DESKRIPSI KASUS
1
BAB II
LAPORAN KASUS PORTOFOLIO
1. IGD
Pasien dibawa ke IGD RSUD Suradadi Kab. Tegal pada tanggal 5 Maret 2017 pukul
08.37.
Keluhan utama
Nyeri perut.
Tanda-tanda Vital
GCS: E4 V5 M6
Pupil: 3 mm/ 3 mm, Refleks cahaya +/+
TD: 94/64 mmHg
Nadi: 86 x/menit
Suhu: 36,6 C
Pernapasan: 22 x/menit
SpO2: 99 %
Subjektive
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut, nyeri dirasakan sejak tadi pagi jam 06.00. Nyeri
dirasakan setelah BAB. Pasien sampai sekarang tidak bisa kentut. Mual (+), muntah (-),
BAK lancar.
Objektive
KU: sakit berat
Kesadaran: Compos mentis
Mata: Conjungtiva anemis (+/+), Sclera ikterik (-/-)
Thorax:
Cor: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: Suara dasar vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-
2
Abdomen: Bising usus menurun, nyeri tekan seluruh kuadran abdomen.
Ekstremitas: edem (-)
Pemeriksaan Penunjang
EKG
Laboratorium
Assessment
Diagnosis Kerja: Kolik abdomen
Planning
Rawat inap
Inf. RL 20 tpm
Inj. Omeprazol 2 x 1 amp
3
Inj. Ketorolac 1 amp (ekstra)
P.O. Sucralfat Syr 3 x 10 cc
Puasa sampai flatus
2. MELATI
5 Maret 2017
Jam 17.40
S
Pasien mengeluh perut terasa sakit, kentut (+) jam 06.00 & BAB terakhir jam 06.00 pagi.
BAK tidak lancar, demam (+), mual (+).
O
TD: 90/70 mmHg
N: 78 x/menit
RR: 26 x/menit
Suhu: 38,9 C
Nyeri seluruh lapang perut
Terpasang nasal kanul O2 3L/menit
A
Kolik Abdomen
P
Inf. RL 20 tpm
Ketorolac 40 mg / 8 jam drip
Paracetamol 1 gram / 8 jam
Jam 21.00
GDS Stick 73 mg/dL
Jam 21.30
S
Pasien mengeluh nyeri perut. Sudah 15 tahun menopause. Konsumsi Jamu 2-3 hari
sekali. Bengkak-bengkak (-)
O
KU: Apatis, Keluar keringat banyak. Kulit basah
TD: 80/60 mmHg
N: 120 x/menit
RR: 32 x/menit
Suhu: 35 C
Suprapubik teraba keras.
Akral dingin.
A
4
Kolik Abdomen
P
Pemasangan urine catheter, urine 5 cm dalam selang catheter
Guyur 500 cc RL
Cek Ureum, Creatinin, SGOT, SGPT, Urin lengkap
Jam 22.35
S
Nyeri seluruh perut. Sesak (-)
O
KU: tampak berkeringat. Kesadaran: Apatis
TD: sulit dinilai
N: sulit dinilai, lemah
RR: 40 x/menit
Abdomen: Bising usus menurun
Akral dingin
Urin belum keluar
A
Kolik abdomen
Anuria dd syok neurogenik, gangguan ginjal akut
P
Pindah HCU
Guyur 500 cc
3. HCU
Jam 23.00
S
Nyeri perut (+), belum kentut dari pagi
O
KU: tampak kesakitan
TD: 66/34 mmHg
N: 114 x/menit
RR: 51
SpO2: 92 %
Thorax: cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen: Bising usus menurun, nyeri tekan seluruh lapang perut
Ekstremitas: akral dingin
A
Kolik abdomen dd ileus paralitik
Anuria dd syok neurogenik? Gangguan ginjal akut
P
Cek GDS stick: 40 mg/dL
D40% 1 flask bolus
Inf. RL 30 tpm
Inj. Alinamin 1 amp drip (ekstra)
Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam drip
Inf. Paracetamol tunda
O2 simple mask 6 L/menit
Rontgen Abdomen (FPA)
Ulang GDS 2 jam kemudian
5
6 Maret 2017
Jam 01.00
S
Nyeri perut
O
KU: tampak kesakitan dan gelisah
TD: 97/65 mmHg
N: 117 x/menit
RR: 34 x/menit
SpO2: 80 %
GDS stick: 31 mg/dL
A
Kolik abdomen dd ileus paralitik
Anuria dd syok neurogenik? Gangguan ginjal akut
P
D40% 1 flask bolus
Cek GDS 2 jam kemudian
Jam 2.15
Penurunan kesadaran
GCS E1 V1 M1
TD: 81/51 mmHg
N: 53 x/menit
RR: 11 x/menit
SpO2: 68 %
Jam 2.30
GDS stick 38 mg/dL
Napas spontan (-)
A. Carotis tidak teraba
Dilakukan RJP
Jam 2.45
Mata: refleks pupil (-/-), midriasis maksimal (+/+)
EKG datar
Dinyatakan meninggal
6
2.3 PROGNOSIS
2.4 EVALUASI
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1 DEFINISI
Nyeri kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan dirasakan
seperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan
baik parsial ataupun total dari organ tubuh berongga atau organ yang terlibat
tersebut dipengaruhi peristaltik. Beberapa yang menjadi penyebab kolik abdomen
adalah kolik bilier, kolik renal dan kolik karena sumbatan usus halus.
3.1.2 KLASIFIKASI
1. Kolik bilier
Kolik bilier merupakan gejala tidak nyaman yang dirasakan pasien dan sering
tidak disertai tanda-tanda klinis lain. Nyeri ini merupakan gejala klinis dari penyakit
batu empedu (kolelitiasis-koledokolitiasis). Oleh karena nyeri ini merupakan gejala,
maka beberapa penyakit lain juga dapat memberikan gejala yang sama. Gambar
dibawah menunjukkan sumbatan empedu
Sumbatan batu empedu yang menyebabkan nyeri kolik bilier. Nyeri kolik bilier
tidak dirasakan secara akurat sebagai kolik. Istilah ini mengimplikasikan nyeri
8
paroksismal yang naik turun, dan umumnya konstan dan meningkat progresif secara
perlahan. Nyeri ini dirasakan sesaat setelah makan. Nyeri fisera berasal dari tabrakan
batu empedu dalam duktus sistikus dan atau ampula fater. Hasil dari tabrakan tadi
menyebabkan distensi kandung empedu dan atau traktus biliaris dan distensi ini
mengaktivasi neuron sensori aferen. Nyeri yang ditimbulkan tidak dapat terlokalisasi
dengan baik dan umumnya terasa di bagian tengah hingga dermatom T8/9
(epigastrium tengah, kuadaran kanan atas). Nyeri yang terlokalisasi umumnya
menunjukkan komplikasi kolelitiasis atau koledokolitiasis yaitu misalnya
kolesistitis, kolangitis, pancreatitis. Beberapa lokasi yang mungkin terjadi
penyumbatan batu dapat dilihat pada gambar dibawah
Anamnesis
Kolik bilier biasanya datang tiba-tiba dan mencapai intensitas maksimum dalam
waktu 60 menit di dua pertiga dari pasien. Rasa sakit biasanya berlanjut tanpa
fluktuasi dan menghilang secara bertahap selama 2-6 jam. Nyeri berlangsung lebih
lama dari 6 jam harus dicurigai sebagai kolesistitis akut.
