ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN KOLITIS
DI RUANG MAWAR RSD dr. SOEBANDI JEMBER
Oleh:
NAMA : Khoirul Romadhan, S.Kep.
NIM : 082311101031
( ) ( )
NIP. NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KOLITIS
Oleh: Khoirul Romadhan, S.Kep.
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan akumulasi
cytokine yang mengganggu ikatan antar sel epitel sehingga menstimulasi
sekresi kolon, stimulasi sel goblet untuk mensekresi mucus dan mengganggu
motilitas kolon. Mekanisme ini menurunkan kemampuan kolon untuk
mengabsorbsi air dan menahan feses ( Tilley et al, 1997).
Kolitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi akut
atau kronik oleh virus, bakteri, dan amoeba, termasuk keracunan makanan.
Kolitis dapat juga disebabkan gangguan aliran darah ke daerah kolon yang
dikenal dengan kolitis iskemik. Adanya penyakit autoimun dapat
menyebabkan kolitis, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Cohrn. Kolitis
limfositik dan kolitis kolagenus disebabkan beberapa lapisan dinding kolon
yang ditutupi oleh sel-sel limfosit dan kolagen. Selain itu, kolitis dapat
disebabkan zat kimia akibat radiasi dengan barium enema yang merusak
lapisan mukosa kolon, dikenal dengan kolitis kemikal.
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kolitis ditinjau dari teori
Blum dibedakan menjadi empat faktor, yaitu: faktor biologi, faktor
lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor prilaku.
1) Faktor Biologi: Jenis kelamin: Wanita beresiko lebih besar dibanding laki-
laki. Usia: 15-25 tahun, dan lebih dari 50 tahun. Genetik/ familial: Riwayat
keluarga dengan kolitis
2) Faktor Lingkungan: Lingkungan dengan sanitasi dan higienitas yang
kurang baik. Nutrisi yang buruk
3) Faktor Perilaku: Kegemukan (obesitas). Merokok. Stress / emosi.
Pemakaian laksatif yang berlebihan. Kebiasaan makan makanan tinggi
serat, tinggi gula, alkohol, kafein, kacang, popcorn, makanan pedas.
Kurang kesadaran untuk berobat dini. Keterlambatan dalam mencari
pengobatan. Tidak melakukan pemeriksaan rutin kesehatan.
4) Faktor Pelayanan Kesehatan: Minimnya pengetahuan petugas kesehatan.
Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Keterlambatan dalam
diagnosis dan terapi. Kekeliruan dalam diagnosis dan terapi. Tidak
adanya program yang adekuat dalam proses skrining awal penyakit.
2. Klasifikasi
Berdasarkan penyebab dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Kolitis infeksi, misalnya : shigelosis, kolitis tuberkulosa, kolitis amebik,
kolitis pseudomembran, kolitis karena virus/bakteri/parasit.
2) Kolitis non-infeksi, misalnya : kolitis ulseratif, penyakit Crohns kolitis
radiasi, kolitis iskemik, kolitis mikroskopik, kolitis non-spesifik (simple
colitis).
Pembahasan ini difokuskan pada kolitis infeksi yang sering ditemukan di
Indonesia sebagai daerah tropik, yaitu kolitis amebik, shigellosis, dan kolitis
tuberkulosa serta infeksi E.coli patogen yang dilaporkan sebagai salah satu
penyebab utama diare kronik di Indonesia
3. Etiologi
Kolitis bisa menjalar ke belakang sehingga menyebabkan proktitis.
Penyebab dari kolitis ada beberapa macam antara lain ( Tilley et al, 1997) :
4. Patofisiologi
Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat,
demam tinggi, sakit perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama
serangan, penderita tampak sangat sakit. Yang lebih sering terjadi adalah
serangannya dimulai bertahap, dimana penderita memiliki keinginan untuk
buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut bawah dan tinja yang
berdarah dan berlendir.
Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin
normal atau keras dan kering. Tetapi selama atau diantara waktu buang air
besar, dari rektum keluar lendir yang mengandung banyak sel darah merah
dan sel darah putih. Gejala umum berupa demam, bias ringan atau malah
tidak muncul. Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan
penderita buang air besar sebanyak 10-20 kali/hari.
Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum
yang terasa nyeri, disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada
malam haripun gejala ini tidak berkurang. Tinja tampak encer dan
mengandung nanah, darah dan lendir. Yang paling sering ditemukan adalah
tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.
Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya
berkurang.Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang
dari lapisan mukosa kolon dan rectum. Penyakit ini umumnya mengenai
orang kaukasia, termasuk keturunan Yahudi. Puncak insidens adalah pada
usia 30-50 tahun. Kolitis ulseratif adalah penyakit serius, disertai dengan
komplikasi sistemik dan angka mortalitas yang tinggi. Akhirnya 10%-15%
pasien mengalami karsinoma kolon.
Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan
dikarakteristikkan dengan adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan
deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik. Perdarahan terjadi sebagai
akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara bergiliran, satu
lesi diikuti lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya
dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek dan
menebal akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak.
5. Pathways
7. Pemeriksaan Penunjang
Gambaran radiologi
a. Foto polos abdomen
1. Untuk melihat organ dalam abdomen
2. Mampu memperjelas abnormalitas (massa, tumor,
obstruksi/striktura)
3. Umumnya dilakukan pertama kali ketika mendiagnosis masalah GI
tract.
4. Tidak memerlukan persiapan khusus
5. Pasien memakai gaun, melepas perhiasan & ikat pingang yang
mungkin mempengaruhi hasil
b. Barium enema
Barium enema atau lower GI series merupakan pemeriksaan X-ray
pada colon.
c. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) adalah suatu pemeriksaan diagnostik non invasif
dengan menggunakan gelombang frekuensi tinggi kedalam abdomen.
Gelombang-gelombang ini dipantulkan kembali dari permukaan
struktur organ sehingga komputer dapat menginterprertasikan densitas
jaringan berdasarkan gelombang-gelombang tersebut.
d. CT-scan dan MRI
e. Pemeriksaan Endoskopi
Endoskopi temuan di kolitis ulseratif meliputi:
- Hilangnya penampilan vaskular kolon
- Eritema (atau kemerahan dari mukosa) dan kerapuhan dari mukosa
- Ulserasi yang dangkal, yang mungkin anak sungai, dan
- Pseudopolyps.
8. Pemeriksaan Diagnostik
1) Contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan
selama penyakit): terutama mengandung mukosa, darah, pus
dan organisme usus khususnya entomoeba histolytica.
2) Protosigmoidoskopi: memperlihatkan ulkus, edema, hiperermia,
dan inflamasi (akibat infeksi sekunder mukosa dan submukosa). Area
yang menurun fungsinya dan perdarahan karena nekrosis dan ulkus terjadi
pada 35 % bagian ini.
3) Sitologi dan biopsy rectal membedakan antara pasien infeksi
dan karsinoma. Perubahan neoplastik dapat dideteksi, juga karakter
infiltrat inflamasi yang disebut abses lapisan bawah.
4) Enema bartum, dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi
dilakukan, meskipun jarang dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena
dapat membuat kondisi eksasorbasi.
5) Kolonoskopi: mengidentigikasi adosi, perubahan lumen dinding,
menunjukkan obstruksi usus.
6) Kadar besi serum: rendah karena kehilangan darah. Masa protromlain:
memanjang pada kasus berat karena gangguan faktor VII dan X
disebabkan oleh kekurangan vitamin K.
7) ESR: meningkat karena beratnya penyakit Trombosis: dapat terjadi karena
proses penyakit inflamasi.
8) Elektrolit: penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian/pengumpulan data
a. Data Biografi: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan
b. Data Dasar Pengkajian Klien
1) Aktivitas/istirahat
Gejala:
- Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah
- Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
- Merasa gelisah dan ansietas
- Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek
proses penyakit.
2) Sirkulasi
Tanda:
- Takikardia Crospons terhadap demam, dehidrasi, proses
inflamasi, dan nyeri.
- Kemerahan area akimonsis (kekurangan vitamin K)
- TD: hipotensi, termasuk postural
- Kulit/membrane mukosa, turgor buruk, kering, lidah pecah
(dehidrasi/ malnutrisi)
3) Integritas ego
Gejala:
- Ansietas, ketakutan, emosi, kesal, misalnya perasaan
tak berdaya/tak ada harapan
- Faktor stress akut/kronis, misalnya hubungan
dengan keluarga/pekerjaan, pengobatan yang mahal
- Faktor budaya peningkatan prevalensi dari populasi
4) Eliminasi
Gejala:
- Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau
berair
- Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul,
sering tak dapat dikontrol (sebanyak 20 30 kali defekasi/hari)
- Perasaan dorongan/kram (temosmus), defekasi
berdarah/pus/ mukosa dengan atau tanpa keluar feses.
