Anda di halaman 1dari 10

/^^E sK>hDEKDKZ^WdDZ

PENERAPAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST WHO DI RSUD JARAGA


SASAMEH KABUPATEN BARITO SELATAN

Suryanti Klase1, Rizaldy Taslim Pinzon2, Andreasta Meliala3


1Rumah Sakit Siloam Asri Jakarta
2Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta
3Pascasarjana Fakultas Kedokteran Univeristas Gadjah Mada Uogyakarta

Korespondensi: medidoc2002@yahoo.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Penerapan pemakaian Surgical Safety Checklist (SSC) dari


World Health Organization (WHO) adalah untuk meningkatkan keselamatan
pasien dalam proses pembedahan dikamar operasi dan mengurangi terjadinya
kesalahan dalam prosedur pembedahan. Tingginya angka komplikasi dan
kematian akibat pembedahan menyebabkan tindakan pembedahan seharusnya
menjadi perhatian kesehatan global. Penggunaan checklist terstruktur dalam
proses pembedahan akan sangat efektif karena standarisasi kinerja manusia
dalam memastikan prosedur telah diikuti. Untuk itu diperlukan juga proses
penerapan Surgical Safety Checklist WHO di RSUD Jaraga Sasameh Kabupaten
Barito Selatan.
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan
penelitian kualitatif, studi kasus. Subyek penelitian ini adalah semua personel
kamar bedah RSUD Jaraga Sasameh Kabupaten Barito Selatan, Propinsi
Kalimantan Tengah selama bulan Maret - Mei 2015. Kuesioner menjelaskan
tentang karakteristik umum dari sampel (umur, jenis kelamin, pekerjaan, lama
kerja di rumah sakit), pengetahuan tentang Surgical Safety Checklist WHO,
penerimaan checklist dan penerapannya, dan kerja sama team kamar bedah.
Hasil: Dari 21 personel kamar bedah yang menjawab kuesioner, 100%
menyadari keberadaan Surgical Safety Checklist WHO dan mengetahui tujuannya.
Kebanyakan personel berpikir bahwa menggunakan checklist keselamatan Bedah
WHO bermanfaat dan pelaksanaannya di kamar bedah merupakan keputusan
yang tepat. Ada 90,5% personel yang menyatakan bahwa penggunaan Surgical
Safety Checklist WHO cukup mudah untuk dilaksanakan.
Kesimpulan: Meskipun terdapat penerimaan yang besar terhadap
pelaksanaan penerapan checklist ini diantara personel kamar bedah, tetapi
terdapat sedikit perbedaan dalam pengetahuan tentang tata cara pengisian
ataupun penggunaan checklist.

Kata Kunci: keselamatan pasien, surgical safety checklist WHO, penerapan


SSC.

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


sK>hDEKDKZ^WdDZ /^^E

IMPLEMENTATION OF THE WHO SURGICAL SAFETY CHECKLIST


IN JARAGA SASAMEH HOSPITAL, DISTRICT OF SOUTH BARITO

Suryanti Klase1, Rizaldy Taslim Pinzon2, Andreasta Meliala3


1Siloam Asri Hospital
2Medical Faculty of Duta Wacana Christian University
3The Graduate School of Medical Faculty of Gadjah Mada University

Corespondence: medidoc2002@yahoo.com

ABSTRACT

Background: Implementation of the WHO Surgical Safety Checklist is to


improve patient safety in the process of surgery in the operating room and reduce
the occurrence of errors in surgical procedures.
Methods: The study was a descriptive study with qualitative research
design, case studies. Subjects were all operating room personnel of Jaraga Sasameh
Hospital South Barito regency, Central Kalimantan Province during the month of
March to May 2015. The questionnaire will explain the general characteristics of the
sample (age, gender, occupation, length of employment at the hospital), knowledge
of WHO SSC, acceptance and application checklist, and teamwork surgical suite.
Results: Of the 21 operating room personnel who answered the
questionnaire, there were 90.5% (19) personnel that states that the use of WHO SSC
fairly easy to implement because stuffing simple format and timing of their use is a
daily activity.
Conclusion: There was a great reception on the implementation of the
application of this checklist among operating room personnel, there is little difference
in knowledge about the procedures for filling or using the checklist.

