Anda di halaman 1dari 42

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Departemen kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa Rumah
Sakit adalah tempat pelayanan kesehatan melalui jalur rujukan medis, rujukan
upaya kesehatan, penyembuhan dan pemulihan penyakit. Rumah Sakit itu sendiri
merupakan institusi yang komplek dan dinamis, padat karya, modal dan
dipengaruhi oleh lingkungan ekternal dan internal yang tidak tetap. (Depkes RI,
2004)
Rumah Sakit terdiri dari beberapa tipe dan jenis kepemilikan. Tipe
Rumah Sakit terdiri dari Rumah Sakit Tipe A, B, C dan D. Kepemilikan Rumah
Sakit yaitu yang dimiliki Pemerintah, ada pula Rumah Sakit yang dimiliki
perusahaan ataupun pribadi. Namun semua rumah sakit tetap mempunyai fungsi
yang sama yaitu melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan upaya
penunjang. Oleh karena itu Rumah Sakit harus memiliki sumber daya modal dan
sumber daya manusia yang berkompeten, berpengalaman dan profesional.
(Depkes RI 2001)
Sebuah Rumah Sakit dikatakan berhasil jika mutu Rumah Sakit tersebut
bagus. Mutu Rumah Sakit dapat dinilai dari beberapa aspek yaitu pelayanan
sumber daya manusia, alat yang digunakan, serta fasilitas yang disedikan Rumah
Sakit itu sendiri. Perawat merupakan sumber daya manusia terbanyak yang ada di
Rumah Sakit. Perawat memberikan pelayanan 24 jam secara kontinyu kepada
pasien. Perawat memberikan pelayanan melalui Instalasi Gawat Darurat, rawat
jalan dan rawat inap. Pelayanan yang diberikan bersifat pendekatan biologis,
psikologis, sosial, spiritual dan berkelanjutan. (Depkes RI, 2005)
Perawat memiliki peranan yang sangat penting didunia kesehatan, maka
dari itu Menteri Kesehatan membuat aturan tentang Registrasi dan Praktek
Keperawatan mengukuhkan perawat sebagai salah satu profesi di Indonesia
(keputusan Menteri Kesehatan No.647/2000).Dengan demikian diharapkan
perawat Indonesia mempunyai kompetensi dan profesional dalam bekerja

1
sehingga menghasilkan kinerja yang baik. Pelaksanaan kerja perawat sabagai
profesi yang mengembang tanggung jawab yang besar, menuntut kepada
anggotanya untuk memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diterapkan
pada asuhan keperawatan sesuai dengan kode etik profesi. (Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 46, 2013)
Kompetensi dan beban kerja adalah hal yang sangat berpengaruh terhadap
kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit. Kinerja akan baik jika perawat
memiliki kompetensi yang sesuai dengan asuhan keperawatan. Demikian juga
dengan beban kerja. Beban kerja juga harus sesuai dengan kemampuan perawat
untuk menghasilkan kinerja yang baik.
Ketika perawat bekerja tidak sesuai kompetensinya, maka hasil yang
diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Demikan juga ketika seorang
perawat mempuanyai beban kerja yang berat akan berpengaruh terhadap
kinerjanya. Hal ini akan berpengaruhi pelayanan terhadap pasien. Hal yang paling
ditakutkan adalah kinerja yang tidak baik bisa membayakan nyawa pasien. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan International Council Of Nurses (ICN)
menunjukkan peningkatan beban kerja perawat telah mengakibatkan 14%
peningkatan kematian pasien yang dirawat dalam 30 hari pertama sejak dirawat di
rumah sakit. (Rahmawati, 2007).
Beban kerja perawat dapat dinilai dari beberapa aspek. Aspek tersebut
meliputi aspek fisik, aspek psikologis dan waktu berkerja. Tiap perawat
mempunyai beban kerja yang berbeda. Tergantung tiap idividu menjalani
pekerjaannya.
Dibeberapa Rumah Sakit sering kali kita temukan kondisi dimana seorang
perawat mengerjakan sesuatu yang bukan menjadi tugasnya atau pekerjaan yang
tidak sesuai dengan kompetensi perawat. Ini diperkuat dengan penelitian yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan (2005) bahwa di Indonesia terdapat 78,8%
perawat malaksanakan tugas kebersihan, 63,6% melakukan tugas administrasi dan
lebih dari 90% melakukan tugas non keperawatan (misalnya menetapkan diagnosa
penyakit, membuat resep dan melakukan tindakan) dan hanya 50% yang
melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan fungsinya.

2
Uraian data diatas merupakan suatu masalah dibeberapa Rumah sakit.
Kebutuhan tenaga keperawatan yang belum memadai , rasio kebutuhan tenaga
perawat dengan jumlah pasien belum memenuhi standar dan beban kerja yang
dapat mempengaruhi kinerja. Keberhasilan dan pelayanan keperawatan sangat
ditentukan oleh kinerja para perawat.oleh karena itu, evaluasi terhadap kinerja
perawat perlu dan harus selalu dilaksanakan melalui suatu system yang terstandart
sehingga hasil dan evaluasi lebih objektif. (Agus,2017)
Kinerja yang menurun akan berpengaruh pada mutu pelayan Dirumah
Sakit. Hal ini dibuktikan dari hasil studi oleh Direktorat Keperawatan dan
Keteknisian Medik Depkes RI bekerjasama dengan WHO tahun 2000 yang
dilakukan di 4 Provinsi, yakni Jakarta, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan
Sumatera Utara, mendapatkan data bahwa 70,9 persen perawat tidak pernah
mengikuti pelatihan dalam 3 tahun terakhir, 47,4 persen perawat belum
mempunyai daftar uraian tugas tertulis, 39,8 persen perawat masih melakukan
tugas non keperawatan, dan belum dilaksanakannya sistem monitoring dan
evaluasi (Monev) kinerja perawat. (Hasanbasri, 2007).
Dari hasil wawancara dengan beberapa perawat Instalasi Gawat Darurat
dan obsevasi yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang
diperoleh keterangan bahwa selain mengerjakan asuhan keperawatan, para
perawat pelaksana juga harus mengerjakan tugas-tugas lain di luar tugas pokok
dan fungsinya seperti mengambil hasil radiologi, mengambil obat, mengantar
pasien ke ruang rawat inap, ke ruang operasi, mengantarkan pasien pulang, dan
mengisi identitas pasien keprogram Komputer. Mereka juga mengeluhkan tidak
adanya obat atau terbatasnya obat untuk membantu mereka dalam mengerjakan
asuhan keperawatan.
Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur tergantung kepada
klasifikasi Rumah Sakit, dimana untuk Rumah Sakit dengan klasifikasi A dan B
perbandingan antara perawat dengan tempat tidur adalah 1 : 1, Rumah Sakit
klasifikasi C dan D dengan perbandingan antara perawat dengan tempat tidur 2 :
3. (Peraturan Menteri Kesehatan No 340, 2010)

3
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Umum
Daerah Sidikalang tipe C pada bulan Januari 2017, Rumah Sakit Umum Daerah
Sidikalang memiliki jumlah tempat tidur seluruhnya 134 buah dengan jumlah
perawat seluruhnya 141. Terdiri dari perawat PNS 78 orang dan perawat kontrak
63 orang. Adapun ruangan rawat inap terdiri dari Melati dan Anggrek (penyakit
dalam), Dahlia (bedah), Melur (anak) , Mawar (Kebidanan), Nusa Indah(
Perinatologi), Flamboyan (VIP). Jumlah pasien rawat inap seluruh ruangan pada
tahun 2016 adalah 9415 pasien. Jumlah pasien IGD rawat jalan melalui IGD pada
tahun 2016 adalah 2251 pasien. Data tersebut menunjukkan kompetensi sangat
diperlukan dan tuntutan peningkatan kinerja perawat sangat dibutuhkan.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang berhubungan dengan
kompetensi yaitu penelitian Wahyuni, S. (2007) didapatkan hasil bahwa kinerja
perawat dalam menerapkan model praktek keperawatan profesional dipengaruhi
oleh kompetensi dari Kepala Ruang dalam melaksanakan standar manajemen
pelayanan keperawatan di RSUD Banjarnegara. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian yang peneliti buat adalah sama-sama meneliti tentang kompetensi yang
dihubungkan dengan kinerja. Perbedaannya adalah penelitian ini meneliti
kompetensi perawat pelaksana sedangkan penelitian Wahyuni meneliti
kompetensi Kepala Ruang, dan juga pada penelitian ini, selain kompetensi, juga
diteliti faktor yang lain seperti beban kerja perawat.
Berkaitan dengan alasan tersebut maka peneliti perlu mengkaji tentang
hubungan kompetensi dan beban kerja dengan kinerja perawat pelaksana di
Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang.

