7. Pemeriksaan Penunjang :
Hasil USG Traktus Urinarius
Kesan :
Hyperplasia Prostat, Vol. Prostat 40 mL
Penebalan dinding Buli-buli, permukaan irregular, Suspek CA, Buli-buli DD Cystitis Kronik.
Daftar Pustaka :
1. Roehrborn CG, McConnell JD. Etiology, Pathophysiology, Epidemiology, and Natural History of
Benign Prostatic Hyperplasia. Dalam: Campbells Urology, edisi ke-7. Editor: Walsh PC, Retik AB,
Vaughan ED, dan Wein AJ. Philadelphia: WB Saunders Co; 2000. p. 1297-330, 1429-52.
2. Chatelain CH, Denis L, Foo JKT, et al. Recommendations of The International Scientific
Committee: Evaluation and Treatment of Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) in older man.
Dalam: Chatelain Ch, Denis L, Foo JKT. Khoury S, McConnell J (editors). Benign Prostatic
Hyperplasia. 5th International Consultation on BPH. London, Health Publication Ltd; 2000. p. 519-
35.
3. Lee C, Cockett A, Cussenot O, Griflith K, Isaac W, Shalken J. Regulation of Prostatic Growth.
Dalam: Chatelain CH, Denis L, Foo KT, Khoury S, McConnell J (editors). Benign Prostatic
Hyperplasia. 5th International Consultation on BPH. London, Health Publication Ltd; 2001. p.79-
116.
4. Ikatan Ahli Urologi Indonesia. Panduan Penatalaksanaan (Guidelines) Benign Prostatic Hyperplasia
(BPH) di Indonesia. Jakarta. 2003. p. 15-35.
5. Rahardjo D. Prostat: Kelainan-Kelainan Jinak, Diagnosis, dan Penanganan. Jakarta: 1999. p. 42-55.
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis BPH dan BSK
Diagnosa ditegakkan dari anamnesa yang meliputi keluhan dari gejala dan tanda obstruksi dan
iritasi. Kemudian dilakukan pemeriksaan colok dubur untuk merasakan/meraba kelenjar prostat. Dengan
pemeriksaan ini bisa diketahui adanya pembesaran prostat, benjolan keras (menunjukkan kanker) dan nyeri
tekan (menunjukkan adanya infeksi).
Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai dari tanpa gejala hingga
menunjukkan gejala yang sangat berat. Gejala yang sering timbul ialah disuria, polakisuria, dan terdesak
kencing yang biasanya terjadi bersamaan, disertai nyeri suprapubik dan daerah pelvis. Gejala klinis ISK
sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi, yaitu :
a. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa nyeri supra pubik, disuria, frekuensi,
hematuri, dan urgensi,
b. Pada ISK bagian atas, dapat ditemukan gejala demam, kram, nyeri punggung, muntah
2. Klasifikasi ISK
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, termasuk ginjal
itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme.(1) Beberapa istilah yang sering digunakan dalam klinis
mengenai infeksi saluran kemih :
- ISK uncomplicated (sederhana), yaitu infeksi saluran kemih pada pasien tanpa disertai kelainan
anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih.
- ISK complicated (rumit), yaitu infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita
kelainan anatomis/ struktur saluran kemih , atau adanya penyakit sistemik. Kelainan ini
menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika.
- First infection (infeksi pertama kali) atau isolated infection, yaitu infeksi saluran kemih yang
baru pertama kali diderita atau infeksi yang didapat setelah sekurang kurangnya 6 bulan bebes
dari ISK.
- Infeksi berulang, yaitu timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya dapat dibasmi dengan
pemberian antibiotika pada infeksi yang pertama.
- Asymtomatic significant bacteriuria (ASB), yaitu bakteriuria yang bermakna tanpa disertai
gejala.
Presentasi klinis infeksi saluran kemih (ISK) bawah tergantung dari gender.
Perempuan
Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna,
adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril)
Laki laki
Presentasi ISK bawah pada laki laki dapat berupa sistitis, prostatitis, epidimidis,
dan uretritis.
b. ISK atas
Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan
oleh infeksi bakteri.
Pielonefritis kronik (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta refluk
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
5. Tatalaksana BPH sebagai terapi utama mencegah ISK pada pasien dengan BPH
Penatalaksanaan terhadap BPH dibagi menjadi watchful waiting, medikamentosa, minimal invasive,
dan pembedahan (operatif). Hal ini dapat didasarkan pada skor IPSS yang didapatkan dari penderita.
Watchful waiting
Watchful waiting dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan (skor IPSS <3).
1. Pasien diberi nasihat agar mengurangi minum setelah makan malam agar mengurangi nokturia.
2. Menghindari obat-obat parasimpatolitik (mis: dekongestan).
3. Mengurangi kopi.
4. Melarang minum minuman alkohol agar tidak terlalu sering buang air kecil. Penderita dianjurkan
untuk kontrol setiap tiga bulan untuk diperiksa: skoring, uroflowmetri, dan TRUS.
5. Bila terjadi kemunduran, segera diambil tindakan.
Medikamentosa
Pilihan terapi non-bedah adalah pengobatan dengan obat (medikamentosa). Terdapat tiga macam
terapi dengan obat yang sampai saat ini dianggap rasional, yaitu dengan penghambat adrenergik a-1,
penghambat enzim 5a reduktase, dan fitoterapi.
Penghambat adrenergik a-1
Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor a-1 yang banyak ditemukan pada otot polos ditrigonum, leher
buli-buli, prostat, dan kapsul prostat. Dengan demikian, akan terjadi relaksasi di daerah prostat sehingga
tekanan pada uretra pars prostatika menurun dan mengurangi derajat obstruksi. Obat ini dapat memberikan
perbaikan gejala obstruksi relatif cepat.
Contoh obat: prazosin, terazosin dosis 1 mg/ hari, dan dapat dinaikkan hingga 2-4 mg/ hari. Tamsulosin
dengan dosis 0.2-0.4 mg/ hari.
Penghambat enzim 5a reduktase
Obat ini bekerja dengan menghambat kerja enzim 5a reduktase, sehingga testosteron tidak diubah menjadi
dehidrotestosteron. Dengan demikian, konsentrasi DHT dalam jaringan prostat menurun, sehingga tidak
akan terjadi sintesis protein. Obat ini baru akan memberikan perbaikan simptom setelah 6 bulan terapi.
Salah satu efek samping obat ini adalah menurunnya libido dan kadar serum PSA2. Contoh obat : finasteride
dosis 5 mg/ hari.
Kombinasi penghambat adrenergik a- 1 dan penghambat enzim 5a reduktase
Terapi kombinasi penghambat adrenergik a-1 dan penghambat enzim 5a reduktase pertama kali dilaporkan
oleh Lepor dan kawan-kawan pada 1996. Terdapat penurunan skor dan peningkatan Qmax pada kelompok
yang menggunakan penghambat adrenergik a-1. Namun, masih terdapat keraguan mengingat prostat pada
kelompok tersebut lebih kecil dibandingkan kelompok lain. Penggunaan terapi kombinasi masih
memerlukan penelitian lebih lanjut.
Fitoterapi
Terapi dengan bahan dari tumbuh-tumbuhan populer diberikan di Eropa dan baru-baru ini di
Amerika. Obat-obatan tersebut mengandung bahan dari tumbuhan seperti Hypoxis rooperis, Pygeum
africanum, Urtica sp, Sabal serulla, Curcubita pepo, Populus temula, Echinacea purpurea, dan Secale
cerelea. Masih diperlukan penelitian untuk mengetahui efektivitas dan keamanannya.
Minimal invasive
Meliputi :
1) TUBD (Transurethral Balloon Dilatation)
2) Prostat Stent
3) Terapi Termal , dibagi menjadi tiga macam antara lain14:
a. Hipertermi
b. TUMT (Transurethral Microwave Thermotherapy)
c. TUNA (Transurethral Needle Ablation)
Pembedahan (operatif)
Pembedahan biasanya dilakukan terhadap penderita yang mengalami :
- inkontinensia uri
- hematuria
- retentio uri
- infeksi saluran kemih berulang
Prostatektomi digolongkan dalam 2 golongan :
1. Prostatektomi tertutup
2. Prostatektomi terbuka