Keywords: patient safety, the WHO Surgical Safety Checklist, the


implementation of the SSC.

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


/^^E sK>hDEKDKZ^WdDZ

PENDAHULUAN Surgical Care) untuk semua rumah


sakit yang terakreditasi JCI. Salah
Pembedahan merupakan salah
satu standar dalam sasaran
satu tindakan medis yang penting
internasional keselamatan pasien
dalam pelayanan kesehatan.
(SIKP) adalah mengidentifikasi pasien
Tindakan pembedahan merupakan
dengan benar, memastikan sisi
salah satu tindakan medis yang
pembedahan benar dan prosedur yang
bertujuan untuk menyelamatkan
benar.5
nyawa, mencegah kecacatan dan
World Health Organization
komplikasi. Pembedahan yang
(WHO) telah mengenalkan Patient
dilakukan juga dapat menimbulkan
Safety Safe Surgery Saves Lives untuk
komplikasi yang dapat
meningkatkan keselamatan pasien
membahayakan nyawa.1 Data World
pada pembedahan di dunia dengan
Health Organization (WHO)
menyusun suatu standar yang dapat
menunjukkan bahwa selama lebih
diaplikasikan pada semua keadaan di
dari satu abad perawatan bedah telah
semua negara. Pada bulan Juni 2008,
menjadi komponen penting dari
WHO berinisiatif membuat Surgical
perawatan kesehatan di seluruh
Safety Checklist (SSC). Tujuan
dunia. Diperkirakan setiap tahun ada
checklist ini untuk meningkatkan
230 juta operasi utama dilakukan di
keselamatan pasien pada tindakan
seluruh dunia, satu untuk setiap 25
pembedahan serta menurunkan
orang hidup.2
komplikasi dan kematian karena
Penelitian di 56 negara dari 192
tindakan pembedahan.1
negara anggota WHO tahun 2004
diperkirakan 234,2 juta prosedur
METODE PENELITIAN
pembedahan dilakukan setiap tahun
berpotensi komplikasi dan kematian.3 Penelitian yang akan dilakukan
Data WHO menunjukkan komplikasi menggunakan jenis penelitian
utama pembedahan adalah kecacatan deskriptif dengan rancangan
dan rawat inap yang berkepanjangan penelitian kualitatif, studi kasus.
3-16% pasien bedah terjadi di negara- Subyek penelitian adalah seluruh
negara berkembang. Secara global personel kamar bedah RSUD Jaraga
angka kematian kasar berbagai Sasameh Kabupaten Barito Selatan di
operasi sebesar 0,2-10%.1 bulan Maret - Mei 2015. Sebelum
Diperkirakan hingga 50% dari melakukan penelitian ini, penulis
komplikasi dan kematian dapat terlebih dahulu melakukan Sosialisasi
dicegah di negara berkembang jika Penerapan Surgical Safety Checklist
standar dasar tertentu perawatan WHO di RSUD Jaraga Sasameh
diikuti.4 Kabupaten Barito Selatan terhadap
Dalam standar Joint Comission teman sejawat dokter, paramedis, dan
International (JCI) edisi ke-4 yang manajemen. Dalam penelitian ini
berlaku sejak 1 Januari 2011, digunakan kuesioner tentang
terdapat sasaran internasional penerapan Surgical Safety Checklist
keselamatan pasien (International WHO di kamar bedahsebagai
Patient Safety Goals) serta perawatan instrumen penelitian, dengan metode
anestesi dan bedah (Anaesthesia and angket atau kuesioner.

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


sK>hDEKDKZ^WdDZ /^^E

HASIL DAN PEMBAHASAN kerja yang bertugas di kamar bedah


RSUD Jaraga Sasameh di bulan Maret
Sampel penelitian dalam
bulan Mei 2015, yang berjumlah 21
penelitian ini adalah semua tenaga
orang.

Tabel 1. Karakteristik umum responden di kamar bedah RSUD Jaraga Sasameh


di bulan Maret Mei 2015
Umur
Lama
rata-rata Jenis kelamin Pendidikan
kerja
(tahun)
Dokter Spesialis (4) 36,8 5,74 Laki-laki 50% (2) 7,5 4,93 Obgyn 25% (1)
Perempuan 50% (2) Anak 25% (1)
Paru 25% (1)
Anastesi 25% (1)
Perawat (15) 33,7 Laki-laki 53,3% (8) 9 9,24 SPK 6,7% (1)
10,87
Perempuan 46,7% (7) D3 46,7% (7)
D4 20% (3)
S1 26,7% (4)
Administrasi (2) 31,5 Laki-laki 0% (0) 3,5 2,12 SMA 100% (2)
12,03
Perempuan 100% (2)

Penerapan Surgical Safety oleh peneliti selama kurang lebih 30


Checklist WHO di kamar bedah RSUD menit dan tanya jawab singkat selama
Jaraga Sasameh Kabupaten Barito 10 menit mengenai SSC WHO dan
Selatan, mulai dilaksanakan di bulan bagaimana cara penerapannya di
Maret 2015. Sosialisasi pertama kali kamar bedah. Proses sosialisasi
mengenai penerapan Surgical Safety diakhiri dengan acara ramah tamah
Checklist WHO ini dilakukan pada kebersamaan. Peneliti melihat bahwa
tanggal 28 Maret 2015, dihadiri 70 masih diperlukan pelaksanaan
peserta dari fungsional dan sosialisasi yang berkesinambungan
manajemen rumah sakit, dimana sehubungan dengan besarnya
sebagai pembicaranya adalah peneliti keingintahuan peserta dan tingginya
sendiri. Proses sosialisasi SSC WHO kesadaran perawat, dokter, dan
yang dilakukan di RSUD Jaraga manajemen untuk menghadiri proses
Sasameh berlangsung selama 2 (dua) sosialisasi SSC WHO dan
jam, dengan proses penyajian materi penerapannya dimaksud.

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


/^^E sK>hDEKDKZ^WdDZ

Tabel 2. Hasil analisa data kuesioner penelitian penerapan Surgical Safety


Checklist WHO di kamar bedah RSUD Jaraga Sasameh di bulan Maret Mei 2015.
Dokter Perawat Adm. Total
Spesialis Responden
SSC meningkatkan komunikasi?
Ya 100% (4) 100% (15) 100% (2) 100%
Tidak 0% (0) 0% (0) 0% (0) 0%
SSC mencegah kesalahan tindakan bedah?
Ya 100% (4) 100% (15) 100% (2) 100%
Tidak 0% (0) 0% (0) 0% (0) 0%
Penerapan SSC merupakan keputusan yang tepat?
Ya 100% (4) 100% (15) 100% (2) 100%
Tidak 0% (0) 0% (0) 0% (0) 0%
Jika Saudara menjalani operasi, apakah Saudara setuju jika personel
menggunakan SSC?
Ya 100% (4) 100% (15) 100% (2) 100%
Tidak 0% (0) 0% (0) 0% (0) 0%
Bagaimana penggunaan SSC?
Sangat mudah 100% (4) 86,7% (13) 100% (2) 90,5%
Tidak mudah 0% (0) 13,3% (2) 0% (0) 9,5%
SSC: Surgical Safety Checklist

Tenaga di kamar bedah RSUD sedikit kesempatan pegawai untuk


Jaraga Sasameh kebanyakan umur menemukan organisasi.
yang produktif. Menurut Singgih D. Dari seluruh karakteristik,
Gunarso (1990) mengemukakan mayoritas responden adalah laki-laki
bahwa semakin tua umur seseorang sebanyak 12 orang (57,1%). Dyne dan
maka proses perkembangan Graham (2005) menyatakan bahwa,
mentalnya bertambah baik, akan Jenis kelamin pegawai
tetapi pada umur-umur tertentu, mempengaruhi komitmen organisasi
bertambahnya proses perkembangan karena pada umumnya wanita
mental ini tidak secepat ketika berusia menghadapi tantangan lebih besar
belasan tahun. Dengan demikian dalam mencapai karirnya
dapat disimpulkan bahwa faktor menyebabkan komitmennya lebih
umur akan mempengaruhi tingkat tinggi terhadap organisasi.
pengetahuan seseorang yang akan Pendidikan staf perawat di kamar
mengalami puncaknya pada umur- bedah RSUD Jaraga Sasameh
umur tertentu dan akan menurun mayoritas D3 keperawatan.
kemampuan penerimaan atau Studi terakhir melaporkan
mengingat sesuatu seiring dengan bahwa penerapan Surgical Safety
usia semakin lanjut. Dyne dan Checklist WHO di rumah sakit negara
Graham (2005) menyatakan bahwa, maju, menengah, ataupun negara
Pegawai yang berusia lebih tua dengan pendapatan rendah telah
cenderung lebih mempunyai rasa memberikan hasil yang baik dan
keterikatan atau komitmen pada positif. Dimana 19 item checklist
organisasi dibandingkan dengan yang bedah ini telah dirancang untuk
berusia muda sehingga meningkatkan mengurangi komplikasi pasca operasi
loyalitas mereka pada organisasi. Hal yang dapat menyebabkan morbiditas
ini bukan saja disebabkan karena dan kejadian mortalitas. Alex Haynes
lebih lama tinggal di organisasi, tetapi (rumah sakit umum Massachusetts,
dengan usia tuanya tersebut, makin Boston) melaporkan bahwa lima