1.2 Rumusan Masalah


Dari hasil survei awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Umum
Daerah Sidikalang didapatkan perawat melakukan hal yang bukan menjadi
tugasnya. Beberapa perawat juga mengalami beban kerja seperti menghadapi
keluarga pasien sehingga mempengaruhi kinerja perawat pelaksana. Berdasarkan
masalah ini peneliti ingin menelitilebih lanjut tentang hubungan kompetensi dan

4
beban kerja terhadap kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah
Sidikalang.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan kompetensi dan beban
kerja dengan kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah
Sidikalang.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kompetensi pada perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum
Daerah Sidikalang
2. Mengetahui beban kerja pada perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum
Daerah Sidikalang
3. Mengetahui kinerja pada perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum
Daerah Sidikalang
4. Mengetahui hubungan kompetensi dengan kinerja perawat pelaksana di
Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang
5. Mengetahui hubungan beban kerja dengan kinerja perawat pelaksana di
Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah :
1. Menambah keilmuan kesehatan masyarakat khususnya terkait manajemen
rumah sakit. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai sumber pustaka
dalam pengembangan ilmu keperawatan.
2. Diharapkan manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang
mengetahui dan memahami keadaan karyawannya terutama dalam
hubungan kompetensi dan beban kerja dengan kinerja perawat pelaksana
di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang

5
3. Bagi perawat, meningkatkan kompetensi diri sendiri untuk menghasilkan
kinerja yang baik dalam pelaksanaan layanan Keperawatan.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kompetensi

2.1.1. Pengertian Kompetensi


Kompetensi secara harfiah berasal dari kata competence, yang berarti
kemampuan, wewenang dan kecakapan. Kompetensi merupakan kemampuan
melaksanakan pekerjaan atau tugas yang didasari keterampilan maupun
pengetahuan dan didukung oleh sikap kerja yang ditetapkan oleh pekerjaan.
Kompetensi menunjukan pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu dari suatu
profesi dalam ciri keahlian tertentu, yang menjadi ciri dari seorang profesional.
(Wibowo, 2012)

2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kompetensi


Kompetensi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Keyakinan dan nilai-nilai
Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh keyakinannya terhadap
dirinya sendiri dan orang lain. Bila orang yakin dengan dirinya ,
pekerjaan bisa diselesaikan dengan baik dan mudah. Keyakinan akan
meningkatkan rasa percaya diri dan kompetensi.
2. Pengalaman
Pengalaman sangat penting dalam melakukan suatu pekerjaan, karena
pengalaman mengajarkan sesuatu dengan nyata dan mudah untuk
mengingatnya. Keahlian didapat dari banyaknya pengalaman,
pengalaman menunjukkan suatu kompetensi.
3. Karakteristik
Kepribadian seseorang dapat dirubah, kepribadian seseorang
berpengaruh terhadap cara orang tersebut dalam menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan nya, dan hal ini akan membuat orang
tersebut lebih kompeten. Seseorang akan berespons serta beradaptasi

7
dengan lingkungan dan kekuatan sekitarnya, yang akan menambah
kompetensi seseorang.
4. Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang membuat seseorang mampu untuk
melakukan sesuatu. Dorongan bersifat psikologis membuat
bertambahnya kekuatan fisik, sehingga akan mempermudah dalam
aktivitas kerja, yang menambah tingkat kompetensi seseorang.
5. Kondisi emosional
Kondisi emosional seseorang akan berpengaruh dalam setiap
penampilannya. Rasa percaya diri membuat orang akan dapat melakukan
suatu pekerjaan dengan baik, begitu juga sebaliknya, gangguan
emosional seperti rasa takut dan malu juga bisa menurunkan penampilan
kerja seseorang, sehingga kompetensinya akan menurun.
6. Kemampuan intelektual
Kompetensi dipengaruhi oleh pemikiran intelektual, kognitif, analitis dan
kemampuan konseptual. Tingkat intelektual dipengaruhi oleh
pengalaman, kemampuan intelektual yang baik akan meningkatkan
kompetensinya.
7. Budaya organisasi
Budaya organisasi berpengaruh pada kompetensi seseorang dalam
berbagai kegiatan, karena budaya organisasi mempengaruhi kinerja,
hubungan antar pegawai, motivasi kerja yang berpengaruh pada
kompetensi orang tersebut.

2.1.3. Standar Kompetensi Perawat Indonesia


Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati, sedangkan
kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat
terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja (performance)
yang ditetapkan.

8
Standar kompetensi perawat merefleksikan atas kompetensi yang
diharapkan dimiliki oleh individu yang akan bekerja di bidang pelayanan
keperawatan. Menghadapi era globalisasi, standar tersebut harus ekuivalen dengan
standar-standar yang berlaku pada sektor industri kesehatan di negara lain serta
dapat berlaku secara internasional. Standar kompetensi disusun dengan tujuan:
1. Bagi lembaga pendidikan dan pelatihan keperawatan
a. Memberikan informasi dan acuan pengembangan program dan
kurikulum pendidikan keperawatan
b. Memberikan informasi dan acuan pengembangan program dan
kurikulum pelatihan keperawatan
2. Bagi dunia usaha/industri kesehatan dan pengguna, sebagai acuan dalam
a. Penetapan uraian tugas bagi tenaga keperawatan.
b. Rekruitmen tenaga perawat.
c. Penilaian unjuk kerja
d. Pengembangan program pelatihan yang spesifik
3. Bagi institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi perawat ;
acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan
kualifikasi dan jenis.

2.1.4. Ranah Dan Unit Kompetensi Perawat


2.1.4.1. Ranah utama kompetensi perawat
Kompetensi perawat dikelompokkan menjadi 3 ranah utama yaitu;
1. Praktik Profesional, etis, legal dan peka budaya
a. Bertanggung gugat terhadap praktik profesional
b. Melaksanakan praktik keperawatan ( secara etis dan peka budaya)
c. Melaksanakan praktik secara legal
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
a. Menerapkan prinsip-prinsip pokok dalam pemberian dan
manajemen asuhan keperawatan
b. Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan
keperawatan Melakukanpengkajiankeperawatan

9
c. Menyusun rencana keperawatan
d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana
e. Mengevaluasi asuhan tindakan keperawatan
f. Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal
dalam pemberian pelayanan
g. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman
h. Menggunakan hubungan interprofesional dalam pelayanan
keperawatan/pelayanan kesehatan
i. Menggunakan delegasi dan supervisi dalam pelayanan asuhan
keperawatan
3. Pengembangan professional
a. Melaksanakan peningkatan profesional dalam praktik keperawatan
b. Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan
asuhan keperawatan
c. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung
jawab profesi

2.1.4.2. Daftar Unit Kompetensi Perawat Indonesia


No Judul Unit Komptensi
Menerima tanggung gugat terhadap keputusan dan tindakan professional
1
sesuai dengan lingkup praktik, dan hukum/peraturan perundangan
Menerapkan prinsip etik dalam keperawatan sesuai dengan Kode Etik
2
Perawat Indonesia
3 Menerapkan sikap menghormati hak privasi dan martabat klien
Menerapkan sikap menghormati hak klien untuk memilih dan menentukan
4
sendiri asuhan keperawatan & kesehatan yang diberikan,
Menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan elektronik
5
yang diperoleh dalam kapasitas sebagai seorang profesional
Melakukan praktik keperawatan profesional sesuai dengan peraturan
6
perundangan

