Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada
semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem
muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
beberapa golongan reumatik.

Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang
sekitar sendi, golongan penyakit ini merupakan penyakit Autoimun yang banyak di derita
oleh kaum lanjut usia (usia 50 tahun ke atas). Penyakit ini lebih sering terjadi pada
perempuan dan biasanya menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun (Arif Muttaqin,
2008). Rematik terutama menyerang Sendi-sendi, tulang, ligamentum, tendon dan persendian
pada laki-laki maupun perempuan dengan segala usia. Dampak dari keadaan ini dapat
mengancam jiwa penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan, dan masalah
yang disebabkan oleh penyakit rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas
pada mobilitas hingga terjadi hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti
kelumpuhan dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak
jelas tetapi dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah
seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta Resiko tinggi terjadi cidera.

Dengan kombinasi pengobatan dan senam rematik yang tepat, diharapkan radang
persendian dan rasa sakit akibat penyakit rematik dapat berkurang serta penderita dapat
menjalani aktivitasnya sehari-hari yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup
mereka. Lebih dari itu, dengan pengetahuan dan kesadaran yang mendalam mengenai
penyakit rematik, diharapkan masyarakat dapat lebih cepat dalam bertindak mengatasi
penyakit ini sehingga prevalensi penyakit rematik di Indonesia dapat berkurang.

1
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal yaitu Rheumatoid Artritis.

2. Tujuan khusus

a. Mampu menjelaskan tentang konsep Rheumatoid Artritis.

b. Mampu menjelaskan tentang konsep asuhan keperawatan pada pasien Rheumatoid


Artritis.

2
BAB II

KONSEP PENYAKIT

A. Definisi Rheumatoid Artritis

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi.
Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi.
Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi.
Reumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis
dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi diartroidial.

Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan


pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya.(Muttaqin, Arif.2011)
Dapat disimpulkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Reumatoid arthritis klasik
pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Reumatoid arthritis defisit
pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis

3
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap.

B. Etiologi

Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya yaitu
1. Mekanisme imunitas (antigen-antibodi)
2. Faktor metabolic
3. Infeksi virus
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid
adalah;
1. Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah
2-3:1.
2. Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid
juvenil)
3. Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid
maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.

4. Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis rheumatoid. (Aru,W
Sudoyo,dkk.2010)

C. Patofisiologi
Kerusakan sendi pada reumatoid arthritis dimulai dari prolifeasi makrofag dan
fibroblast synovial setelah adanya factor pencetus, berupa autoimun atau infeksi,
terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-
enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
4
edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut
terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare.2002).
D. Patway
Terlampir
E. Manifestasi Klinis
1. Setempat:
a. Sakit pada persendian disertai kaku dan gerakan terbatas.
b. Lambat-laun membengkak, panas, merah, dan lemah.
c. Perubahan bentuk tangan, jari tangan seperti leher angsa, deviasi ulna.
d. Semua sendi dapat terserang (panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, bahu,
rahang).
2. Sistemik
a. Mudah capek, lemah, lesu.
b. Demam
c. Takikardia
d. Berat badan turun
e. Anemia
(A, Sylvia Price.2006)
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada
lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula
sakit dan kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga
pada jari-jari, mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa
hangat, terjadi kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat
menyebabkan demam, dapat terjadi berulang.

F. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medik
a. Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan adalah aspirin
dan ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan sendi dan mengurangi nyeri.
b. Kortikosteroid, misalnya prednison merupakan obat paling efektif untuk
mengurangi peradangan dibagian tubuh manapun
c. Obat imunosupresif (contohnya metotreksat, azatioprin, dan cyclophosphamide)
efektif untuk mengatasi artritis yang berat.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi
yang sakit.
5
b. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
c. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
d. Dukungan psikososial
e. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang
tepat
(Suratun,dkk.2008)
G. Komplikasi

1. Dapat menimbulkan subcutan nodule adalah perubahan pada jaringan lain seperti
adanya prosesgranulasi di bawah kulit.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli yaitu adanya sumbatan pada pembuluh
darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
4. Terjadi splenomegaly yaitu pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
5. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik.
6. Komplikasi saraf yang terjadi umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
(Suratun,dkk.2008)

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik:
a. Inspeksi dan palpasi untuk masing- masing sendi, amati warna kulit,
ukuran, dan pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran ROM pada sendi-sendi sinovial
1. Catat jika ada deviasi
2. Catat jika ada krepitus
6
3. Catat jika terjadi nyeri saat sendi digerakkan
c. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot:
1. Catat jika ada atrofi
2. Catat jika ada tonus yang berkurang
3. Ukur kekuatan otot
3. Kaji tingkat nyeri, derajat, dan mulainya.
4. Kaji aktivitas sehari-hari
5. Kaji riwayat psikososial
6. Kaji konsep citra tubuh dan harga diri
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan, meliputi tes serologi, pemeriksaan
radiologi, aspirasi sendi. (Muttaqin, Arif.2011)

B. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada kasus ini:
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri)
2. Potensial cedera
3. Gangguan konsep diri
4. Kurang pemenuhan kebutuhan sehari-hari
5. Hambatan mobilitas fisik
6. Kurang pengetahuan (Nurarif, Amin Huda.2013)

C. Intervensi dan implementasi keperawatan

Ansietas NOC: NIC:


Selama 2x 24 jam Anxiety Reduction (penurunan
dilakukan tindakan kecemasan)
keperawatan dengan Activity:
Kriteria Hasil - Gunakan pendekatan yang
- Klien mampu menenangkan.
- Temani pasien untuk
mengidentifikasi dan
memberikan keamanan dan
mengungkapkan
mengurangi takut.
gejala cemas.
- Bantu pasien mengenal situasi
- Postur tubuh,
yang menimbulkan kecemasan.
ekspresi wajah,
- Berikan obat untuk mengurangi
bahasa tubuh dan
kecemasan.
tingkat aktifitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.
Defisit NOC: Selama 1x 24 jam NIC: Teaching: disease process.
Pengetahuan dilakukan tindakan Activity:
7
keperawatan dengan - Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal ini
Kriteria hasil: berhubungan dengan anatomi
- Pasien dan keluarga dan fisiologi, dengan cara yang
menyatakan tepat.
- Gambarkan tanda dan gejala
pemahaman tentang
yang biasa muncul pada
penyakit, kondisi,
penyakit, dengan cara yang
prognosis dan
tepat.
program pengobatan.
- Indentifikasi kemungkinan
- Pasien dan keluarga
penyebab, dengan cara yang
mampu
tepat.
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar.

Deficit NOC: NIC: Self- Care


Perawatan Selama 1x 24 jam Assistance:Bathing/Hygiene.
diri dilakukan tindakan Activity:
keperawatan dengan - Pertimbangkan budaya pasien
Kriteria hasil: ketika mempromosikan aktifitas
- Aktifitas kehidupan perawatan diri.
- Memberikan bantuan sampai
sehari-hari (ADL)
pasien sepenuhnya dapat
mampu untuk
mengamsumsikan perawatan
melakukan aktifitas
diri.
perawatan fisik dan
pribadi secara
mandiri atau dengan
alat bantu.
Ganguan NOC: Selama 2x 24 jam NIC: Body image enhancement.
citra tubuh dilakukan tindakan Activity:
keperawatan dengan - Dorong klien mengungkapkn
Kriteria hasil: perasaannya.
- Fasilitasi kontak dengan
- Body image positif
- Mampu individu lain dalam kelompok
8
mengidentifikasikan kecil.
kekuatan personal.
- Memperhatankan
interaksi social.
Hambatan NOC: Selama 2x 24 jam NIC: Exercise therapy: ambulation.
mobilitas dilakukan tindakan Activity:
fisik keperawatan dengan - Bantu pasien mengunakan
Kriteria hasil: tongkat saat berjalan dan jaga
Kriteria hasil: terhadap cedera.
- Ajarkan pasien bagaimana
- Klien meningkat
merubah posisi dan berikan
dalam aktifitas fisik.
- Mengerti tujuan dari bantuan jika diperlukan.
peningkatan
mobilitas.
Ganguan rasa NOC: Selama 1x 24 jam NIC: Anxiety Reduction ( penurunan
nyaman dilakukan tindakan kecemasan)
keperawatan dengan Activity:
Kriteria hasil: - Nyatakan dengan jelas harapan
- Mengontrol nyeri terhadap pelaku pasien.
- Status kenyamanan - Bantu pasien mengenal situasi
meningkat. yang menimbulkan kecemasan.

Resiko NOC: Selama 2x 24 jam NIC:Environment Management


cedera dilakukan tindakan ( manajemen lingkungan)
keperawatan dengan Activity:
Kriteria hasil: - Sediakan lingkungan yang aman
- Klien terbebas dari untuk pasien.
cedera - Memasangkan side rail tempat
tidur.
- Mengontrol lingkungan dari
kebisingan.

D. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakaukan intervensi keperawatan diharapkan:
1. Nyeri berkurang atau hilang
9
2. Tidak terjadi cedera
3. Mobilitas meningkat
4. Mampu melakukan kebutuhan sehari-hari
5. Menunjukkan perilaku yang adaptif
6. Memahami cara perawatan dirumah (Nurarif, Amin Huda.2013)

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan

10
Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya
sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri
dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
Reumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis
dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi diartroidial. Reumatik
adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada daerah
persendian dan jaringan sekitarnya
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen antibodi), faktor metabolik dan
infeksi virus.
B. Saran
Arthritis rheumatoid dapat menyerang segala usia maka penanganan penyakit ini
diupayakan secara maksimal dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan baik melalui
tenaga kesehatan, prasarana dan sarana kesehatan. Selain itu terapi fisik dan perubahan
gaya hidup (mencakup latihan fisik dan mengontrol berat badan), diet juga berperan
penting dalam pengobatan arthitris rheumatoid.
Maka rawatlah sendi anda sejak dini dengan melakukan aktivitas fisik yang teratur,
menjaga berat badan agar tetap optimal dan memastikan asupan nutrisi terpenuhi dalam
tubuh sesuai dengan pola diet.

DAFTAR PUSTAKA

A, Sylvia Price dan Lorraine M. Wilson.2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses


Penyakit. Jakarta: EGC.

Aru,W Sudoyo,dkk.2010.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid:3 Edisi 5. Jakarta: Interna
Publishing.

11
Brunner,dkk.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Muttaqin, Arif.2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal Aplikasi pada Praktik Klinik
Keperawatan. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid 2. Jakarta: Medi Action Publishing.

Suratun,dkk.2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai