1. A. LATAR BELAKANG
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan di rumah sakit
dan merupakan komponen yang menentukan kualitas baik buruknya
pelayanan suatu rumah sakit. Penyelenggaraan pelayanan keperawatan di
rumah sakit ditentukan oleh 3 komponen utama yaitu : jens pelayanan
keperawatan yang diberikan,
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan professionalisme dan akuntabilitas perawat klinik yang
bekerja di RS Islam Metroterhadap masyarakat
2. Tujuan Khusus
a) Adanya persamaan persepsi berbagai pihak tentang system
pengembangan karir professional perawat klinik di RS Islam Metro.
b) Adanya system jenjang karir professional perawat dalam konteks
system penghargaan bagi perawat klinik di RS Islam Metro.
c) Sebagai pedoman Komite Keperawatan dalam mengengembangan pola
karir professional perawat klinik di RS Islam Metro.
C. RUANG LINGKUP
Adapun ruang lingkup system jenjang karier professional perawat di RS
Islam Metroadalah yaitu :
1. Perawat Klinik (PK) yaitu perawat yang memberikan asuhan
keperawatan langsung pada klien sebagai individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
2. Perawat Manajer (PM) yaitu perawat yang mengelola pelayanan
keperawatan disarana kesehatan, baik sebagai pengelola tingkat bawah,
tingkat menengah maupun tingkat atas.
1) Pengertian
2) Prinsip Pengembangan
Kualifikasi
Kualifikasi dimulai dari perawat dengan Pendidikan DIII Keperawatan.
3) Penjenjangan
Penjenjangan mempunyai makna tingkatan kompetensi untuk
melaksanakan asuhan keperawatan.yang akuntabel dan etis sesuai dengan
batasan kewenangan praktik dan kompleksitas masalah klien.
4) Penerapan asuhan keperawatan.
Fungsi utama perawat klinik adalah memberikan asuhan
keperawatanlangsung sesuai standar praktik dank ode etik.
5) Kesempatan yang sama
Setiap perawat klinik yang bekerja di RS Islam Metromempunyai
kesempatan yang sama untuk meningkatkan karir sampai jenjang karir
professional tertinggi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
6) Standar profesi.
Perawat yang bekerja di RS Islam Metrodalam memberikan asuhan
keperawatan mengacu pada standart praktek dank ode etik keperawatan.
F. SERTIFIKASI
Program sertifikasi dilaksanakan oleh organisasi PPNI. Dalam masa
transisi sebelum terbentuk konsil keperawatan Indonesia, uji sertifikasi
dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang terdiri dari
unsure PPNI dan stakeholders terkait.
G. REMUNERASI
Agar jenjang karir dapat dilaksanakansecara optimal harus didukung
oleh system remunerasi. Setiap kenaikan dari satu jenjang karir ke
jenjag karir lebih tinggi perlu dikuti dengan pemberian remunerasi
sesuai dengan kinerja pada setiap jenjang.
H. EVALUASI JENJANG KARIR PERAWAT PROFESSIONAL
Jenjang kari professional perawat harus dievaluasi secara konsisten
dan tersetruktur dan mencakup komponen meliputi :
1. Evaluasi Kompetensi Asuhan keperawatan
2. Evaluasi Penampilan Kerja
3. Evaluasi Pengetahuan Profesional
4. Evaluasi Komunikasi dan organisasi
5. Evaluasi Kompetensi Manajemen
6. Evaluasi Mnajemen Riset
I. MASA PERALIHAN
Pemberlakuan jenjang karir professional perawat dilakukan secara
bertahap berdasarkan kebutuhan dengan mempertahankan
kelangsungan asuhan keperawatan serta kebijakan dari manajemen.
Aadapun langkah langkah dalam penjenjangan karir perawat
adalah sebagai berikut ;
1. Mapping ketenagaan
2. Maching kualifikasi dengan pedoman jenjang karir :
3. Pendidikan
4. Pengalaman kerja keperawatan klinik
5. Sertifikasi
6. Challenge test sesuai dengan proses dengan jenjang karir
7. Jika tidak lulus dialihkan jenjang yang lebih rendah
8. Pendidikan formal bagi yang mau dan mampu sesuai dengan
persiapan jenjang karir PK yang lebih tinggi.
J. PENUTUP
Hal hal yang belum diatur dalam kerangka acuan kerja ini akan
diatur kemudian.
Karir perawat di Indonesia masih mengalami berbagai masalah antara lain
yaitu belum optimalnya pengembangan karir perawat , perawat masih
berada pada posisi inferior, terutama di rumah sakit, berbeda dengan di luar
negri, profesi perawat cukup dihargai, disamping mendapat upah yang
cukup layak, perawat juga diberi kesempatan peningkatan jenjang karir
yang cukup terbuka, contoh di Australia sudah jamak jika posisi direktur di
Rumah sakit diduduki oleh seorang perawat. Kenyataan di tanah air, jenjang
karir perawat belum sepenuhnya berbasis profesional, sistem yang
dikembangkan masih mengacu pada aturan yang diperuntukan bagi pegawai
negeri sipil (PNS) berdasarkan SK Menpan No. 94/KEP/ M.PAN/11/2001
tentang jabatan fungsional perawat termasuk angka kreditnya , belum semua
Rumah sakit di Indonesia menerapkan pedoman jenjang karir perawat yang
dikeluarkan oleh Depkes (2006), bagi rumah sakit yang sudah menerapkan
pun masih sebatas perawat pelaksana yaitu PK I-V, sedangkan jenjang karir
untuk Perawat Manajer, Perawat Pendidik dan Perawat Riset belum
diterapkan. Sehingga pada kesempatan ini kami akan mencoba membahas
tentang bagaimana sebaiknya penataan jenjang karir perawat di Indonesia
dikaitkan dengan proses analisis suatu kebijakan.
Penerapan pengembangan jenjang karir perawat di Indonesia bukan hanya
merupakan tugas dari organisasi profesi saja, tetapi harus di dukung dengan
adanya kebijakan pemerintah yang dapat memayungi sebagai kekuatan dan
jaminan hukum untuk dapat diterapkan di seluruh Indonesia. Saat ini
Departemen kesehatan Republik Indonesia bersama pihak terkait yaitu PPNI
(Persatuan Perawat Nasional Indonesia ) telah mengeluarkan pedoman
jenjang karir perawat, di dalamnya mengatur empat jalur karir yang dapat
ditempuh oleh perawat meliputi, Perawat Klinik (PK), Perawat Manajer
(PM), Perawat Pendidik (PP) dan Perawat Riset/ peneliti (PR) . panduan
yang dikeluarkan baru sebatas pedoman, belum berupa peraturan
pemerintah . Berbeda dengan jenjang fungsional dosen yang saat ini sudah
masuk ke undang-undang guru dan dosen, sehingga dalam penerapan
pengembangan jenjang karir dosen sudah jelas. Adanya dukungan kebijakan
pemerintah tentang jenjang karir perawat sangat diperlukan, karena
mengingat penerapan karir perawat juga dapat dijadikan landasan dalam
proses promosi, mutasi dan rotasi perawat. Sehingga jika dijalankan , maka
akan berpengaruh terhadap kepuasan dan kinerja perawat, yang pada
akhirnya kepuasan pasien dapat tercapai. Dukungan pemerintah dapat
ditunjukan dengan munculnya suatu peraturan pemerintah bisa mulai dari
hierarki yang terendah sampai tertinggi, untuk kebijakan jenjang karir
perawat saat ini sudah sampai ke jenjang hierarki tertinggi yaitu terdapat
dalam Undang-Undang Keperawatan, dimana salah satu pasal didalamnya
mengatur secara spesifik tentang pola jenjang karir perawat. jika pemerintah
kiranya dapat mengesahkan Undang-Undang Keperawatan tersebut, maka
itu merupakan salah satu bentuk dukungan pemerintah yang dapat dijadikan
sebagai acuan dalam implementasi di kebijakan tentang karir perawat di
Indonesia.
Pengembangan kebijakan yang sudah ada saat ini tentang jenjang karir
perawat, menggunakan model kebijakan yaitu model Kelompok, dimana
terdapat peran aktif dari berbagai kelompok kepentingan untuk
mempengaruhi substansi dan bentuk kebijakan serta proses tawar menawar
(bargaining process) dalam pengembangan kebijakan yang akan bermuara
pada suatu keseimbangan (equilibrium), penjenjangan karir perawat yang
sudah berjalan masih di sesuaikan dengan kondisi di rumah sakit masing-
masing, sehingga tidak semua dapat menjalankan karena merasa bahwa ini
bukan suatu peraturan tapi hanya pedoman . Model pengembangan ini
tentunya harus lebih ditingkatkan lagi sampai dapat dilaksanakan penerapan
seluruh jenjang karir untuk instansi yang didalamnya terdapat tenaga
perawat. Setiap kebijakan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika
dikomunikasikan secara efektif antara pelaksana program/kebijakan dan
kelompok sasaran, dalam hal ini pedoman yang ada harus tersosialisasi
kepada seluruh perawat secara terbuka, selain itu juga harus didukung
dengan sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia maupun
sumberdaya finansial. Keduanya harus diperhatikan dalam implementasi
program/kebijakan, tanpa adanya kehandalan implementator, kebijakan
menjadi kurang energik dan lamban sedangkan jika kurang dukungan
finansial maka program juga tidak berjalan secara efektif. Karakter yang
penting dimiliki oleh implementator adalah kejujuran, komitmen dan
demokratis. Implementator yang berkomitmen tinggi dan jujur akan dapat
bertahan diantara hambatan yang ada dalam imlementasi kebijakan serta
tetap bertahan di arus program yang digariskan.selain itu struktur birokrasi
merupakan hal penting saat implementasi suatu kebijakan.yang terakhir
perlu adanya evaluasi pelaksanaan suatu kebijakan apakah menghasilkan
suatu dampak positif atau tidak (Dun,2003).
Evaluasi yang menjadi bahan renungan kita bersama, mengapa hingga saat
ini sistem jenjang karir perawat belum secara luas diterapkan di seluruh
rumah sakit di Indonesia, maka yang perlu dievaluasi apakah pedoman ini
perlu ditetapkan kedalam sebuah peraturan pemerintah seperti halnya pola
karir PNS yang sudah menjadi surat keputusan pemerintah , sehingga
dengan demikian dapat memperkuat pelaksanaan suatu kebijakan.
Sedangkan saat ini masih diserahkan kepada masing-masing instansi apakah
mau menerapkan pedoman jenjang karir atau tidak, tetapi jika memang
sudah menjadi keputusan pemerintah, maka tuntutan untuk melaksanakan
kebijakan pun semakin tinggi. Apalagi jika peraturan ini menjadi ketentuan
yang ada payung hukumnya , sebagaimana Undang-undang guru dan dosen,
yang saat ini sudah berjalan dengan baik. Terkait hal ini diharapkan
Undang-undang keperawatan kiranya dapat segera dapat disahkan, karena
salah satu pasal didalamnya mengatur tentang pola jenjang karir perawat ,
sehingga dengan demikian maka payung hukumnya akan jelas dan
penerapan pola jenjang karir perawat dapat diterapkan sebagaimana pola
jenjang karir dosen dan pegawai negri sipil.
Pola jenjang karir yang dapat diimplementasikan di Indonesia saat ini antara
lain menurut Depkes RI (2006) yaitu pertama jenjang Perawat Klinik (PK)
yaitu perawat yang memberikan asuhan keperawatan langsung kepada
pasien/individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kedua Perawat
Manajer (PM) yaitu perawat yang mengelola pelayanan keperawatan di
sarana kesehatan, baik sebagai pengelola tingkat bawah ( front line
manajer), tingkat menengah ( Middle manajer) maupun tingkat atas (Top
manajer). Ketiga Perawat Pendidik (PP) yaitu perawat yang memberikan
pendidikan kepada peserta didik di instansi pendidikan keperawatan . ke
empat Perawat Riset/peneliti (PR) yaitu perawat yang bekerja di bidang
penelitian keperawatan / kesehatan. Pengembangan jenjang karir pada setiap
bidang harus berjenjang mulai dari jenjang I V ( From Novice To Expert ),
pengembangan karir ini bersifat terbuka sehingga semua perawat
berkesempatan untuk mencapai jenjang tersebut dengan terus meningkatkan
kompetensi yang dimiliki antara lain tingkat pendidikan yang terus di
tingkatkan.
Tabel: Pengembangan Karir Profesional Perawat
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada era globalisasi sekarang ini, banyak sekali terjadi perubahan
baik ilmu pengetahuan, tehnologi maupun perubahan pola pikir
masyarakat.Tuntutan masyarakat terhadap kualitas dan profesionalisme
pemberian pelayanan kesehatan semakin meningkat. Keperawatan sebagai
profesi dan perawat sebagai tenaga professional juga dituntut untuk
bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan sesuai
kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerja
sama dengan anggota tim kesehatan lainnya.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan memegang
peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Bahkan
WHO menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai
target-target global, nasional maupun daerah. Hal ini disebabkan karena
perawat merupakan tenaga kesehatan dengan proporsi terbesar, melayani
pasien selama 24 jam secara terus menerus dan berkesinambungan serta
berada pada garis terdepan dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
Proporsi tenaga perawat di sarana kesehatan merupakan proporsi
terbesar yakni 40 % dibanding tenaga kesehatan lainnya. Tenaga tersebut
65% bekerja di Rumah Sakit, 28 % di Puskesmas dan selebihnya 7 % di
sarana kesehatan lainnya Dari aspek kualifikasi tinkat pendidikan terdapat
beberapa kategori tenaga perawat yaitu perawat SPK 74 %, DIII 23%, S1
(Ners) 2,75 %, S-2 (Magister)/Spesialis dan S-3 (Doktor) Keperawatan 0,25
%. (PPNI, 2005)
Jenjang karir merupakan suatu sistem untuk meningkatkan kinerja dan
profesionalisme perawat sesuai bidang pekerjaannya melalui peningkatan
kompetensi. Perawat profesional yang saat ini diakui di Indonesia dimulaui
dari lulusan D-3 Keperawatan dan akan terus meningkat. Sehingga pada
tahun 2010 diharapkan yang dikategorikan sebagai perawat profesional
adalah lulusan S-1 keperawatan dan jenjang lebih tinggi.