9
Pemeriksaan fisik
Penatalaksanaan
Pengobatan yang diberikan tergantung dari gejala yang dirasakan oleh pasien.
Jika nyeri sangat hebat dapat diberikan pereda nyeri golongan narkotik yaitu
Meperidine (pethidine) dengan dosis 1-1,5 mg/kg IM setiap 3 jam. Jika muntah
dapat diberikan metoklopramid. Tidak ada satupun intervensi operasi yang dapat
menjamin karena kolik bilier yang tidak komplikasi dapat mereda dengan
pengobatan konservatif.
2. Kolik renal
Rasa sakit jenis kolik ini yang dikenal sebagai kolik ginjal biasanya dimulai pada
pertengahan belakang atas lateral dari sudut costovertebral dan kadang-kadang
10
subkosta. Kemudian menyebar ke inferior dan anterior menuju pangkal paha. Rasa
sakit yang dihasilkan oleh kolik ginjal terutama disebabkan oleh pelebaran,
peregangan, dan kejang yang disebabkan oleh obstruksi saluran kemih akut. Ketika
obstruksi berat namun kronis berkembang, seperti di beberapa jenis kanker, biasanya
tidak menimbulkan rasa sakit.
Kolik adalah sebuah ironi karena sakit kolik ginjal cenderung tetap konstan,
sedangkan kolik usus atau empedu biasanya agak berselang dan sering hilang
datang. Pola rasa sakit tergantung ambang rasa sakit individu dan persepsi dan pada
kecepatan dan derajat perubahan dalam tekanan hidrostatis di dalam ureter
proksimal dan pelvis ginjal. Gerak peristaltik saluran kemih, migrasi batu, dan posisi
miring atau memutar batu dapat menyebabkan eksaserbasi atau perpanjangan dari
nyeri kolik ginjal. Tingkat keparahan rasa sakit tergantung pada derajat dan lokasi
obstruksi, bukan pada ukuran batu. Seorang pasien sering dapat mengarah pada letak
maksimum tersakit, yang kemungkinan menjadi lokasi obstruksi saluran kemih.
Serangan rasa sakit yang sebenarnya cenderung terjadi secara bertahap dapat
diprediksi, dengan rasa sakit mencapai puncaknya pada kebanyakan pasien dalam
waktu 2 jam. Rasa sakit secara kasar mengikuti dermatom T-10 sampai S-4. Seluruh
proses biasanya berlangsung 3-18 jam. Kolik ginjal dapat digambarkan dalam3 fase
klinis.
a) Fase akut
Serangan yang khas mulai di pagi hari atau di malam hari, membangunkan pasien
dari tidur. Ketika mulai siang hari, pasien yang sering menggambarkan serangan itu
sebagai perlahan dan diam-diam. Tingkat rasa sakit bisa meningkat sampai intensitas
maksimum hanya dalam 30 menit setelah onset awal atau lebih lambat. Pasien
merasakan nyeri maksimum mencapai 1-2 jam setelah dimulainya serangan kolik
ginjal.
b) Fase konstan
11
Setelah nyeri mencapai intensitas maksimum, cenderung tetap konstan sampai
diobati atau berkurang secara spontan. Fase ini biasanya berlangsung 1-4 jam, tapi
bisa bertahan lebih lama dari 12 jam dalam beberapa kasus. Sebagian besar pasien
tiba di UGD selama fase serangan.
c) Fase mereda
Selama tahap akhir, nyeri berkurang cukup cepat, dan pasien akhirnya merasa
lega. Fase ini dapat terjadi secara spontan pada setiap saat setelah onset awal kolik.
Pasien bisa jatuh tertidur, terutama jika mereka telah diberikan obat analgesik yang
kuat.
Serabut saraf nyeri ginjal terutama berupa saraf simpatik preganglionik yang
mencapai tingkat saraf tulang belakang T-11 untuk L-2 melalui akar saraf dorsal.
Aortorenal, celiac, dan ganglia mesenterika inferior juga terlibat. Di ureter bawah,
sinyal rasa sakit juga disalurkan melalui saraf genitofemoral dan ilioinguinal..
Nervus erigentes, yang menginervasi ureter intramural dan kandung kemih,
bertanggung jawab untuk beberapa gejala kandung kemih. Gambar dibawah
menunjukkan distribusi persarafan pada nyeri ginjal serta uretra serta menunjukkan
lokasi nyeri kolik renal pada regio abdomen.
Gambar disamping
menunjukkan distribusi
nyeri renal dan uretral.
12
Gambar diatas menjukkan lokasi nyeri renal/ureter pada regio abdomen
Ureter 1/3 proksimal dan pelvis ginjal: batu saluran kemih Nyeri dari atas
cenderung untuk memancarkan ke daerah panggul dan lumbar. Di sebelah kanan, hal
ini bisa membingungkan dengan kolesistitis atau cholelithiasis, di sebelah kiri,
diagnosa diferensial meliputi pankreatitis akut, penyakit ulkus lambung, dan
gastritis.
Ureter 1/3 medial: Midureteral menyebabkan rasa sakit yang memancarkan
anterior dan kaudal. Nyeri ini midureteral khususnya dapat dengan mudah meniru
usus buntu di kanan atau diverticulitis akut di sebelah kiri.
Distal ureter: batu ureter distal menyebabkan rasa sakit yang cenderung
memancarkan ke pangkal paha atau testis pada laki-laki atau labia majora pada
wanita karena rasa sakit yang dirujuk dari saraf ilioinguinal atau genitofemoral. Jika
batu yang bersarang di ureter intramural, gejala dapat muncul mirip dengan sistitis
atau uretritis. Ini termasuk gejala nyeri suprapubik, frekuensi kencing, urgensi,
disuria, stranguria, nyeri di ujung penis, dan kadang-kadang usus berbagai gejala,
seperti diare dan tenesmus. Gejala ini bisa membingungkan dengan penyakit radang
panggul, kista ovarium pecah, atau torsi dan nyeri haid pada wanita.
Mual dan muntah sering dikaitkan dengan kolik ginjal akut dan terjadi di
setidaknya 50% dari pasien. Mual disebabkan oleh jalur persarafan umum dari pelvis
ginjal, perut, dan usus melalui sumbu celiac dan saraf aferen vagal. Hal ini sering
diperparah oleh efek analgesik narkotika, yang sering menimbulkan mual dan
muntah melalui efek langsung pada motilitas GI dan melalui efek tidak langsung
pada zona memicu kemoreseptor di medula oblongata. Nonsteroidal obat anti-
inflamasi (NSAID) sering dapat menyebabkan iritasi lambung dan GI.
13
Blok saraf telah berhasil digunakan baik dalam diagnosis dan pengobatan kolik
ginjal, walaupun mereka lebih membantu dalam kasus kronis daripada kasus akut.
Blok saraf interkostal dapat digunakan untuk membedakan nyeri dari chondritis,
neuromas, dan radiculitis dari sakit ginjal yang sebenarnya. Hal ini dicapai dengan
menyuntikkan agen anestesi, seperti lidokain, sekitar proksimal saraf 11 atau 12
interkostalis ke lokasi rasa sakit pada saat pasien mengalami sakit. Jika injeksi
menyebabkan hilangnya rasa sakit, maka etiologi saraf perifer muskuloskeletal dapat
ditegakkan.
Pemeriksaan mikroskopis urin adalah bagian penting dari evaluasi pasien yang
diduga kolik ginjal. Pemeriksaan makroskopik atau mikroskopis hematuria ada di
sekitar 85% kasus. Kurangnya hematuria mikroskopis tidak menghilangkan kolik
ginjal sebagai diagnosis potensial. Perhatian perlu diberikan pada ada atau tidak
adanya leukosit, kristal, dan bakteri dan pH urin. Secara umum, jika jumlah leukosit
dalam urin lebih besar dari 10 sel per lapangan daya tinggi atau lebih besar dari
jumlah sel darah merah, tersangka infeksi saluran kemih (ISK) dapat ditegakkan.
Menentukan pH urin juga membantu karena, (1) dengan pH lebih rendah dari 6,0,
batu asam urat harus dipertimbangkan, dan (2) dengan pH lebih dari 8,0, infeksi
dengan organism splitting urea seperti Proteus, Pseudomonas, atau Klebsiella
mungkin ada. Kristal urin dari kalsium oksalat, asam urat, atau sistin kadang-kadang
dapat ditemukan pada urinalisis. Jika da, kristal ini adalah petunjuk sangat baik
untuk jenis dan sifat yang mendasari setiap batu.
Penatalaksanaan
Tatalaksana awal di ruang gawat darurat dimulai dengan memperoleh akses vena
untuk mempermudah pemberian cairan, analgesik dan pengobatan antiemetik.
Banyak dari pasien yang mengalami dehidrasi karena mual dan muntah.
14
Protokol yang dibuat berdasarkan kemungkinan kegagalan lewatnya batu secara
spontan baik oleh karena striktur uretra, spasme otot, edema lokal, inflamasi dan
infeksi. Regimen yang diberikan berupa:
Batu yang terjebak di kaliks dapat memblok aliran traktus dari kaliks yang
menyebabkan obstruksi dan nyeri. Pengobatan dengan ESWL dapat beralasan untuk
situasi yang batu kaliks dicurigai menyebabkan gejala dan nyeri.
Sebuah obstruksi usus kecil (SBO) disebabkan oleh berbagai proses patologis.
Penyebab utama SBO di negara maju adalah perlekatan pasca operasi (60%) diikuti
oleh keganasan, penyakit Crohn's, dan hernia, walaupun beberapa studi telah
melaporkan penyakit Crohn sebagai faktor etiologi lebih besar dari neoplasia. Satu
studi dari Kanada melaporkan frekuensi yang lebih tinggi dari SBO setelah operasi
kolorektal, diikuti oleh pembedahan ginekologi, perbaikan hernia, dan usus buntu.
Obstruksi dari usus kecil menyebabkan dilatasi proksimal dari usus akibat
akumulasi sekresi GI dan udara yang tertelan. Dilatasi usus ini merangsang aktivitas
sel sekresi menghasilkan akumulasi cairan lebih. Hal ini menyebabkan gerak
15
peristaltik meningkat baik di atas dan di bawah obstruksi dengan tinja encer yang
sering dan flatus awal dalam perjalanannya.
Manifestasi klinis
16
menjadi progresif dan dengan distensi perut, mungkin khas untuk obstruksi
yang lebih distal.
Mual
Sembelit (sebuah temuan akhir) yang dibuktikan dengan tidak adanya gerakan
usus atau buang angin.
Pemeriksaan Fisik
Distensi abdomen
Suara usus Hiperaktif terjadi di awal sebagai upaya GI untuk mengatasi
obstruksi.
17
Penyebab
Penyebab diidentifikasi kedua yang paling umum dari SBO adalah hernia
inkarserata.
Etiologi lain dari SBO termasuk tumor ganas (20%), hernia (10%), penyakit
radang usus (5%), volvulus (3%), dan beragam (2%).
18
Gambar yang menunjukkan beberapa penyebab obstruksi usus halus.
Penatalaksanaan
Tatalaksana awal di ruang gawat darurat meliputi resusitasi cairan secara agresif,
dekompresi usus halus, pemberian analgetik dan antiemetic dengan indikasi klinis,
antibiotik dan konsultasi operasi yang dini. Dekompresi dilakukan dengan cara
memasang selang NGT untuk dilakukan suction terhadap isis GI dan untuk
mencegah aspirasi. Tidak lupa juga untuk selalu memonitor jalan napas, pernapasan
dan sirkulasi.
SYOK
Definisi
Syok merupakan keadaan darurat yang disebabkan oleh kegagalan perfusi darah
ke jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan metabolisme sel. Kematian karena syok
terjadi bila keadaan ini menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel. Terapi syok
bertujuan memperbaiki gangguan fisiologik dan menghilangkan faktor penyebab. Syok
sirkulasi dianggap sebagai rangsang paling hebat dari hipofisis adrenalin sehingga
menimbulkan akibat fisiologi dan metabolisme yang besar. Syok didefinisikan juga sebagai
volume darah sirkulasi tidak adekuat yang mengurangi perfusi, pertama pada jaringan
nonvital (kulit, jaringan ikat, tulang, otot) dan kemudian ke organ vital (otak, jantung,
paru- paru, dan ginjal). Syok atau renjatan merupakan suatu keadaan patofisiologis dinamik
yang mengakibatkan hipoksia jaringan dan sel.5
19
Syok secara umum dapat diklasifikasikan menjadi :5
1. Syok hipovolemik, syok yang disebabkan karena tubuh :
- Kehilangan darah/syok hemoragik
Hemoragik eksternal : trauma, perdarahan gastrointestinal
Hemoragik internal : hematoma, hematotoraks
- Kehilangan plasma : luka bakar
- Kehilangan cairan dan elektrolit
Eksternal : muntah, diare, keringat yang berlebih
Internal : asites, obstruksi usus
2. Syok kardiogenik, kegagalan kerja jantung. Gangguan perfusi jaringan yang disebabkan
karena disfungsi jantung misalnya : aritmia, AMI (Infark Miokard Akut).
3. Syok septik, terjadi karena penyebaran atau invasi kuman dan toksinnya didalam tubuh
yang berakibat vasodilatasi.
4. Syok anafilaktif, gangguan perfusi jaringan akibat adanya reaksi antigen antibodi yang
mengeluarkan histamine dengan akibat peningkatan permeabilitas membran kapiler dan
terjadi dilates arteriola sehingga venous return menurun. Misalnya: reaksi tranfusi,
sengatan serangga, gigitan ular berbisa.
5. Syok neurogenik, terjadi gangguan perfusi jaringan yang disebabkn karena disfungsi
sistem saraf simpatis sehingga terjadi vasodilatasi. Misalnya : trauma pada tulang
belakang, spinal syok.
Patofisiologi
Syok menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Hasil akhirnya berupa lemahnya
aliran darah yang merupakan petunjuk yang umum, walaupun ada bermacam-macam
penyebab. Syok dihasilkan oleh disfungsi empat system yang terpisah namun saling berkaitan
yaitu: jantung, volume darah, resistensi arteriol (beban akhir), dan kapasitas vena. Jika salah
satu faktor ini bermasalah dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan
terjadi syok. Awalnya tekanan darah arteri mungkin normal sebagai kompensasi peningkatan
isi sekuncup dan curah jantung. Jika syok berlanjut, curah jantung menurun dan
vasokontriksi perifer meningkat. Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu:5
1. Fase Kompensasi
20
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa sehingga timbul
gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan gangguan seluler.
Mekanisme kompensasi dilakukan melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran
darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang
kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan
menaikkan volume darah dengan konservasi air.Ventilasi meningkat untuk mengatasi
adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini
terjadi peningkatan frekuensi dan kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan curah
jantung dan peningkatan respirasi untuk memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran
darah ke ginjal menurun, tetapi ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk
mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun, maka
filtrasi glomeruler juga menurun.
2. Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi kebutuhan tubuh.
Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi
sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri
menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan bertambah nyata, gangguan seluler,
metabolisme, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel.
Dinding pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga
terjadi bendungan vena, venous return menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti
dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini
dapat menyebabkan trombosis luas (DIC = Disseminated Intravascular Coagulation).
Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan
respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan.Hipoksia dan anoksia
menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari jaringan (histamin dan
bridikinin) yang ikut memperburuk syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi
jantung). Iskemia dan anoksia usus menimbulkan penurunan integritas mukosa usus
pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi. Invasi bakteri dan penurunan
fungsi detoksifikasi hepar memperburuk keadaan. Timbul sepsis, DIC bertambah
nyata, integritas system retikuloendotelial rusak, integritas mikrosirkulasi juga rusak.
Hipoksia jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik menjadi
anaerobik. Akibatnya terjadi asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat
ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di jaringan.
3. Fase Irrevesibel/Refrakter
21
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luas sehingga tidak dapat
diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya irreversibilitas syok.
Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang cukup,
paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya
anoksia dan hiperkapnea.
Stadium-stadium Syok
Syok memiliki beberapa stadium sebelum kondisi menjadi dekompensasi atau
irreversibel sebagaimana dilukiskan dalam gambar berikut:6
Stadium 1: anticipation stage (Gambar 2.1)
Gangguan sudah ada tetapi bersifat lokal. Parameter-paramater masih dalam batas
normal. Biasanya masih cukup waktu untuk mendiagnosis dan mengatasi kondisi
dasar.
Stadium 2. pre-shock slide (Gambar 2.2)
22
Gangguan sudah bersifat sistemik.
Parameter mulai bergerak dan mendekati batas atas atau batas bawah kisaran normal.
Sadium 3. compensated shock (Gambar 2.3)
Compensated shock bisa berangkat dengan tekanan darah yang normal rendah, suatu
kondisi yang disebut normotensive, cryptic shock. Banyak klinisi gagal mengenali
bagian dini dari stadium syok ini. Compensated shock memiliki arti khusus pada
pasien DBD dan perlu dikenali dari tanda-tanda berikut: Capillary refill time > 2
detik; penyempitan tekanan nadi, takikardia, takipnea, akral dingin.
Stadium 4: decompensated shock, reversible (Gambar 2.4)
Di sini sudah terjadi hipotensi. Normotensi hanya bisa dipulihkan dengan cairan
intravena dan/atau vasopresor
Stadium 5. decompensated irreversible shock (Gambar 2.5)
23
Kerusakan mikrovaskular dan organ sekarang menjadi menetap dan tak bisa diatasi.
SYOK NEUROGENIK
Patogenesis
Syok neurogenik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok distributif.
Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena hilangnya tonus pembuluh
darah secara mendadak di seluruh tubuh sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah
pada pembuluh darah pada capacitance vessels. Hasil dari perubahan resistensi pembuluh
darah sistemik ini diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti : trauma kepala, cedera
spinal atau anestesi umum yang dalam). Syok neurogenik juga disebut sinkop.
Syok neurogenik terjadi karena reaksi vasovagal berlebihan yang mengakibatkan terjadinya
vasodilatasi menyeluruh di daerah splangnikus sehingga aliran darah ke otak berkurang.
Reaksi vasovagal umumnya disebabkan oleh suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut,
atau nyeri hebat. Pasien merasa pusing dan biasanya jatuh pingsan. Setelah pasien
dibaringkan, umumnya keadaan berubah menjadi baik kembali secara spontan. Trauma kepaa
yang terisolasi tidak akan menyebabkan syok. Adanya syok pada trauma kepala harus dicari
penyebab yang lain. Trauma pada medulla spinalis akan menyebabkan hipotensi akibat
hilangnya tonus simpatis. Gambaran klasik dari syok neurogenik adalah hipotensi tanpa
takikardi atau vasokonstriksi perifer.
Penegakkan Diagnosis
Anamnesis
24
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik dari
anamnesis biasanya terdapat cedera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera spinal,
atau anestesi umum yang dalam).
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah
cepat, bahkan dapat lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit
neurologis berupa quadriplegia atau paraplegia.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain:
1. Darah (Hb, Ht, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar ureum, kreatinin,
glukosa darah.
2. Analisa gas darah
3. EKG
Diferensial Diagnosis
1. Semua jenis syok.
2. Sinkop (pingsan)
3. Hipoglikemia
25
4. Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat vasoaktif
(adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan seperti ruptur lien)
Dopamin
Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis > 10 mcg/kg/menit, berefek serupa dengan
norepinefrin. Jarang terjadi takikardi.
Norepinefrin
Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan tekanan darah. Monitor terjadinya
hipovolemi atau cardiac output yang rendah jika norepinefrin gagal dalam menaikkan
tekanan darah secara adekuat. Pada pemberian subkutan, diserap tidak sempurna jadi
sebaiknya diberikan per infus. Obat ini merupakan obat yang terbaik karena pengaruh
vasokonstriksi perifernya lebih besar dari pengaruh terhadap jantung (palpitasi).
Pemberian obat ini dihentikan bila tekanan darah sudah normal kembali. Awasi
pemberian obat ini pada wanita hamil, karena dapat menimbulkan kontraksi otot-otot
uterus.
Epinefrin
Pada pemberian subkutan atau im, diserap dengan sempurna dan dimetabolisme cepat
dalam badan. Efek vasokonstriksi perifer sama kuat dengan pengaruhnya terhadap
jantung Sebelum pemberian obat ini harus diperhatikan dulu bahwa pasien tidak
mengalami syok hipovolemik. Perlu diingat obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi
perifer tidak boleh diberikan pada pasien syok neurogenik
Dobutamin
Berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan oleh menurunnya cardiac output.
Dobutamin dapat menurunkan tekanan darah melalui vasodilatasi perifer.
26
Resistensi
Cardiac Tekanan Pembuluh
Obat Dosis
Output Darah Darah
Sistemik
2,5-20
Dopamin + + +
mcg/kg/menit
0,05-2
Norepinefrin + ++ ++
mcg/kg/menit
0,05-2
Epinefrin ++ ++ +
mcg/kg/menit
2-10
Fenilefrin - ++ ++
mcg/kg/menit
2,5-10
Dobutamin + +/- -
mcg/kg/menit
ANURIA
Definisi
27
Anuria dalam arti sesungguhnya adalah suatu keadaan dimana tidak ada produksi
urine dari seorang penderita. Dalam pemakaian klinis diartikan keadaan dimana produksi
urine dalam 24 jam kurang dari 100 ml. Keadaan ini menggambarkan gangguan fungsi ginjal
yang cukup berat dan hal ini dapat terjadi secara pelan-pelan atau yang datang secara
mendadak.
Yang datang pelan-pelan umumnya menyertai gangguan ginjal kronik dan biasanya
menunjukkan gangguan yang sudah lanjut. Yang timbul mendadak sebagian besar disebabkan
gagal ginjal akut, yang secara klinis dipakai bersama-sama dengan keadaan yang disebut
oliguria, yaitu keadaan dimana produksi urine dalam 24 jam antara 100 400 ml.
Etiologi Anuria
Kegagalan fungsi ginjal, yang dapat memiliki penyebab ganda termasuk obat-
obatan atau racun (misalnya, antibeku), diabetes, tekanan darah tinggi. Batu atau tumor dalam
saluran kemih juga dapat menyebabkan obstruksi dengan menciptakan untuk aliran urin.
Kalsium darah yang tinggi, oksalat, atau asam urat, dapat berkontribusi terhadap risiko
pembentukan batu. Pada laki-laki, kelenjar prostat membesar adalah penyebab umum dari
anuria obstruktif.
Anuria akut, di mana penurunan produksi urin terjadi dengan cepat, biasanya
merupakan tanda obstruksi atau gagal ginjal akut. Gagal ginjal akut dapat disebabkan oleh
faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan ginjal, seperti gagal jantung, infeksi, dan
Anuria prerenal misalnya terjadi pada keadaan hipoperfusi seperti akibat dehidrasi,
28
Anuria renal didapatkan pada nekrosis tubuler akut, glumerulonefritis akut, dan pada beberapa
keadaan glumerulopati.
Anuria post-renal dapat terjadi akibat obstruksi urethra oleh karena striktura, pembesaran
prostat, sumbatan kedua ureter misalnya karena trauma atau laparatomi, proses keganasan
1. syok hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan
cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume
sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering,
syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik) (Sudoyo,
2007)
Dua penyebab utama kehilangan darah dari dalam yang cepat adalah cedera pada
organ padat dan rupturnya aneurisma aorta abdominalis. Syok hipovolemik dapat merupakan
akibat dari kehilangan cairan yang signifikan (selain darah). Dua contoh syok hipovolemik
yang terjadi akibat kehilangan cairan, antara lain gastroenteritis masif dan luka bakar yang
Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume darah
dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat dari volume darah yang
berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat pendarahan yang masif atau kehilangan plasma darah.
Penyebab syok hipovolemik dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang terdiri dari
perdarahan misalnya hemoatom subkpsular hati, aneurisma aorta pecah, dan perdarahan
gastrointestinal. Yang kedua adalah kehilangan plasma, terdiri dari luka bakar yang luas,
pankreatitis, deskuamasi kulit. Dan yang ketiga kehilangan cairan ekstraseluler yaitu muntah,
29
dehidrasi, diare, terapi diuretik yang sangat agresif, diabetes insipidus, insufisiensi renal.
(Sudoyo, 2007)
Sistem renalis berespon terhadap syok hipovolemik dengan peningkatan sekresi renin
I, yang selanjutnya akan dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru dan hati. Angotensin
II mempunyai 2 efek utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan pada syok
hipovolemik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos, dan menstimulasi sekresi aldosteron
dari korteks adrenal. Aldosteron bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan
Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari glandula pituitari
posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan
terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Secara tidak
langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus
Gagal ginjal akut adalah suatu komplikasi dari syok dan hipoperfusi, frekuensi
terjadinya sangat jarang karena cepatnya pemberian cairan pengganti. Yang banyak terjadi
kini adalah nekrosis tubular akut akibat interaksi antara syok, sepsis dan pemberian obat yang
nefrotoksik seperti aminoglikosida dan media kontras angiografi. Secara fisiologi, ginjal
mengatasi hipoperfusi dengan mempertahankan garam dan air. Pada saat aliran darah di
ginjal berkurang, tahanan arteriol aferen meningkat untuk mengurangi laju filtrasi
Pada syok, konsumsi oksigen dalam jaringan menurun akibat berkurangnya aliran
darah yang mengandung oksigen atau berkurangnya pelepasan oksigen ke dalam jaringan.
30
Kekurangan oksigen di jaringan menyebabkan sel terpaksa melangsungkan metabolisme
anaerob dan menghasilkan asam laktat. Keasaman jaringan bertambah dengan adanya asam
laktat, asam piruvat, asam lemak, dan keton (Stene-Giesecke, 1991). Yang penting dalam
klinik adalah pemahaman kita bahwa fokus perhatian syok hipovolemik yang disertai asidosis
adalah saturasi oksigen yang perlu diperbaiki serta perfusi jaringan yang harus segera
prioritas utama.(Hadinegoro,2004)
2. Sepsis
Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi oleh karena adanya respon tubuh
sirkulasi darah.
berat. Halini dikatakan berat karena sifatny a yang tidak terkontrol dan
peradangan karena semua tanda responsepsis adalah perluasan dari peradangan biasa
Jika terjadi severe sepsis maka terjadi disfungsi organ, salah satunya
adalah organ ginjal. Serum kreatin in >2 kali diatas batas normal sesuai umur,
atau kenaikan dua kali dari batas dasar kreatinin. Jika terjadi disfungsi organ tandanya :
31
Anuria Renal :
(dalam 48 jam) ditandai dengan peningkatan serum kreatinin (SCr) >0.3 mg/dL (>25
mol/L) atau meningkat sekitar 50% dan adanya penurunan output urin < 0.5
gangguan pada parenkim ginjal (AKI prarenal,~55%); (2) penyakit yang secara
(3) penyakit yang terkait dengan obstruksi saluran kemih (AKI pascarenal,~5%).
Angka kejadian penyebab AKI sangat tergantung dari tempat terjadinya AKI.
obstruksi
- usus
- Kehilangan darah
saluran
32
- kemih (diuretik, hipoadrenal, diuresis osmotik), melalui kulit
- (luka bakar)
- Aritmia
- Vasokonstriksi ginjal
takrolimus,
- amphotericin B
33
- Kegagalan peningkatan resistensi arteriol eferen
- Stenosis a. renalis
V. Sindrom hiperviskositas
- kompresi)
- Glomerulonefritis, vaskulitis
- Toksin
hemolisis,
(bakteri,
- idiopatik
sulfonamida
34
VI. Rejeksi alograf ginjal
AKI pascarenal I. Obstruksi ureter
eksternal
keganasan, darah
Petunjuk klinis AKI prarenal antara lain adalah gejala haus, penurunan UO dan
berat badan dan perlu dicari apakah hal tersebut berkaitan dengan penggunaan OAINS,
penyekat ACE dan ARB. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda hipotensi
ortostatik dan takikardia, penurunan jugular venous pressure (JVP), penurunan turgor
kulit, mukosa kering, stigmata penyakit hati kronik dan hipertensi portal, tanda gagal
jantung dan sepsis. Kemungkinan AKI renal iskemia menjadi tinggi bila upaya pemulihan
status hemodinamik tidak memperbaiki tanda AKI. Diagnosis AKI renal toksik dikaitkan
dengan data klinis penggunaan zat-zat nefrotoksik ataupun toksin endogen (misalnya
mioglobin, hemoglobin, asam urat). Diagnosis AKI renal lainnya perlu dihubungkan
dengan gejala dan tanda yang menyokong seperti gejala trombosis, glomerulonefritis
suprapubik akibat distensi pelviokalises ginjal, kapsul ginjal, atau kandung kemih. Nyeri
pinggang kolik yang menjalar ke daerah inguinal menandakan obstruksi ureter akut.
Keluhan terkait prostat, baik gejala obstruksi maupun iritatif, dan pembesaran prostat
35
pada pemeriksaan colok dubur menyokong adanya obstruksi akibat pembesaran prostat.
Kandung kemih neurogenik dapat dikaitkan dengan pengunaan antikolinergik dan temuan
Post Renal :
1. Striktur uretra
Pada striktur uretra terjadi penyempitan dari lumen uretra akibat terbentuknya
jaringan fibrotik pada dinding uretra. Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam
berkemih, mulai dari aliran berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat
mengalirkan urin keluar dari tubuh.Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat
( Basuki, 2011)
tiga tingkatan, yaituderajat:1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3
diameter lumen uretra2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan diameter
lumen uretra3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari diameter lumen uretra.
(Basuki, 2011)
Gejala dari striktur uretra yang khas adalah pancaran buang air seni kecil dan
bercabang. Gejala yang lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi,
membengkak, infiltrat, abses dan fistel. Gejala lebih lanjutnya adalah retensi urine.
(Rochani,1995)
2. BPH
prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. Ada juga yang
36
Boyarsky dkk (1977) membagi gejala BPH menjadi:
a . G e j a l a o b s t r u k t i f y a n g b e r u p a :
b . G e j a l a i r i t a t i f :
- nokturia
retensiurin sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urine di dalam
vesika. Halini menyebabkan rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika keadaan ini
apabila ada infeksi. Karena penderita harus selalu mengedan pada waktu miksi maka
tekanan intra abdominal dapat meningkat dan menimbulkan hernia dan hemoroid. Oleh
37
karena selalu terdapat sisa kencing di dalam vesika maka dapat terbentuk batu endapan
dan batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Di samping
pembentukan batu retensi kronis dapat pula menyebabkan terjadinya sistitis dan apabila
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan keadaan lain yang
Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu,
dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang sering dirasakan pasien adalah nyeri pinggang.
Nyeri bisa kolik atau bukan kolik. Batu yang terletak di sebelah ureter, dirasakan oleh pasien
ketika saat kencing atau sering kencing, batu dengan ukuran kecil bisa keluar spontan.
(Basuki,2011)
Gejala Anuria
Anuria sendiri adalah gejala, bukan penyakit. Hal ini sering dikaitkan dengan
gejala lain dari kegagalan ginjal, seperti kurangnya nafsu makan, mual, lemah, dan muntah.
Ini adalah sebagian besar hasil dari penumpukan racun dalam darah yang biasanya akan
- Bengkak
- Uremia (Mual, muntah, sakit kepala,pusing, penglihatan kabur)
- Nyeri pada pinggang
Patofisiologi Anuria
Pre-renal
Anuria yang terjadi di prerenal adalah respon fungsional dari ginjal normal terhadap
hipoperfusi. Penurunan volume darah memicu respon sistemik yang bertujuan untuk
38
menormalisasi volume cairan dalam pembuluh darah dengan cara mengurangi GFR. Aktivasi
Tahap awal dari oliguria pre-renal merupakan kompensasi dari perfusi ke ginjal yang
berkurang. Dalam tahap ini yang terjadi adalah auto-regulasi dari ginjal yang
mempertahankan GFR melalui dilatasi arteriolar afferen (melalui respon myogenik, feedback
39
Pada tahap awal ini juga termasuk peningkatan reabsorpsi garam dan air di tubulus
(distimulasi oleh sistem RAA dan sistem saraf simpatis). Biasanya oliguria pre-renal ini
bersifat reversibel apabila perfusi ke ginjal segera diperbaiki. Namun, hipoperfusi ginjal yang
Di fase dekompensasi ini terjadi stimulasi berlebihan dari sistem saraf simpatis dan
sistem RAA, yang menghasilkan vasokonstriksi pembuluh darah di ginjal dan bisa
Intra-renal
struktural ginjal. Yang termasuk kerusakan struktural misalnya penyakit glomerulus primer,
Patofisiologi dari iskemik karena penyakit acute tubular necrosis sudah banyak
dipelajari. Iskemia yang terjadi pada sel tubulus mempengaruhi metabolisme sel dan sel-sel
tubulus mati yang mengakibatkan deskuamasi sel, pembentukan cast , obstruksi intratubular,
40
Gbr 18 . Mekanisme anuria pada acute tubular necrosis
Pada kebanyakan kasus klinis, oligurianya juga bersifat reversibel dan berhubungan
Pasca-renal
Anuria yang disebabkan oleh gangguan pasca ginjal merupakan konsekuensi dari
obstruksi mekanik atau fungsional terhadap aliran urin. Obstruksi bisa terjadi di bagian atas
saluran kemih (pelvis, ureter) ataupun bagian bawah (vesika urinaria sampai keluar tubuh).
Bentuk oliguria dari masalah ini biasanya diperbaiki dengan menghilangkan obstruksi.
Gambaran Klinis
Anamnesis :
Pemeriksaan Fisik :
- Palpasi bimanual atau perkusi di daerah pinggang adanya nyeri atau massa akibat
Pemeriksaan penunjang :
41
Laboratorium :
- Darah rutin
- Urinalisis
- Elektrolit
- Blood urea nitrogen (BUN)
Radiologi :
- Foto polos
- USG Abdomen
- CT scan
- MRI
Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari gejala ini. Yang paling
mudah diobati penyebabnya adalah obstruksi aliran urin, yang sering diselesaikan dengan
Manitol adalah obat yang digunakan untuk meningkatkan jumlah air yang
dikeluarkan dari darah dan dengan demikian meningkatkan aliran darah ke ginjal. Namun,
manitol merupakan kontraindikasi pada anuria sekunder untuk penyakit ginjal, dehidrasi
berat, perdarahan intrakranial (kecuali selama kraniotomi), kongesti paru yang parah, atau
edema paru. Dekstrosa dan Dobutamine yang keduanya digunakan untuk meningkatkan
1. Syok hipovolemik
fatal. Untuk mempertahankan keseimbangan cairan maka input cairan harus sama
untuk mengganti cairan yang hilang. Cairan itu termasuk air dan elektrolit. Tujuan
42
hipovolemik karena perdarahan merupakan akibat lanjut. Pada keadaan demikian,
memperbaiki keadaan umum dengan mengatasi syok yang terjadi dapat dilakukan
dengan pemberian cairan elektrolit, plasma, atau darah. Untuk perbaikan sirkulasi,
langkah utamanya adalah mengupayakan aliran vena yang memadai. Mulailah dengan
memberikan infus Saline atau Ringer Laktat isotonis. Sebelumnya, ambil darah 20
ml untuk pemeriksaan laboratorium rutin, golongan darah, dan bila perlu Cross test.
Perdarahan berat adalah kasus gawat darurat yang membahayakan jiwa. Jika
hemoglobin rendah maka cairan pengganti yang terbaik adalah tranfusi darah.
Resusitasi cairan yang cepat merupakan landasan untuk terapi syok hipovolemik.
Sumber kehilangan darah atau cairan harus segera diketahui agar dapat segera
dilakukan tindakan. Cairan infus harus diberikan dengan kecepatan yang cukup untuk
segera mengatasi defisit atau kehilangan cairan akibat syok. Penyebab yang umum
dari hipovolemia adalah perdarahan, kehilangan plasma atau cairan tubuh lainnya
seperti luka bakar, peritonitis, gastroenteritis yang lama atau emesis, dan pankreatitis
akuta.
dan infeksi serta mempertahankan pasien tetap hidup sampai faal ginjalnya sembuh
43
Bila GGA sudah terjadi diperlukan pengobatan khusus, umumnya dalam ruang
lingkup perawatan intensif sebab beberapa penyakit primernya yang berat seperti
sepsis, gagal jantung dan usia lanjut, dianjurkan untuk inisiasi dialisis dini. Dialisis
bermanfaat untuk koreksi akibat metabolik akibat GGA. Dengan dialisis dapat
diberikan cairan/ antibiotik. GGA post renal memerlukan tindakan cepat dengan ahli
menghilangkan sumbatan yang dapat disebabkan oleh batu, striktur uretra atau
batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk
melakukan tindakan/ terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah
menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena sesuatu indikasi sosial.
