Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR LANJUTAN

JEMBATAN WHEATSTONE

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode jembatan wheatstone pada dasarnya merupakan salah satu cara untuk menentukan
suatu hambatan yang dilakukan dengan membandingkan besar hambatan yang sudah diketahui
nilainya dengan hambatan yang belum diketahui nilainya. Jembatan wheatstone adalah sebuah
metode yang tersusun atas komponen-komponen elektronika digunakan untuk menentukan
tahanan suatu penghantar dengan teliti. Metode jembatan wheatstone dilakukan dengan mengacu
pada hukum Ohm dan hukum Kirchoff I dan II. Hukum Ohm menyatakan hubungan antara beda
potensial V dan arus I, bahwa kuat arus I dalam sebuah kawat berbanding lurus dengan beda
potensial V dan berbanding terbalik dengan hambatan R. Hukum Kirchoff I menyatakan bahwa
apabila beberapa penghantar berarus bertemu pada satu titik, maka jumlah arus yang masuk sama
dengan jumlah arus yang keluar. Kuat arus yang masuk ditandai positif dan yang keluar ditandai
negatif. Hukum Kirchoff II menyatakan bahwa dalam suatu rangkaian tertutup, jumlah aljabar
gaya gerak listrik (GGl/E) dan jumlah penurunan potensial adalah sama dengan nol.
Jembatan wheatstone dapat dijumpai dalam rangkaian elektronika, maka dari itu melalui
praktikum jembatan wheatstone diharapkan lebih memahami konsep jembatan wheatstone serta
aplikasi jembatan wheatstone dalam kehidupan sehari-hari, karena itu praktikum mengenai
jembatan wheatstone sangat penting dilakukan. Missal aplikasi jembatan wheatstone sangat
dibutuhkan oleh orang-orang yang berkutik dalam bidang elektronika, untuk menentukan besar
hambatan sebuah resistor yang belum diketahui nilainya. Selain dalam bidang elektronika
jembatan whaetstone juga dimanfaatkan dalam bidang perikanan, dimana dalam sebuah kolam
perkembangbiakan ikan terdapat alat hitung ikan digital untuk menghitung ikan yang berpindah
dari kolam lama kekolam yang baru, dengan bantuan rangkaian jembatan wheatstone alat hitung
ikan digital dapat bekerja.
Percobaan jembatan wheatstone dilakukan dengan rangkaian jembatan wheatstone, dimana
pada rangkaian tersusun komponen-komponen diantaranya resistoryang sudah diketahui nilainya
(1 ) dan resistor yang belum diketahui nilainya. Rangkaian dihubungkan dengan kawat yang
kemudian ditentukan panjang 1 dan 2 . Untuk mengukur besar hambatan , dimana adalah
resistor yang belum diketahui nilainya dengan menggunakan multitester, dengan merubah besar
1 diperoleh besar yang berbeda.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada praktikum jembatan wheatstone adalah :
1. Bagaimana hasil hambatan yang diperoleh dengan menggunakan metode jembatan
wheatstone ?
2. Bagaimana perbandingan nilai hambatan hasil perhitungan dengan hasil dari multimeter
(Ohmmeter) ?
3. Bagaimana hubungan antara besarnya lama pengukuran dengan besarnya kesalahan relatif ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum jembatan wheatstone adalah :
1. Mengetahui hasil hambatan yang diperoleh dengan menggunakan metode jembatan
wheatstoen.
2. Mengetahui perbandingan nilai hambatan hasil perhitungan dengan hasil dari multimeter
(Ohmmeter).
3. Mengetahui hubungan antara besarnya lama pengukuran dengan besarnya kesalahan
relative.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum jembatan wheatstone yaitu dalam
kehidupan sehari-hari, missal pada bidang elektronika jembatan wheatstone digunakan untuk
menentukan besar hambatan sebuah resistor yang belum diketahui nilainya. Selain itu juga
digunakan untuk mengukur regangan pada benda uji berupa beton atau baja. Selanjutnya
jembatan wheatstone juga dimanfaatkan dalam bidang perikanan yaitu untutnya jembatan
wheatstone juga dimanfaatkan dalam bidang perikanan yaitu untuk dirangkaikan pada alat hitung
ikan digital yang berfungsi menghitung ikan yang berpindah dari kolam lama kekolam baru.
BAB 2. DASAR TEORI