- Perdarahan per rectal
- Riwayat batu ginjal (dehidrasi)
Tanda:
- Menurunnya bising usus, tak ada peristoltik atau adanya
peristoltik yang dapat dilihat.
- Hemosoid, fisura anal (25 %), fisura perianal
- Oliguria
5) Makanan/ cairan
Gejala:
- Anoreksia, mual/muntah
- Penurunan berat badan
- Tidak toleran terhadap diet/sensitif misalnya buah segar/sayur
- Produk susu makanan berlemak.
Tanda:
- Penurunan lemak subkutan/massa otot
- Kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk
- Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
6) Higine
Tanda:
- Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
- Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin
- Bau badan
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala:
- Nyeri/nyeri tekan pada kwadran kiri bawah (mungkin hilang
dengan defekasi)
- Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (arthritis)
- Nyeri mata, fotofobia (iritis)
Tanda:
- Nyeri tekan abdomen/distensi
8) Keamanan
Gejala:
- Riwayat lupus eritoma tous, anemia hemolitik, vaskulitis,.
- Arthritis (memperburuk gejala dengan eksoserbasi penyakit
usus)
- Peningkatan suhu 39,6 40 C (eksoserbasi akut)
- Penglihatan kabur
- Alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine
ke dalam usus dan mempunyai efek inflamasi)
Tanda:
- Lesi kulit mungkin ada misalnya:
eritoma nodusum (meningkat), nyeri, kemerahan dan
membengkak pada tangan, muka, plodeima gangrionosa (lesi
tekan purulen/lepuh dengan batas keunguan)
- Ankilosa spondilitis
- Uveitis, kongjutivitis/iritis.
9) Seksualitas
Gejala: frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual
10) Interaksi sosial
Gejala:
- Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi
- b) Ketidakmampuan aktif dalam social
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus
ditandai dengan peningkatan bunyi usus/ peristaltik, defikasi sering dan
berair, perubahan warna feses, dan nyeri abdomen, kram.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
kehilangan cairan: diare ditandai dengan mual, muntah, dan diare berat.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorpsi nutrien, status hipermetabolik, secara medik masukan makanan
dibatasi ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan lemak
subkutan/ massa otot, tonus otot buruk, bising usus, konjungtiva dan
membrane mukosa pucat serta menolak untuk makan.
d. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis/ rangsangan simpatis
(proses inflamasi), ancaman konsep diri (dirasakan atau aktual),
ancaman terhadap perubahan status kesehatan, status sosioekonomis,
fungsi peran, pola interaksi ditandai dengan eksaserbasi penyakit tahap
akut, peningkatan tegangan, distensi, ketakutan, menunjukan masalah
tentang perubahan hidup, perhatian pada diri sendiri.
e. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diere lama, iritasi
kulit/ jaringan, eksoriasi fisura perirektal; fistula ditandai dengan nyeri
abdomen kolik/ kram/ nyeri menjalar, perilaku berhati- hati/ distraksi,
gelisah, nyeri wajjah, dan perhatian pada diri sendiri.
f. f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi,
kurang mengingat, dan tidak mengenal sumber ditandai dengan
pertanyaan, meminta informasi, pernyataan salah konsep, tidak akurat
mengikuti instruksi, dan terjadi komplikasi/ eksaserbasi yang dapat
dicegah.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Diare Setelah diberikan 1. Observasi dan Membantu membedakan
berhubungan asuhan catat frekuensi penyakit individu dan
dengan keperawatan defekasi, mengkaji beratnya episode.
inflamasi, selama ...x 24 jam karakteristik,
iritasi, atau diharapkan diare karakteristik,
Istirahat menurunkan
malabsorpsi pasien terkontol jumlah, dan faktor
motilitas usus juga
usus ditandai dengan out come: pencetus.
1. penurunan menurunkan laju
dengan
2. Tingkatkan tirah
frekuensi metabolisme bila infeksi
peningkatan
baring, berikan alat-
defekasi, atau perdarahan sebagai
bunyi usus/
alat disamping
konsistensi komplikasi.
peristaltik, kembali normal tempat tidur.
