Anda di halaman 1dari 17

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

DARI SUDUT PANDANG PERUSAHAAN

Oleh:
Meilanny Budiarti S. & Santoso Tri Raharjo

Abstrak
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu bagian dari Corporate
Responsibility sehingga diminta atau tidak dan ada aturan atau tidak terkait dengan pelaksanaan
CSR, pihak perusahaan akan tetap melakukan kegiatan CSR kepada masyarakat lokal.
Eksistensi perusahaan berpotensi besar mengubah lingkungan masyarakat, baik ke arah
negatif maupun positif. Dengan demikian perusahaan perlu mencegah timbulnya dampak negatif,
karena hal tersebut dapat memicu konflik dengan masyarakat, yang selanjutnya dapat
mengganggu jalannya perusahaan dan aktifitas masyarakat.
Berbagai dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang timbul akibat berdirinya suatu
kawasan industri, mengharuskan perusahaan untuk bertanggung jawab kepada publik khususnya
masyarakat di sekitar wilayah perusahaan melalui aktivitas yang nyata sehingga dalam
pelaksanaan kegiatan CSR, perusahaan harus berhati-hati dan dilakukan dengan cara-cara yang
benar agar tidak memperkuat kondisi relasi ketergantungan dari masyarakat akan kehadiran
perusahaan.

Kata kunci:
CSR, tanggung jawab sosial, perusahaan, persepsi perusahaan, masyarakat

A. PENDAHULUAN Kegiatan-kegiatan tanggung jawab


Masyarakat memiliki local wisdom sosial (corporate social responsibility)
yang berbeda di setiap daerah, sehingga perusahaan dengan demikian membutuhkan
program-program tanggung jawab sosial pemahaman yang baik dan mendalam
perusahaan harus disesuaikan dengan mengenai kondisi masyarakat setempat
kondisi masyarakat setempat tersebut. Hal dimana kegiatan corporate social
tersebut sebagai konsekuensi responsibility (CSR) perusahaan tersebut
keberadaannya perusahaan sebagai agent diwujudkan. Peran serta masyarakat dan
of development di tengah-tengah stakeholder menjadi penting untuk dilibatkan
masyarakat. Dengan demikian, sangat dalam pelaksanaan kegiatan CSR tersebut.
penting bagi perusahaan untuk mengetahui Kegiatan CSR bagi masyarakat merupakan
kondisi-kondisi sosial budaya masyarakat suatu proses yang bergerak dan bertalian
sekitar. dengan sumber-sumber yang ada di
masyarakat, yang saat ini mulai

13
dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat di sini adalah adanya
perusahaan. pengurangan resiko, meningkatnya good will,
mengurangi biaya, membangun sumber daya
Di sisi lain, tanggung jawab sosial
manusia, serta meningkatkan kesejahteraan
merupakan salah satu bagian dari corporate
masyarakat.
responsibility sehingga diminta atau tidak dan
ada aturan atau tidak terkait dengan
pelaksanaan corporate social responsibility B. CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY
(CSR), pihak perusahaan akan tetap
Penerapan kegiatan corporate social
melakukan kegiatan CSR kepada
responsibility didasarkan pada banyak alasan
masyarakat lokal. Namun, pada praktiknya,
dan tuntutan, sebagai paduan antara faktor
program CSR yang dilakukan oleh
internal dan eksternal. Sebagaimana
perusahaan masih banyak yang cenderung
dijelaskan lebih jauh oleh Frynas (2009) yang
ditujukan untuk meredam munculnya gejolak
melihat bahwa pertimbangan perusahaan
atau konflik antara masyarakat dengan
untuk melakukan kegiatan CSR antara lain
perusahaan.
umumnya karena alasan-alasan berikut:
Pelaksanaan otonomi daerah juga
1) Untuk memenuhi regulasi, hukum dan
memunculkan persoalan tersendiri yang
aturan
harus dihadapi oleh perusahaan 2) Sebagai investasi sosial perusahaan
multinasional di daerah. Seiring pula dengan untuk mendapatkan image yang
positif
meningkatnya kesadaran masyarakat akan
3) Bagian dari strategi bisnis
hak-haknya untuk turut serta mengatur perusahaan
penyelenggaraan negara, masyarakat mulai 4) Untuk memperoleh licence to operate
ingin memperoleh manfaat dari keberadaan dari masyarakat setempat
perusahaan yang beroperasi di daerahnya. 5) Bagian dari risk management
perusahaan untuk meredam dan
Hal ini didukung oleh tuntutan penerapan menghindari konflik sosial
konsep CSR baik secara lokal melalui Terkait dengan batasan mengenai
berbagai aksi masyarakat, secara nasional tanggung jawab sosial perusahaan atau
melalui legitimasi hukum, serta iklim Corporate Social Responsibility (CSR) yang
perindustrian di seluruh penjuru dunia. dikemukakan oleh para ahli berbeda-beda,
Dalam penerapan CSR oleh sesuai dengan sudut pandang dan
perusahaan, perlu hati-hati dan cara-cara pemahaman masing-masing mengenai CSR.
yang benar agar tidak memperkuat kondisi Namun demikian perlu dikemukakan
relasi ketergantungan dari masyarakat akan beberapa definisi, sebagai koridor dan
kehadiran perusahaan. Keuntungan- memagari kajian mengenai CSR. Berikut
keuntungan yang secara otomatis didapat definisi CSR yang dikemukakan oleh
dari pelaksanaan kegiatan CSR bagi Pemerintah Inggris:

14
The voluntary actions that business operations as well as their interactions
can take, over and above compliance with stakeholders.(European
with minimum requirements, to address Communities 2007)
both its own competitive interest and
Berdasarkan definisi-definisi tersebut
interests of wider society
(www.csr.gov.uk UK Government) dapat ditarik inti bahwa CSR merupakan
konsep sebagai berikut:
Lebih lanjut World Business Council and
1) Perusahaan harus mempunyai
Sustainability Development (WBCSD), perhatian terhadap persoalan sosial
dan lingkungannya
memberikan pengertian tanggung jawab
2) Berdasarkan prinsip sukarela
sosial perusahaan sebagai berikut: 3) Kegiatan bisnis dan interaksi dengan
pemangku kepentingan harus
The continuing commitment by memperhatikan persoalan sosial dan
business to behave ethically and lingkungan
contribute to economic development
Setidaknya ada 2 (dua) landasan
while improving the quality of life of the
workforce and their families as well as berkenaan dengan corporate social
of the local community and society at
responsibility (CSR) yaitu berasal dari etika
large(WBCSD, 1999, Business
Association) bisnis (bisa berdasarkan agama, budaya atau
Pendapat tanggung jawab sosial etika kebaikan lainnya) dan dimensi sosial
lainnya dikemukakan dalam www.csr-
dari aktivitas bisnis. CSR atau sering
asia.com, sebagai berikut:
diartikan sebagai being socially responsible
A companys commitment to
operating in an economically, socially, jelas merupakan suatu cara-cara yang
and environmentally sustainable
berbeda untuk orang yang berbeda dalam
manner while balancing the interests
of the diverse stakeholders(www.csr- negara yang berbeda pula. Artinya
asia.com, social enterprise)
penerapan CSR di masing-masing negara
harus disesuaikan dengan konteks sosial dan
Definisi-definisi tersebut menunjukkan
lingkungannya. Sehingga perlu kehati-hatian
adanya keragaman dalam mengartikan dan
dalam menerapkan konsep CSR dari negara-
mengimplementasikan CSR, sehingga,
negara maju di negara-negara yang sedang
hingga saat ini tidak ada terdapat
berkembang (Frynas, 2009).
kesepakatan mengenai batasan tanggung
jawab sosial perusahaan (McWilliams, et.al, Blowfield dan Frynas (2005)

dalam Radyati, M.R. & Nindita. 2008). mengibaratkan CSR sebagai sebuah

Namun demikian terdapat suatu pemahaman payung bagi beragam teori dan praktek

yang sama di masyarakat Eropa mengenai yang mengakui dan memahami persoalan-

CSR, sebagaimana pernyataan berikut: persoalan berikut:

There is broad agreement in Europe 1) Bahwa perusahaan memiliki tanggung


on the definition of CSR as a concept jawab terhadap dampaknya terhadap
whereby companies integrate social masyarakat dan lingkungan alam,
and environmental concerns on a yang terkadang lebih jauh lagi
voluntary basis- into their business

15
sekedar memenuhi aspek legal dan jika dan hanya jika hal tersebut
pertanggungjawaban individual. konsisten dengan penciptaan
2) Bahwa perusahaan memiliki suatu kesejahteraan. Kelompok teori ini
tanggung jawab untuk berperilaku dapat disebut instrumental theories
dengan siapa mereka melakukan karena mereka memahami CSR
bisnis. sebagai alat belaka untuk
3) Bahwa bisnis harus (perlu) mengelola memperoleh keuntungan.
hubungannya dengan masyarakat 2) Kelompok kedua yang melihat
yang lebih luas, dengan alasan kekuatan sosial dari perusahaan yang
komersial atau untuk nilai tambah menjadi tekanan, khususnya dalam
terhadap masyarakat. hubungannya dengan masyarakat
dan tanggung jawabnya dalam arena
Sebagai konsep payung maka menjadi hal
politis berkaitan dengan kekuatan ini.
yang lumrah ketika melihat banyak dan Hal tersebut mengarahkan
perusahaan untuk menerima tugas-
beragamnya pengertian dan pemahaman
tugas dan hak-hak sosial atau
mengenai CSR, memunculkan banyak berpartisipasi dalam kerjasama sosial
tertentu. Kita dapat menyebut
interpretasi mengenai CSR sebagaimana
kelompok ini dengan political theories.
yang dikemukakan oleh Ameshi and Adi, 3) Kelompok ketiga termasuk teori-teori
yang mempertimbangkan bisnis
2007 dan dikutip oleh Frynas (2009:5), yaitu:
seharusnya to integrate tuntutan
sosial. Biasanya berpendapat bahwa
1) Etika dan moralitas bisnis
bisnis tergantung pada masyarakat
2) Akuntabilitas perusahaan
untuk kelanjutan dan
3) Corporate citizenship (perusahaan
pertumbuhannya, bahkan untuk
warga)
keberadaan bisnisnya sendiri.
4) Bantuan dan pilantropi perusahaan
Kelompok ini adalah integrative
5) Perusahaan hijau dan pemasaran
theories.
hijau
4) Kelompok keempat teori dari
6) Manajemen keragaman
pemahaman hubungan antara bisnis
7) Tanggungjawab lingkungan
dan masyarakat adalah penanaman
8) Hak asasi manusia
nilai-nilai etis. Hal tersebut
9) Rantai manajemen pembelian dan
mengarahkan visi CSR dari suatu
penyediaan yang bertanggungjawab
perspektif etis dan sebagai
10) Investasi sosial yang bertanggung
konsekuensinya, perusahaan harus
jawab
menerima tanggung jawab sosial
11) Perjanjian (kesepakatan) stakeholder
sebagai sebuah kewajiban etis di atas
12) Keberlanjutan
pertimbangan lainnya. kelompok ini
Sementara itu, Garriga & Mele (2004: disebut dengan ethical theories
51-71) mencoba memetakan konsep-konsep
1. Instrumental CSR
CSR ke dalam empat kelompok besar,
Kelompok pertama, kelompok
sebagai berikut:
instrumental theories, menganggap bahwa
1) Kelompok pertama yang berasumsi CSR atau kegiatan sosial adalah sebuah alat
bahwa perusahaan adalah instrumen
untuk menciptakan kesejahteraan dan untuk mencapai tujuan ekonomi yang pada
bahwa ini merupakan satu-satunya akhirnya adalah menghasilkan kekayaan.
tanggung jawab sosial. Hanya aspek
ekonomi dari interaksi antara bisnis Pendekatan instrumental theories ini
dan masyarakat yang didukung oleh pandangan yang diungkapkan
dipertimbangkan. Jadi sekiranya
terdapat aktivitas sosial yang diterima, oleh Friedman (1970) bahwa satu-satunya

16
tanggung jawab bisnis kepada masyarakat Dalam tujuan the strategic goal of
adalah memaksimalkan profit untuk para achieving competitive advantages,
pemegang saham, sesuai dengan kerangka perusahaan fokus kepada bagaimana
hukum dan kebiasaan etika dari negara mengalokasikan sumber daya untuk
tempat bisnis tersebut berada. Kelompok mencapai tujuan sosial jangka panjang dan
teori ini kemudian banyak diakui dan diterima menciptakan keuntungan yang kompetitif. Hal
oleh perusahaan, bahkan banyak ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
perusahaan yang melakukan program CSR Husted & Allen, 2000, yang dikutip oleh
dengan menggunakan dasar teori ini. Garriga & Mele (2004:54) focused on how
Sebagaimana yang diungkapkan oleh to allocate resources in order to achieve long-
Windsor (2001: hal. 226) bahwa a leit-motiv term social objectives and create competitive
of wealth creation progressively dominates advantage. Ada tiga pendekatan yang dapat
the managerial conception of responsibility. digunakan dalam mencapai tujuan tersebut,
yaitu social investments in a competitive
Ada tiga tujuan ekonomi yang
context melalui philanthropic activities;
kemudian dapat diidentifikasi dari kelompok
natural resource-based view of the firm and
instrumental theories ini menurut Garriga &
dynamic capabilities melalui unique interplay
Mele (2004: 53) yaitu maximization of
of human, organizational and physical
shareholder value; the strategic goal of
resources over time; dan strategies for the
achieving competitive advantages; dan
bottom of the economic pyramid melalui
cause-related marketing. Dalam tujuan
disruptive innovations (Garriga & Mele, 2004;
maximization of shareholder value, Garriga &
Porter & Kramer, 2002; Christensen, et al.,
Mele (2004) menjelasan bahwa investasi
2001; Christensen & Overdorf, 2000; Barney,
untuk menjawab tuntutan sosial yang akan
1991; Wernerfelt, 1984).
meningkatkan nilai para investor dimata
masyarakat harus dilakukan, sedangkan jika Cause-related marketing, merupakan
tuntutan sosial tersebut mengakibatkan sebuah proses kegiatan pemasaran
kerugian bagi perusahaan, maka investasi perusahaan yang menghasilkan keuntungan
tersebut seharusnya ditolak. Konsep ini melalui adanya pertukaran yang
memuat tujuan untuk pencarian nilai atau menguntungkan yang sesuai dengan tujuan
value-seeking atau long-term values perusahaan dan juga individual. Misalnya
maximization sebagai tujuan utamanya dan dengan menjual produk dengan label bebas
pada saat yang bersamaan, tujuan ini pestisida atau non-animal tested. Varadjan &
digunakan sebagai kriteria dalam transaksi Menon (1988:60) mendefinisikan cause-
penting diantara para pemangku kepentingan related marketing sebagai:
(Jensen, 2000; Garriga & Mele, 2004).
The process of formulating and
implementing marketing activities that
are characterized by an offer from the

17
firm to contribute a specified amount Garriga & Mele (2004), yaitu Corporate
to a designated cause when
Constitutionalism, Integrative Social Contract
costumers engage in a revenue-
providing exchange that satisfy Theory dan Corporate Citizenship.
organizational and invididual
objectives. Teori Corporate Constitutionalism
Tujuan dari cause-related marketing pertama kali dikemukakan oleh Davis (1960).
dari berbagai hasil penelitian yang dilakukan Ia adalah orang pertama yang berpendapat
adalah meningkatkan pendapatan bahwa bisnis adalah institusi sosial dan
perusahaan dan penjualan atau hubungan sehingga bisnis harus menggunakan
konsumen dengan membangun merk kekuasaannya secara bertanggung jawab.
perusahaan melalui akuisisi dan asosiasi Garriga & Mele (2004:55) mengungkapkan
dengan dimensi etika atau dimensi tanggung bahwa Davis (1960) was one of the first to
jawab sosial, sehingga menghasilkan situasi explore the role of power that business has in
yang saling menguntungkan, dalam konteks society and the social impact of this power.
perusahaan dan sosial (Gerriga & Mele, Kemudian Davis (1960) memperkenalkan
2004; Murray & Montanari, 1986; kekuatan bisnis sebagai sebuah elemen baru
Varadarajan & Menon, 1988). dalam debat mengenai CSR. Davis (1960)
menekankan pada pendapat bahwa
2. Politik CSR
tanggung jawab sosial bisnis tergantung
Kelompok teori kedua yang dipetakan
pada kekuasaan sosial yang dimiliki bisnis
oleh Garriga & Mele (2004) adalah kelompok
tersebut. Hal ini kemudian diperkuat dengan
political theories. Kelompok teori ini
yang diungkapkan oleh Davis (1967:48)
memusatkan perhatiannya pada bagaimana
social responsibilities of businessmen arise
menggunakan tanggung jawab dari kekuatan
from the amount of social power that they
bisnis dalam arena politik. Yang dimaksud
have .the equation of social power
dengan political theories, menurut Garriga &
responsibility has to be understood through
Mele (2004:55) adalah a group of CSR
the functional role of business and
theories and approaches focus on
managers. Ini berarti bahwa tanggung jawab
interactions and connections between
sosial kekuasaan dimanifestasikan melalui
business and society and on the power and
peran fungsional bisnis dan manager dalam
position of business and its inherent
masyarakat.
responsibility. (sekelompok teori-teori dan
Teori integrative social contract theory
pendekatan CSR yang memusatkan
yang diungkapkan oleh Donaldson & Dunfee
perhatiannya pada interaksi dan koneksi
(1994, 1999) berawal dari pertimbangan
antara bisnis dan masyarakat dan pada
bahwa ada hubungan antara bisnis dan
kekuasaan dan posisi bisnis dan tanggung
masyarakat berdasarkan pada tradisi kontrak
jawab yang melekat pada bisnis tersebut).
sosial. Kontrak sosial ini kemudian
Ada tiga teori utama yang diungkapkan oleh