10
7 Menggunakan keterampilan penyelesaian masalah untuk memandu praktik
Berperan serta dalam promosi kesehatan bersama perawat profesional,
profesional lain dan kelompok komunitas/ masyarakat dalam kegiatan yang
8
ditujukan untuk mengurangi rasa sakit dan meningkatkan gaya hidup dan
lingkungan yang sehat
Melaksanakan pengumpulan data kesehatan sesuai aspek yang
9 didelegasikan, kemudian mengkontribusikan data dan informasi tersebut
untuk pengkajian yang dibuat oleh Perawat Teregistrasi
Mengidentifikasi masalah kesehatan yang umum, aktual dan potensial serta
10
mencatat temuan yang meyimpang
Melaporkan dan menjaga keakuratan, mencatat temuan tepat waktu sesuai
11
dengan standar profesi dan kebijakan organisasi
Membantu Perawat Teregistrasi dalam merencanakan asuhan klien
12
berdasarkan hasil pengkajian
13 Menetapkan prioritas asuhan yang diberikan bersama perawat supervisor
Memberikan informasi yang akurat kepada klien tentang aspek rencana
14
asuhan yang menjadi tanggung jawabnya
Melaporkan dan meminta seorang penasehat apabila klien dan/atau pemberi
asuhan meminta dukungan, atau memiliki keterbatasan kemampuan dalam
15
membuat keputusan, memberikan persetujuan, atau mengalami hambatan
bahasa
Berkoordinasi dengan Perawat Teregisterasi, mengkaji kembali dan
16
merevisi rencana asuhan secara reguler
Menjaga kelangsungan rencana asuhan yang terkiri, akurat dan catatan
17
terkait dibawah supervisi Perawat T eregistrasi
Melaksanakan intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan
18
standar praktik keperawatan dibawah pengawasan perawat teregistrasi
Mendokumentasikan intervensi dan respon klien secara akurat dan tepat
19
waktu
20 Mengidentifikasi dan melaporkan situasi perubahan yang tidak diharapkan

11
Meminta bantuan cepat dan tepat dalam situasi gawat darurat/ bencana
21
Menerapkan ketrampilan bantuan hidup dasar sampai bantuan tiba
Memonitor dan mendokumentasikan kemajuan hasil asuhan yang
22
diharapkan secara akurat dan lengkap
Memberikan kontribusi kepada tim dalam evaluasi kemajuan terhadap
23
hasil/pencapaian yang ditargetkan
Memberikan kontribusi data evaluasi dan saran perbaikan terhadap rencana
24
asuhan kepada perawat teregistrasi
Mengkomunikasikan secara jelas, konsisten dan akurat informasi baik
25
verbal, tertulis maupun elektronik, sesuai tanggung jawab profesionalnya
Berinteraksi dengan cara menghargai dan menghormati budaya klien,
26
keluarga, dan/atau pemberi pelayanan dari berbagai latar belakang budaya
Mengkomunikasikan dan berbagi informasi yang relevan, mencakup
27 pandangan klien, keluarga dan/atau pemberi pelayanan dengan anggota tim
kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan.
Memberikan advokasi dan berkontribusi . untuk menciptakan lingkungan
28
keja yang positif
Memahami kebutuhan pendekatan dan berbagai gaya kepemimpinan dalam
29
situasi yang berbeda
Mengenali konflik dan menggunakan ketrampilan interpersonal serta
30
mekanisme organisasi yang ada untuk mencapai solusi
Mendukung pemimpin dengan cara konsisten untuk meningkatkan rasa
31
saling menghargai hormat dan percaya diri diantara anggota tim
32 Memprioritaskan beban kerja dan mengelola waktu secara efektif
Memahami bagaimana kebijakan dan prosedur dikembangkan serta
32
memberikan kontribusi untuk umpan balik komite review.
33 Berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran berbasis unit
Memberikan umpan balik dan saran untuk perubahan di lingkungan
34
praktiknya sendiri secara efektif
35 Memahami dan menghargai peran, pengetahuan dan ketrampilan anggota

12
tim kesehatan yang berkaitan dengan tanggung jawabnya.
36 Bekerjasama untuk mempertahankan kerja tim multi dispilin secara efektif.
Menggunakan pengetahuan tentang praktik kerja inter dan intra profesional
37
yang efektif
Menyampaikan pandangan pasien/klien dan/atau pemberi pelayanan untuk
38
membantu pembuatan keputusan oleh tim inter-profesional
Merujuk klien kepada Perawat Teregister untuk menjamin klien
39
mendapatkan intervensi terbaik yang tersedia.
Menerima kegiatan yang didelegasikan sesuai dengan tingkat keahlian dan
40
lingkup praktik legal
Memberikan umpan balik kepada orang yang mendelegasikan/ menugaskan
41
kegiatan dan mengawasi kerjanya.
42 Mempertahankan akontabilitas terhadap hasil kegiatan yang didelegasikan
Mengidentifikasi dan melaporkan situasi yang dapat membahayakan
43
keselamatan klien atau staf.
Mempertahankan lingkungan asuhan yang aman melalui tindakan tepat
44 waktu, mengikuti peraturan nasional dan persyaratan keselamatan dan
kesehatan di tempat kerja, kebijakan dan prosedur.
Menyimpan bahan-bahan pengobatan dengan memperhatikan kemananan
45
dan keselamatan.
Memberikan dan mencatat obat dibawah pengawasan seorang Perawat
46
Teregistrasi bila secara hukum diijinkan.
47 Memenuhi prosedur pencegahan infeksi
48 Mengetahui tindakan yang dilakukan pada saat dinyatakan terjadi bencana
Mengetahui dan mengikuti standar profesi dan praktik terbaik yang
49
diterapkan sebagai tanggung jawab profesi
50 Meningkatkan dan mempertahankan citra keperawatan yang positif
Bertindak sebagai model peran yang efektif bagi mahasiswa keperawatan
51
(enrolled nurse students) dan staf pendukung
52 Bertindak sebagai nara sumber baagi mahasiswa keperawatan (enrolled

13
nurse students) dan staf pendukung
Ikut serta dalam kegiatan advokasi melalui organisasi profesi untuk
53 mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial serta masuk ke
dalam pelayanan
Melaksanakan tugas sesuai arahan dan sesuai dengan kebijakan, ketentuan,
54 tolok ukur kualitas dan juga sesuai dengan tingkat pelatihan yang
diikutinya.
55 Berperan serta dalam peningkatan kualitas dan prosedur jaminan mutu
Melakukan kajian secara teratur tentang praktik yang dilaksanakannya
56
dengan cara refleksi dan peer review
Bertanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan profesional
57
dan mempertahankan kompetensi yang dimilikinya
Menyempatkan diri untuk belajar bersama orang lain untuk memberikan
58
kontribusi terhadap asuhan kesehatan
Tabel 2.1. Daftar Unit Kompetensi Perawat Indonesia
Tuntutan perawat pelaksana yang harus memiliki kompetensi untuk
melaksanakan tugas dan perannya sebagai seorang perawat membuat perawat
harus memahami kompetensi perawat itu sendiri. Pemahaman perawat pelaksana
tentang kompetensi dapat di lihat dari bagaimana seorang perawat
mempersepsikan kompetensi tersebut.
Seorang perawat dinilai berkompeten bila perawat tersebut mampu
melakukan tugas keperawatan dengan baik berdasarkan teori kempetensi perawat
dan asuhan keperawatan yang diatur oleh PPNI serta telah lulus ujian kompetensi
perawat yang diadakan oleh.