2.mengidentifikas Menghindarkan iritan dan
defikasi
i / menghindari meningkatkan istirahat usus.
sering dan
factor pemberat. 3. identifikasi
berair,
makanan dan cairan Memberikan istirahat kolon
perubahan
yang mencetus diare. dengan menghilangkan atau
warna feses,
menurunkan rangsang
dan nyeri 4. Mulai lagi
makanan/ cairan.
abdomen, pemasukan cairan
kram. per oral secara Adanya penyakit dengan
bertahap. penyebab tak diketahui sulit
untuk sembuh dan yang
5. Berikan memerlukan intervensi
kesempatan untuk bedah dapat menimbulkan
menyatakan frustasi reaksi stress yang dapat
sehubungan dengan memperburuk situasi
proses penyakit.
Tanda bahwa toksik
megakolon atau perforasi
dan peritonitis akan terjadi/
6. Observasi demam,
telah terjadi memerlukan
takikardia, letargi,
intervensi medik segera.
leukositosis,
penurunan protein
Membantu kesembuhan
serum, ansietas, dan
pasien.
kelesuan.
7. Memberikan obat
sesuai indikasi
2 Kekurangan Setelah diberikan 1. Awasi masukan Memberikan informasi
volume asuhan dan keluaran, tentang keseimbangan
cairan keperawatan karakter, dan jumlah cairan, fungsi ginjal dan
berhubungan selama ...x 24 jam feses; perkirakan control penyakit usus juga
dengan diharapkan diare kehilangan yang tak merupakan pedoman untuk
peningkatan pasien terkontol terlihat. penggantian cairan.
kehilangan dengan out come:
2. Observasi kulit Menunjukan kehilangan
1.
cairan: diare
kering berlebihan cairan berlebihan/ dehidrasi.
Mempertahankan
ditandai
dan membran
volume cairan
dengan mual,
mukosa, penurunan
adekuat
muntah, dan
turgor kulit,
dibuktikan oleh
diare berat.
pengisisan kapier Indikator cairan dan status
membran mukosa
lambat. nutrisi.
lembab, turgor
kulit baik, dan 3. Ukur berat badan Kolon diistirahatkan untuk
pengisian kapiler tiap hari. penyembuhan dan untuk
baik. penyembuhan dan untuk
4. Pertahankan
2. Tanda vital
menurunkan kehilangan
pembatasan per oral,
stabil,
cairan usus.
tirah baring; hindari
keseimbangan
kerja. Diet tidak adekuat dan
masukan dan
penurunan absorpsi dapat
keluaran dengan
5. Observasi menimbulkan defisiensi
urine normal
perdarahan dan tes vitamin K dan merusak
dalam konsentrasi
feses tiap hari untuk koagulasi, potensial resiko
jumlah.
adanya darah samar. perdarahan.
Membantu kesembuhan
9. Berikan obat
pasien.
sesuai indikasi.
3. Nutrisi Setelah diberikan 1. Timbang berat Memberikan informasi
kurang dari asuhan badan tiap hari. tentang kebutuhan diet/
kebutuhan keperawatan kefektifan terapi.
tubuh selama ...x 24 jam 2. dorong tirah
Menurunkan kebutuhann
berhubungan diharapkan diare baring atau
metabolik untuk mencegah
dengan pasien terkontol pembatasan aktivitas
penurunan kalori dan
gangguan dengan out come: selama fase sakit
simpanan energi.
1. Menunjukan
absorpsi akut.
berat badan stabil Menenangkan peristaltic
nutrien,
3. Anjurkan istirahat
atau peningkatan dan meningkatkan energi
status
sebelum makan.
berat badan sesuai untuk makan.
hipermetabol
dengan nilai
ik, secara Mulut yang bersih dapat
4. Berikan
laboratorium
medik meningkkatkan rasa
kebersihan oral.
normal.
masukan makanan.
2. Tidak ada tanda
makanan
malnutrisi. 5. Sediakan Lingkungan yang
dibatasi
makanan dalam menyenangkan menurunkan
ditandai
ventilasi yang baik, stress dan lebih kondusif
dengan
lingkungan yang untuk makan.
penurunan
menyenangkan,
berat badan,
dengan situasi tidak
penurunan Mencegah serangan akut/
terburu- buru.
lemak eksaserbasi gejala.
