Hal. 51-58
Sri Sudadiyo
ABSTRAK
ABSTRACT
51
Analisis Temodinamika Sistem Turbin Helium..........
(Sri Sudadiyo)
sebagai alat pembangkit panas untuk produksi Dalam makalah ini, penelitian difokuskan
bahan bakar hidrogen, alat pembangkit listrik, dan untuk mensimulasikan tingkah laku helium secara
alat desalinasi air laut untuk menghasilkan air termodinamika pada unit konversi daya (Power
bersih (fresh water) atau lebih dikenal dengan nama Conversion Unit / PCU) sebagai alat pembangkit
kogenerasi. Sistem kogenerasi ini, mengaplikasikan listrik dari sistem HTGR kogenerasi dengan daya
reaktor berpendingin gas temperatur tinggi (High listrik yang dihasilkan sebesar 70,4 MWe dengan
Temperature Gas-cooled Reactor / HTGR), dapat menerapkan siklus Brayton tertutup atau siklus
didesain sesuai dengan daya thermal yang tertutup turbin helium dengan komponen utama
dibutuhkan, misalkan 200 MWth, dan sangat cocok terdiri dari kompresor, turbin, dan beberapa alat
untuk ditempatkan di daerah Bangka Belitung penukar kalor seperti recuperator, precooler, dan
(provinsi Babel) dengan rincian 51 MWth untuk intercooler. Ada dua faktor utama yang
produksi hidrogen sejumlah 180000 Nm3/hari; 70,4 mempengaruhi performa siklus turbin helium yaitu
MWe untuk produksi listrik dengan efsiensi efisiensi komponen dan temperatur kerja turbin.
generator 88 %; dan sisanya 78,6 MWth untuk Kedua faktor ini sangat menentukan dalam
produksi air sebesar 30756 ton/hari. Konsep mendesain siklus turbin helium. Semakin tinggi
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dengan nilainya, semakin baik performa dari siklus
sistem reaktor kogenerasi, seperti diperlihatkan pendingin untuk reaktor nuklir berpendingin
pada Gambar 1, mempunyai sistem pendingin helium. Kompresor dan turbin diletakkan pada
dengan mengaplikasikan helium sebagai media poros tunggal horizontal dan ditumpu oleh bantalan
penyerap panas yang mengalir melalui siklus pada kedua ujungnya. Turbin mengekstrak energi
tertutup turbin gas. Jadi, panas yang dihasilkan oleh kinetik dari ekspansi helium yang mengalir melalui
bahan bakar nuklir diserap oleh helium yang alat penukar kalor. Gas helium panas yang telah
bersirkulasi melalui kanal-kanal struktur teras melewati alat penukar kalor dialirkan melalui turbin
dengan inti grafit yang kemudian dipindahkan ke untuk memutar rotor. Putaran rotor bisa
pendingin sekunder melalui alat penukar kalor dimanfaatkan untuk memutar poros sehingga dapat
intermediet (Intermediate Heat Exchanger / IHX). menghasilkan daya mekanik yang berguna untuk
menggerakkan kompresor dan generator listrik.
Studi lebih lanjut tentang siklus Brayton tertutup
dengan helium temperatur tinggi sebagai sistem
pemindah panas dari instalasi PLTN tipe HTGR
akan dilakukan untuk memperbaiki efisiensi
thermal yang dihasilkan sehingga keselamatan
dalam pengoperasian instalasi PCU tipe HTGR ini
terjamin.