Dasar pemikiran penyusunan jenjang karir profesi keperawatan RS
beranjak dari kepentingan profesi untuk bertanggung jawab dan
bertanggung gugat dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada tiap
jenjang karir, perawat mempunyai kompetensi tertentu dalam memberikan
asuhan keperawatan sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Jenjang karir diperlukan untuk terwujudnya asuhan keperawatan yang
bemutu mengingat perawat mempunyai tenaga terbanyak dan terlama
mendampingi pasien. Dengan dijaminnya kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan oleh perawat sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, maka akan
berkontribusi terhadap kualitas pelayanan rumah sakit. Dengan
ditetapkannya kompetensi perawat pada tiap jenjang, akan memudahkan
dalam rekruitmen, seleksi, orientasi, pembinaan dan pengembangan SDM
keperawatan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Penetapan dan penyelenggaraan jenjang karir perawat untuk menjamin
pemberian asuhankeperawatan yang profesional;
b. Menumbuh kembangkan motivasi para profesional keperawatan untuk
selalu menempuh dan menambah pengetahuan serta kompetensi dengan laju
pertumbuhan IPTEK;
c. Sebagai alat pembinaan dan pengembangan jangka panjang bagi para
profesional keperawatan, guna memanfaatkan kompetensi penyelenggaraan
asuhan keperawatan;
2. Tujuan Khusus
a. Ditetapkannya pedoman penyelenggaraan jenjang karir perawat di RS.
b. Dilaksanakannya pengelompokan perawat.
c. Sesuai dengan jenjang karir.
d. Dilaksanakannya pembinaan perawat sesuai dengan jenjang karir.
e. Dilaksanakannya pengembangan perawat sesuai dengan jenjang karir
C. SASARAN
Seluruh praktisi keperawatan meliputi; perawat klinik, perawat manajer,
perawat pendidik dan perawat peneliti
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Pengembangan Sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru
untuk menggantikan sistem yg lama secara keseluruhan atau memperbaiki
sistem yg telah ada.
Pengembangan jenjang karir merupakan suatu sistem untuk
meningkatkan kinerja dan profesionalisme sesuai bidang pekerjaannya
melalui peningkatan kompetensinya. Salah satu upayanya adalah
pengembangan standard kompetensi, jenjang karir, dan sistem reward. Karir
diartikan sebagai suatu jenjang yang dipilih oleh individu untuk dapat
memenuhi kepuasan kerja, sehingga pada akhirnya akan memberikan
kontribusi terhadap bidang profesi yang dipilihnya.
B. DASAR HUKUM
Dasar hukum yang mendasari penyusunan jenjang karir profesi
keperawatan di RS adalah :
1. UU No. 8b Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,
sebagaimana dirubah dengan UU No. 49 tahun 1999;
2. UU RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
3. UU RI No. 22 tahun 2000, tentang Otonomi Daerah.
4. Kep. Men. Kes. No 1239 tahun 2001, tentang Registrasi dan Praktik
Perawat.
5. PP No. 32 tahun 1996, tentang Tenaga Kesehatan.
6. Kep. Men. PAN No 94 tahun 2001, tentang Jabatan Fungsional Perawat
Dan Angka Kreditnya.
Bagan I.
Integrasi Penjenjangan antara Perawat Klinik, Manajer, Pendidik dan
Riset
L. V PK. V PM. IV PP. III PR. II
L. IV PK. IV PM. III PP. II PR. I
L. III PK. III PM. II PP. I
L. II PK. II PM. I
L. I PK I
Keterangan ;
L = Level PP = Perawat Pendidik
PK = Perawat Klinik PR = Perawat Riset
PM = Perawat Manajerial
A. Kesimpulan
Pengembangan jenjang karir merupakan suatu sistem untuk meningkatkan
kinerja dan profesionalisme sesuai bidang pekerjaannya melalui
peningkatan kompetensinya. Salah satu upayanya adalah pengembangan
standard kompetensi, jenjang karir, dann sistem reward. Karir diartikan
sebagai suatu jenjang yang dipilih oleh individu untuk dapat memenuhi
kepuasan kerja, sehingga pada akhirnya akan memberikan kontribusi
terhadap bidang profesi yang dipilihnya.
B. Saran
Agar kompetensi tenaga perawat bisa meningkat perlu upaya
pengembangan mutu sumber daya manusia (SDM) perawat melalui
pendidikan, pelatihan, dll.