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


sK>hDEKDKZ^WdDZ /^^E

negara (Ekuador, Irlandia, Yordania, yang dapat dipergunakan oleh setiap


Filipina, dan Inggris) yang telah tim bedah di seluruh dunia dengan
berkomitmen untuk menggunakan efisien dan tepat waktu, dapat
Surgical Safety Checklist WHO sebagai diterapkan sebelum operasi, intra
standar nasional, memberikan hasil operasi, dan pasca operasi.
yang positif.7 Menurut Donald Fry Penerimaan yang baik untuk
(University of New Mexico, pelaksanaan checklist diantara
Albuquerque, USA), Meskipun dokter personel kamar bedah harus disertai
mengetahui langkah-langkah yang dengan pengetahuan yang tepat
harus dilakukan untuk membantu tentang kapan checklist harus
mencegah infeksi, tetapi sering sekali digunakan, sehingga tidak
mereka tidak menerapkannya secara membahayakan pelaksanaan dan
seragam. Sehingga dengan adanya penggunaan checklist yang efektif dan
Surgical Safety Checklist WHO dan benar di kamar bedah. Dalam hal ini
pedoman lainnya yang sudah dibutuhkan kesadaran semua pihak
diwajibkan di pusat-pusat bedah dan pengetahuan yang lengkap
dengan fasilitas terbaik, akan tentang mengapa dan bagaimana
mengurangi resiko infeksi pasca checklist harus digunakan.
operasi ke suatu titik keselamatan Penerimaan dan pengetahuan adalah
bedah. Di negara-negara industri beberapa faktor yang mungkin
telah dilaporkan terjadi komplikasi menentukan kepatuhan dalam
prosedur rawat inap bedah sekitar 3- menggunakan checklist.
16%, dengan cacat tetap dan tingkat WHO telah melakukan
kematian 0,4-0,8%. Di negara-negara sejumlah inisiatif global dan regional
berkembang penelitian melaporkan yang bertujuan untuk keselamatan
bahwa tingkat kematian 5-10% bedah. Checklist keselamatan bedah
selama proses tindakan operasi besar. WHO dimulai di bulan Januari 2007.
Minimal tujuh juta pasien bedah Checklist ini mengidentifikasi tiga fase
dirugikan oleh komplikasi bedah dalam suatu proses operasi. Sebelum
setiap tahunnya, termasuk induksi anastesi sign in, sebelum
setidaknya satu juta pasien yang insisi kulit time out, dan sebelum
meninggal selama atau segera setelah pasien meninggalkan kamar operasi
prosedur tindakan bedah. Tidak ada sign out. Dalam setiap fase
obat tunggal yang dapat koordinator checklist harus
meningkatkan keamanan tindakan mengkonfirmasi bahwa tim bedah
bedah. Hal ini membutuhkan telah menyelesaikan tugas pengisian
prosedur tindakan perawatan yang checklist sebelum operasi dimulai.
handal, bukan hanya oleh dokter Proses penerapan penyelesaian
bedah tetapi oleh kerja sama tim checklist yang berbeda disesuaikan
profesional kesehatan lainnya demi dengan keseharian tim bedah kamar
untuk kepentingan pasien. Menurut operasi masing-masing rumah sakit.
dr. Atul Gawande, Perawatan bedah Penerapan secara manual dirancang
telah menjadi komponen penting dari untuk membantu memastikan bahwa
sistem kesehatan dunia selama lebih tim bedah dapat dapat menerapkan
dari satu abad. Meskipun telah ada checklist secara konsisten dan
perbaikan besar selama beberapa berkesinambungan. Dengan
dekade terakhir, tetapi kualitas dan mematuhi langkah-langkah penting
keamanan perawatan bedah tetap tersebut, profesional kesehatan dapat
berusaha untuk ditingkatkan di meminimalisir resiko yang paling
seluruh dunia sampai saat ini. umum dan mencegah hal-hal yang
Checklist WHO dibuat secara membahayakan kehidupan dan
sederhana, merupakan alat praktis kesejahteraan pasien bedah. Dengan

