BAB I
PENDAHULUAN
1
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bola mata dibungkus oleh 3 lapisan jaringan, yaitu lapisan sklera yang
bagian terdepannya disebut kornea, lapisan uvea dan lapisan retina. Di dalam
lapisan bola mata terdapat cairan aqueous humor dan vitreous humor. Sklera
sebenarnya berhubungan langsung dengan kornea pada bagian anteriornya. Sklera
merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan bentuk pada mata. Bagian
2
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar
masuk ke dalam bola mata. Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus cahaya dan merupakan lapisan jaringan yang menutup bola
mata sebelah depan. Kornea ini disisipkan ke dalam sklera dalam limbus, lekukan
melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata rata
mempunyai tebal 550 m di pusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter
horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm.
Dari anterior ke posterior kornea mempunyai lima lapisan, yaitu
1. Epitel
Tebal dari epitel ini adalah 50 m. Epitel kornea mempunyai lima lapis
sel epitel tak bertanduk yang terdiri dari sel basal, sel poligonal, dan sel
gepeng.
2. Membran Bowman
Membran bowman terletak di bawah membran basal epitel kornea yang
merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma, dan berasal
dari bagian depan stroma.
3. Stroma
Stroma kornea menyusun sekitar 90 % ketebalan kornea. Stroma terdiri
atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian
perifer serta kolagen ini bercabang.
4. Membran Descemet
Membran descemet merupakan membran aselular dan merupakan batas
belakang stroma kornea.
5. Endotel
Endotel berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal,
dan tebalnya 20 40 m. Lapisan ini berperan dalam mempertahankan
deturgesensi stroma kornea.
3
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh
kornea dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1. Iris
Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior mempunyai
permukaan yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di
tengahnya, yang disebut pupil. Iris mempunyai kemampuan untuk
mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata secara
otomatis dengan mengecilkan (miosis) atau melebarkan (midriasis) pupil.
2. Badan siliar
Badan siliar merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi
mengubah tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk objek
dekat maupun jauh dalam lapang pandang. Badan siliar terdiri atas zona
anterior yang berombak ombak, pars plicata (2 mm) yang merupakan
pembentuk aqueous humor, dan zona posterior yang datar, pars plana
(4mm).
4
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
3. Koroid
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Disebelah
anterior lensa terdapat aqueous humor, di posteriornya terdapat vitreous humor.
Aqueous humor diproduksi oleh badan siliar. Setelah memasuki bilik mata
belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan, kemudian
ke perifer menuju sudut bilik mata depan.
Vitreous humor adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Permukaan badan luar vitreous
humor normalnya berkontak dengan struktur struktur berikut : kapsul lensa
posterior, serat serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi
optici. Basis vitreous mempertahankan penempelan yang kuat seumur hidup ke
lapisan epitel pars plana dan dan retina tepat di belakang ora serrata.
Vitreous humor mengandung air sekitar 99 %. Sisa 1 % meliputi dua
komponen, kolagen dan asam hialuronat, yang memberi bentuk dan konsistensi
mirip gel karena kemampuannya mengikat banyak air.
5
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
6
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
7
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Retina mendapat dua vaskularisasi. Lapisan luar retina, yaitu epitel pigmen
retina hingga lapisan pleksiform luar mendapat vaskularisasi dari koriokapiler
yang terdapat di koroid secara difusi. Lapisan bagian dalam retina mulai dari
lapisan inti dalam hingga membrana limitans interna sementara itu mendapat
vaskularisasi dari arteri retina sentral yang merupakan percabangan dari arteri
oftalmika sebagai cabang pertama dari arteri karotis interna. Pembuluh darah
arteri dan vena berjalan menembus membrana limitans interna hingga lapisan
8
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
serat saraf. Berubah setelah itu menjadi arteriol dan venula hingga membentuk
dua jaringan mikrovaskular, yaitu kapiler superfisial di lapisan sel ganglion dan
lapisan serat saraf, dan kapiler yang lebih padat serta lebih dalam di lapisan inti
dalam. Arteri terlihat berwarna merah terang, sementara vena berwarna merah
gelap. Arteri lebih kecil daripada vena dengan perbandingan kirakira 3:4.
9
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.1. Definisi
2.2.2. Epidemiologi
Sindrom ini disebabkan oleh mutasi gen dari kromosom 17 dengan kode
protein besar disebut neurofibromin. Bagian dari protein ini yaitu GTPase-
activator yang berperan sebagai signal transduction melalui perubahan yang
menguntungkan dari bentuk aktif GTP-bound dari ras dan menghubungkan G-
protein ke bentuk GDP-bound.
10
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.3. Diagnosis
Sebagian besar diagnosis neurofibromatosis tipe 1 berdasarkan
pemeriksaan klinis yang memperlihatkan gambaran berupa caf au lait, Lisch
nodules (pigmentasi iris hamartoma), axillary dan inguinal freckling, skeletal
lessions, seperti sphenoid wing dysplasia dan penipisan cortex tulang panjang,
dan optic glioma, serta meningginya insiden central nervous system (CNS), dan
tumor sistemik lainnya. Seringnya perubahan warna kulit yang timbul terjadi
sebelum remaja (95 % dari penderita dengan neurofibromatosis).
a. Enam atau lebih caf au lait spot (diameter lebih dari lima mm sebelum pubertas
dan lebih dari lima belas mm setelah pubertas).
b. Dua atau lebih neurofibroma dari segala tipe dengan satu atau lebih plexiform
neurofibroma.
c. Freckling pada axilla atau daerah inguinal (tanda Crowes).
d. Dua atau lebih Lisch nodule (iris hamartoma)
e. Suatu tumor jaras optik
f. Lesi tulang seperti sphenoid wing dysplasia atau penipisan kortex tulang panjang
dengan atau tanpa pseudoarthrosis
g. Keturunan tingkatan pertama (orang tua, saudara kandung, atau anak cuc) dengan
neurofibromatosis tipe 1 melalui kriteria tersebut di atas.