Gambar 1. Skematik dari konsep reaktor nuklir kogenerasi untuk aplikasi di daerah Babel
52
Prosiding Seminar Nasional ke-16 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir ISSN : 0854 - 2910
Hal. 51-58
TEORI P
d P cv cv RT 2 d
Dalam melakukan analisis termodinamik = (7)
aliran helium yang mengalir melalui siklus dt T RT 0 1 dt u
tertutup turbin atau siklus Brayton tertutup, maka RT
pemahaman tentang proses dan sifat (property) Dari persamaan-persamaan diatas dapat
gas helium tersebut mutlak diperlukan. Secara diturunkan :
ideal, proses pada siklus Brayton terdiri dari - Persamaan untuk kompresor, yaitu :
kompresi isentropik, penambahan panas pada k 1
k P2 k
RT1 1
tekanan tetap, ekspansi isentropik, dan pelepasan
WC = (8)
panas pada tekanan konstan. Dalam beberapa k 1 P1
literatur termodinamika, untuk menyelesaikan
permasalahan teknik yang melibatkan aliran - Persamaan untuk turbin, yaitu :
massa kedalam atau keluar dari sistem sering k 1
dimodelkan dengan menggunakan volume k P2 k
WT = RT1 1 (9)
kontrol. Secara matematis model aliran helium k 1 P1
sebagai fungsi dari tekanan (P), entalpi jenis (h),
aliran massa (m), energi (q), kerapatan massa (),
temperatur (T), entropi jenis (s), rasio panas jenis METODOLOGI
c
( k = P ) atau dapat dituliskan sebagai berikut : Sistem PCU dari PLTN tipe HTGR yang
cv dikembangkan dalam penelitian ini, seperti
diperlihatkan dalam Gambar 1, dapat mencapai
{P, h, m, q, , T , s, k } (1) daya listrik 70,4 MWe dan beroperasi pada
tekanan sekitar 70 bar dengan temperatur masuk
turbin 950 C. Daya thermal yang dihasilkan oleh
Semua informasi untuk kesetimbangan massa (m)
teras reaktor nuklir sebesar 200 MWth dengan
dan energi (q) dapat dievaluasi dalam model
temperatur masuk 300 C. Konsep kogenerasi
aliran. Kesetimbangan massa dan energi dapat
yang dikembangkan terbagi menjadi 51 MWth
dituliskan sebagai :
untuk produksi hidrogen dan 78,6 MWth untuk
desalinasi, sehingga sangat cocok untuk
dM n
dt
= m i
i (2) diletakkan di propinsi Babel. Dalam makalah ini,
disain lengkap dari PCU untuk pendingin
instalasi HTGR masih belum ditentukan.
dU n Beberapa negara yang sedang mengembangkan
dt
= qi
i (3) teknologi reaktor nuklir jenis HTGR ini adalah
Amerika, Inggris, Jepang, Korea Selatan,
Perancis, dan Afrika Selatan.
dengan M adalah total massa, U adalah energi
Metode yang digunakan dalam penyelesaian
dalam total, dan n adalah jumlah laluan.
masalah dilakukan dengan menentukan sifat gas
Penurunan (diferensiasi) dari M dan U untuk
helium, seperti tekanan, temperatur, massa jenis
volume tetap akan menghasilkan :
dan perbandingan panas spesifik (k = 1,67),
sebagai fluida kerja yang dipakai karena gas
d dM
V = (4) helium merupakan fluida kerja yang sangat bagus,
dt dt tidak menimbulkan korosi, dan mempunyai sifat
du dU dM panas yang bagus. Parameter ini digunakan untuk
M = u (5) menentukan kondisi kerja dari setiap komponen
dt dt dt
PCU sehingga karakteristik aliran helium dapat
Sehingga kesetimbangan massa dan energi dapat diketahui. Dengan mengaplikasikan persamaan
ditulis kembali sebagai : (1) sampai dengan persamaan (9), maka harga
dari kerja yang dikeluarkan turbin (WT) dan kerja
yang dibutuhkan oleh kompresor (WC) yang
d M 1 0 d
= V (6) dihitung. Selisih dari WT dan WC merupakan kerja
dt U u dt u yang digunakan untuk memutar generator listrik.
Performa dari siklus tertutup turbin helium atau
Jika helium dianggap sebagai gas perfek, maka : siklus Brayton tertutup dapat dihitung dari
perbandingan antara selisih daya dan panas yang
diberikan oleh bahan bakar nuklir.