18
berimplikasi kepada beberapa kewajiban 3. Integratif CSR
tidak langsung dari bisnis untuk masyarakat
Kelompok teori ketiga yang
(Garriga & Mele, 2004; Prayogo, 2011). Lebih
diungkapkan oleh Garriga & Mele (2004)
lanjut, teori ini mengungkapkan sebuah
adalah kelompok integrative theories.
proses yang memberikan legitimasi kepada
Kelompok ini berpendapat bahwa bisnis
kontrak yang terjadi diantara sistem industri,
sangat tergantung pada masyarakat untuk
departemen, dan ekonomi (Garriga & Mele,
menjaga keberadaan, keberlanjutan dan
2004). Sementara itu, Prayogo (2011:74)
perkembangan bisnis tersebut. Integrative
mengungkapkan bahwa:
theories memandang pada bagaimana bisnis
Kontrak sosial merupakan mengintegrasikan tuntutan sosial dan
kesepakatan yang bersifat implicit
biasanya fokus kepada mendeteksi, mencari
masyarakat memberikan legitimasi
sosial (the right to exist) atas dan memberikan respon kepada tuntutan
kehadiran korporasi dan sebaliknya
sosial untuk mencapai legitimasi sosial,
manfaat ekonomi yang dihasilkan
bisnis harus terdistribusi pula kepada penerimaan sosial yang lebih tinggi dan
masyarakat (in return for certain
prestige (Garriga & Mele, 2004). Pendekatan
benefits).
yang diurai dalam kelompok teori ini adalah
issues management, the principle of public
Sementara itu, teori corporate
responsibility, stakeholder management dan
citizenship lebih memusatkan perhatiannya
corporate social performance (Garriga &
pada hak-hak, tanggung jawab dan
Mele, 2004:58-59).
kemungkinan partnership dari bisnis dalam
masyarakat. Sebelumnya, corporate Issues management menurut Wartick
citizenship selalu dikaitkan dengan a sense & Rude (1986:124) diartikan sebagai the
of belonging to a community atau rasa processes by which the corporation can
kepemilikan kepada sebuah masyarakat identify, evaluate and respond to those social
(Matten, et al., 2003; Wood & Lodgson, and political issues which may impact
2002), sehingga sudah menjadi hal yang significantly upon it. Issues management
biasa diantara para manager dan pengelola merupakan pelebaran dari konsep social
bisnis untuk melihat bahwa bisnis perlu responsiveness yang muncul di tahun 1970-
memperhatikan masyarakat tempat bisnis itu an (Sethi, 1975). Konsep social
beroperasi. Oleh karena itu, menurut teori ini, responsiveness ini menekankan pada
bisnis dipahami sebagai seperti warga pentingnya untuk menutupi gap diantara apa
dengan keterlibatan tertentu dalam yang diharapkan oleh masyarakat kepada
masyarakat. perusahaan dan apa yang perusahaan
lakukan secara aktual. Gap ini biasanya ada
dalam zona yang disebut Ackerman
(1973:92) sebagai zone of discretion (neither

19
regulated nor illegal nor sanctioned) where Pendekatan ini berorientasi kepada para
the company receives some unclear signals stakeholders atau pihak-pihak atau orang-
from the environment. Ini berarti bahwa orang yang mempengaruhi dan atau
issues management menekankan pada dipengaruhi oleh kebijakan dan praktik
proses memberikan respon dari pihak sebuah perusahaan. Pendekatan
perusahaan terhadap masalah-masalah Stakeholder management baru berkembang
sosial dan bahwa issues management secara akademik di akhir tahun 1970-an. Di
berfungsi sebagai peringatan dini atas tahun 1978, Emshoff & Freeman (Garriga &
potensi munculnya ancaman-ancaman Mele, 2004: 59) mempresentasikan dua
lingkungan dan juga kesempatan- prinsip dasar yang memperkuat pendekatan
kesempatan, sehingga dapat meminimalisir ini, yaitu achieving maximum cooperation
kejutan dari adanya perubahan sosial dan between entire system of stakeholder groups
politik (Garriga & Mele, 2004). and the objectives of the corporation; and
efforts in dealing with issues affecting
Pendekatan the principle of public
multiple stakeholders. Pendekatan ini
responsibility pertama kali diungkapkan oleh
mencoba mengintegrasikan kelompok-
Preston & Post (1975, 1981). Mereka
kelompok dengan kepentingan-kepentingan
menekankan pada kegunaan kata public
perusahaan ke dalam pembuatan keputusan
daripada social, untuk menunjukkan pada
managerial (Garriga & Mele, 2004). Di masa
pentingnya proses publik dalam
awal munculnya pendekatan ini, banyak
mendefinisikan scope dari tanggung jawab,
korporasi yang ditekan oleh NGO, aktifis,
daripada pandangan personal-morality atau
masyarakat, pemerintah, media dan
berdasarkan minat kelompok tertentu saja
kelompok-kelompok lainnya untuk melakukan
(Garriga & Mele, 2004:58). Preston & Post
kegiatan yang disebut sebagai responsible
dalam Garriga & Mele (2004) berpendapat
corporate practices (Garriga & Mele,
bahwa aturan yang sesuai untuk melegitimasi
2004:59). Namun sekarang, berbagai
perilaku manajerial dapat ditemukan dalam
perusahaan berusaha mencari jawaban dari
kerangka kebijakan publik yang relevan dan
berbagai tuntutan sosial melalui dialog
bahwa kebijakan publik tidak hanya berisi
dengan beragam stakeholders. Dialog antar
aturan-autran dan perundang-undangan
stakeholder membantu menjawab
tetapi juga mengandung pola yang sangat
pertanyaan mengenai responsiveness dari
luas dari arah sosial yang terefleksikan dalam
perusahaan dalam menerima sinyal yang
opini publik, isu-isu yang muncul, kebutuhan
kurang jelas dari lingkungan. Kaptein & Van
akan hukum formal dan praktik-praktik
Tulder (2003:208) menambahkan this
dukungan atau implementasi.
dialogue not only enhances a companys
Pendekatan berikutnya adalah
sensitivity to its environment but also
pendekatan stakeholder management.

20
increases the environments understanding of atau hal-hal yang perlu dilakukan untuk
the dilemmas facing the organization. mencapai masyarakat yang sejahtera.

Pendekatan corporate social Pendekatan pertama adalah


performance juga merupakan sebuah normative stakeholder theory. Teori ini
pendekatan yang mencari legitimasi sosial. menekankan pada perlunya referensi dari
Carroll (1979) yang memperkenalkan berbagai teori moral yang ada, seperti
pendekatan ini yang terdiri dari 3 elemen, misalnya Kantian moral teori, konsep
yaitu definisi dasar dari tanggung jawab Libertian, prinsip-prinsip keadilan, dan masih
sosial, daftar isu yang memunculkan banyak lagi. Donaldson & Preston (1995: 67)
tanggung jawab sosial, dan filosofi dari menyebutkan bahwa stakeholder theory
respon terhadap isu-isu sosial (Garriga & memiliki inti normative yang berdasarkan
Mele, 2004). Sementara itu, Wartich & pada dua ide utama, yaitu (1) stakeholders
Cochran (1985) menambahkan pendekatan are persons or groups with legitimate
Carroll dengan menyarankan bahwa interests in procedural and/or substantive
corporate social involvement mengandung aspects of corporate activity and (2) the
prinsip-prinsip social responsibility, the interests of all stakeholders are of intrinsic
process of social responsiveness and the values. Berdasarkan hal tersebut, maka
policy of issues management (Garriga & dalam praktik CSR dengan menggunakan
Mele, 2004:60). Perkembangan terkini dari pendekatan stakeholder teori, etika atau
pendekatan ini kemudian diungkapkan oleh moral merupakan pusat dari praktik tersebut.
Wood (1991) yang menyebutkan bahwa
Pendekatan Universal Rights melalui
corporate social performance terdiri dari
Hak Asasi Manusia telah diambil sebagai
prinsip-prinsip CSR, proses dari corporate
dasar bagi CSR (Cassel, 2001; Garriga &
social responsivenesss dan hasil dari
Mele, 2004). Kini, banyak tanggung jawab
perilaku perusahaan.
sosial yang dijalankan dikembangkan dengan
menggunakan pendekatan hak asasi
manusia. Selain hak asasi manusia,
4. Etik CSR
pendekatan ini juga mendasarkan pada hak-
Kelompok teori terakhir untuk
hak buruh dan juga perlindungan lingkungan.
memetakan konsep-konsep CSR adalah
Pendekatan pembangunan
ethical theories. Teori-teori yang tercakup
berkelanjutan atau sustainable development
dalam kelompok ini berperan sebagai perekat
dimasukkan ke dalam kelompok ethical teori
hubungan diantara perusahaan dan
karena konsep pembangunan berkelanjutan
masyarakat. Teori-teori ini merupakan
menyebutkan bahwa pembangunan
prinsip-prinsip yang mengungkapkan
berkelanjutan bertujuan untuk menjawab
mengenai hal-hal yang benar untuk dilakukan
kebutuhan di masa kini tanpa mengancam

21
kemampuan untuk melindungi generasi perusahaan, sebagaimana kelompok sosial
penerus untuk memenuhi kebutuhannya. atau individual dalam masyarakat, harus
Istilah sustainable development muncul pada berkontribusi untuk kebajikan umum, karena
tahun 1987 dalam Brutland Report. Pada sudah menjadi bagian dari masyarakat.
awalnya, pembangunan berkelanjutan Perusahaan dapat berkontribusi untuk
menitikberatkan pada faktor lingkungan, kebajikan umum dengan berbagai macam
namun, World Business Council for cara, sebagaimana yang diungkapkan oleh
Sustainable Development (2002:2) Garriga & Mele (2004:62):
menyebutkan bahwa sustainable
.creating wealth, providing goods
development requires the integration of and services in an efficient and fair
way, at the same time respecting the
social, environmental, and economic
dignity and the inalienable and
considerations to make balanced judgements fundamental rights of the individual.
for the long term. Kaitannya dengan CSR
adalah, seperti yang diungkapkan oleh Dari uraian sebelumnya, dapat ditarik
Wheeler, et al. (2003:17) bahwa benang merah bahwa banyak teori-teori CSR
fokus kepada 4 aspek utama, sebagaimana
Sustainability is an ideal toward which
society and business can continually yang diungkapkan oleh Garriga & Mele
strive, the way we strive is by creating
(2004:65) yaitu: (1) meeting objectives that
value, creating outcomes that are
consistent with the ideal of produce long-term profits, (2) using business
sustainability along social
power in a responsible way, (3) integrating
environmental and economic
dimensions. social demands and (4) contributing to a
Dengan demikian, secara etika, CSR good society by doing what is ethically
perusahaan harus menggunakan pendekatan correct.
triple bottom line, yaitu memasukkan aspek
Dalam tabel 2.1. dikemukakan secara
ekonomi, sosial dan lingkungan, sehingga
ringkas mengenai teori-teori dan pendekatan-
akan dapat menjamin keberlanjutan
pendekatan yang berkaitan dengan tanggung
perusahaan tanpa merusak keberlanjutan
jawab sosial perusahaan menurut Garriga
lingkungan dan masyarakat.
and Mele (2004). Tabel tersebut sekaligus
Pendekatan terakhir dalam kelompok merangkum penjelasan-penjelasan
ethical theories adalah pendekatan common sebelumnya, baik teori instrumental, teori
good (kebajikan umum). Pendekatan ini politik, teori integratif dan teori etik mengenai
merupakan pendekatan klasik yang berakar CSR
pada tradisi Aristotelian yang kemudian
dijadikan referensi kunci untuk etika bisnis
(Smith, 1999; Alford & Naughton, 2002; Mele,
2002). Pendekatan ini menyebutkan bahwa

22
Tabel 2.1
Corporate Social Responsibilities Theories and Related Approaches

Beberapa Referensi
Jenis Teori Pendekatan Penjelasan Singkat
Kunci
1. Maksimalisasi
1. Intrumental Maksimalisasi nilai jangka Friedman (1970),
nilai shareholder
theories (fokus panjang Jensen (2000)
pada pencapaian Investasi sosial dalam
2. Strategi untuk Porter and Kramer
sasaran ekonomi konteks kompetitif
keuntungan (2002)
melalui aktifitas
kompetitif
sosial)
Strategi berdasarkan Hart (1995), Lizt (1996
pandangan sumber
alami dari perusahaan
dan dinamika
kapabilitas perusahaan
Strategi dari dasar Prahalad and
piramida ekonomi Hammond (2002),
Hart and Christensen
(2002), Prahalad
(2003)
3. Caused-related Pengakuan aktifitas sosial Varadarajan and
marketing altruistik dimanfaatkan Menon (1986), Murray
sebagai alat pemasaran and Montanari (1986)
1. Konstitusiona-
2. Political Tanggung jawab sosial bisnis Davis (1960, 1967)
lisme perusahaan
theories muncul dari sejumlah
(Corporate
(fokus pada kekuatan sosial yang mereka
constitutiona-lism)
pemanfaatan
tanggung 2. Teori Kontrak Asumsinya bahwa terdapat Donaldson & Dunfee
jawab Sosial Integrative suatu kontrak sosial antara (1994, 1999)
kekuatan (integrative social perusahaan dan masyarakat
bisnis dalam contract theories)
arena politik)
3. Corporate (or Perusahaan dipahami Wood & Lodgson
business) sebagaimana seorang warga (2002), Andriof &
citizenship dengan keterlibatan tertentu McIntosh (2001)
dalam komunitas Matten & Crane (in
press)
1. Manajemen isu
3. Integrative Proses-proses perusahaan Sethi (1975),
(issues
theories merespon isu sosial dan politik Ackerman (1973),
management)
(fokus yang mempengaruhinya. Jones (1980), Vogel
integrasi (1986), Wartick and
tuntutan Mahon (1994)
sosial)
2. Tanggung jawab Hukum dan adanya proses Preston and Post
publik (public kebijakan publik diambil (1975, 1981)
responsibility) sebagai rujukan untuk kinerja
sosial (social performance)

23
Lanjutan tabel: Tabel 2.1
3. Manajemen Kesimbangan para pemangku Mitchell et.al. (1997),
Pemangku kepentingan Agle and Mitchell
Kepentingan (1999), Rowley
(stakeholder (1997),
management)
4. Kinerja Sosial Mencari legitimasi sosial dan Carrol (1979), Wartick
Perusahaan proses-proses untuk memberi and Cochran (1985),
(Corporate social respon yang tepat terhadap Wood (1991b),
performance) isu-isu sosial Swanson (1995)
1. Teori Normatif
4. Ethical Pertimbangan tugas- Freeman (1984, 1994), Evan
Pemangku
theories tugas yang tergadai dari and Freeman (1988),
Kepentingan
(fokus pada perusahaan. Aplikasinya Donaldson and Preston
(Stakeholder
sesuatu yang membutuhkan rujukan (1995), Freeman and
normative
baik untuk sejumlah teori moral Phillips (2002), Phillips et al.
theories)
mencapai (2003)
suatu
2. Hak-hak Azasi Kerangkanya The Global Sullivan
masyarakat
Universal berdasarkan hak-hak Principles (1999), UN Global
yang baik)
azasi manusia, hak buruh Compact (1999)
dan penghargaan
lingkungan
3. Pembangunan Upaya mencapai World Commission on
Berkelanjutan pembangunan manusia Environment and
berdasarkan Development (Brutland
pertimbangan saat ini Report) (1987), Gladwin and
dan generasi masa depan Kennelly (1995)
4. The Common Berorientasi pada Alford and Naugghton
good kebiasaan baik (2002), Mele (2002) Kaku
masyarakat (1997)
Sumber: Garriga & Mele, 2004: 63-64
.
masyarakat, yang selanjutnya dapat
C. PERSEPSI PERUSAHAAN TERHADAP
mengganggu jalannya perusahaan dan
KEGIATAN CSR
aktifitas masyarakat.
Keberadaan perusaaan di tengah
lingkungan masyarakat berpengaruh Pada dasarnya tidak ada perspektis
langsung dan tidak langsung terhadap teoritis atau metodologi kajian yang dapat
lingkungan eksternal yaitu masyarakat. menjelaskan aktifitas CSR secara
Eksistensi perusahaan berpotensi besar memuaskan menjawab semua pertanyaan
mengubah lingkungan masyarakat, baik ke (Lockett et al.2006, p.12). Namun demikian
arah negatif maupun positif. Dengan terdapat terdapat dua teori dan satu
demikian perusahaan perlu mencegah perspektif yang berkembang saat ini dalam
timbulnya dampak negatif, karena hal CSR sebagaimana yang diungkapkan oleh
tersebut dapat memicu konflik dengan Frynas (2009), yaitu:

24
1) Teori Stakeholder: menekankan atau mengapa perusahaan tertentu
reaksi perusahaan (perseorangan) mengeluarkan jutaan dolar dalam pembaruan
dalam konteks hubungan dengan energy.
stakeholder eksternal. Teori ini
Sementara, sebagai sebuah
menjelaskan respon strategis yang
perspektif, pendekatan Austrian Economic
berbeda dari perusahaan terhadap
dapat dipandang sebagai salah satu alternatif
tekanan-tekanan sosial walaupun
pemikiran yang lebih maju dalam
dalam industri sejenis atau negara
memandang kegiatan CSR. Dalam kaitan
yang sama, berdasarkan pada sifat
dengan kewirausahaan sosial sebagai suatu
hubungan eksternal.
pendekatan dalam mengatasi persoalan
2) Teori Institusional: menekankan daya
sosial dan kemasyarakat; maka CSR dapat
adaptif perusahaan secara
sebagai sumber pemecahan masalah sosial
kelembagaan (aturan). Teori ini
tersebut. Beberapa pemikiran Austrian
menjelaskan mengapa perusahaan
Economics mengenai CSR, adalah sebagai
dari negara atau industri berbeda
berikut:
dalam merespon tekanan sosial dan
1) Wawasan ekonomi dan strategi
lingkungan, dan mengapa di negara
manajemen mengusulkan bahwa
yang berbeda-beda dari perusahaan
strategi CSR dalam perusahaan
multinasional yang sama memilih
harus dipandang sebagai sebuah
strategi CSR yang berbeda, sebagai
keputusan investasi dan sebagai
hasil dari pemberlakuan norma atau
suatu cara memperoleh keuntungan
keyakinan nasional.
kompetitif, sama halnya dengan
3) Perspektif Austrian Economics:
putusan-putusan investasi lain yang
perspektif ini menyediakan wawasan
harus diambil.
terhadap upaya strategi aktif CSR
2) Pendekatan CSR yang berbeda dari
dalam perusahaan dengan suatu
Austrian economics berkenaan
perspektif kewirausahaan.
dengan tindakan kemanusiaan
Teori Stakeholder dan Teori
bukanlah berdasarkan external
Institusional dapat membantu menjelaskan
constrains sebagai faktor
bagaimana respon perusahaan terhadap
fundamental pembuatan keputusan.
tekanan kondisi sosial eksternal dan
3) Perspektif Austrian menekankan
lingkungan. Namun demikian gagal untuk
peluang future dan kewirausahaan
menjelaskan pilihan strategi aktif dalam
aktif dalam mengidentifikasi masa
perusahaan, yaitu mengapa perusahaan
depan.
tertentu menggunakan CSR sebagai sebuah
4) Karakteristik utama keberhasilannya
senjata melawan persaingan perusahaan
capitalist entrepreneurship; yaitu

25
bukan pada kemampuan mereka
beraksi kepada sesuatu atau
discover tuntutan eksternal, tetapi
lebih pada kemampuan mereka
dalam membuat keputusan yang
berhasil tentang masa depan (Frynas,
2009; hal.19-20)

Dilihat dari uraian tersebut, konsep-


konsep dari Austrian economics dapat lebih
berkaitan dengan upaya kewirausahaan
sosial di Indonesia khususnya dalam
penyelesaian permasalahan sosial dan
kemasyarakatan. Sudut pandang
kewirausahaan dalam CSR diharapkan dapat
memainkan peran kunci dalam membentuk
strategi perusahaan memandang
permasalahan sosial dan lingkungan.

Sebagai perbandingan dari ketiga


perpektif teoritis, dapat dilihat dalam tabel
berikut:

26
Tabel 2.2.
Perbandingan Perspektif Teoritis Terhadap Strategi CSR
Teori
Teori Stakeholder Austrian View
Institusional
Fokus Utama Ketaatan pada Hubungan dengan Peran
aturan dan faktor eksternal kewirausahaan
norma
Determinan Hidup dengan Ketergantungan Tinjauan masa
Strategi CSR konteks relative suatu depan
kelembagaan perusahaan pada kewirausahaan
berbeda stakeholder
Lingkup untuk Non-choice Pilihan perilaku Pilihan perilaku
kebebasan aksi behavior terbatas yang substansial
manajemen
Sumber: Frynas (2009: 122).