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


/^^E sK>hDEKDKZ^WdDZ

ini terlihat bahwa Surgical Safety bergantian agar para perawat semakin
Checklist WHO tersebut telah memahami pelaksanaan Surgical
dirancang dengan secara efisien dan Safety Checklist WHO. Berikutnya
efektif untuk dapat dipergunakan oleh adalah monitor dan evaluasi secara
tim bedah di kamar operasi, sehingga berkala untuk mengetahui masalah
diperlukan tambahan pengetahuan atau hambatan yang ada sehingga
dan sosialisasi yang berkala bagi dapat dilakukan perbaikan secara
personel kamar bedah untuk dapat berkesinambungan.
meningkatkan pengetahuan, Dari penelitian sebelumnya,
penerimaan, dan kemampuan dalam yang dilakukan di Guatemala City,
menerapkan Surgical Safety Checklist didapatkan bahwa dari 147 personel
WHO sehari-hari di kamar operasi. bedah yang menjawab kuesioner,
Pengetahuan dan keterampilan 93,8% menyadari keberadaan Surgical
tentang keselamatan memiliki Safety Checklist WHO tersebut dan
hubungan yang kuat dengan hanya 88,8% yang mengetahui
kepatuhan.8 Hasil penelitian untuk tujuannya. Antara 73,7% - 100%
pengetahuan tentang SSC WHO dari perawat rumah sakit menyatakan
personel kamar bedah ini dijumpai bahwa Surgical Safety Checklist WHO
90,5%, pengetahuan yang kurang sudah dan hampir selalu dijalankan
akan menyebabkan kepatuhan dalam operasi elektif selama kurun
penerapan Surgical Safety Checklist waktu 1 (satu) tahun. Meskipun
WHO rendah dan kelengkapan dijumpai penerimaan yang besar
pengisian juga rendah. Cabana et al. terhadap penerapan Surgical Safety
(1999) menganalisis 76 artikel tentang Checklist WHO di Guatemala City,
hambatan kepatuhan dokter terhadap namun kesenjangan dalam
pedoman.9 Hambatan dibedakan pengetahuan diantara personel kamar
menjadi tiga, yaitu pengetahuan bedah tentang kapan Surgical Safety
dokter (kurangnya kesadaran dan Checklist WHO tersebut harus
kurangnya pemahaman), sikap digunakan masih ada. Sehingga jelas
(kurangnya kesepakatan, kurangnya dalam hal ini bahwa masalah
efektifitas diri, kurangnya hasil yang kesadaran personel kamar bedah
diharapkan), dan perilaku (hambatan untuk melaksanakan penerapan
eksternal). Pengetahuan dan sikap Surgical Safety Checklist WHO dan
dokter merupakan hambatan masalah pengetahuan personel
penerapan kepatuhan pedoman dua tentang kapan, bagaimana, mengapa,
kali lebih sering. Upaya-upaya yang dan untuk apa penerapan Surgical
dapat dilakukan untuk meningkatkan Safety Checklist WHO tersebut
pelaksanaan Surgical Safety Checklist digunakan di kamar bedah perlu
WHO di kamar bedah yaitu sangat diperhatikan dan dipahami
pelatihan/sosialisasi pelaksanaan sebaik-baiknya. Program keselamatan
Surgical Safety Checklist untuk pasien safe surgery saves lifes sebagai
perawat kamar bedah, dimana bagian dari upaya WHO untuk
pelatihan penerapan Surgical Safety mengurangi jumlah kematian bedah
Checklist ini bertujuan untuk di seluruh dunia bertujuan untuk
mengetahui dan memahami tahapan memanfaatkan komitmen dan
yang harus dilakukan sehingga kemauan klinis dalam mengatasi isu-
pelaksanaan Surgical Safety Checklist isu keselamatan yang penting,
dapat berjalan dengan baik. termasuk praktek-praktek
Pembuatan video pelaksanaan keselamatan anestesi yang tidak
Surgical Safety Checklist merupakan memadai, mencegah infeksi bedah
alat bantu untuk pelatihan. Dalam dan komunikasi yang buruk di antara
pelatihan perlu ada role play secara anggota tim. Untuk membantu tim