Peningkatan dalam perbandingan tekanan
kompresor dapat menaikkan efisiensi thermal
53
Analisis Temodinamika Sistem Turbin Helium..........
(Sri Sudadiyo)
siklus tertutup gas helium dan dapat juga Hal ini mengilustrasikan bahwa kerja lebih dapat
meningkatkan suhu keluar kompresor. Jika diperoleh dengan mengekspansikan gas helium
temperatur masuk turbin tetap karena dibatasi diantara tekanan tetap pada temperatur tinggi
oleh kondisi material, kenaikan perbandingan daripada pada temperatur rendah. Dalam siklus
tekanan kompresor dapat menurunkan kerja ideal, proses kompresi gas helium adalah
spesifik siklus sehingga membutuhkan aliran gas isentropik yaitu adiabatik atau tidak ada kerugian
helium yang lebih banyak untuk dapat panas dimana entropi tidak berubah akibat
menghasilkan kerja keluaran per satuan waktu gesekan. Oleh karena itu, entropi adalah konstan
dengan nilai yang sama. Apabila kompresor walaupun temperatur naik.
bekerja pada beda tekanan yang lebih besar akan
dapat menurunkan efisiensi adiabatik proses
sehingga dapat membuat siklus aktual menjadi 900
kurang efisien.
Temperatur [deg C]
HASIL DAN PEMBAHASAN 600
Kemampuan dan keuntungan dari PLTN jenis
HTGR kogenerasi karena temperatur gas helium
keluar reaktor dapat mencapai 950 C sehingga 300
dapat dimanfaatkan untuk proses-proses teknologi
temperatur tinggi atau untuk produksi listrik
dengan menggunakan siklus tertutup turbin 0
helium. Konfigurasi siklus tertutup turbin helium 0 1 2 3
dipertimbangkan memakai poros tunggal dengan Entropi [kJ/kg/deg C]
posisi horizontal. Performa termodinamika dari
siklus tertutup turbin gas helium sangat penting
Gambar 2. Siklus termodinamika PCU dengan
untuk diteliti lebih lanjut karena akan berpengaruh
media helium untuk HTGR 200 MWth kogenerasi
terhadap efisiensi thermal total dalam menjamin
keselamatan kerja HTGR. Analisis
Siklus tertutup turbin gas helium dengan
termodinamika dalam penelitian ini menggunakan
temperatur tinggi dalam instalasi HTGR dapat
data dari karakteristik PLTN jenis HTGR yang
juga memberikan keuntungan dalam perbaikan
sangat potensialuntuk diaplikasikan di propinsi
efisiensi thermal dari sistem PCU dengan
Babel seperti diperluhatkan dalam Tabel 1.
mengasumsikan bahwa proses melalui alat
Diagram dari perubahan-perubahan
penukar kalor tidak terjadi penurunan tekanan.
temperatur dan entropi (diagram T - s) seperti
Komponen utama dari PCU terdiri dari
terlihat dalam Gambar 2 adalah sangat berguna
kompresor, turbin, dan beberapa alat penukar
dalam menggambarkan siklus tertutup turbin gas
kalor seperti recuperator, precooler, dan
helium karena dalam proses isentropik, seperti
intercooler. Gambar 3 menunjukkan impeller
dalam turbin dan kompresor, daya yang
kompresor helium yang telah dikembangkan di
diproduksi adalah hasil dari laju aliran massa dan
Jepang [2]. Gambar 4 menampilkan rotor turbin
perubahan enthalpi melalui proses tersebut.
helium yang dibuat oleh perusahaan Energie
Versorgung Oberhausen (EVO) dari Jerman [2].
Tabel 1. Informasi umum untuk HTGR
Turbin helium mempunyai keuntungan termasuk
kogenerasi
bilangan Mach lebih rendah dan bilangan
Parameter Besaran Reynolds lebih tinggi daripada turbin gas
Daya thermal, MWth 200 konvensional dengan memakai fluida kerja udara.