D. PENUTUP Namun, di sisi lain, komitmen


masyarakat untuk bermitra dengan
Seluruh perusahaan dituntut untuk
perusahaan dalam rangka kegiatan CSR
melaksanakan kegiatan CSR tidak lagi
masih belum siap. Banyak program kegiatan
semata-mata bekerja untuk mendapatkan
CSR yang mengarah untuk pemberdayaan
keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik
masyarakat terhenti di tengah jalan atau tidak
modal atau pemegang saham, melainkan
sinambung (sustainability). Persoalan teknis
juga memberikan manfaat pada masyarakat
yang menyangkut persyaratan administrasi,
pada umumnya dan pada komunitas sekitar
pelaporan manajemen usaha dan
pada khususnya. Berbagai dampak sosial,
pengelolaan dana nampaknya menjadi
ekonomi, dan lingkungan yang timbul akibat
kendala utama kelompok-kelompok usaha
berdirinya suatu kawasan industri,
mikro kecil dan menengah (UMKM)
mengharuskan perusahaan untuk
masyarakat.
bertanggung jawab kepada publik melalui
aktivitas yang nyata.

SUMBER BACAAN: Alford, H. & Naughton, M. 2002. Beyond the


Shareholder Model of the Firm:
Ackerman, R.W. 1973. How Companies
Working toward the Common Good
Respond to Social Demands.
of a Business, in S.A. Cortright and
Harvard University Review 51(4),
M. Naughton (Eds) Rethinking the
hal. 88-98.
purpose of Business.
Interdisciplinary Essays from the

27
Catholic Social Tradition. Notre Common Good. Notre Dame:
Dame: Notre Dame University Press. University of Notre Dame Press.
Cassel, D. 2001. Human Rights Business Prayogo, D. 2011. Socially Responsible
Responsibilities in the Global Corporation: Peta Masalah,
Marketplace. Business Ethics Tanggung Jawab Sosial dan
Quarterly 11(2), hal. 261-274. Pembangunan Komunitas pada
Industri Tambang dan Migas.
Donaldson, T. & Dunfee, T.W. 1994. Towards
Jakarta: UI Press.
a Unified Conception of Business
Ethics: Integrative Social Contracts Preston, L.E. & Post, J.E. 1975. Private
Theory. Academy of Management Management and Public Policy. The
Review 19, hal. 252-284. Principle of Public Responsibility.
New Jersey: Prentice Hall.
Donaldson, T. & Preston, L.E. 1995. The
Stakeholder theory of the Radyati, M.R. & Nindita. 2008. CSR untuk
Corporation: Concepts, Evidence Pemberdayaan Ekonomi Lokal.
and Implications. Academy of Yayasan Indonesia Business Links:
Management Review 20(1), hal. 65- Jakarta.
91. Davis, K. 1960. Can Business
Raharjo. Santoso Tri. 2013. Relasi Dinamis
Afford to Ignore Corporate Social
Antara Perusahaan Dengan
Responsibilities? California
Masyarakat Lokal (Studi Mengenai
Management Review 2, hal. 70-76.
Kegiatan Tanggung Jawab Sosial
Friedman, M. 1970. The Social Responsibility Chevron Geothermal Indonesia, Ltd
of Business is to increase its profits. (CGI) Kepada Masyarakat Lokal
New York Times Magazine, Desa Karyamekar Kecamatan
September 13th, pp. 32-33, 122, Pasirwangi Kabupaten Garut).
126. Disertasi. Program Pasca Sarjana
Universitas Padjadjaran. Bandung
Frynas, JG. 2009. Beyond Corporate Social
Responsibility, Oil Multinationals and Sethi, S.P. 1975. Dimensions of Corporate
Social Challenges. Cambridge: Social Performance: An Analytical
Cambridge University Press. Framework. California Management
Review 17(3), 58-65.
Garriga, E & Mele, D. 2004. Corporate
Responsibility Theories: Mapping the Smith, T.W. 1999. Aristotle on the Condition
Territory. Journal of Business Ethic for and Limits of the Common Good.
53: 51-71 American Political Science Review
93(3), hal. 625-637.
Kaptein, M. & Van Tulder, R. 2003. Toward
Effective Stakeholder Dialogues. Wartick, S.L. & Rude, R.E. 1986. Issues
Business and Society Review 108 Management: Corporate Fad or
(summer), hal. 203-225. Corporate Function? California
Management Review 29(1), hal.
Lockett, A., Moon, J. & Wisser, W. 2006.
124-132.
Corporate social responsibility in
management research: focus, WBCSD. 2002. Corporate Social
nature, salience and sources of Responsibility. The WBCSDs
influence. Journal of Management Journey. WBCSD.
Studies 43(1), hal. 115-136.
Wheeler, D., Colbert, B., & Freeman, R.E.
Matten, D., Crane, A. & Chapple, W. 2003. 2003. Focusing on Value:
Behind deMask: Revealing the True Reconciling Corporate Social
Face of Corporate Citizenship. Responsibility, Sustainability and a
Journal of Business Ethics 45(1-2), Stakeholder Approach in a Network
hal. 109-120. World. Journal of General
Management 28(3), hal 1-29.
Mele, D. 2002. Not only Stakeholder Interest.
The Firm Oriented toward the

28
Windsor, D. 2001. The Future of Corporate Organizations. Business Ethics
Social Responsibility. International Quarterly, Ruffin Series, No. 3, hal.
Journal of Organizational Analysis 9 59-94.
(3), hal. 225-256.
Varadarajan, P.R., & Menon, A. 1988.
Wood, D.J. 1991. Corporate Social Cause-Related Marketing: A
Performance Revisited. Academy of Coalignment of Marketing Strategy
Management Review 16(4), hal. and Corporate Philanthropy. Journal
691-718. of Marketing 52(3), hal 58.
Wood, D.J. & Lodgson, J.M. 2002. Business
Citizenship: From Individuals to

29

Anda mungkin juga menyukai