Jembatan wheatstone adalah alat ukur yang ditemukan oleh Samuel Hunter Christie pada
tahun 1833 dan kemudian dipopulerkan oleh Sir Charles wheatstone pada tahun 1843. Jembatan
wheatstone dipergunakan untuk memperoleh ketelitian dalam melakukan pengukuran terhadap
suatu tahanan yang nilainya relatif kecil, missal kebocoran dari kabel tanah. Metode jembatan
wheatstone mengacu pada dua hukum yaitu hukum Ohm dan hukum kirchoff I dan II. Hukum
Ohm menyatakan hubungan antara tegangan (beda potensial) V dan kuat arus I, dimana besarnya
kuat arus I yang melalui konduktor antara 2 titik berbanding lurus dengan tegangan V didua titik
tersebut dan berbanding terbalik dengan hambatan R. Secara matematis pernyataan tersebut
dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut :

= (2.1)

R merupakan hambatan atau resistansi dengan satuan Ohm () (Suryatmo, 1986).
Hukum I Kirchoff menyatakan bahwa jumlah arus yang masuk ketitik cabang suatu
penghantar sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik cabang penghantar tersebut. Secara
matematis dapat digambarkan,

2
1

Gambar 2.1 Gambaran Hukum I Kirchoff


(Sumber : Supranomo, 2005).
Persamaan dari pernyataan hukum I Kirchoff dapat dituliskan :

= 0

1 = 2 + 3 (2.2)
Sedangkan hukum II Kirchoff menyatakan bahwa pada rangkaian tertutup jumlah aljabar gaya
gerak listrik (GGL) sumber arus sama dengan jumlah penurunan beda potensial, yang dapat
diilustrasikan :
1

5 2
3
2
4 3

Gambar 2.2 Ilustrasi Hukum II Kirchoff


(Sumber : Supranomo, 2005).
Persamaan dari pernyataan dan ilustrasi hokum II Kirchoff dapat dituliskan:

+ () = 0 (2.3)

E merupakan GGL sumber arus, I adalah kuat arus dan R adalah hambatan (Supranomo, 2005).
Cara menentukan suatu hambatan dapat dengan menggunakan metode jembatan
wheatstone, yaitu menggunakan rangkaian jembatan wheatstone dan melakukan perbandingan
antara besar hambatan yang telah diketahui tentunya dalam keadaan seimbang (G=0). Jembatan
wheatstone terdiri dari 4 buah hambatan dan sebuah galvanometer, dimana pada salah satu
hambatan tidak diketahui nilainya. Rangkaian jembatan wheatstone dapat digambarkan :

D 3

3
G
1 2

B
1 2

E
Gambar 2.3 Rangkaian Jembatan Wheatstone
(Sumber : Kanginan, 2006).
Bila =
= = 0 =
= 1 = 2 2 2 = 3 3
= 1 1 = 3 1 2 = 3
1 1 1 1
= 1 2 = 3

Sehingga didapatkan persamaan :


= = 1 3 (2.4)
Melalui persamaan diatas dapat diketahui (Kanginan, 2006).
Hambatan dapat disebut pula resistansi R. Hambatan sebuah benda adalah ukuran beda
potensial yang harus terpasang antara benda tersebut, sehingga kuat arus dapat mengalir
melewatinya. Apabila arus yang mengalir melalui kawat, arus tersebut akan mendapatkan
tahanan. Pada suhu konstan maka besarnya arusbertambah sehingga terdapat tegangan yang
dirumuskan :

= (2.5)

Perbandingan yang konstan tersebut merupakan tahanan dari penghantar. Tahanan berkaitan
dengan resistor, dimana pengertian resistor itu sendiri adalah komponen elektronik dua kutub
yang didesain untuk menahan arus listrik dengan memproduksi tegangan listrik diantara kedua
kutubnya. Nilai tegangan terhadap resistansi berbanding dengan arus yang mengalir. Hal tersebut
berdasarkan hukum Ohm, karakteristik utama dari resistoe adalah resistansinya dan daya listrik
yang dapat dihantarkan (Bueche, 2006).
Pembacaan nilai atau harga sebuah resistor dengan melihat nilai tahanan pada suatu
resistor yang terdapat pada badan resistor dan berupa kode. Pada umumnya kode tersebut terbagi
atas dua macam yaitu kode warna dan kode angka. Kode warna berbentuk seperti cincin yang
melingkari badan resistor. Setiap warna pada cincin memiliki nilai yang berbeda. Untuk kode
angka cara pembacaannya hamper sama dengan kode warna hanya tampilannya langsung berupa
angka.
TABEL WARNA RESISTOR