2011)
4. Striktur uretra
- Businasi ( dilatasi ) dengan busi logam yang dilakukan secara hati hati. Tidakan
yang kasar akan tambah merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang pada
fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis diantara jaringan uretra yang masih sehat.
(Basuki, 2011)
44
5. Benigna Prostat Hiperplasia
adalah pembedahan, karena pemberian obat- obatan atau terapi non invasif lainnya
membutuhkan waktu yang lama untuk melihat hasil terapi. Pembedahan terbuka :
prostatektomi terbuka adalah tindakan yang paling tua yang masih banyak dikerjakan
saat ini., paling invasif, dan paling efisien sebagai terapi BPH. Pembedahan
ILEUS PARALITIK
Definisi
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal/ tidak mampu
melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya.(1)
Ileus merupakan kondisi dimana terjadi kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltic usus
tanpa adanya obstruksi mekanik.(2)
45
intubasi, sepsis atau infeksi berat, uremia, dibetes ketoasidosis, dan ketidakseimbangan
elektrolit (hipokalemia, hiperkalsemia, hipomagnesemia, hipofosfatemia); dan (3) obat-
obatan yang mempengaruhi motilitas usus (opioid, antikolinergik, fenotiazine). Setelah
pembedahan, usus halus biasanya pertama kali yang kembali normal (beberapa jam), diikuti
lambung (24-48 jam) dan kolon (48-72 jam).(2)
Ileus terjadi karena hipomotilitas dari saluran pencernaan tanpa adanya obstruksi usus
mekanik. Diduga, otot dinding usus terganggu dan gagal untuk mengangkut isi usus.
Kurangnya tindakan pendorong terkoordinasi menyebabkan akumulasi gas dan cairan dalam
usus.
Meskipun ileus disebabkan banyak faktor, keadaan pascaoperasi adalah keadaan yang paling
umum untuk terjadinya ileus. Memang, ileus merupakan konsekuensi yang diharapkan dari
pembedahan perut. Fisiologisnya ileus kembali normal spontan dalam 2-3 hari, setelah
motilitas sigmoid kembali normal. Ileus yang berlangsung selama lebih dari 3 hari setelah
operasi dapat disebut ileus adynamic atau ileus paralitik pascaoperasi. Sering, ileus terjadi
setelah operasi intraperitoneal, tetapi mungkin juga terjadi setelah pembedahan
retroperitoneal dan extra-abdominal. Durasi terpanjang dari ileus tercatat terjadi setelah
pembedahan kolon. Laparoskopi reseksi usus dikaitkan dengan jangka waktu yang lebih
singkat daripada reseksi kolon ileus terbuka.
Konsekuensi klinis ileus pasca operasi dapat mendalam. Pasien dengan ileus merasa
tidak nyaman dan sakit, dan akan meningkatkan risiko komplikasi paru. Ileus juga
meningkatkan katabolisme karena gizi buruk. Secara keseluruhan, ileus meningkatkan biaya
perawatan medis karena memperpanjang rawat inap di rumah sakit.(2)
Trauma abdomen
Pembedahan perut (laparatomy)
Serum elektrolit abnormalitas
1. Hipokalemia
2. Hiponatremia
3. Hipomagnesemia
4. Hipermagensemia
46
Infeksi, inflamasi atau iritasi (empedu, darah)
1. Intrathorak
1. Pneumonia
3. Infark miokard
3. Rongga perut
2. Divertikulitis
3. Nefrolisiasis
4. Kolesistitis
5. Pankreatitis
Iskemia usus
1. Mesenterika emboli, trombosis iskemia
Cedera tulang
1. Patah tulang rusuk
2. Vertebral Retak (misalnya kompresi lumbalis Retak )
Pengobatan
1. Narkotika
2. Fenotiazin
4. Clozapine
Patofisiologi
47
Patofisiologi dari ileus paralitik merupakan manifestasi dari terangsangnya sistem
saraf simpatis dimana dapat menghambat aktivitas dalam traktus gastrointestinal,
menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang ditimbulkan oleh sistem
parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan pengaruhnya melalui dua cara: (1) pada tahap
yang kecil melalui pengaruh langsung norepineprin pada otot polos (kecuali muskularis
mukosa, dimana ia merangsangnya), dan (2) pada tahap yang besar melalui pengaruh
inhibitorik dari noreepineprin pada neuron-neuron sistem saraf enterik. Jadi, perangsangan
yang kuat pada sistem simpatis dapat menghambat pergerakan makanan melalui traktus
gastrointestinal. (7)
Hambatan pada sistem saraf parasimpatis di dalam sistem saraf enterik akan
menyebabkan terhambatnya pergerakan makanan pada traktus gastrointestinal, namun tidak
semua pleksus mienterikus yang dipersarafi serat saraf parasimpatis bersifat eksitatorik,
beberapa neuron bersifat inhibitorik, ujung seratnya mensekresikan suatu transmitter
inhibitor, kemungkinan peptide intestinal vasoaktif dan beberapa peptide lainnya.
Menurut beberapa hipotesis, ileus pasca operasi dimediasi melalui aktivasi hambat
busur refleks tulang belakang. Secara anatomis, 3 refleks berbeda yang terlibat: ultrashort
refleks terbatas pada dinding usus, refleks pendek yang melibatkan ganglia prevertebral, dan
refleks panjang melibatkan sumsum tulang belakang. Refleks panjang yang paling signifikan.
Respon stres bedah mengarah ke generasi sistemik endokrin dan mediator inflamasi yang
juga mempromosikan perkembangan ileus. (9)
Neurogenik. Pasca operasi, kerusakan medulla spinalis, keracunan timbal, kolik ureter, iritasi
persarafan splanknikus, pankreatitis.
48
Infeksi/ inflamasi. Pneumonia, empiema, peritonitis, infeksi sistemik berat lainnya.
Iskemia Usus.
Neurogenik
-
Refleks inhibisi dari saraf afferent: incisi pada kulit dan usus pada operasi
abdominal.
-
Refleks inhibisi dari saraf efferent: menghambat pelepasan neurotransmitter
asetilkolin.(8)
Hormonal
Kolesistokinin, disekresi oleh sel I dalam mukosa duodenum dan jejunum terutama
sebagai respons terhadap adanya pemecahan produk lemak, asam lemak dan
monogliserida di dalam usus. Kolesistokinin mempunyai efek yang kuat dalam
meningkatkan kontraktilitas kandung empedu, jadi mengeluarkan empedu kedalam
usus halus dimana empedu kemudian memainkan peranan penting dalam
mengemulsikan substansi lemak sehingga mudah dicerna dan diabsorpsi.
Kolesistokinin juga menghambat motilitas lambung secara sedang. Oleh karena itu
disaat bersamaan dimana hormon ini menyebabkan pengosongan kandung empedu,
hormon ini juga menghambat pengosongan makanan dari lambung untuk memberi
waktu yang adekuat supaya terjadi pencernaan lemak di traktus gastrointestinal bagian
atas.
Hormon lainnya seperti sekretin dan peptide penghambat asam lambung juga
memiliki fungsi yang sama seperti kolesistokinin namun sekretin berperan sebagai
respons dari getah asam lambung dan petida penghambat asam lambung sebagai
respons terhadap asam lemak dan asam amino. (7)
Inflamasi
-
Makrofag: melepaskan proinflammatory cytokines (NO).