Daya listrik yang diperoleh, MWe 70,4 Aliran dalam kompresor menurun sehingga
Temperatur masuk reaktor, C 300 kerugian akibat celah sempit aliran sekunder
Temperatur keluar reaktor, C 950 melalui kompresor bisa jadi lebih substansial
Laju aliran gas helium, kg/s 59,3 dibandingkan dalam turbin. Turbin yang
Tekanan gas helium, bar 70 diaplikasikan dalam siklus pendingin sistem
HTGR ini adalah jenis turbin aksial dimana gas
Jadi, perbedaan temperatur yang didapatkan pada helium mempunyai kecepatan supersonik dan
diagram T - s adalah sebanding dengan daya yang menggunakan kompresor aksial yang bekerja
dihasilkan. Kurva dari garis tekanan konstan pada dengan kecepatan gas helium berada dibawah
diagram tersebut adalah sebanding dengan daerah subsonik.
temperatur absolut. Maka dari itu, garis-garis
tekanan konstan menjadi lebih curam atau lebih
tinggi, dan berbeda karena temperatur meningkat.
54
Prosiding Seminar Nasional ke-16 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir ISSN : 0854 - 2910
Hal. 51-58
Kompresor 1
Temperatur masuk, C 30
Gambar 3. Impeller untuk kompresor gas Tekanan masuk, bar 38
helium [2] Temperatur keluar, C 69
Tekanan keluar, bar 51,5
Kondisi kerja dari 2 unit kompresor dan 1 Rasio tekanan 1,36
unit turbin helium yang dipakai dalam instalasi Kompresor 2
siklus pendingin HTGR ini diperlihatkan pada Temperatur masuk, C 30
Tabel 2. Entalpi helium meningkat dalam Tekanan masuk, bar 51,5
kompresor dan menurun dalam turbin dengan Temperatur keluar, C 69
defleksi dari aliran melalui rotor mengikuti
Tekanan keluar, bar 70
bentuk sudu dengan momentum berbeda antara
Rasio tekanan 1,36
kondisi masuk dan kondisi keluar.
Turbin
Temperatur masuk, C 784
Tekanan masuk, bar 70
Temperatur keluar, C 555
Tekanan keluar, bar 38
Rasio tekanan 1,84
0.6
Efisiensi Thermal
0.5
0.4
0.3
3 3.5 4
55
Analisis Temodinamika Sistem Turbin Helium..........
(Sri Sudadiyo)
perlu digaris bawahi bahwa kenaikan temperatur dapat menurunkan suhu buangan kompresor
masuk turbin gas harus diikuti pula dengan apabila dibandingkan dengan menggunakan
perbaikan rancangan rotor turbin termasuk kompresor satu tingkat saja. Akibatnya lebih
material, bentuk, dan dimensinya. Dari Gambar 6 banyak panas yang dibutuhkan untuk
tersebut dapat dilihat bahwa untuk mencapai memanaskan gas helium supaya dapat
efisiensi thermal PCU sebesar 47,2 % diperlukan mencapai persyaratan suhu masuk turbin.
efektivitas recuperator sebesar 97 %. Dari uraian ini dapat diketahui bahwa
bagaimanapun juga penggunaan kompresor
bertingkat banyak secara nyata dapat
memperbaiki efisiensi thermal siklus
pendingin sekunder pada instalasi HTGR
0.49 karena efisiensi adiabatik kompresor
Efisiensi Thermal
P/Pmax
0.9 0.95 1 0.6
0.2
Gambar 6. Pengaruh efektivitas recuperator
0
terhadap PCU untuk HTGR 200 MWth
0 0.2 0.4 0.6 0.8
56
Prosiding Seminar Nasional ke-16 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir ISSN : 0854 - 2910
Hal. 51-58
57
Analisis Temodinamika Sistem Turbin Helium..........
(Sri Sudadiyo)
58