6. Batasi makanan
subkutan/
yang dapat
massa otot,
menyebabkan kram Memberikan rasa kontrol
tonus otot
abdomen, flatus. pada pasien dan kesempatan
buruk, bising
usus, untuk memilih makanan
7. Catat masukan
konjungtiva yang diinginkan/ dinikmatii,
dan perubahan
dan dapat meningkatkan
simtomtologi.
membrane masukan.
mukosa
Keragu-raguan untuk makan
pucat serta
8. Dorong pasien mungkin diakibatkan oleh
menolak
untuk menyatakan takut makanan akan
untuk makan.
perasaan masalah menyebabkan eksaserbasi
mulai makan diet. gejala.
Istirahat usus menurunkan
9. Pertahankan puasa
peristatik dan diare dimana
sesuai indikasi.
menyebabkan malabsorpsi/
kehilangan nutrien.
Membantu kesembuhan
11. Berikan obat
pasien.
sesuai indikasi.
7. Bersihkan area
Melindungi kulit dari asam
rektal dengan sabun
usus, mecegah eksoriasi
dan air dan berikan
perawatan kulit (mis.
Salep)
Melindungi kulit dari asam
8. Berikan rendam
usus, mecegah eksoriasi
duduk dengan tepat
Dapat menunjukkan
9. Observasi distensi
terjadinya obstruksi usus
abdomen,
karena inflamasi, edema,
peningkatan suhu
tubuh, penurunan dan jaringan parut
TD
Istirahat usus penuh dapat
10. Lakukan menurunkan nyeri, kram
modifikasi diet
sesuai resep Untuk memudahkan
istirahat yang adekuat dan
11. Berikan obat
penyembuhan,
analgesik,
menghilangkan spasme GI
antikolinergik dan
dan merileksasi otot rektal
anodin supositoria
Memberikan kesejukan
12. Bantu dengan lokal dan kenyamannan
mandi duduk pada rektal
6. Kurang Setelah diberikan 1.Tentukan persepsi Membuat pengetahuan dasar
pengetahuan asuhan pasien tentang dan memberikan kesadaran
tentang keperawatan proses penyakit kebutuhan belajar individu
kondisi, selama......x24
prognosis, jam diharapkan 2. Kaji ulang proses Faktor pencetus/pemberat
dan pasien penyakit, penyebab individu sehingga waspada
kebutuhan mendapatkan gejala, identifikasi pada faktor gejala dan
pengobatan pengetahuan cara menurunkan memliki pengetahuan dasar
berhubungan dengan kriteria faktor pendukung ,
dengan hasil: dorong pertanyaan
1.menyatakan Meningkatkan pemahaman
kesalahan
3. Kaji ulang obat,
pemahaman dan kerjasama dalam
interpretasi
tujuan, frekuensi,
terhadap penyakit program penyembuhan
informasi,
2.mengidentifikas dosis, dan
kurang
i stres kemungkinan efek
mengingat, 3.berpartisipasi
samping Steroid dapat mengontrol
dan tidak dalam pengobatan
inflamasi namun dapat
4.melakukan 4. Ingatkan pasien
mengenal
menurunkan ketahanan
perubahan pola untuk
sumber
terhadap infeksi
hidup mengobservasi efek
ditandai
dengan samping obatbila
Menurunkan penyebaran
pertanyaan, steroid dberikan
bakteri, iritasi kulit dan
meminta dalam waktu
infeksi
informasi, panjang
pernyataan Merokok dapat
5. Tekankan
salah konsep, menyebabkan motilitas usus
pentingnya
tidak akurat
perawatan kulit Pasien dengan inflamasi
mengikuti
penyakit usus berisiko
6. Menganjurkan
instruksi, dan
kanker kolon sehingga
berhenti merokok
terjadi
evaluasi periodik diperlukan
komplikasi/ 7. Penuhi evaluasi
Pasien mendapatkan
eksaserbasi jangka panjang dan
pelayanan dalam koping
yang dapat evaluasi uang
dengan penyakit kronis dan
dicegah. periodic
evaluasi obat
8. Rujuk ke
komunitas yang
tepat
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2.
Jakarta: EGC
Ester, Monica. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Marliynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.
Moorhouse, Dongoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3.
Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2.Edisi 8
.Jakarta EGC