Warna Nilai Faktor pengali Toleransi


Hitam 0 100 -
Cokelat 1 101 1%
Merah 2 102 2%
Orange 3 103 -
Kuning 4 104 -
Hijau 5 105 -
Biru 6 106 0,5 %
Ungu 7 107 0,25 %
abu-abu 8 108 0,1 %
Putih 9 109 -
Emas 0,1 5%
Perak 0,01 10 %

Cara membaca :
- Resistor 4 gelang :
Gelang 1 dan 2 dibaca sesuai kode warna.
Gelang 3 adalah faktor pengali.
Gelang 4 adalah toleransi.
Nilai toleransi pada resistor merupakan kualitas dari resistor itu sendiri, walaupun resistor
memiliki tahanan yang tetap (Giancoli, 1991).
BAB 3. METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum jembatan wheatstone adalah
1. Sumber daya listrik DC : sebagai sumber arus listrik DC.
2. Galvanometer : untuk mengetahui adanya arus.
3. Multitester : untuk mengukur hambatan.
4. Hambatan standart : sebagai komponen untuk menentukan .
5. Kawat geser dengan kontak geser: sebagai kawat pengganti hambatan.
6. Tahanan yang akan diukur : sebagai objek yang dicari hambatannya.
7. Kabel-kabel : sebagai penghubung dalam rangkaian.

3.2 Desain percobaan


Adapun desain percobaan yang dilakukan dalam praktikum jembatan wheatstone
adalah
3.2.1 Menentukan nilai hambatan dengan metode jembatan wheatstone.
B

R1 Rx
G

C
L1 L2

i E S

Gambar 3.1 Rangkaian Jembatan Wheatstone


(Sumber : Petunjuk Praktikum Fisika Dasar Lanjutan, 2015)
Keterangan :
G : galvanometer.
L1 dan L2 : panjang kawat besi mempunyai penampang lintang pada sepanjang kawat.
B : kontak geser.
R1: hambatan standart.
Rx : hambatan yang akan diukur besarnya.
E : sumber daya DC.
S : saklar.
i : kuat arus yang mengalir.

3.3 Langkah Kerja


Adapun langkah kerja dalam praktikum jembatan wheatstone adalah :
3.3.1 Menentukan nilai hambatan Rx dengan metode jembatan wheatstone.
1. Rangkaian dihubungkan seperti pada gambar 3.1 sumber daya dalam keadaan off. Asisten
atau pembimbing yang bertugas diberitahu dulu sebelum saklar dipindah keposisi on.
2. Kontak geser digerakkan sepanjang kawat geser sedemikian rupa sehingga skala pada
galvanometer menunjukkan angka nol.
3. Tempat kedudukan kontak geser dicatat untuk menentukan panjang L1 dan L2.
4. Besar hambatan Rx diukur dengan menggunakan multitester.
5. Percobaan diatas diulangi sebanyak 4 kali lagi dengan merunah besar R, sesuai dengan
petunjuk asisten atau pembimbing yang bertugas.

3.4 Metode Analisis


Adapun metode analisis yang digunakan dalam praktikum jembatan wheatstone adalah :
1 2
=
1

= | | |1 | + | | |2 |
1 2
1 2 1
= | 2 | |1 | + | | |2 |
1 1

= 100%

= 100%

= 1 log

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum jembatan wheatstone adalah :
4.1.1 Tabel perhitungan nilai tahanan (Rx)
No R1 L2 L1 Rx Rx I K AP
1 5,6 95 5 106,4 1,12 1,05 98,95 3
2 5,6 93,3 6,7 78,0 0,62 0,8 99,2 3
3 5,6 91,6 8,4 61,1 0,40 0,65 99,35 3
4 5,6 89,6 10,4 48,2 0,26 0,54 99,46 3
5 5,6 91 9 56,6 0,35 0,61 99,39 3