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


sK>hDEKDKZ^WdDZ /^^E

bedah dalam mengurangi jumlah nyeri, (3) Tim bedah mengetahui dan
kejadian ini, WHO menghasilkan secara efektif mempersiapkan
rancangan bantuan hidup dari adanya bahaya
berupa checklist keselamatan pasien kehilangan atau gangguan
di kamar bedah sebagai media pernafasan, (4) Tim bedah mengetahui
informasi yang dapat membina dan secara efektif mempersiapkan
komunikasi yang lebih baik dan adanya resiko kehilangan darah, (5)
kerjasama antara disiplin klinis. Tim bedah menghindari adanya reaksi
Program sasaran keselamatan alergi obat dan mengetahui adanya
pasien wajib di komunikasikan dan resiko alergi obat pada pasien, (6) Tim
diinformasikan untuk tercapainya bedah secara konsisten menggunakan
hal-hal sebagai berikut: (1) Ketepatan metode yang sudah dikenal untuk
identifikasi pasien, (2) Peningkatan meminimalkan adanya resiko infeksi
komunikasi yang efektif, (3) pada lokasi operasi, (7) Tim bedah
Peningkatan keamanan obat yang mencegah kejadian tertinggalnya sisa
perlu diwaspadai, (4) Kepastian tepat kasa dan instrument pada luka
lokasi, tepat prosedur, tepat pasien pembedahan, (8) Tim bedah akan
operasi, (5) Pengurangan risiko infeksi mengidentifikasi secara aman dan
terkait pelayanan kesehatan, (6) akurat, specimen (contoh bahan)
Pengurangan risiko pasien jatuh.10,11 pembedahan, (9) Tim bedah akan
Kesalahan yang terjadi di kamar berkomunikasi secara efektif dan
bedah seperti salah lokasi operasi, bertukar informasi tentang hal-hal
salah prosedur operasi, salah pasien penting mengenai pasien untuk
operasi, sering terjadi akibat dari melaksanakan pembedahan yang
komunikasi yang tidak efektif atau aman, (10) Rumah sakit dan sistem
tidak adekuat antar anggota tim kesehatan masyarakat akan
bedah. Dimana dalam hal ini kerap menetapkan pengawasan yang rutin
dijumpai keadaan yang kurang dari kapasitas, jumlah dan hasil
melibatkan pasien dalam penandaan pembedahan.4 Surgical Safety
area operasi (site marking), dan tidak Checklist WHO merupakan
adanya prosedur untuk memverifikasi penjabaran dari sepuluh hal penting
lokasi operasi, ditambah dengan tersebut yang diterjemahkan dalam
asesmen pasien yang tidak adekuat bentuk formulir yang diisi dengan
dan telaah catatan medis yang tidak melakukan checklist. Checklist terseb
adekuat juga. ut sudah baku dari WHO yang
Langkah yang dilakukan tim merupakan alat komunikasi yang
bedah terhadap pasien yang akan di praktis dan sederhana dalam
lakukan operasi dalam meningkatkan memastikan keselamatan pasien pada
keselamatan pasien selama prosedur tahap preoperative, intraoperative dan
pembedahan, mencegah terjadinya pasca operative, dilakukan tepat
kesalahan lokasi operasi, ataupun waktu dan menunjukkan manfaat
kesalahan prosedur operasi serta yang lebih baik bagi keselamatan
mengurangi komplikasi kematian pasien.4
akibat pembedahan sudah sesuai Sistem informasi baru dapat
dengan sepuluh sasaran dalam safety diterapkan dengan baik apabila
surgery yaitu: (1) Tim bedah akan mendapat dukungan dari manajemen,
melakukan operasi pada pasien dan kemudian sosialisasi dengan
lokasi tubuh yang benar, (2) Tim memberikan pengetahuan dan
bedah akan menggunakan metode pemahaman yang tepat mengenai
yang sudah dikenal untuk mencegah penggunaannya. Penggunaan Surgical
bahaya dari pengaruh anestesia, pada Safety Checklist WHO dimaksudkan
saat melindungi pasien dari rasa untuk memfasilitasi komunikasi yang

