Anda di halaman 1dari 4

PELAKSANAAN ARBAIN,

ZIARAH, DAN PRAKTIK


IBADAH HAJI

Oleh H. Norjani, S.Ag


Disampaikan Pada:
Kegiatan Manasik Haji Kelompok Kecamatan
Tahun 1438 H/2017 M

1
Pelaksanaan Arbain, Ziarah, dan Praktek Ibadah Haji

Shalat Arbain cukup dikenal oleh masyarakat haji Indonesia, yaitu shalat berjamaah sebanyak 40
kali berturu-turu di masjid Nabawi Madinah dan tidak boleh tertinggal takbiratur ihram. Menurut
versi haditsnya yang lemah, keutamaannnya sangat banyak. Haditsnya yaitu,





Barang siapa shalat di masjidku empatpuluh shalat tanpa ketinggalan sekalipun, dicatatkan
baginya kebebasan dari neraka, keselamatan dari siksaan dan ia bebas dari kemunafikan.

Hadits ini dhaif (lemah), sebagaimana dijelaskan oleh syaikh Al-Albany dalam Silsilah Adh-
Dhaifah, no. 364, dalam kitab lainnya sedangkan dalam kitab Dhaif At-Targhib, no. 755, beliau
mengatakan, Munkar.

Syaikh Abdul Aziz Bin Baz (Mufti utama Arab Saudi di masa silam) rahimahullah menjelaskan,
Adapun yang banyak beredar di tengah masyarakat bahwa orang yang berziarah (ke Madinah)
dan menetap di sana selama 8 hari agar dapat melakukan shalat arbain (40 waktu). Meskipun ada
sejumlah hadits yang diriwayatkan, bahwa siapa yang shalat empat puluh waktu, akan dicatat
baginya kebebasan dari neraka dan kebebasan dari nifaq, hanya saja haditsnya dhaif menurut
para ulama peneliti hadits. Tidak dapat dijadikan hujjah dan landasan. Berziarah ke Masjid
Nabawi tidak ada batasannya, apakah berziarah sejam atau dua jam, sehari atau dua hari atau
lebih dari itu, tidaklah mengapa.1

Hadits arbain yang boleh dan ada dasarnya


Terdapat hadits lain mengenai shalat Arbain yang shahih, akan tetapi berbeda dengan sebelumnya.
Hadits tersebut:

Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,


:



2

:
.
Barang siapa yang shalat karena Allah empat puluh hari secara berjamaah tanpa ketinggalan
takbir yang pertama, dicatatkan baginya dua kebebasan; kebebasan dari neraka dan kebebasan
dari kemunafikan. 2

Perbedaan dengan sebelumnya adalah dilakukan selama 40 hari (bukan delapan hari) dan tidak
mesti harus di Masjid Nabawi, bisa di masjid mana saja. Insya Allah orang yang rutin shalat
berjamaah di masjid tepat waktu akan mudah mendapatkan keutamaan ini. Semoga kita
dimudahkan oleh Allah melaksanakannya.

Beberapa catatan mengenai shalat arbain


Shalat Arbain juga memberikan beberapa konsekuensi karena harus berturut-turut dan tidak boleh
tertinggal takbiratur ihram bersama imam.

Terkadang kita ketiduran, kurang fit atau terlalu capek akhirnya kita agak terlambat, kemudian
pasti akan terburu-buru bahkan berlari kencang untuk mengejar takbiratur ihram bersama imam.
Padahal tubuh sedang tidak fit atau sedang sakit. Ini juga menyalahi sunnah agar datang ke masjid
dengan tenang dan tidak tergesa-gesa, adapun yang tertinggal bisa di sempurnakan setelahnya.
Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda,







Jika kalian mendengar iqamat, berjalanlah untuk shalat dengan tenang dan wibawa, jangan
terburu-buru, shalatlah bersama imam sedapatnya, dan sempurnakan sendiri bagian yang
tertinggal.3

Ketika tertinggal takbiratul ihram shalat Arbain atau ketiduran maka jamaah akan merasa sangat
sedih sekali. Padahal mayoritas jamaah haji dan umrah umumnya pernah tertinggal takbiratur
ihram, baik karena sakit, kecapekan, ketiduran atau mengurus keluarga yang sakit. Mereka sangat
sedih tidak mendapatkan keutamaan shalat Arbain. Akibatnya mereka murung, tidak semangat
dan bisa jatuh sakit karena memang tujuan utama mereka di Madinah adalah shalat Arbain.
Beberapa jamaah yang tidak diprogram tinggal di Madinah selama 8 hari, memaksakan diri dan
terkadang bekal tidak cukup, rela ditinggal rombongan karena benar-benar ingin mengejar 40
shalat Arbain.

Terlalu fokus ibadah di Madinah dan memaksakan diri, padahal lebih diutamakan shalat dan
ibadah di Masjdil Haram Makkah karena memang lebih banyak keutamaannya.

3
Jamaah haji wanita juga terkadang kecewa, ketika sedang semangat Shalat Arbain atau sedang
akan sempurna, tiba-tiba datang haid. Bisa jadi uring-uringan dan tidak semangat lagi. Bagi jamaah
wanita lebih baik merenungi hadits bahwa shalat di rumah atau penginapan lebih baik bagi mereka
daripada shalat di Masjid Nabawi karena seorang sahabat wanita dinasehatkan oleh Rasulullah
shallalahu alaihi wa sallam agar shalat di rumahnya karena lebih baik dari shalat di masjid
nabawi. Akan tetapi tidak masalah juga shalat di masjid nabawi dengan keutamaannya, lebih-lebih
kesempatan ini sangat jarang bagi jamaah Indonesia.
Berikut haditsnya:





:

:







Dari Ummu Humaid istri Abu Humaid as-Saidi-bahwa ia telah datang kepada Nabi shallallahu
alaihi wasallam- dan berkata, Wahai Rasulullah, sungguh saya senang shalat bersamamu. Nabi
shallallahu alaihi wasallam- berkata, Aku sudah tahu itu, dan shalatmu di bagian dalam
rumahmu lebih baik bagimu dari shalat di kamar depan. Shalatmu di kamar depan lebih baik
bagimu dari shalat di kediaman keluarga besarmu. Shalatmu di kediaman keluarga besarmu
lebih baik bagimu dari shalat di masjid kaummu, dan shalatmu di masjid kaummu lebih baik
dari shalat di masjid Nabawi.

Anda mungkin juga menyukai