-
prostaglandin inhibisi kontraksi otot polos usus.
Farmakologi
Opioid menurunkan aktivitas dari neuron eksitatorik dan inhibisi dari pleksus
mienterikus. Selain itu, opioid juga meningkatkan tonus otot polos usus dan
menghambat gerak peristaltik terkoordianasi yang diperlukan untuk gerakan propulsi.
(8)
49
-
Opioid: efek inhibitor, blockade excitatory neurons yang mempersarafi otot
polos usus.(8)
Manifestasi Klinik
Ileus adinamik (ileus inhibisi) ditandai oleh tidak adanya gerakan usus yang
disebabkan oleh penghambatan neuromuscular dengan aktifitas simpatik yang
berlebihan. Sangat umum, terjadi setelah semua prosedur abdomen, gerakan usus
akan kembali normal pada: usus kecil 24 jam, lambung 48 jam, kolon 3-5 hari. (4)
Diagnosa
Pada ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen berupa silent abdomen yaitu
bising usus menghilang. Pada gambaran foto polos abdomen didapatkan pelebaran udara usus
halus atau besar.
Anamnesa
50
Pada anamnesa ileus paralitik sering ditemukan keluhan distensi dari usus, rasa mual
dan dapat disertai muntah. Pasien kadang juga mengeluhkan tidak bisa BAB ataupun
flatus, rasa tidak nyaman diperut tanpa disertai nyeri.
Pemeriksaan fisik
-
Inspeksi
-
Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau
nyeri tekan, yang mencakup defence muscular involunter atau rebound dan
pembengkakan atau massa yang abnormal untuk mengetahui penyebab ileus.
-
Perkusi
Hipertimpani
-
Auskultasi
Bising usus lemah atau tidak ada sama sekali (silent abdomen) dan borborigmi
Pemeriksaan penunjang
51
Penatalaksanaan
1. Konservatif
Penderita dipuasakan
2. Farmakologis
52
Simpatis blokade: alpha 2 adrenergik antagonis
3. Operatif
Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis.
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah sepsis
sekunder atau rupture usus.
Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi.
Diagnosis banding
umum untuk ileus adalah pseudo-obstruksi, juga disebut sebagai sindrom Ogilvie, dan
obstruksi usus mekanik.
53
kronis pada pseudo-obstruksi usus juga diamati pada pasien dengan penyakit kolagen-
vaskular, miopati viseral, atau neuropati. Bentuk kronis dari pseudo-obstruksi melibatkan
dismotilitas baik dari usus besar dan kecil. Dismotilitas ini disebabkan hilangnya kompleks
motorik yang berpindah dan bakteri berlebih. semua hal ini bermanifestai klinik sebagai
obstruksi usus kecil.
Pemeriksaan fisik biasanya menunjukkan tanda perut kembung tanpa rasa sakit,
namun pasien bisa juga mempunyai gejala mirip obstruksi. Radiografi dari foto polos
abdomen mengungkapkan adanya keadaan yang terisolasi, dilatasi usus proksimal yang
membesar, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah, dan pencitraan kontras
membedakan ini dari obstruksi mekanik.
Ogilvie pseudo-obstruksi pada pasien dengan infeksi . Perhatikan besar dilatasi kolon,
terutama kolon kanan dan sekum.
Distensi kolon dapat mengakibatkan perforasi caecum, terutama jika diameter caecum
melebihi 12 cm. Tingkat kematian untuk pseudo-obstruksi adalah 50% jika pasien
berkembang menjadi nekrosis iskemik dan perforasi.
Perawatan awal meliputi hidrasi, pemasangan NGT dan rectal tube, koreksi
ketidakseimbangan elektrolit, dan penghentian obat yang menghambat motilitas usus.
Dekompresi melalui kolonoskopi cukup efektif dalam mengurangi pseudo-obstruksi.
Neostigmine intravena mungkin juga efektif, menghasilkan perbaikan pseudo-obstruksi
dalam waktu 10-30 menit. Dosis 2,5 mg dari neostigmine diinfuskan perlahan-lahan selama 3
menit dengan pengawasan jantung untuk mengamati efek bradikardi. Jika terjadi bradikardia,
atropin harus diberikan. Laparotomi dan reseksi usus untuk peritonitis dan iskemia
merupakan jalan terakhir.
54
Obstruksi Mekanik
Obstruksi mekanik usus dapat disebabkan oleh adhesi, volvulus , hernia, intususepsi ,
benda asing, atau neoplasma. Pasien datang dengan nyeri kram perut berat yang paroksismal.
Pemeriksaan fisik ditemukan borborygmi bertepatan dengan kram perut. Pada pasien yang
kurus, gelombang peristaltik dapat divisualisasikan. Dengan auskultasi dapat terdengar suara
bernada tinggi, denting suara bersamaan dengan aliran peristaltic. Jika obstruksi total, pasien
mengeluhkan tidak bisa BAB. Muntah mungkin terjadi tapi bisa juga tidak jika katup
ileocecal kompeten dalam mencegah refluks. Tanda peritoneal terlihat nyata jika pasien
mengalami strangulasi dan perforasi.
Menegakkan diagnosis dari obstruksi usus mekanik dapat dibantu dengan pencitraan
endoskopi menggunakan kontras.
Obstruksi mekanik usus disebabkan oleh karsinoma kolon kiri. Perhatikan tidak
adanya gas usus sepanjang usus besar.(6)
Tabel berikut menyajikan perbedaan antara ileus, pseudo-obstruksi, dan obstruksi mekanis.
55
Ileus Pseudo-obstruksi Mekanikal Obstruksi
Gejala sakit perut, nyeri kram perut, konstipasi, nyeri kram perut,
kembung, mual, obstipasi, mual, muntah, konstipasi, obstipasi, mual,
muntah, anoreksia muntah, anoreksia
konstipasi
Temuan Silent abdomen, Borborygmi, timpani, Borborygmi, timpani,
Pemeriksaan kembung, gelombang peristaltik, gelombang peristaltik, bising
Fisik timpani bising usus hiperaktif atau usus hiperaktif ayau
hipoaktif, distensi, nyeri hipoaktif, distensi, nyeri
terlokalisasi terlokalisasi
Gambaran dilatasi usus dilatasi usus besar yang Bow-shaped loops in ladder
Radiografi kecil dan besar, terlokalisir, diafragma pattern, berkurangnya gas
diafragma meninggi kolon di distal, diafragma
meninggi agak tinggi, air fluid level.
56
tinggi
Obstruksi +++ +++ + Meningkat -
simple
(Kolik) Lambat, fekal
rendah
Obstruksi ++++ ++ +++ Tak tentu +
strangulasi
(terus- biasanya
menerus, meningkat
terlokalisir)
Paralitik + ++++ + Menurun -
Oklusi +++++ +++ +++ Menurun +
vaskuler
Prognosis
Prognosis dari ileus bervariasi tergantung pada penyebab ileus itu sendiri. Bila ileus
hasil dari operasi perut, kondisi ini biasanya bersifat sementara dan berlangsung sekitar 24-72
jam. Prognosis memburuk pada kasus-kasus tetentu dimana kematian jaringan usus terjadi;
operasi menjadi perlu untuk menghapus jaringan nekrotik. Bila penyebab primer dari ileus
cepat tertangani maka prognosis menjadi lebih baik.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
57
2. Kumar, Abbas, Fausto. 2008. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 7th
edition. Saunders.
58