2.1.5. Penilaian Kompetensi Perawat

2. 2. Beban Kerja
2.2.1. Pengertian Beban Kerja
Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan
sehari-hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban

14
tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga disebut beban
kerja, jadi definisi beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima
pekerjaan. Beban kerja tiap individu berbeda-beda, tergantung cara orang tersebut
menyikapinya. Dari sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang diterima
seorang harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan
kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Beban
dapat berupa beban fisik dan beban mental. Beban kerja fisik dapat berupa
pekerjaan seperti mengangkat, mengangkut, merawat, mendorong. Sedangkan
beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja
yang dimiliki individu dengan individu lainnya. (Manuaba, 2000)
Beban kerja merupakan keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas
yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Kategori lain dari beban kerja adalah
kombinasi dari beban kerja kuantitatif (timbul karena tugas-tugas terlalu banyak
atau sedikit) dan kualitatif (jika pekerja merasa tidak mampu melakukan tugas
atau tugas tidak menggunakan keterampilan). (Munandar, 2001)

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja


a. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti
tugas-tugas yang dilakukan baik yang bersifat fisik dan mental seperti,
organisasi kerja, lingkungan kerja.
b. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri
akibat reaksi beban kerja eksternalyang meliputi faktor somatis (jenis
kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan, tipe
kepribadian antara tipe A dan tipe B) dan faktor psikis (motivasi, persepsi,
kepercayaan, keinginan dan kepuasan) (Suyanto, 2008)
Dalam menjalankan perannya, perawat berhubungan dengan banyak
profesional dan pasien. Hal ini sering menimbulkan konflik, kelebihan beban
kerja dan ketegangan pada diri perawat. Kondisi yang dapat memperberat beban
kerja adalah sebagai berikut
1. Kekerasan ditempat kerja
2. Ancaman keselamatan kerja

15
3. Jam kerja panjang
4. Dampak jam kerja malam
5. Kekurangan tenaga keperawatan
6. Gaji rendah
7. Kurang penghargaan
(Sugiharto, 2017)

2.2.3 Penilaian Beban Kerja Perawat


Penilaian beban kerja merupakan teknik memperoleh data efektivitas dan
efesiensi pekerjaan dari suatu institusi atau suatu jabatan secara sistematis dengan
teknik analisis jabatan atau analisis beban kerja. Analisis beban kerja yaitu suatu
cara menentukan banyaknya jam pekerjaan yang diperlukan dalam menyelesaikan
kegiatan kerja pada suatu rentang waktu. (Pasolong, 2011)
Alokasi waktu bekerja menurut Depkes RI, 2006 yakni waktu bekerja
nomal per-hari yaitu 8 jam/hari (5 hari bekerja), dengan waktu efektif kerja/hari
6,4 jam/hari. Sehingga kesimpulannya waktu efektif bekerja yaitu 80 % dari
waktu bekerja 8 jam / hari.
Menurut Ilyas ada tiga cara perhitungan beban kerja personel, yaitu :
1. Work Sampling
Teknik ini digunakan untuk melihat beban kerja personel pada suatu unit,
bidang, ataupun jenis tenaga kerja tertentu. Kita dapat mengamati hal-hal spesifik
tentang pekerjaan seperti aktivitas apa yang sedang dilakukan personel pada
waktu jam kerja, apakah aktivitas tersebut berkaitan dengan fungsi dan tugasnya
pada waktu jam kerja, proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan
produktif atau tidak, dan pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu dan
jadwal jam kerja.
2. Time and Motion Study
Teknik ini dilakukan dengan mengamati dan mengikuti dengan cermat
tentang kegiatan yang dilakukan personel yang sedang kita amati. Sebaiknya
pengamat merupakan seorang yang mahir tentang kompetensi dan fungsi perawat
karena satu pengamat mengawasi dan mengamati seluruh pekerjaan perawat yang

16
diamati sampai selesai selama periode penelitian.
3. Pencatatan Kegiatan Sendiri (Daily Log)
Daily log merupakan bentuk sederhana dari work sampling, dimana orang
yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang digunakan untuk
kegiatan tersebut. Penggunaan teknik ini sangat bergantung pada kerja sama dan
kejujuran dari personel yang diteliti. Peneliti membuat pedoman dan formulir
isian yang dapat dipelajari dan diisi sendiri oleh informan, namun peneliti tetap
menjelaskan tujuan penelitian dan cara pengisian formulir. (Ilyas Y, 2000)

2.3 Kinerja
2.3.1 Pengertian Kinerja
Kinerja adalah singkatan dari energi kerja, dalam bahasa Inggris adalah
performance adalah sebagai hasil pekerjaan atau prestasi kerja. Pada
kenyataannya kinerja tidak hanya sebagai hasil dari suatu pekerjaan, namun juga
didalamnya terdapat uraian dari pelaksanaan pekerjaan. Kinerja merupakan hasil
karya yang berhubungan erat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan
konsumen, serta berpengaruh kepada aspek keuangan. Kinerja tidak hanya
menyangkut bagaimana cara melakukan pekerjaan tetapi juga menyangkut apa
yang dikerjakannya (Nursalam, 2007).
Kinerja karyawan sangat dipengaruhi oleh seberapa banyak mereka
memberi masukan pada institusi. Penampakan hasil kerja tidak terbatas pada
pekerja yang duduk dalam posisi fungsional ataupun struktural, tetapi juga pada
semua pekerja di dalam institusi tersebut. (Kurniadi A, 2013),

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja.

Kinerja pegawai merupakan hasil yang bersinergi dari sejumlah faktor.


Ada tiga hal yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu faktor individu,
organisasi dan psikologis, menurut Ilyas, 2001 (dalam Kurniadi A, 2013).

a. Faktor individu

17
Faktor individu adalah faktor internal dalam diri pekerja, termasuk
dalam faktor ini adalah faktor yang dibawa sejak lahir (sifat pribadi, bakat,
juga kondisi jasmani dan faktor kejiwaan) dan faktor yang didapat saat
tumbuh kembang (pengetahuan, etos kerja, ketrampilan dan pengalaman
kerja). Faktor internal pegawai berpengaruh besar terhadap kinerja
pegawai.
b. Faktor psikologis
Faktor psikologis meliputi sikap, kepribadian, motivasi dan
persepsi terhadap pekerjaannya. Faktor ini merupakan peristiwa, atau
keadaan di lingkungan luar institusi yang berpengaruh kepada kinerja
pegawai.
c. Faktor organisasi
Dukungan organisasi sangat diperlukan dan faktor organisasi yang
berhubungan dengan kinerja adalah strategi, dukungan sumber daya, dan
sistem manajemen serta kompensasi.

2.3.3 Penilaian Kinerja Perawat


Penilain kinerja merupakan kegiatan mengevaluasi hasil kerja pegawai
dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai sasaran kerja. Evaluasi terhadap
kinerja perawat perlu dan harus dilaksanakan melalui suatu sistem yang terstandar
sehingga hasil dari evaluasi dapat lebih objektif (Wijaya G, 2012).
Penilaian kinerja perawat adalah dengan cara mengevaluasi kualitas dan
kuantitas pekerjaan perawat dengan pedoman standar kerja (SAK/SOP) yang
ditetapkan dalam kurun waktu tertentu (Kurniadi A, 2013).
Standar penilaian kinerja yaitu standar minimal hasil kerja yang harus
dicapai oleh pegawai, baik itu secara perseorangan maupun kelompok yang
disesuaikan dengan indikator sasaran kerjanya. Artinya bila hasil kerja pegawai di
bawah standar hasil pekerjaan minimal, maka hasil kinerjanya tidak baik, tidak
dapat diterima, dan buruk, begitu juga sebaliknya. Standar kerja mencakup
standar minimal untuk pelaksanaan semua indikator kerja.

