larutan diukur absorbansinya menggunakan spektofotometer UV-Vis.
Spektofotometer UV-Vis adalah sebuah instrumen untuk mengukur absorbsi/penyerapan
cahaya dengan energi (panjang gelombang) tertentu oleh suatu atom/molekul. Dalam
praktikum ini pengukuran dilakukan pada panjang gelombang pada panjang gelombang 660
nm, karena warna biru memiliki rentang panjang gelombang pada 610-750 dan
menghasilkan absorbansi sebesar 0,833. Sehingga didapatkan kadar glukosa darah sebesar
174,3 mg/100 mL (perhitungan terlampir). Sedangkan pada literatur, darah manusia normal
mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100
ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan makanan sumber
karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada
keadaan semula. Pada orang yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah
glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 ml darah (Poedjiadi, 1994).
3. Penentuan Kurva Standart
Pada percobaan ini bertujuan untuk membuat kurva standard yang akan diperoleh
kurva yang memiliki persamaan regresi untuk digunakan sebagai penentuan kadar glukosa
darah pada percobaan kedua diatas. Untuk membuat kurva standar tahap pertama yang harus
dilakukan yaitu membuat larutan standart. Larutan standart dibuat dengan cara
mengencerkan larutan glukosa yang berkonsentrasi 2 mg/ml menjadi 0,3 mg/ml; 0,5 mg/ml;
0,7 mg/ml; dan 0,9 mg/ml dengan menggunakan rumus pengenceran sebagai berikut: M1 x
V1 = M2 x V2
Tahap selanjutnya, masing-masing larutan standart yang telah dibuat dipipet 1 mL
dan diletakkan pada 4 tabung reaksi yang berbeda. Kemudian ditambahkan 3 mL Cu alkalis
pada masing-masing tabung dan dihasilkan larutan yang berwarna biru muda. Penambahan
Cu Alkalis mengakibatkan ion Cu2+ akan direduksi oleh glukosa menjadi Cu+ dalam suasana
basa. Setelah ditambahkan Cu Alkalis, masing-masing tabung reaksi dipanaskan dalam
penangas air selama 15 menit dan dihasilkan larutan glukosa 0,3 mg/mL berwarna biru ada
endapan coklat +, larutan glukosa 05 mg/mL berwarna biru ada endapan coklat ++, larutan
glukosa 0,7 mg/mL larutan tidak berwarna ada endapan coklat +++, larutan glukosa 0,9
mg/mL larutan tidak berwarna ada endapan coklat +++. Endapan tersebut merupakan Cu+
yang mengendap sebagai Cu2O. Pemanasan ini bertujuan untuk menambah laju reaksi oleh
Cu alkalis, lalu keempat tabung reaksi tersebut dimasukkan ke dalam air dingin selama 10
menit yang mana berfungsi untuk menstabilkan larutan sebelum direaksikan dengan reagen
arsenomolibdat. Kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi arsenomolibdat sehingga larutan
glukosa 0,3 mg/mL berwarna biru ada endapan coklat +, larutan glukosa 05 mg/mL
berwarna biru ada endapan coklat ++, larutan glukosa 0,7 mg/mL larutan tidak berwarna
ada endapan coklat +++, larutan glukosa 0,9 mg/mL larutan tidak berwarna ada endapan
coklat +++. Penambahkan pereaksi arsenomolibdat bertujuan agar Cu2O melarut lagi.
Reaksinya
adalah :
Cu2O + arsenomolibdat (Mo6+) + 4H+ 2 Cu2+ + arsenomolibdat (Mo5+) biru + H2O
Warna biru semakin pekat seiring dengan bertambahnya konsentrasi glukosa. Kemudian
keempat larutan tersebut diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis
dengan panjang gelombang 660 nm, pengukuran panjang gelombang dilakukan pada
panjang gelombang tersebut karena warna biru memiliki rentang panjang gelombang pada
610-750 nm. Dan menghasilkan absorbansi sebagai berikut :
Konsentrasi Absorbansi
0,3 mg/mL 0,004
0,5 mg/mL 0,230
0,7 mg/mL 0,470
0,9 mg/mL 0,268

Tabel 1. Konsentrasi dan nilai absorbansi larutan standar glukosa


0.7

0.6

0.5 standard
Absorbansi

sampel
0.4
Linear (standard)
0.3
y = 0.516x - 0.0666
0.2 R = 0.4866

0.1

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Konsentrasi

Grafik 1. Konsentrasi vs Absorbansi larutan standar beserta absorbansi sampel darah.


Dari kurva standar diatas telah diperoleh persamaan regresi dari kurva tersebut yaitu:
y = 0.516x - 0.0666
R = 0.4866
Persamaan pada kurva standart tersebut, akan digunakan dalam perhitungan kadar glukosa
dalam sampel darah. Dimana y merupakan absorbansi sampel, dan x merupakan konsentrasi
glukosa pada sampel darah.
Pada percobaan ini seharusnya kurva yang di dapatkan lurus ke atas. Karena semakin besar
konsentrasi larutan glukosa, maka nilai absirbansinya semakin besar pula. Namun kurva
yang kita dapatkan tidak sesuai dengan teori. Hal ini di karenakan kesalahan praktikan saat
pengenceran. Pengenceran yang di lakukan pada 0,9 mg/mL terlalu encer sehingga niali
absorbansinya menurun.
4. Larutan Blanko
Pembuatan larutan blanko adalah untuk mengetahui titik nol dari suatu larutan standar.
Sehingga dapat digunakan sebagai perbandingan terhadap sampel yang akan duji. Larutan
blanko berpusat pada aquades yang menggantikan sampel. Larutan blanko dibuat dengan
cara 1 mL aquades dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3 mL Cu
alkalis dan dihasilkan larutan yang berwarna biru muda. Lalu tabung reaksi dipanaskan
dalam penangas air selama 15 menit. Pemanasan ini bertujuan untuk menambah laju reaksi
oleh Cu alkalis lalu didinginkan dalam air dingin selama 15 menit. Penambahan Cu Alkalis
pada larutan blanko tidak menimbulkan endapan setelah dipanaskan. Hal ini karena dalam
aquades tidak terdapat glukosa sehingga tidak ada reduksi ion Cu2+ menjadi Cu+ dan tidak
terbentuk endapan Cu2O. Kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi arsenomolibdat
menghasilkan larutan biru muda. Selanjutnya larutan diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombaang 660 . Absorbansi larutan blanko adalah
0.
X. KESIMPULAN:
Dari percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kadar glukosa darah dari sampel darah sebesar 174,3 mg/100 mL. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar darah termasuk tidak dalam batas normal, berada pada
rentang 70-100 mg/100 mL. kemungkinan praktikan menderita penyakit diabetes
mellitus atau kencing manis. Karena pada orang yang menderita diabetes mellitus
atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 ml darah
(Poedjiadi, 1994).
2. Filtrat darah yang digunakan dalam sampel telah bebas dari protein yang ditandai
oleh pengujian biuret menghasilkan warna biru pada larutan dan terdapat endapan
putih.
3. Dengan pembuatan kurva larutan standar menghasilkan persamaan regresi :
y = 0.516x - 0.0666
R = 0.4866
4. Semakin besar konsentrasi larutan glukosa, maka nilai adsorbansinya semakin besar
pula
5. Nilai absorbansi larutan blanko = 0
DAFTAR PUSTAKA

Achjadi K. 2003. Penyakit Gangguan Metabolisme. Bogor: IPB Press.


Ganong, WF. 1994. Fisiologi Kedokteran Edisi 14. Jakarta : EGC.
Murray, RK. 2003. Harpers Biochemistry. Edisi ke 25. Karolina SK, penerjemah. Jakarta:
EGC.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Syabatini Annisa. 2010. Analisis Campuran Dua Komponen Tanpa Pemisahan Dengan
Spektrofotometer. Pontianak : UNLAM Press.
Tim. 2017. Petunjuk Praktikum Biokimia. Surabaya: UNIPRESS
JAWABAN PERTANYAAN

1. Tentukan kadar glukosa darah dalam mg glukosa/ 100 mL darah!


Jawab :
Persamaan garis yang dipeorleh dari kurva standar : y = 0,516 x 0,0666
Absorbansi sampel darah = 0,833
y = 0,516x 0,0666
0,833 = 0,516x 0,0666
0,833 + 0,0666 = 0,516x
0,8996 = 0,516x
x = 0,8996/0,516
x = 1,743 g/L
x = 174,3 mg/mL
2. Apa fungsi proses pendidihan pada percobaan di atas?
Jawab :
Fungsi proses pendidihan yaitu untuk mempercepat laju reaksi dengan adanya Cu-alkalis.
3. Jelaskan peranan hormone insulin dalam proses pengaturan kadar glukosa!
Jawab :
Hormon insulin berfungsi untuk merangsang pengubahan glukosa ke glikogen untuk
disimpan dalam hati dan merangsang oksidasi glukosa untuk tujuan respirasi dalam sel.
Sehingga apabila kadar glukosa terlampau rendah, kurang dari jumlah normal, sel alfa pada
kelenjar Langerhans akan mensekresikan lebih banyak hormon glukagon, kadar glukosa
dalam darah akan naik, proses ini akan berlanjut sehingga kadar glukosa dalam darah
berada pada jumlah normal.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
- Pengenceran
1. M1 . V1 = M2 . V2
2mg/mL . V1 = 0,9 mg/mL . 25 mL
V1 = 11,25 mL
2. M1 . V1 = M2 . V2
0,9mg/mL . V1= 0,7 mg/mL . 25 mL
V1 = 19,45 mL
3. M1 . V1 = M2 . V2
0,7mg/mL . V1= 0,5 mg/mL . 25 mL
V1 = 17,86 mL
4. M1 . V1 = M2 . V2
0,5mg/mL . V1= 0,3 mg/mL . 25 mL
V1 = 15 mL

- Perhitungan konsentrasi glukosa dalam sampel darah


Persamaan garis kurva yang diperoleh dari kurva standard : y = 0,516 x 0,0666
Absorbansi sampel darah = 0,833
y = 0,516x 0,0666
0,833 = 0,516x 0,0666
0,833 + 0,0666 = 0,516x
0,8996 = 0,516x
x = 0,8996/0,516
x = 1,743 g/L
x = 174,3 mg/mL

Anda mungkin juga menyukai