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


/^^E sK>hDEKDKZ^WdDZ

efektif dalam prosedur pembedahan Surgical Safety Checklist to


sehingga meningkatkan kualitas Reduce Morbidity and Mortality in
pelayanan keperawatan dan a Global Population. The New
menambah usaha peningkatan England Journal of Medicine,
keselamatan pasien di kamar bedah 2009. 491-499.
baik sebelum operasi, selama operasi 3. Weiser et al. An Estimation of The
dan sesudah operasi. Sehingga Global Volume of Surgery: A
didapatkan manfaat yang jelas yaitu Modelling Strategy Based on
keamanan prosedur tindakan bedah Available Data. Lancet 2008; 372
yang akan menurunkan tingkat (9633). 2009: 139-44.
morbiditas dan mortalitas terhadap 4. WHO. Implementation Manual
pasien bedah, keamanan dan WHO Surgical Safety Checklist
kenyamanan dalam melakukan 2009. Safe Surgery Saves Lives.
tindakan bedah sebelum, selama, dan Geneva: World Health
sesudah operasi bagi petugas Organization. 2009.
kesehatan, terlaksananya program 5. JCI. Joint Commision
keselamatan pasien di rumah sakit International Accreditation
yang dapat menjadi sumber Standards for Hospital. 4th Ed.
peningkatan jumlah konsumen USA: JCI. 2010.
pengguna layanan yang akan 6. Van, Dyne, L, Graham
menghasilkan penambahan volume J.W. Organizational Citizenship
pendapatan rumah sakit, dan Behavior, Construct Redefinition
manfaat bagi kemajuan ilmu Measurement and Validation.
pengetahuan dalam hal semakin Academic Management
bertambah luasnya penelitian Journal, 2005
lanjutan terhadap upaya penerapan 7. Haynes AB, Weisser TG, Berry
Surgical Safety Checklist yang lebih WR, A Surgical Safety Checklist to
tepat waktu, tepat sasaran, tepat guna Reduce Morbidity and Mortality in
bagi kepentingan kemanusiaan. a Global Population, N Eng J Med,
2009, 360:491-499
KESIMPULAN 8. Neal C, Haynes D, Surgical Safety
Penerapan SSC WHO Checklist for Patient Safety, WHO,
meningkatkan komunikasi diantara 2000
perawat dan dokter sebagai suatu 9. Cabana MD, Rand CS, Powe NR,
kesatuan tim bedah kamar operasi. et al, Why Don't Physicians Follow
Penerapan SSC WHO di kamar bedah Clinical Practice Guidelines? A
RSUD Jaraga Sasameh telah Framework for Improvement,
dilaksanakan dengan kesiapan yang JAMA, 1999, 282(15):1458-1465
baik dan pengetahuan yang cukup 10.Hurtado et al. (Acceptance of The
dari personel kamar bedah, sehingga WHO Surgical Safety Checklist
diharapkan telah dapat membantu Among Surgical Personnel in
meningkatkan praktek keselamatan Hospitals in Guatemala City. BMC
pasien operasi. Health Serv Res. 2012; 12: 169.
Doi: 10. 1186/1472-6963-12-169.
DAFTAR PUSTAKA 2012.
11.WHO. World Alliance for Patient
1. WHO. WHO Guidelines for Safe Safety, 1-36. Retrieved from
Surgery 2009. WHO Press. www.who.int/patientsafety/resea
2. Haynes, A.B., Weiser, T.B., Berry, rch. 2008.
W.R., Lipsitz, S.R., & Sc, D. A

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


sK>hDEKDKZ^WdDZ /^^E

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana

Anda mungkin juga menyukai