18
2.3.3.1. Prinsip-prinsip penilaian
Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja
yang ditempati. Karena diskripsi kerja dan standar pelaksanaan kerja disajikan
pegawai selama orientasi sebagai tujuan yang harus diusahakan, pelaksanaan kerja
sebaiknya dievaluasi berkenaaan dengan sasaran-sasaran yang sama.
1. Sampel tingkah laku perawat yang cukup representative sebaiknya
diamati. Perhatian harus diberikan untuk mengevaluasi tingkah laku umum
atau tingkah laku konsistennya.
2. Perawat sebaiknya diberi salinan diskripsi kerjanya, standar pelaksanaan
kerja, dan bentuk evaluasi untuk peninjauan ulang sebelum pertemuan
evaluasi.
3. Jika diperlukan, manajer sebaiknya menjelaskan area mana yang akan
diprioritaskan seiring dengan usaha perawat untuk meningkatkan
pelaksanaan kerja. (Depkes RI, 2002)

2.3.3.2 Metode Penilaian Kinerja


Metode penilaian kinerja yang dapat dijadikan standar dalam suatu
organisasi, pada umumnya dikelompokkan menjadi 3 macam (Nursalam, 2007).
a. Result-based performance evaluation
Tipe ini menilai dengan menjabarkan pekerjaan berdasarkan
pencapaian tujuan atau mengukur hasil akhir (end result). Sasarannya
adalah pegawai mampu meningkatkan produktivitas yang kontinu untuk
mencapai tujuan organisasi. Tipe penilaian ini dikenal dengan istilah
management by objective (MBO), dengan sasaran motivasi karyawan
yang terlibat dalam proses mencapai tujuan.
b. Behavior-based performance evaluation
Penilain kerja berdasarkan teknik ini adalah dengan mengukur
sarana pencapaian sasaran. Dalam prakteknya, penilaian ini kebanyakan
tidak mungkin dilakukan secara obyektif, karena ada beberapa aspek yang
bersifat kualitatif.

19
c. Judgment-based performance evaluation
Tipe ini menilai kinerja pegawai berdasarkan deskripsi perilaku
yang spesifik yaitu: kuantitas kerja, kualitas kerja, pengetahuan, kerja
sama, inisiatif dan integritas pribadi.
Dewan Pimpinan Pusat PPNI pada tahun 1996 berdasarkan pada standar
praktik keperawatan yang disahkan Menkes. RI dalam SK No.
660/Menkes/SK/IX/1987, yang kemudian diperbaharui dan disahkan berdasarkan
SK Dirjen.Yanmed. Depkes.RI No.YM.00.03.2.6.7637, tanggal 18 Agustus 1993,
telah menyusun standar evaluasi praktek keperawatan dengan mengacu pada
tahap-tahap proses keperawatan, yang terdiri dari pengkajian keperawatan,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
1. Standar I : Pengkajian Keperawatan
Ini merupakan tahapan awal dalam standar evaluasi praktek, mencakup
kegiatan perawat dalam pengumpulan data terkait masalah kesehatan
pasien, dengan lengkap, mengikuti sistematika, valid dan kontinyu. Data-
data yang dikumpulkan mencakup data dari aspek fisik pasien, psikis
pasien, sosial serta kepercayaan pasien.
2. Standar II : Diagnosa Keperawatan
Diagnosa ditetapkan berdasarkan hasil data pengkajian yang terdiri dari
problem (masalah), etiologi (penyebab) dan Simpton/sign (tanda/gejala),
setelah dianalisis meliputi data subyektif dan data obyektif. Pernyataan
diagnosa dapat aktual, potensial ataupun risiko.
3. Standar III : Perencanaan Keperawatan
Rencana perawatan pasien dibuat untuk merencanakan tindakan yang
akan dilakukan ke pasien, meliputi tujuan, kriteria evaluasi dan intervensi
tindakan ke pasien. Bentuk intervensi dapat berupa tindakan mandiri,
kolaborasi dan tindakan delegatif dari petugas kesehatan lainnya.
4. Standar IV : Pelaksanaan Keperawatan
Perawat melaksanakan tindakan mengacu pada rencana perawatan pasien
yang disusun. Jenis tindakan keperawatan, dan evaluasi tindakan, dapat

20
berupa tindakan mandiri perawat, delegatif dan kolaborasi tindakan
dengan petugas kesehatan lainnya.
5. Standar V : Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dengan mengumpulkan data subyektif dari pasien dan
data obyektif. Data-data tersebut dianalisis untuk menentukan teratasi atau
tidaknya masalah kesehatan pasien sesuai dengan standar. Kemudian dari
hasil analisis data evaluasi tersebut ditentukan kesimpulan masalah pasien
untuk ditetapkan tindak lanjutnya dalam bentuk rencana tindak lanjut atau
teratasinya masalah pasien.

2.4. Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis ( SPMKK)


Sistem pengembangan manajemen kinerja klinis bagi perawat dan bidan
merupakan model yang dikembangkan berdasarkan hasil riset yang dilakukan
oleh WHO bekerja sama dengan kelompok kerja perawat dan bidan di tingkat
nasional Depkes pada tahun 2001.

2.4.1. Pengertian SPMKK


Sistem pengembangan manajemen kinerja klinis (SPMKK) adalah suatu
mikro sistem organisasi pelayanan kesehatan dan proses manajerial untuk
meningkatkan kemampuan klinis perawat dan bidan di Rumah Sakit. Sistem
Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis (SPMKK) perawat dan bidan adalah
suatu upaya peningkatan kemampuan manajerial dan kinerja perawat dan bidan
dalam memberikan pelayanan keperawatan dan kebidanan di sarana/institusi
pelayanan kesehatan untuk mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu.
SPMKK bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan
kebidanan yang didasarkan pada profesionalisme, IPTEK, aspek legal,
berlandaskan etika untuk mendukung sistem pelayanan kesehatan secara
komprehensif.

2.4.2 Komponen SPMKK

21
Dalam menerapkan SPMKK diperlukan pelatihan keterampilan manajerial
bagi setiap pimpinan lini pertama perawat dan bidan dalam mengelola kinerja.
Pada pelatihan tersebut ditekankan pada penguasaan 5 komponen SPMKK.
Komponen dimaksud mencakup: standar, uraian tugas, indikator kinerja, sistem
monitoring , dan diskusi refleksi kasus.
1. Standar
komponen utama yang menjadi kunci dalam SPMKK adalah
Standar, yang meliputi Standar Profesi, Standar Operasional Prosedur
(SOP), dan pedoman-pedoman yang digunakan oleh perawat dan bidan di
sarana pelayanan kesehatan. Yang dijadikan sebagai acuan dan dasar bagi
perawat dan bidan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bermutu
sehingga setiap tindakan dan kegiatan yang dilakukan berorientasi pada
mutu yang baik. Standar yang dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pekerjaan, dapat meningkatkan motivasi dan pendayagunaan staf, Standar
juga dapat menjadi alat ukur mutu pelayanan, serta melindungi masyarakat
dari pelayanan yang tidak bermutu.

2. Uraian tugas
Uraian tugas adalah seperangkat fungsi, tugas, dan tanggung jawab
yang dijabarkan dalam suatu pekerjaan yang dapat menunjukkan jenis dan
spesifikasi pekerjaan, sehingga dapat menunjukkan perbedaan antara
pekerjaan yang satu dengan yang lainnya. Uraian tugas merupakan dasar
utama untuk memahami dengan tepat tugas dan tanggung jawab setiap
perawat dan bidan dalam melaksanakan peran dan fungsinya. Kejelasan
uraian tugas dimaksud dapat memandu setiap perawat dan bidan untuk
melaksanakan kegiatan (WHO, 2006)
Selama proses penerapan SPMKK, perawat dan bidan difasilitasi
untuk mengidentifikasi kembali seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
Hasil identifikasi masing-masing perawat dan bidan dibahas dalam
kelompok untuk menghasilkan uraian tugas sesuai dengan posisi pekerjaan
dan standar yang telah disepakati.