11
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
12
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
b. Kulit.
Makula cafe-au-lait bercak coklat muda umumnya paling banyak ditemukan
pada tubuh (Gambar 2.8). Mereka muncul selama tahun pertama kehidupan
dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan jumlah sesuai pertambahan
usia.
13
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
14
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
b. Orbital
Glioma saraf optik (15-40%), astrositoma pilositik, Biasanya terjadi pada
anak kecil . Ini memberi pembesaran fusiform saraf (Gambar 2.10) dan mungkin
dengan perlahan meningkatkan proptosis tanpa rasa sakit (Gambar 2.11),
gangguan penglihatan (sering ditandai), atrofi optik dan strabismus. Itu bisa
bilateral dan bisa meluas ke posterior untuk melibatkan kiasma, saluran optik dan
hipotalamus, terkadang dengan hidrosefalus obstruktif. Pertumbuhan lambat
adalah tipikal.
Tumor saraf orbital lainnya, misalnya Neurilemmoma (schwannoma),
plexiform neurofibroma dan meningioma.
Spheno-orbital encephalocele disebabkan oleh tidak adanya sayap tulang
sphenoid yang lebih besar (Gambar 2.12), Secara khas menyebabkan pulsasi
proptosis.
15
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
16
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
17
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
18
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
- Choroidal hamartomata
Merupakan beberapa lesi berpigmen datar kecil, jarang terjadi pada
neurofibromatosis tipe 1.
- Lesi lainnya
Lesi lain yang mungkin lebih sering terjadi daripada pada individu yang
tidak terpengaruh termasuk hipertrofi kongenital retinal pigment
epithelium, serat saraf mielin, kombinasi dari retina hamartoma dan retinal
pigment ephitelium (mungkin hanya meningkat di Neurofibromatosis tipe
2) dan hemangioma kapiler retina.
2.2.5 Penatalaksanaan
Tidak ada terapi medis yang diketahui bermanfaat bagi pasien dengan
neurofibromatosis tipe 1. Beberapa percobaan obat telah dimulai, mencari obat
yang memperlambat atau menghentikan pertumbuhan neurofibroma. Sejauh ini,
tidak satupun dari obat-obatan ini telah menunjukkan manfaat yang signifikan,
walaupun berbagai percobaan penelitian yang melibatkan agen kemoterapi dan
agen lainnya sedang berlangsung dalam upaya untuk memperlambat pertumbuhan
neurofibroma plexiform.
Untuk subset kecil pasien dengan pruritus karena neurofibroma kutaneus,
diphenhydramine dapat memberi sedikit kelegaan sementara. Pasien tersebut juga
dianjurkan untuk menghindari mandi panas dan mandi, karena suhu panas dapat
memperburuk gatal. Pengobatan dengan carboplatin menunjukkan keberhasilan
dalam mengendalikan pertumbuhan glioma optik visual yang signifikan
a. Antihistamin
Agen ini dapat mengendalikan gatal dengan menghalangi efek histamin yang
dikeluarkan secara endogen.
- Diphenhydramine (Aler-Dryl, Benadryl, Diphen, Altaryl)
Antihistamin generasi pertama dengan efek antikolinergik yang berikatan
dengan reseptor H1 di SSP dan tubuh.
19
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi dapat mencakup hal berikut:
a. Neurofibroma plexiformis invasif lokal
b. Glioma saraf optik, terutama pada anak-anak di bawah 5 tahun
c. Neurofibroma sumsum tulang belakang neurofibroma atau
neurofibroma pleksus brakialis atau sakral
d. Neuropati perifer
e. Skoliosis
f. Hipertensi akibat pheochromocytoma atau stenosis vaskular ginjal
sekunder akibat displasia fibromuskular
g. Bony modelling defect yang dapat menyebabkan pseudarthrosis,
asimetri rongga toraks, atau fraktur patologis
h. Peningkatan risiko tumor otak, leukemia, dan keganasan lainnya
berasal dari neural crest (termasuk neurofibrosarcomas dan MPNSTs)
20
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.7 Prognosis
Meskipun kebanyakan individu dengan neurofibromatosis tipe 1 menjalani
hidup yang relatif panjang dan sehat, harapan hidup secara keseluruhan dapat
dikurangi rata-rata 8 tahun.
Penyebab utama peningkatan morbiditas dan mortalitas berikut adalah
hipertensi, gejala sisa lesi medula spinalis, dan keganasan. Perhatian segera
terhadap komplikasi neurofibromatosis tipe 1 dan deteksi dini masalah medis
dapat secara signifikan mengurangi angka kesakitan dan kematian secara
keseluruhan.
21
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB III
KESIMPULAN
22
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DAFTAR PUSTAKA
23
P A P E R NAMA : YENNY PURBA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100232
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
24