Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Spondylitis Tuberkulosis atau yang dikenal dengan sebagai Potts Disease,


merupakan suatu infeksi pada tulang belakang atau vertebra beserta dengan diskus
intervertebralis yang disebabkan oleh suatu bakteri aerob, yaitu Mycobacterium
tuberculosis. Lebih dari 5.8 juta kasus TB baru (dalam segala bentuk, pulmoner
maupun extra-pulmoner) dilaporkan kepada World Health Organisation (WHO) pada
tahun 2009. Di Amerika Serikat, tuberkulosis pada tulang dan sendi diperhitungkan
sebanyak 10% dari total kasus-kasus infeksi bakteri M.tuberkulosis. Tulang yang
sering terinfeksia dalah tulang-tulang yang pada umumnya menjadi tumpuan berat
(Weight-bearing) ,antara lain tulang belakang (pada 40% kasus), tulang pinggul (pada
13% kasus), dan tulang patella (pada 10% kasus).1

Penyebaran infeksi TB ektrapulmoner pada tulang paling sering ditemukan


pada tulang vertebra, dimana sebanyak 50% kasus di antara regio tulang lainnya.2
Regio vertebra yang sering terkena infeksi pada anak-anak adalah regio thoracalis atas,
sedangkanpada orang dewasa, infeksi paling sering ditemukan pada regio thoracalis
bawah dan lumbalis atas (thoraco-lumbalis).1 Infeksi TB pada vertebra dapat
menganggu fungsi dasar dari vertebra yaitu sebagai suatu pilar dalam menopang
postur tubuh dan tempat berjalannya medulla spinalis. Gejala klinis khas yang paling
sering tampak jelas terlihat adalah postur tubuh dengan struktural kyphosis (gibbus)
dengan cold abcess paravertebra disertai dengan nyeri pinggang dan paraplegi.1

Seringkali, foto x-ray thorax pada 2/3 pasien dengan Spondylitis TB


menunjukkan adanya kelainan yang cenderung membuktikan bahwa terdapat infeksi
primer TB paru. Pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) memiliki
resiko tinggi untuk terkena spondylitis TB oleh karena sistem imun yang rendah.2

Penanganan infeksi Spondylitis TB dapat mencangkup terapi non-operatif atau


terapi operatif. Pemilihan terapi ditentukan dari pemeriksaan fisik kondisi pasien saat
datang dan hasil pemeriksaan penunjang. Semakin berat kondisi deformitas dari
vertebra, maka dibutuhkan terapi operatif, akan tetapi jika belum ditemukan tanda-

Spondilitis TB | 1
tanda kolaps pada tulang vertebra, maka pasien dapat diberikan terapi secara non-
operatif.

Spondilitis TB | 2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEFINISI

Spondylitis Tuberkulosis merupakan suatu infeksi yang kronis dan progresif dan
selalu bersifat sekunder dari infeksi primer tuberkulosis pada bagian tubuh yang lain.
Infeksi ini mendestruksi tulang vertebra pada bagian anterior yang kemudian disertai
dengan osteoporosis regional. Dengan meluasnya infeksi, regenerasi dari tulang baru
tidak dapat terjadi dan pada saat yang bersamaan menyebabkan avaskularisasi dari
tulang, sehingga membentuk tuberculous sequestrae khususnya pada segmen
vertebra yang sering terkena, yaitu segmen torakal.3

II.2 EPIDEMIOLOGI

Tuberkulosis merupakan salah satu penyebab kematian yang sering ditemukan


menurut penelitian Global TB Report 2010, yang diteliti oleh World Health
Organization pada 2009. Sebanyak 55% kasus tuberkulosis ditemukan di Asia, 30%
di Afrika, 7% di Mediterania timur, 4% di Eropa dan 3% di Amerika. Dari 9.4 juta
kasus pada 2009, sekitar 11-13% adalah HIV positif. Penyakit tersebut sering
ditemukan pada negara berkembang oleh karena kemiskinan, nutrisi dan tempat
tinggal yang buruk. Kondisi akan diperburuk dengan M. tuberculosis yang bersifat
multidrug-resistant, HIV dan usia tua. Usia rata-rata penderita spondylitis tuberkulosis
adalah usia 30-40 dan lebih sering ditemukan pada usia dibawah 40 tahun dibanding
diatas 40 tahun. Faktor resiko yang ditemukan pada penyakit spondylitis tuberkulosis
adalah diabetes melitus (5-25%), gagal ginjal (2-31%) dan penggunaan kortikosteroid
jangka panjang (3-13%).4

Spondilitis TB | 3
II.3 ETIOLOGI

Spondylitis Tuberkulosis merupakan suatu infeksi sekunder dari infeksi


tuberkulosis di tempat lain, dimana asal infeksi primer paling sering yaitu dari infeksi
Tuberkulosis pada paru-paru, yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.
Infeksi tuberculosis dapat juga terjadi pada traktus urinaria sehingga menyebabkan
infeksi sekunder pada tulang vertebra segmen torako-lumbalis. Mycobacterium
tuberculosis merupakan bakteri berbentuk batang yang bersifat acid-fastnon-motile
(tahan terhadap asam pada pewarnaan, sehingga disebut juga sebagai Bakteri Tahan
Asam atau BTA) dan tidak dapat diwarnai dengan cara pewarnaan yang
konvensional.

II.4 ANATOMI

Tulang belakang manusia berfungsi sebagai pilar untuk menopang berat tubuh
dan tempat dimana terletaknya medulla spinalis. Tulang belakang juga berfunsi untuk
menyangga kepala dan sebagai titik sambungan terhadap tulang iga, pelvis dan otot-
otot punggung. Susunan tulang belakang manusia terdiri dari tulang vertebra dan
discus intervertebralis. Fungsi dari discus intervertebralis di antara tulang vertebra
adalah sebagai bantalan untuk memberikan sifat fleksibel terhadap pergerakkan tubuh,
baik ke arah anterior, posterior, lateral maupun rotasi dan juga berfungsi agar tulang
vertebra tidak bertabrakkan satu dengan yang lainnya.

Gambar 1. Gambaran segmen normal tulang belakang

Spondilitis TB | 4
Terdapat 33 tulang vertebra yang dibagi menjadi 5 segmen berdasarkan
morfologi dan lokasi, antara lain:

7 vertebra servikalis yang terletak di antara thorax dan tengkorak,


dengan karakteristik bentuk yang kecil, prosesus spinosus yang terbagi
dua, dan foramen pada prosesus tranversus;
12 vertebra torakalis;
5 vertebra lumbalis yang terletak dibawah vertebra thorakalis, dimana
berfungsi sebagai penyanga bagian posterior dari dinding abdomen dan
dengan karkteristik bentuk yang besar;
5 vertebra sakrum yang tergabung menjadi 1 tulang sakrum;
4 vertebra coccygeal yang tergabung menjadi 1 tulang coccyx
yangterbentuk seperti segitiga kecil

Gambar 2. Susunan tulang vertebra

Spondilitis TB | 5
Tulang vertebra pada segmen cervikalis, torakalis maupun lumbalis memiliki
strutur dasar yang sama satu dengan yang lainnya. Pada sisi anterior terdapat tubuh
dari tulang vertebra (vertebrae body) yang berfungsi untuk menahan berat yang paling
banyak. Pada bagian posterior terdapat 3 prosesus, antara lain 1 procesus spinosus
pada bagian medial dan 2 prosesus transversus pada bagian lateral. Bagian anterior
dan posterior dari tulang vertebra digabungkan kaki-kaki yang disebut dengan pedicle.
Pada vertebra torakalis, terdapat yang disebut dengan facet dimana titik pertemuan
vertebra torakalis dengan tulang iga.

Foramen vertebralis terletak di tengah-tengah antara bagian anterior dan posterior


dari tulang vertebra. Foramen vertebralis berfungsi sebagai tempat letaknya medulla
spinalis yang dimulai dari dasar basis cranii hingga vertebra lumbalis 1, yang
kemudian diakhiri pada bagian distal dengan kumpulan ujung saraf spinalis yang
disebut dengan cauda equina.

Gambar 3. Struktur tulang vertebra (a)vertebra cervicalis (b)vertebra torakalis (c) vertebra
lumbalis

Spondilitis TB | 6
Kolum vertebralis memiliki 2 kurvatur normal, antara lain:

Kurvatur Primer melengkung ke arah anterior (concave anteriorly):


Segmen Torakalis & Sakral
Kurvatur Sekunder melengkung ke arah posterior (concave
posteriorly): Segmen Servikalis & Lumbalis

Segmen servikalis dan lumbalis


merupakan titik tumpuan garis
gravitasi (weight-bearing
point)agar tubuh manusia dapat
terletak pada satu garis vertikal.

Pembuluh darah yang memperdarahi tulang-tulang vertebralis berasal dari Aorta


asenden yang memperdarahi vertebra servikalis dan desenden yang memperdarahi
sisa vertebra lainnya. Aorta asenden akan bercabang menjadi Brachiocephalic trunk,
common carotid dan arteri subklavian. Brachiocephalic trunk akan terbagi menjadi
arteri subklavian dan common carotid. Aorta desenden berjalan bersamaan dengan
kolum vertebralis, dimana pada setiap vertebralis akan terdapat percabangan dari
Aorta desenden, seperti Thoracic segmental arteries dan Lumbal segmental arteries
yang juga memperdarahimedula spinalis dan tulang iga.5

Gambar 4. Arteri yang memperdarahi tulang vertebra

Spondilitis TB | 7
Vena yang memperdarahi tulang vertebra servikalis adalah vena Jugularis
interna dan externa yang merupakan percabangan dari Vena Cava Superior.
Sedangkan vena yang memperdarahi tulang vertebra lainnya berasal dari Vena Cava
Inferior. Selain itu, vena azigos berkomunikasi dengan plexus Batson yang befungsi
sebagai jalur alternatif ketika Vena Cava Superior teroklusi, maupun secara parsial
ataupun total. Batson plexus berjalan pada foramen vertebralis. Batson plexus
merupakan vena yang tidak memiliki katup.5

Gambar 5. Vena yang memperdarahi tulang vertebra

Gambar 6. Batson
Plexus pada
vertebra

Spondilitis TB | 8
II.5 PATOFISIOLOGI

Infeksi tuberkulosis pada tulang vertebra terjadi akibat infeksi sekunder dari
infeksi primer di bagian tubuh lainnya. Cara penyebaran utama bakteri ke bagian
tulang vertebra adalah melalui aliran darah pada arteri maupun vena. Oleh sebab itu
spondylitis TB disebut sebagai blood-borne disease dimana penyebaran terjadi secara
hematogen. Sumber infeksi primer paling sering terjadi pada organ paru dan traktus
urinaria. Jika infeksi menyerang segmen torakalis atas maka sumber infeksi primer
cenderung berasal dari infeksi TB paru, sedangkan jika infeksi terjadi pada segmen
torako-lumbal maka sumber infeksi primer cenderung lebih berasal dari infeksi pada
traktus urinaria.6

Pada awal infeksi, akan terjadi destruksi tulang vertebra bagian anterior atau
korpus vertebra yang disebut dengan proses osteolysis lokal dan disertai dengan
osteoporosis regional. Kemudian infeksi akan menyebar dan terjadi avaskularisasi
sehingga pada saat yang bersamaan produksi tulang baru terhambat. Tuberculous
sequestra akhirnya terbentuk pada segmen tulang vertebra yang terinfeksi. Secara
perlahan jaringan tuberculous sequestra ini akan mulai mempenetrasi dinding tipis
dari bagian tulang vertebra sehingga terbentuk yang disebut dengan abses
paravertebra. Abses paravetebra akan menyebar ke arah muskulus psoas. Akan tetapi,
abses ini akan menunjukkan tanda-tanda inflamasi yang minimal, oleh sebab itu abses
ini sering dikenal sebagai cold abcess.6

Infeksi tersebut kemudianakan menjalar ke tulang vertebra lainnya secara anterior


maupun posterior melalui ligamen longitudinal. Diskus intervertebralis tidak dapat
terinfeksi sebab tidak ada aliran vaskular yang melaluinya. Akan tetapi diskus
intervertebralis secara perlahan akan terdesak oleh jaringan granulasi tuberkulosis dan
menjadi hancur. Pada anak-anak, diskus intervertebralis dapat terinfeksi oleh sebab
masih adanya aliran vaskular yang melalui diskus intervertebralis. Ketika infeksi
menyerang tulang vertebra beserta dengan diskus intervertebralis, maka penyakit
tersebut bukan disebut sebagai spondylitis, akan tetapi disebut sebagai
spondylodiscitis.6

Oleh karena destruksi tulang terjadi pada bagian anterior tulang vertebra, maka
secara progresif terjadi kolaps dari tulang vertebra pada regio anterior sehingga
membuat postur tidak normal pada penderitanya, dimana wedging pada tulang

Spondilitis TB | 9
vertebra sisi anterior terjadi dan membentuk angulasi dan gibbus. Maka secara klinis,
pasien akan datang dengan postur bungkuk atau yang dikenal sebagai postur kyphosis.

Ketika terjadi kolaps pada tulang vertebra dan penjepitan diskus intervertebralis,
maka struktur yang berada di dalam foramen vertebralis, yaitu medulla spinalis akan
tertekan sehingga akan tampak keluhan neurologis. Keluhan neurologis oleh karena
penekanan mekanik terhadap medulla spinalis yang paling sering ditemukan pada
penderita spondylitis TB adalah paraplegia.3,5,6

II.6 KLASIFIKASI

Klasifikasi Spondilitis Tuberkulosis dibedakan berdasarkan klinis dan gambaran


radiologinya adalah sebagai berikut :

o Klasifikasi Potts Paraplegia


Tabel 2.1 Klasifikasi Potts Paraplegia

Klasifikasi Potts paraplegia disusun untuk mempermudah komunikasi


antar klinisi dan mempermudah deskripsi keparahan gejala klinis pasien
spondilitis TB.
o Klasifikasi klinikoradiologis
Tabel 2.2 Klasifikasi klinikoradiologis

Spondilitis TB | 10
o Klasifikasi berdasarkan lesi
Tabel 2.3 Klasifikasi berdasarkan lesi

Klasifikasi menurut Gulhane Askeri Tip Akademisi (GATA) dibuat


berdasarkan kriteria klinis dan radiologis, antara lain : formasi abses, degenarasi
diskus, kolaps vertebra, kifosis, angulasi sagital, instabilitas vertebra dan gejala
neurologis.
o Klasifikasi ASIA
Untuk menilai derajat keparahan, memantau perbaikan klinis dan
memprediksi prognosis pasien spondilitis TB dengan cedera medula spinalis
digunakan klasifikasi American Spinal Injury Association (ASIA).

Spondilitis TB | 11
Tabel 2.4 Klasifikasi ASIA

II.7 MANEFESTASI KLINIS

Pasien dengan Spondilitis TB sering kali adalah anak kecil yang datang dengan
keluhan utama nyeri hebat pada punggung yang disertai kaku dan demam. Nyeri yang
dirasakan dapat berupa nyeri dalam yang bersifat lokal dimana hanya sekitar lesi atau
nyeri yang menjalar sesuai dermatom saraf yang teriritasi. Spasme otot punggung
dirasakan sebagai suatu mekanisme dimana tubuh menghindari pergerakan pada
tulang vertebra yang terinfeksi agar tidak menimbulkan nyeri yang hebat. Spasme otot
akan menghilang ketika anak sedang berbaring atau tertidur, maka dari itu gejala ini
disebut sebagai night cry, dikarenakan ketika terbangun spasme otot terjadi lagi dan
menyebabkan sakit yang tidak tertahankan.4,5,6
Keluhan neurologis yang paling sering ditemukan adalah paraplegia, dimana
kedua tungkai bawah penderita spondylitis TB menjadi lemah dan tidak dapat
berjalan. Pada anak, paralisis umumnya timbul kira-kira dalam waktu 3 tahun.
Tampak juga deformitas dari tulang belakang yang disebut dengan kyphosis, dimana
penderita spondylitis TB akan membungkuk.6
Uraian mengenai gejala-gejala yang sering ditemukan pada penderita spondylitis
tuberkulosis, antara lain:

Nyeri punggung bersifat kronik progresif, terlokalisir, diperburuk


dengan gerakan atau batuk, disertai kaku dan spasme pada otot
punggung (night cry)
Deformitas pada tulang punggung postur tubuh kyphosis yang
tampak seperti orang bungkuk atau tampak gibbus.
Gejala neurologisparaplegia, paraparesis, gejala LMN, cauda
equina syndrome

Spondilitis TB | 12
Gejala khas tuberkulosis non-spesifik malaise, anorexia, demam,
keringat malam, berat badan turun, lemas, nyeri di seluruh tubuh
Abses abses pada penderita spondylitis TB sangat khas oleh karena
tanda-tanda inflamasi pada abses akan tampak sangat minimal. Abses
terbentuk secara perlahan tanpa disadari penderita sampai mulai
terlihat jelas atau memberikan keluhan yang signifikan.
o Pada daerah cervical akan terbentuk abses retropharyngeal
sehingga menimbulkan gejala disfagia, sesak atau perubahan
suara.
o Pada daerah torakal dan lumbalis akan tampak benjolan di
regio paravertebral atau jika abses pada daerah torakal
terbentuk ke arah anterior, akan terbentuk abses di daerah
mediastinal.

II.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium :6
a. Laju endap darah meningkat (tidak spesifik), dari 20 sampai lebih dari 100
mm/jam.
b. Tuberculin skin test / Mantoux test / Tuberculine Purified Protein Derivative
(PPD) positif. Hasil yang positif dapat timbul pada kondisi pemaparan
dahulu maupun yang baru terjadi oleh mycobacterium. Tuberculin skin test
ini dikatakan positif jika tampak area berindurasi, kemerahan dengan
diameter 10mm di sekitar tempat suntikan 48-72 jam setelah suntikan. Hasil
yang negatif tampak pada 20% kasus dengan tuberkulosis berat
(tuberkulosis milier) dan pada pasien yang immunitas selulernya tertekan
(seperti baru saja terinfeksi, malnutrisi atau disertai penyakit lain).
c. Cairan serebrospinal dapat abnormal (pada kasus dengan meningitis
tuberkulosa). Normalnya cairan serebrospinal tidak mengeksklusikan
kemungkinan infeksi TBC. Pemeriksaan cairan serebrospinal secara serial
akan memberikan hasil yang lebih baik.
Pemeriksaan gambaran radiologis6

Spondilitis TB | 13
a. Foto polos thorax dilakukan pada seluruh penderita yang dicurigai terkena
infeksi tuberculosis untuk mencari bukti infeksi primer tuberkulosa pada
paru .
b. Foto polos seluruh vertebra diperlukan untuk menguatkan bukti terdapat
kelainan pada struktur vertebra dan sekitarnya yang mengarah pada infeksi
tuberkulosa pada vertebra. Tanda-tanda radiologis baru dapat terlihat setelah
3-8 minggu onset penyakit. Foto polos vertebra dilakukan secara antero-
posterior dan lateral. Gambaran yang dapat ditemukan pada foto polos
vertebra antara lain :
penyempitan ruang diskus intervertebralis,
kolaps corpus anterior,
erosi end-plate vertebra,
keterlibatan lebih dari 1 tulang vertebra, dan
pembentukkan cold abcess.
Kerugian pada foto polos vertebra adalah dimana ketika pada fase awal
penyakit hasil gambaran foto vertebra akan tampak normal. Sekitar 1/3 dari
kalsium harus hilang dari suatu bagian agar gambaran osteolisis dapat tampak.
Selain itu, sulit untuk menilai kompresi dari tulang belakang, kelainan pada
jaringan ikat dan abses pada foto polos. Apabila kelainan tampak jelas pada
foto polos, maka penyakit tersebut sudah dalam fase lanjut dimana sudah
terdapat kerusakan pada tulang vertebra dan gangguan neurologis.
c. Foto Computed Tomography (CT Scan) yang bermanfaat untuk melihat adanya
keterlibatan infeksi pada tulang iga yang tidak tampak pada foto polos vertebra.
Keterlibatan infeksi pada bagian pedikel akan tampak juga dengan CT-Scan.
Foto CT-Scan juga dapat memberikan gambaran kelainan pada fase awal dari
penyakit karena kerusakan-kerusakan tulang yang minimal akan terlihat lebih
jelas dibandingkan dengan foto polos vertebra. Abses paravertebral juga akan
tampak lebih jelas terlihat.
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat menunjuk kankelainan pada jaringan
lunak seperti medula spinalis, destruksi/degenerasi pada tulang vertebra dan
diskus intervertebralis, pembentukkan abscess dan kavitasi pada medula spinalis.

II.8 PENATALAKSANAAN7,8

Spondilitis TB | 14
TERAPI NON-OPERATIF
Pemberian terapi anti tuberkulosis merupakan prinsip utama dalam
penatalaksanaan seluruh kasus infeksi tuberkulosis, termasuk tuberkulosis pada
tulang belakang. Menurut WHO, terapi anti tuberkulosis harus diberikan minimal
selama 9 bulan, khususnya pada kasus infeksi tuberkulosis tulang. Pengobatan ini
terbagi menjadi dua fase, antara lain:
* Fase awal (2 bulan pertama)
Isoniazid
Rifampisin
Streptomisin
Pyrazinamide

* Fase lanjut (4 bulan setelah)

Isoniazid
Rifampisin

Terapi anti tuberkulosis diberikan hingga foto rontgen menunjukkan adanya


resolusi pada tulang belakang. Masalah yang sering timbul dari pemberian tatalaksana
anti tuberkulosis ini adalah mengenai ketaatan pasien dalam menjalani terapi yang
berdurasi panjang ini. Jika terapi dijalankan terlalu singkat dari waktu yang ditetapkan,
maka akan menyebabkan timbulnya relaps. Pasien yang tidak patuh akan dapat
mengalami resistensi obat.

Penderita dengan spondylitis TB dengan fase lanjut, dimana sudah tampak


gejala neurologis dan gejala kompresi tulang belakang lainnya diwajibkan untuk
istirahat tirah baring. Tindakan ini dilakukan untuk meminimalkan aktivitas
penderitanya. Secara klinis ditemukan berkurangnya rasa nyeri, hilangnya spasme
otot paravertebral, nafsu makan dan berat badan meningkat.

Cara lain untuk mengistirahatkan bagian punggung dari penderita spondylitis


TB adalah dengan pemasangan gips agar tulang belakang terlindungi dan
terimobilisasi. Pemberian gips ditujukan untuk mencegah pergerakan dan mengurangi
kompresi dan deformitas lebih lanjut. Pemasangan gips bergantung pada level lesi.
Pada daerah servikal dapat diimobilisasi dengan jaket Minerva; pada daerah vertebra
torakal, torakolumbal dan lumbal atas diimobilisasi dengan body cast jacket;

Spondilitis TB | 15
sedangkan pada daerah lumbal bawah, lumbosakral dan sakral dilakukan immobilisasi
dengan body jacket atau korset dari gips yang disertai dengan fiksasi salah satu sisi
panggul. Lama immobilisasi berlangsung kurang lebih 6 bulan, dimulai sejak
penderita diperbolehkan berobat jalan.

Seperti telah disebutkan diatas bahwa selama pengobatan penderita harus


menjalani kontrol secara berkala, dilakukan pemeriksaan klinis, radiologis dan
laboratoris. Bila tidak didapatkan kemajuan, maka perlu dipertimbangkan hal-hal
seperti adanya resistensi obat tuberkulosa, jaringan sekuester yang banyak, keadaan
umum penderita yang jelek, gizi kurang serta kontrol yang tidak teratur serta disiplin
yang kurang.

TERAPI OPERATIF

Terapi operatif dilakukan hanya pada penderita dengan lesi kompresif secara
radiologis dan yang sudah tampak kelainan-kelainan secara neurologis.Setelah
tindakan operasi pasien biasanya beristirahat di tempat tidur selama 3-6 minggu.
Tindakan operatif juga dilakukan bila setelah 3-4 minggu pemberian terapi obat anti
tuberkulosa denganterapi konservatif telah dilakukan tetapi tidak memberikan respon
yang baik.

Indikasi tatalaksana operatif pada pasien dengan Spondilitis TB


Response to chemotherapy

Lack of clinical response after six weeks of chemotherapy

Recurrence of disease despite chemotherapy

Neurological deficit

Severe neurological deficit at presentation

Rapidly worsening deficits

New onset or deterioration of deficits during chemotherapy

Unimproved deficits after six to eight weeks of chemotherapy

Spinal instability

Spondilitis TB | 16
Panvertebral disease

Loss of >1 vertebral body in thoracic spine or >1.5 vertebral bodies in lumbar spine

Initial kyphosis of >30 in a child

Spine-at-risk signs in a child

Posterior neural arch lesion with pedicular destruction

Axial pain due to instability

Late deformity

Severe kyphosis with late onset neurological deficits

Tatalaksana operatif dilakukan dengan tujuan untuk debridement dan drainase


dari cold abcess, begitu juga untuk dekompresi dari medulla spinalis dan
strukturnya, mencegah instabilasi dari struktur tulang belakang, dan memperbaiki dan
mencegah deformitas pada struktur tulang belakang. Teknik operatif untuk terapi
Spondylitis TB ada dua, antara lain anterior dekompresi dan posterior dekompresi.
Pilihan tindakan operasi dekompresi secara anterior atau posterior bergantung pada
lokasi lesi pada tulang vertebra. Jika lesi terletak pada bagian anterior maka tindakan
operatif yang dipilih adalah anterior dekompresi, begitu juga sebaliknya jika lesi
terdapat pada posterior, maka tindakan operasi dekompresi posterior akan dipilih.

Anterior dekompresi menjadi pilihan terapi operatif paling sering sebab


spondylitis TB umumnya menyerang bagian kolum anterior dari tulang belakang.
Oleh sebab itu, dengan melakukan anterior dekompresi akan mempermudah tindakan
debridement yang dilakukan supaya adekuat dan sesuai, begitu juga tindakan
rekonstruksi deformitas yang terjadi dapat dilakukan secara maksimal. Debridement
saja dapat dilakukan untuk membersihkan infeksi setempat, akan tetapi jika tidak
dilakukan rekontruksi maka progress untuk terjadinya deformitas tetap dapat
berlangsung.

Pada tindakan operatif, debridement dilakukan dengan membersihkan area


nekrotik yang mengandung tulang mati beserta jaringan granulasi agar lesi bersih dan

Spondilitis TB | 17
jaringan nekrotik tidak akan menyebar lebih luas. Setelah itu akan terdapat rongga
yang kemudian akan diisi dengan autogenous bone graft dari tulang iga atau tulang
ilika. Pemilihan terapi operatif seperti ini akan mendorong penyembuhan dengan
cepat dan stabilisasi tulang belakang akan tercapai dengan memfusikan tulang
vertebra yang terkena. Fusi tulang vertebra posterior hanya dilakukan bila terdapat
destruksi dua atau lebih dari korpus bertebra, adanya instabilitas karena destruksi
tulang vertebra bagian posterior, dan jika tindakan prosedur dekompresi anterior tidak
memungkinkan.Akan tetapi, pemberian obat antituberkulosa tetap menjadi terapi
wajib bagi penderita spondylitis TB walaupun tindakan operatif telah dilakukan.

Spondilitis TB | 18
DAFTAR PUSTAKA

1. Harrison. Principles of Internal Medicine.; 2012


2. Wheeless Textbook of Orthopaedics. Tuberculous Spondylitis; 2013. Diunduh
dari: http://www.wheelessonline.com/ortho/tuberculous_spondylitis.
3. Salter R.B.Tuberculous Osteomyelitis. In : Textbook of Disorders and Injuries of
The Musculoskeletal System. 3rd ed. Baltimore : Williams & Wilkins, 2009 :
228-31
4. Trecarichi EM, Di Meco E, Mazzotta V, et al. Tuberculous spondylodiscitis:
epidemiology, clinical features, treatment & outcome. Italy: European Review for
Medical and Pharmacological Sciences; 2012. h. 58-68.
5. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 12 ed. United
States of America: John Wiley & Sons, Inc. 2009. h. 216-226
6. Pathophysiology and Treatment of Spinal Tuberculosis; 2014. Diunduh dari:
http://reviews.jbjs.org/content/2/9/e4
7. Anterior Cervical Decompression and Spine Fusion Procedure; 2012. Diunduh
dari: http://www.spine-health.com/treatment/spinal-fusion/anterior-cervical-
decompression-and-spine-fusion-procedure
8. Pott Disease; 2012-2015. Diunduh dari: http://radiopaedia.org/articles/pott-
disease

Spondilitis TB | 19

Anda mungkin juga menyukai