22
3. Indikator
Indikator kinerja perawat dan bidan adalah variabel untuk
mengukur prestasi suatu pelaksanaan kegiatan dalam waktu tertentu.
Indikator yang berfokus pada hasil asuhan keperawatan dan kebidanan
kepada pasien dan proses pelayanannya disebut indikator klinis. Indikator
klinis adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas asuhan pasien yang berdampak terhadap pelayanan.
Indikator klinis SPMKK ini diidentifikasi, dirumuskan, disepakati, dan
ditetapkan bersama diantara kelompok perawat dan bidan serta manajer
lini pertama keperawatan/kebidanan (first line manajer), untuk mengukur
hasil kinerja klinis perawat dan bidan terhadap tindakan yang telah
dilakukan.
4. Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
Diskusi refleksi kasus adalah suatu metoda dalam merefleksikan
pengalaman klinis perawat dan bidan dalam menerapkan standar dan
uraian tugas. Pengalaman klinis yang direfleksikan merupakan
pengalaman aktual dan menarik baik keberhasilan maupun kegagalan
dalam memberikan pelayanan termasuk untuk menemukan masalah dan
menetapkan upaya penyelesaiannya. Tindak lanjut DRK ini dapat berupa
kegiatan penyusunan SOP-SOP baru sesuai dengan masalah yang
ditemukan.
5. Monitoring
Monitoring adalah suatu proses pengumpulan dan menganalisis
dari penerapan suatu program termasuk mengecek secara regular untuk
melihat apakah kegiatan itu berjalan sesuai rencana sehingga masalah
yang dilihat dapat diatasi (WHO). Monitoring dilakukan terhadap
indikator yang telah ditetapkan guna mengetahui penyimpangan kinerja
atau prestasi yang dicapai, dengan demikian setiap perawat/bidan akan
dapat menilai tingkat prestasinya sendiri. Hasil monitoring yang
dilaksanakan diinformasikan kepada staf. Bila terjadi penyimpangan,

23
masalah tersebut didiskusikan dan hasilnya dilaporkan kepada pimpinan.
(Depkes, 2006)

2.4.3.Prinsip-prinsip SPMKK Perawat dan Bidan


Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam SPMKK Perawat dan Bidan
mencakup :
a. Komitmen
Yaitu sebagai janji atau tanggung jawab . Hal ini dapat diartikan
bahwa semua orang/pihak/institusi yang berkomitmen terhadap SPMKK
berjanji untuk melaksanakan SPMKK. ini merupakan salah satu
komponen yang dapat menjamin kesinambungan kegiatan.
b. Kualitas Pelaksanaan SPMKK diarahkan untuk meningkatkan kualitas
SDM keperawatan dan kebidanan meliputi kinerja dan hasil pelayanannya.
Peningkatan kinerja perawat dan bidan akan mempengaruhi kualitas
pelayanan kesehatan menjadi lebih baik.
c. Kerja Tim SPMKK tidak hanya ditujukan kepada perawat dan bidan tetapi
juga mendorong adanya kerjasama kelompok (team work) antar tenaga
kesehatan (perawat, bidan, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya).
Kerjasama tim merupakan salah satu penentu keberhasilan pelayanan
kesehatan.
d. Pembelajaran Berkelanjutan di dalam penerapan SPMKK memberi
kondisi terjadinya pembelajaran berkelanjutan yang memungkinkan setiap
individu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, sehingga
dapat mengikuti perkembangan IPTEK.
e. Efektif dan Efisien.
Dengan menerapkan SPMKK maka perawat dan bidan dapat
bekerja secara efektif dan efisien karena mereka bekerja sesuai dengan
standar dan uraian tugas serta diikuti dengan monitoring dan evaluasi yang
dapat meminimalkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan. (WHO, 2006)

2.5 Perawat

24
2.5.1 Pengertian Perawat
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan,
baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan. (Undang-undang RI nomor 38 tahun
2014 Bab I pasal 1 ayat 2 tentang Keperawatan)

2.5.2. Standar Pelayanan Keperawatan


Tujuan Standar keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, dan melindungi perawat dari
kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang
tidak teraupetik.

Standar praktek keperawatan


Standar 1 Falsafah dan struktur yang menjamin pemberian asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi dan merupakan sarana untuk
menyelesaikan berbagai persoalan praktik keperawatan
Standar 2 Dipimpin oleh seorang perawat eksekutif yang memenuhi
persyaratan dan anggota direksi
Standar 3 Kebijaksanaan dan praktik divisi keperawatan menjamin
pelayanan keperawatan merata dan berkesinambungan
Standar 4 Menjamin proses keperawatan digunakan untuk merancang dan
memberikan asuhan sehingga kebutuhan individu pasien dalam
konteks keluarga terpenuhi
Standar 5 Menciptakan lingkungan yang menjamin efektivitas praktik

25
keperawatan
Standar 6 Menjamin pengembangan berbagai program pendidikan untuk
menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan yang bermutu
tinggi
Standar 7 Memprakarsai, memanfaatkan, dan berperan serta dalam
berbagai proyek penelitian untuk peningkatan asuhan pasien
Table 2.1
Mutu asuhan keperawatan adalah kepatuhan terhadap standar praktek
keperawatan. Standar praktek keperawatan ini dikembangkan menjadi dua tipe
yaitu :
1. Standar praktek keperawatan yang meliputi :
a. Pengkajian data kesehatan
b. Menganalisa data dan menentukan diagnosa keperawatan
c. Mengembangkan hasil yang diharapkan
d. Menganalisa data dan menentukan diagnosis keperawatan
e. Mengembangkan rencana tindakan
f. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana mengevaluasi
perkembangan pasien.

2. Standar kinerja profesional meliputi :


a. Evaluasi secara sistematis mutu dan keefektifan praktek keperawatan.
b. Evaluasi diri dalam praktek keperawatan berhubungan dengan standar
praktek keperawatan.
c. Menggunakan konsep pengetahuan dan ketrampilan
d. Pengembangan profesionalisasi
e. Melakukan tindakan pasien dengan memperhatikan etika sopan santun
f. Bekerjasama dengan pasien dan tim tenaga kesehatan
g. Melakukan penelitian dalam praktek keperawatan
h. Mempertimbangkan keefektifan biaya dalam pelaksanaan
keperawatan.(Nursalam, 2002)

26
2.6. Asuhan Keperawatan
2.6.1 Pengertian Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah tahapan dalam proses keperawatan. Metode
pemberian asuhan keperawatan yang terorganisir dan sitematis, berfokus pada
respon yang unik dari individu atau kelompok individu terhadap masalah
kesehatan yang aktual dan potensial (Hasanbasri, 2007).

2.6.2 Tahapan-tahapan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Yang terdiri atas pengumpulan data, analisis data,
perumusan masalah dan memprioritaskan masalah. Data yang
dikumpulkan berupa data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. (Keliat,
2009).
2. Diagnosa
Keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu,
keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual dan potensial. Ada 3 tipe diagnosa keperawatan
yaitu diagnosa keperawatan aktual, diagnosa keperawatan risiko dan
diagnosa keperawatan kesejahteraan. (Keliat, 2009).
3. Perencanaan
NIC (Nursing Income Classification) adalah standar intervensi
yang komprehensif dan berdasarkan riset. NIC sangat berguna untuk
dokumentasi, komunikasi, integrasi pada system, riset yang efektif,
pengukuran produktifitas dan evaluasi kompetensi, pembiayaan dan
rancangan kurikulum. Klasifikasi NIC meliputi intervensi yang dilakukan
perawat baik intervensi mandiri atau kolaborasi dan perawatan langsung
maupun tidak langsung. (Keliat, 2009).
4. Pelaksaan
Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada saat akan

27
dilaksanakan tindakan keperawatan, perawat melakukan kontrak dengan
klien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan serta peran serta
pasien yang diharapkan (Hasanbasri, 2007).
5. Evaluasi
Beberapa kondisi dan perilaku perawat yang diperlukan pada saat
melakukan evaluasi dalam proses keperawatan. Kondisi perawat:
supervisi, analisis diri, review, partisipasi pasien dan keluarga Perilaku
perawat; membandingkan respon pasien dan hasil yang diharapkan,
mengevaluasi proses keperawatan, memodifikasi proses keperawatan
sesuai yang dibutuhkan, berpartisipasi dalam peningkatan kualitas dari
aktifitas yang dilakukan. (Keliat, 2009).
6. Dokumentasi
Pencatatan proses keperawatan ini harus dilaksanakan secara
lengkap, ditulis dengan jelas, ringkas dengan istilah baku dan luas
dilakukan selama pasien di rawat inap, rawat jalan dan kamar tindakan,
dilakukan segera setelah melakukan tindakan. (Keliat, 2009).

2.7. Kerangka Konsep


Kompetensi dan beban kerja adalah unsur yang dapat membentuk dan
mempengaruhi kinerja seorang perawat dalam menerapkan model praktek
keperawatan profesional khususnya melaksanakan kinerja di Rumah Sakit Umum
Daerah Sidikalang. Dari uraian diatas maka penulis mengangkat konsep penelitian
sebagai berikut.

Kompetensi Perawat
1. Pengetahuan
2. Keterampilan Kinerja Perawat
3. Sikap propesional 1. Pengkajian
2. Diagnosis
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
6. Pengdokume 28
ntasian
Beban Kerja Perawat
1. Aspek fisik
2. Aspek psikologis
3. Waktu kerja

Karekteristik Responden
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Pelatihan
5. Lama kerja
6. Status perkawinan
7. Jumlah anak
8. Pangkat kepegawaian
9. Jarak tinggal

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


2.8. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep dapat dirumuskan hipotesis penelitian
tentang adanya hubungan kompetensi dan beban kerja terhadap kinerja perawat
pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang.
1. H0 1 :Tidak ada hubungan antara kompetensi perawat dengan kinerja
perawat pelaksana Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang.
2. H0 2 : Tidak ada hubungan antara beban kerja perawat dengan kinerja
perawat pelaksana Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang.
3. Ha : Ada hubungan antara kompetensi dan beban kerja dengan kinerja
perawat pelaksana Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang.

29
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional yaitu suatu desain yang menguraikan obyek penelitian juga mencari
hubungan antara variabel kompetensi dan beban kerja dengan kinerja perawat
pelaksana Sakit Umum Daerah Sidikalang.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang yang
berlokasi dijalan Rumah Sakit Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.

30
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari survei awal, menelusuri kepustakaan, menyusun
proposal penelitian, pengambilan data, pengolahan data dan analisa data sampai
dengan penyusunan laporan hasil selama 6 bulan, terhitung dari Januari 2017
sampai Juni 2017.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang ada
di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang, yaitu sebanyak 123 orang.(bagian
kepegawaian RSUD Sidikalang)

3.3.2 Sampel Penelitian


3.3.2.1 Jumlah Dan Besar Sampel Minimal
Besar sampel minimal digunakan rumus perhitungan sampel. Karena N
sudah diketahui, maka perhitungan besar sampelnya dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

n = N/ 1+N.(d)2
n = 123/1+123(0,005)2
n = 123/1,30
n = 94,6

keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Besar populasi
d : Presisi yang ditetapkan (0,05)
Berdasarkan perhitungan tersebut didapat jumlah sampel minimal yaitu 94,6 yang
dibulatkan 95 sampel.
Sampel dibagi menjadi 2 kriteria :

31
a. Kriteria Inklusi
Berikut kriteria- kriteria inklusi :
1. Perawat pelaksana yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah
Sidikalang.
2. Masa kerja diatas satu tahun

b. Kriteria Eksklusi
Berikut ini adalah kriteria-kriteria eksklusi.
1. Perawat yang bertugas sebagai Kepala Ruangan.
2. Masa kerja dibawah satu tahun

3.3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel


Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling
dimana seluruh perawat pelaksana yang memenuhi kriteria inklusi mempunyai
kesempatan yang sama terpilih sebagai sampel.

3.4. Metode Pengumpulan Data


Data kuantitatif dikumpulkan melalui kuesioner terhadap 95 responden
sesuai dengan besar sampel perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah
Sidikalang. Di dalam kuesioner berisi daftar pernyataan atau pertanyaan yang
menyangkut beberapa variabel bebas yaitu karakteristik responden : umur, jenis
kelamin, pendidikan, pelatihan, lama bekerja, status perkawinan, jumlah anak,
pangkat kepegawaian, dan jarak tinggal. Faktor individu : kompetensi, beban
kerja dan kinerja perawat melalui kuesioner.

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder.

1. Data primer diperoleh dengan cara :


Mengukur kompetensi, beban kerja dan kinerja dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner terdiri dari sederetan pertanyaan yang
diajukan kepada responden . kuesioner untuk mengidentifikasi semua
variable dalam penelitian ini.

32
2. Data sekunder diperoleh dengan cara :
Data yang diambil dari bagian kepegawaian yaitu data jumlah
perawat dan data yang diambil dari rekam medis yaitu jumlah pasien yang
datang berobat.

3.5. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional


Variabel yaitu karakter, ciri atau ukuran dari suatu kelompok yang mana
semuanya itu berbeda dengan anggota kelompok yang lainnya. (notoadmojo,
2010).

3.5.1.Variabel Penelitian
a. Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas pada penelitian ini adalah kompetensi dan beban kerja
perawat pelaksana Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang.
b. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kinerja Darurat Rumah Sakit
Umum Daerah Sidikalang.

3.5.2. Definisi Operasional

N Variable Definisi Parameter Alat Hasil Ukur Skal


o Operasional Ukur a
Uku
r

1 Kompete Kemampuan Indikator: Kuesi a.Kompete ordi


nsi untuk Pengetahuan, oner nsi Kurang nal
melaksanakan sikap dan Bila skor
pekerjaan yang ketrampilan 50%
dilandasi atas perawat dalam skor

33
keterampilan menerapkan maksimal
dan pengetahuan asuhan
sesuai dengan keperawatan b.Kompete
asuhan nsi Baik <
keperawatan 50% skor
serta didukung maksimal
oleh sikap kerja
yang dituntut
sebagai perawat

2 Beban Keadaan Indikatornya : Kuesi a.Beban ordi


kerja pekerjaan yang a.Aspek fisik oner Kerja nal
disesuaikan b.Aspek Kurang
dengan tugas psikologis Bila skor
pokok dan c.Aspek waktu 50%
fungsi yang skor
harus maksimal
diselesaikan
perawat. b.Beban
Kerja Baik
< 50%
skor
maksimal

34
3 Kinerja Suatu Kinerja dalam Lemb a.Kinerja ordi
perawat kesuksesan menerapkan ar Kurang nal
perawat dalam askep meliputi : Obser Bila skor
merawat pasien a.Pengumpulan vasi 50%
dengan Data skor
menerapkan b.Penegakan maksimal
asuhan Diagnosa
keperawatan. c.Intervensi b. Kinerja
Perawatan Kerja Baik
d.Implementasi < 50%
e.Evaluasi skor
f.Dokumentasi maksimal

Tabel 3.1

3.6. Instrument Penelitian dan Metode Pengukuran

3.6.1. Instrument Penelitian


Alat pengumpul data dalam penelitian ini ini digunakan kuesioner.
Kuesioner terdiri dari sederetan pertanyaan yang diajukan kepada sampel.
Kuesioner untuk mengidentifikasi semua variabel dalam penelitian ini. Rancangan
instrumen penelitian tergantung dari pada variabel penelitian yang akan diteliti.
Instrumen penelitian ini dibuat sesuai indikator variabel penelitian.

3.6.2. Metode Pengukuran


Proses penentuan nilai setiap point pernyataan menggunakan metode
Likert Summated Ratings (LRS), dengan lima alternatif jawaban. (Kuesioner
terlampir).

Skor 5 : Sangat setuju dengan jawaban, karena sangat sesuai dengan keadaan
yang dirasakan oleh responden
Skor 4 : Setuju, artinya pernyataan sesuai keadaan yang dirasakan responden

35
Skor 3 : Ragu-ragu, bila responden tidak bisa menentukan jawaban yang pasti.
Skor 2 : Tidak setuju dengan pernyataan, karena tidak sesuai dengan yang
dirasakan.
Skor 1 : Sangat tidak setuju, karena sangat tidak sesuai dengan yang dirasakan
responden.

3.7. Pengolahan Data dan Teknik Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data


Pengolahan data merupakan upaya untuk memprediksi data dan
menyiapkan data sedemikian rupa sehingga dapat dianalisis lebih lanjut dan
mendapatkan data yang siap untuk disajikan. Tahap pengolahan data yaitu:
Editing (koreksi hasil penelitian), Coding (pengkodean persiapan olah data),
Tabulating (Tabulasi dan klasifikasi data), entry data (pemasukkan hasil
penelitian), dan Cleaning (pengecekkan ulang untuk mencegah kesalahan
pemasukan data hasil penelitian). Memeriksa kembali apakah data yang
dimasukkan ada kesalahan atau tidak.

3.7.2 Teknik Analisis data

3.7.2.1 Analisis Univariat

1. Analisis Karakteristik Responden Penelitian


Pengolahan data karakteristik responden penelitian, menyangkut umur,
tingkat pendidikan, lama kerja, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anak,
golongan kepegawaian, jarak tempat tinggal dengan Rumah Sakit dan ruangan
tempat bekerja.
a. Tingkat Kompetensi Perawat
Pengolahan data tingkat kompetensi perawat tentang asuhan
keperawatan dilakukan dengan menggunakan persentase skor.
Baik : Bila skor 50% skor maksimal
Kurang : Bila skor < 50% skor maksimal
b. Beban Kerja Perawat

36
Pengolahan data beban kerja dilakukan dengan menggunakan
persentase skor sebagai berikut.
Berat : Bila skor 50% skor maksimal
Tidak Berat : Bila skor < 50% skor maksimal
c. Kinerja Perawat Dalam Penerapan Asuhan Keperawatan
Pengolahan data kinerja perawat dalam penerapan asuhan keperawatan
digunakan dengan menggunakan persentase skor berikut ini.
Baik : Bila skor 50% skor maksimal
Kurang : Bila skor < 50% skor maksimal

3.7.2.2. Analisis Bivariat


Hubungan antara kompetensi perawat dan beban kerja perawat dengan
kinerja diuji dengan Chi-squere Test pada taraf kemaknaan 95% (=0,05).
Kecendrungan antara hubungan kompetensi dan beban kerja dan kinerja perawat
diukur dengan rasio prevalensi (RP).

3.7.2.3. Analisis Multivariat


Analisis multivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
beberapa variabel bebas dengan variabel terikat serta mencari manakah variabel
bebas yang mempunyai hubungan murni dengan variabel terikat dengan uji
analisis regresi logistik. Analisis multivariat dapat dilihat dari nilai p dimana
dikatakan signifikan jika nilai p < 0,05, dengan tingkat kemaknaan 95%.

Lampiran 1 : Pedoman Kuesione

37
HUBUNGAN KOMPETENSI DAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN
KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT UMUM
SIDIKALANG KABUPATEN DAIRI TAHUN 2017

Petunjuk Pengisian

Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk memberikan tanggapan


dengan memilih salah satu jawaban yang paling sesuai menurut pendapat/persepsi
Bapak/ Ibu/ Saudara sesuai pertanyaan dibawah ini dengan cara memberikan
tanda contreng pada jawaban yang tersedia. Jawaban yang Bapak/ Ibu/ Saudara
buat akan diperlakukan sangat rahasia dan hanya dipergunakan untuk kepentingan
penelitian. Terima kasih atas kesediaan dan kerja sama yang telah
Bapak/Ibu/Saudara berikan.

I. Identitas Responden

1. Nama inisial :

2. Umur :

3. Pendidikan :

4. Masa kerja :

5. Jenis kelamin :

6. Status perkawinan :

7. Jumlah anak :

8. Jabatan :

9. Jarak rumah sakit dari tempat tinggal :

10. Ruangan tempat bekerja :

Lampiran 2 : Kuesioner penelitian

38
HUBUNGAN KOMPETENSI DAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN
KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT UMUM
SIDIKALANG KABUPATEN DAIRI TAHUN 2017

PERNYATAAN SS S R TS ST
I. Kompetensi
Saya mengetahui SOP dalam melaksanakan
1
asuhan keperawatan
Saya mampu mengatasi masalah yang timbul
2
dalam menjalankan asuhan keperawatan
Saya mempunyai keterampilan saat
3
melaksanakan asuhan keperawatan
Saya mampu melakukan tindakan
4
kegawatdaruratan sesuai asuhan keperawatan
Saya mampu menggunakan alat medis dalam
5
membantu tindakan asuhan keperawatan
Saya mampu memberikan informasi penyakit
6 pasien guna memudahkan pasien dalam
menjalankan asuhan keperawatan
Saya mampu menjelaskan manfaat obat dan cara
7
mengkonsumsi obat kepada pasien
Saya mampu memberikan ketenangan kepada
8
pasien yang gelisah
Saya mampu menerapkan prinsip etik dalam
9 keperawatan sesuia dengan kode etik perawat
indonesia
Saya bekerja menerapkan prinsip sikap
10
menghormati hak privasi dan martabat pasien
Saya berkewajiban untuk belajar seumur hidup,
11 pengembangan profesional dan mempertahankan
kompetensi yang saya miliki

39
Saya mampu menggunakan keterampilan
12
penyelesaian masalah untuk memandu praktik
Saya mampu bekerja sama dengan tim dalam
13 menjalankan hasil asuhan keperawatan secara
akurat dan lengkap
Saya mampu melakukan monitoring kemajuan
14
hasil asuhan keperawatan
Saya mampu mengidentifikasi dan melaporkan
15 situasi yang dapat membahayakan keselamatan
pasien.
II. Beban kerja
Saya melakukan tugas sesuai dengan keahlian
1
sebagai seorang perawat
2 Lingkungan pekerjaan saya nyaman
Tugas yang saya kerjakan banyak menghabiskan
3
energy
Saya sering melakukan tugas yang harusnya
4
bukan menjadi tugas saya
Saya sering merasa lelah karena pasien yang saya
5
rawat banyak
6 Saya bekerja dibawah tekanan
7 Keluarga pasien membuat saya tidak nyaman
8 Saya merawat pasien dengan senang hati
9 Hubungan saya dan rekan kerja baik
10 Hubungan saya dan atasan baik
11 Saya bekerja sesuai jam kerja
12 Saya tidak kesulitan dalam mengatur jam kerja
13 Saya sering diminta kerja lembur
14 Saya selalu datang tepat waktu ketika pergantian
15 Saya mempunyai jam kerja yang cukup untuk

40
menyelesauikan tugas yang diberikan
III. Kinerja
Saya melakukan anamnesa ( biodata,keluhan )
1
pasien
Saya melakukan pemeriksaan fisik terhadap
2
pasien
Saya selalu melaporkan hasil anamnesa dan
3
pemeriksaan fisik kepada dokter
Saya menganalisa dan mencari masalah setiap
4
pasien yang saya rawat
Saya membuat dignosa keperawatan berdasarkan
5
masalah yang temukan
Saya merencanakan tindakan keperawayan sesuai
6
dengan keadaan pasien
Saya mengajarkan kelurga pasien tindakan yang
7
bisa membantu kesembuhan pasien
Saya membuat rencana keperawatan, mengacu
8
kepada diagnosa keperawatan
Saya merencanakan tindakan keperawatan
9
kerjasama dengan tim kesehatan lain
Saya selalu membuat jadwal perencanaan
10
tindakan keeprawatan
Saya selalu memantau keadaan pasien setelah
11
dilakukan asuhan keperawatan
Saya memantau kemampuan keluarga dalam
12
merawat pasien
Saya mengisi status pasien dan tindakan
13
keperawatan lengkap dicatatan rawatan pasien
Saya meminta persetujuan tertulis pasien ketika
14
hendak melakukan tindakan

41
Saya menyimpan Berkas catatan keperawatan
15
sesuai ketentuan

42

Anda mungkin juga menyukai