Korespondensi: medidoc2002@yahoo.com
ABSTRAK
Corespondence: medidoc2002@yahoo.com
ABSTRACT
ini terlihat bahwa Surgical Safety bergantian agar para perawat semakin
Checklist WHO tersebut telah memahami pelaksanaan Surgical
dirancang dengan secara efisien dan Safety Checklist WHO. Berikutnya
efektif untuk dapat dipergunakan oleh adalah monitor dan evaluasi secara
tim bedah di kamar operasi, sehingga berkala untuk mengetahui masalah
diperlukan tambahan pengetahuan atau hambatan yang ada sehingga
dan sosialisasi yang berkala bagi dapat dilakukan perbaikan secara
personel kamar bedah untuk dapat berkesinambungan.
meningkatkan pengetahuan, Dari penelitian sebelumnya,
penerimaan, dan kemampuan dalam yang dilakukan di Guatemala City,
menerapkan Surgical Safety Checklist didapatkan bahwa dari 147 personel
WHO sehari-hari di kamar operasi. bedah yang menjawab kuesioner,
Pengetahuan dan keterampilan 93,8% menyadari keberadaan Surgical
tentang keselamatan memiliki Safety Checklist WHO tersebut dan
hubungan yang kuat dengan hanya 88,8% yang mengetahui
kepatuhan.8 Hasil penelitian untuk tujuannya. Antara 73,7% - 100%
pengetahuan tentang SSC WHO dari perawat rumah sakit menyatakan
personel kamar bedah ini dijumpai bahwa Surgical Safety Checklist WHO
90,5%, pengetahuan yang kurang sudah dan hampir selalu dijalankan
akan menyebabkan kepatuhan dalam operasi elektif selama kurun
penerapan Surgical Safety Checklist waktu 1 (satu) tahun. Meskipun
WHO rendah dan kelengkapan dijumpai penerimaan yang besar
pengisian juga rendah. Cabana et al. terhadap penerapan Surgical Safety
(1999) menganalisis 76 artikel tentang Checklist WHO di Guatemala City,
hambatan kepatuhan dokter terhadap namun kesenjangan dalam
pedoman.9 Hambatan dibedakan pengetahuan diantara personel kamar
menjadi tiga, yaitu pengetahuan bedah tentang kapan Surgical Safety
dokter (kurangnya kesadaran dan Checklist WHO tersebut harus
kurangnya pemahaman), sikap digunakan masih ada. Sehingga jelas
(kurangnya kesepakatan, kurangnya dalam hal ini bahwa masalah
efektifitas diri, kurangnya hasil yang kesadaran personel kamar bedah
diharapkan), dan perilaku (hambatan untuk melaksanakan penerapan
eksternal). Pengetahuan dan sikap Surgical Safety Checklist WHO dan
dokter merupakan hambatan masalah pengetahuan personel
penerapan kepatuhan pedoman dua tentang kapan, bagaimana, mengapa,
kali lebih sering. Upaya-upaya yang dan untuk apa penerapan Surgical
dapat dilakukan untuk meningkatkan Safety Checklist WHO tersebut
pelaksanaan Surgical Safety Checklist digunakan di kamar bedah perlu
WHO di kamar bedah yaitu sangat diperhatikan dan dipahami
pelatihan/sosialisasi pelaksanaan sebaik-baiknya. Program keselamatan
Surgical Safety Checklist untuk pasien safe surgery saves lifes sebagai
perawat kamar bedah, dimana bagian dari upaya WHO untuk
pelatihan penerapan Surgical Safety mengurangi jumlah kematian bedah
Checklist ini bertujuan untuk di seluruh dunia bertujuan untuk
mengetahui dan memahami tahapan memanfaatkan komitmen dan
yang harus dilakukan sehingga kemauan klinis dalam mengatasi isu-
pelaksanaan Surgical Safety Checklist isu keselamatan yang penting,
dapat berjalan dengan baik. termasuk praktek-praktek
Pembuatan video pelaksanaan keselamatan anestesi yang tidak
Surgical Safety Checklist merupakan memadai, mencegah infeksi bedah
alat bantu untuk pelatihan. Dalam dan komunikasi yang buruk di antara
pelatihan perlu ada role play secara anggota tim. Untuk membantu tim
bedah dalam mengurangi jumlah nyeri, (3) Tim bedah mengetahui dan
kejadian ini, WHO menghasilkan secara efektif mempersiapkan
rancangan bantuan hidup dari adanya bahaya
berupa checklist keselamatan pasien kehilangan atau gangguan
di kamar bedah sebagai media pernafasan, (4) Tim bedah mengetahui
informasi yang dapat membina dan secara efektif mempersiapkan
komunikasi yang lebih baik dan adanya resiko kehilangan darah, (5)
kerjasama antara disiplin klinis. Tim bedah menghindari adanya reaksi
Program sasaran keselamatan alergi obat dan mengetahui adanya
pasien wajib di komunikasikan dan resiko alergi obat pada pasien, (6) Tim
diinformasikan untuk tercapainya bedah secara konsisten menggunakan
hal-hal sebagai berikut: (1) Ketepatan metode yang sudah dikenal untuk
identifikasi pasien, (2) Peningkatan meminimalkan adanya resiko infeksi
komunikasi yang efektif, (3) pada lokasi operasi, (7) Tim bedah
Peningkatan keamanan obat yang mencegah kejadian tertinggalnya sisa
perlu diwaspadai, (4) Kepastian tepat kasa dan instrument pada luka
lokasi, tepat prosedur, tepat pasien pembedahan, (8) Tim bedah akan
operasi, (5) Pengurangan risiko infeksi mengidentifikasi secara aman dan
terkait pelayanan kesehatan, (6) akurat, specimen (contoh bahan)
Pengurangan risiko pasien jatuh.10,11 pembedahan, (9) Tim bedah akan
Kesalahan yang terjadi di kamar berkomunikasi secara efektif dan
bedah seperti salah lokasi operasi, bertukar informasi tentang hal-hal
salah prosedur operasi, salah pasien penting mengenai pasien untuk
operasi, sering terjadi akibat dari melaksanakan pembedahan yang
komunikasi yang tidak efektif atau aman, (10) Rumah sakit dan sistem
tidak adekuat antar anggota tim kesehatan masyarakat akan
bedah. Dimana dalam hal ini kerap menetapkan pengawasan yang rutin
dijumpai keadaan yang kurang dari kapasitas, jumlah dan hasil
melibatkan pasien dalam penandaan pembedahan.4 Surgical Safety
area operasi (site marking), dan tidak Checklist WHO merupakan
adanya prosedur untuk memverifikasi penjabaran dari sepuluh hal penting
lokasi operasi, ditambah dengan tersebut yang diterjemahkan dalam
asesmen pasien yang tidak adekuat bentuk formulir yang diisi dengan
dan telaah catatan medis yang tidak melakukan checklist. Checklist terseb
adekuat juga. ut sudah baku dari WHO yang
Langkah yang dilakukan tim merupakan alat komunikasi yang
bedah terhadap pasien yang akan di praktis dan sederhana dalam
lakukan operasi dalam meningkatkan memastikan keselamatan pasien pada
keselamatan pasien selama prosedur tahap preoperative, intraoperative dan
pembedahan, mencegah terjadinya pasca operative, dilakukan tepat
kesalahan lokasi operasi, ataupun waktu dan menunjukkan manfaat
kesalahan prosedur operasi serta yang lebih baik bagi keselamatan
mengurangi komplikasi kematian pasien.4
akibat pembedahan sudah sesuai Sistem informasi baru dapat
dengan sepuluh sasaran dalam safety diterapkan dengan baik apabila
surgery yaitu: (1) Tim bedah akan mendapat dukungan dari manajemen,
melakukan operasi pada pasien dan kemudian sosialisasi dengan
lokasi tubuh yang benar, (2) Tim memberikan pengetahuan dan
bedah akan menggunakan metode pemahaman yang tepat mengenai
yang sudah dikenal untuk mencegah penggunaannya. Penggunaan Surgical
bahaya dari pengaruh anestesia, pada Safety Checklist WHO dimaksudkan
saat melindungi pasien dari rasa untuk memfasilitasi komunikasi yang