Rx
No
Multitaster
1 106
2 78
3 63
4 45
5 56

4.2 Pembahasan
Hasil yang diperoleh dengan metode jembatan wheatstone dapat dilihat pada table hasil
praktikum, dimana hasil yang diperoleh memiliki perbedaan yang cukup spesifik. Hal tersebut
mungkin disebabkan adanya kesalahan dalam praktikum missal kesalahan merangkai jembatan
wheatstone dan pembacaan nilai pada alat ukur. Untuk memperkuat kebenaran hasil dari
praktikum atau nilai hambatan yang diperoleh digunakan persamaan deskrepansi dengan kata
lain derajat kebenaran. Nilai deskrepansi dapat didilihat pada table hasil, dimana nilai
deskrepansi yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil dari praktikum kurang akurat.
Penyebabnya selain yang sudah disebutkan sebelumnya terdapat hal-hal lain yang mungkin
mempengaruhi hasil pengukuran yaitu kurangnya ketelitian dan kecermatan saat melakukan
praktikum.
Perbandingan nilai hambatan hasil perhitungan dengan hasil multitester diperoleh seperti
pada table hasil praktikum, diketahui bahwa hasil yang didapat memiliki perbandingan yng
cukup besar antara hasil perhitungan dengan hasil multimeter. Sebagaimana yang telah
dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa hasil percobaan dapat dipengaruhi oleh
ketelitian pengamat, kesalahan dalam merangkai jembatan wheatstone maupun yang lain. Jadi,
kemungkinan perbandingan hasil yang besar pada hasil perhitungan disebabkan beberapa hal
tersebut. Seharusnya antara hasil perhitungan dengan hasil multimeter memiliki selisih yang
kecil, namun pada percobaan ini dihasilkan selisih yang cukup besar. Hal tersebut membuktikan
nilai kesalahan relatif juga cukup besar.
Hubungan antara besarnya lama pengukuran dengan besarnya kesalahan relatif. Apabila
dilakukan perhitungan nilai kesalahan relatif pada hasil yang diperoleh, maka akan didapatkan
nilai kesalahan relatif yang cukup besar. Hal tersebut berarti semakin lama melakukan
pengukuran nilai kesalahan relatif cenderung semakin besar. Berkaitan dengan konsep panas
disipasi yang mana semakin lama semakin besar energi listrik yang hilang atau diubah menjadi
energy panas, karena hambatan berupa kawat maka energi panas dapat mempengaruhi kondisi
kawat sehingga terjadi perubahan pada panjang kawat. Peristiwa tersebut dapat dikatakan
pemuaian. Dengan kondisi kawat yang sudah berubah dari yang sebenarnya, maka akan
mempengaruhi pada hasil pengukuran.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum jembatan wheatstone adalah :
1. Hasil hambatan yang diperoleh dengan metode jembatann wheatstone memiliki perbedaan
yang cukup spesifik. Penyebabnya kurang ketelitian dan kecermatan saat melakukan
praktikum.
2. Perbandingan hasil hambatan antara hasil perhitungan dengan hasil dari multitester memiliki
selisih yang cukup besar.
3. Hubungan antara besarnya lama pengukuran dengan besarnya kesalahan relatif yaitu
semakin besar lama pengukuran yang dilakukan, maka besar kesalahan relatif juga semakin
meningkat.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari praktikum jembatan wheatstone adalah
praktikan diharapkan memahami langkah percobaan dalam praktikum sebelum praktikum
dilaksanakan, agar ketika menyusun rangkaian tidak terjadi kesalahan. Praktikum harus
dilakukan dengan hati-hati, karena praktikum berkaitan dengan listrik. Bagi asisten agar selalu
membimbing praktikan saat melakukan praktikum agar dapat meminimalisir kesalahan yang
mungkin terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Bueche, F.J. 2006. Fisika Universitas. Jakarta:Erlangga.


Giancoli,D. 1991. Fisika Edisi 2. Jakarta:Erlangga.
Kanginan,M. 2006. Fisika. Jakarta:Erlangga.
Supranomo,E. 2005. Fisika Dasar 2. Malang:Universitas Negeri Malang.
Suryatmo,F. 1986. Teknik Listrik pengukuran. Jakarta:Bina Aksara.
Tim Penyusun. 2015. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar Lanjutan. Jember : Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai