Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya perkembangan dunia bisnis pada saat ini mengharuskan pelaku

bisnis untuk meningkatkan kinerja perusahaan demi mempertahankan

kelangsungan perusahaannya. Artinya perusahaan harus mampu mengikuti

berbagai aturan yang berlaku guna mempertahankan persaingannya dalam bisnis

yang semakin ketat dan komptetitif. Perusahaan juga dituntut untuk membuat

suatu laporan keuangan yang dapat digunakan sebagai informasi penting kepada

pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan ini akan digunakan untuk menilai

akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan organisasi serta membantu

dalam pembuatan keputusan bagi pengguna laporan keuangan tersebut (Zoja,

2011:1).

Laporan keuangan yang dibuat tentunya harus memiliki tingkat

kepercayaan dan keandalan atas informasi yang disajikannya. Cara paling umum

bagi pemakai untuk memperoleh informasi yang andal adalah dengan meminta

audit independen (Arens, et al 2012). Para pengguna laporan audit mengharapkan

bahwa laporan keuangan yang telah diaudit secara independen bebas dari salah

saji material, dapat dipercaya kebenarannya untuk dijadikan sebagai dasar

pengambilan keputusan dan telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang

berlaku di Indonesia (Kaisar, 2015:2).


2

Profesi auditor seringkali menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa

tahun terakhir, seperti kasus IM2 dan Indosat dalam pembangunan jaringan

frekusensi yang melibatkan mantan Direktur Utama PT Indosat Mega Media

(IM2) dan PT Indosat Tbk. Dalam kasus ini, saksi ahli dai BPKP, Dani Sudarsono

menyatakan bahwa hasil audit dari BPKP kali ini sub standard atau dibawah

standard. Dalam persidangan, Mulia selaku pensiunan auditor BPKP menjabarkan

kriteria tertentu mengenai bukti yang sah untuk diaudit. Mulia menjelaskan, bukti

yang kompeten adalah bukti yang didukung secara formal, baik dari segi sumber

bukti tersebut maupun cara untuk mengumpulkan bukti. Menurut hakim,

subyektifitas ini tidak jelas karena tidak ada standar yang menjadi acuan sehingga

hasil audit menjadi tidak jelas. Proses auditnya tidak obyektif lagi juga tidak

independen kata Eric selaku kuasa hukum penggugat. Pada tanggal 24 Juli 2014,

hakim majelis kasasi Mahkamah Agung memutuskan bahwa hasil audit BPKP

tanggal 31 Oktober 2012 tidak sah dan cacat hukum, karena:

1. Audit tidak diawali dari kemenkominfo selaku regulator

telekomunikasi

2. Tidak ditemukan adanya penggunaan frekuensi bersama antara

Indosat dan IM2 sesuai dengan tuduhan BPKP

3. BPKP tidak pernah melakukan pemeriksaan obyek audit, yakti PT.

INDOSAT dan anak perusahaannya IM2

Dari sini bisa diketahui, auditor telah melanggar standar audit dan kriteria

pihak yang wajib diaudit (Tribun, 2014).


3

Sehubungan dengan hal tersebut, maka auditor dituntut untuk

mempertahankan kepercayaan yang telah didapatkan dari klien yaitu dengan

menjaga akuntabilitasnya. Akuntabilitas publik auditor sangat ditentukan oleh

kualitas laporan audit yang dibuatnya (Utami, 2003). De Angelo dalam Watkins

et al, (2004) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan bahwa auditor

akan menemukan dan melaporkan salah saji material dalam keuangan klien.

Kemampuan auditor untuk mendeteksi salah saji material terkait dengan

kemampuan teknis auditor. Sedangkan melaporkan kesalahan terkait dengan

independensi auditor. Ini berarti, auditor dapat mendeteksi salah saji material bila

memiliki kemampuan teknis yang cukup dan dapat melaporkan salah saji jika

auditor memiliki independensi terhadap objek auditnya (Zoja, 2011:6).

Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit yang

dilaksanakan auditor dikatakan berkualitas baik, jika memenuhi ketentuan atau

standar pengauditan. Standar pengauditan mencakup mutu profesional, auditor

independen, pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit

dan penyusunan laporan audit (SPAP,2011).

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) Indonesia dalam Pernyataan

Standar Auditing (PSA) nomor 210 menyatakan bahwa dalam melakukan audit,

auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup. Artinya auditor

harus memenuhi persyaratan yang dimaksudkan seperti pendidikan formal,

program pendidikan berkelanjutan dan juga pengalaman. Libby dan Frederick

(1990) dalam Kusharyanti (2003:26) mengemukakan bahwa auditor yang

berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan.


4

Artinya, auditor yang berpengalaman lebih mampu memberikan penjelasan yang

masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat

mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari

sistem akuntansi yang mendasari (Libby et al, 1985) dalam Mayangsari (2003).

Tubbs dan Garner (1992) dalam Mayangsari (2003) berhasil menunjukkan

bahwa semakin berpengalaman auditor, maka mereka semakin peka dengan

kesalahan penyajian laporan keuangan dan semakin memahami hal-hal yang

terkait dengan kesalahan yang ditemukan. Audit menuntut keahlian dan

profesionalismenya yang tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh

pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain

adalah pengalaman (Sunarto, 2003).

Namun sesuai dengan tanggungjawabnya untuk menaikkan tingkat

keandalan laporan keuangan suatu perusahaan, maka auditor tidak hanya perlu

memiliki pengalaman atau keahlian saja, tetapi juga harus independen dalam

pengauditan. Tanpa adanya independensi auditor tidak berarti apa-apa. Dengan

kata lain, keberadaan auditor ditentukan oleh independensinya (Supriyono, 1988).

Standar umum kedua (Standar Auditing seksi 220 dalam SPAP,2001)

menyebutkan bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,

independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Standar ini

mengharuskan seorang auditor bersikap independen (tidak mudah dipengaruhi).

Karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan

demikian ia tidak dibenarkan untuk memihak kepada kepentingan siapapun.

Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan
5

pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditor dan pihak lain yang meletakkan

kepercayaannya pada laporan auditor independen.

Penelitian-penelitian sebelumnya memberikan bukti secara empiris bahwa

faktor-faktor mengenai pengalaman auditor dan independensi auditor,

berpengaruh terhadap kualitas audit. Seperti penelitian yang dilakukan oleh

Restiyani (2014) yaitu tentang pengaruh pengalaman auditor dan independensi

auditor terhadap kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman

auditor dan independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Imansari

dan Wulandari (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh independensi

auditor, kompetensi auditor dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa independensi auditor dan pengalaman auditor

berpengaruh terhadap kualitas audit.

Namun, terdapat penelitian yang membuktikan bahwa faktor-faktor ini

tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian ini antara lain dilakukan oleh

Sukriah,dkk (2009) yang menyatakan bahwa independensi auditor tidak

berpengaruh terhadap kualitas audit. Selain itu, Suyono (2012), Faizah (2013) dan

Ayuningtyas (2012) mendapatkan bukti empiris bahwa pengalaman auditor tidak

berpengaruh terhadap kualitas audit.

Masih adanya perbedaan hasil penelitian terkait faktor pengalaman dan

independensi terhadap kualitas audit mendorong penulis untuk meneliti kembali

dengan mengangkat judul Pengaruh Pengalaman auditor dan Independensi

auditor terhadap kualitas audit.


6

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan

bahwa permasalahan dalam penelitian ini adalah kurang baiknya kualitas audit

yang dihasilkan, serta ditinjau dari beberapa penelitian terdahulu mengenai

pengaruh pengalaman auditor dan independensi auditor terhadap kualitas audit.

Maka penulis mengidentifikasikan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengalaman auditor di KAP di Kota Bandung ?

2. Bagaimana independensi auditor di KAP di Kota Bandung ?

3. Bagaimana kualitas audit di KAP di Kota Bandung ?

4. Apakah terdapat pengaruh pengalaman auditor terhadap kualitas audit.

5. Apakah terdapat pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit.

6. Apakah terdapat pengaruh pengalaman auditor dan independensi auditor

terhadap kualitas audit.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan pelitian yang dilakukan ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengalaman auditor di KAP di Kota

Bandung

2. Untuk mengetahui bagaimana independensi auditor di KAP di Kota

Bandung

3. Untuk mengetahui bagaimana kualitas audit di KAP di Kota Bandung

4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pengalaman auditor terhadap

kualitas audit
7

5. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh independensi auditor

terhadap kualitas audit

6. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pengalaman auditor dan

independensi auditor terhadap kualitas audit secara simultan

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan

manfaat kepada pembaca sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan tambahan

informasi bagi para pembaca khususnya dibidang auditing dan

mengenai pengalaman auditor, independensi auditor, dan kualitas

audit.

2. Sarana untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan

yang diperoleh peneliti.

3. Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi penulis.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Dapat digunakan sebagai masukan bagi KAP dalam rangka

meningkatkan kualitas kerjanya.

2. Sebagai bahan evaluasi bagi para auditor sehingga dapat

meningkatkan kualitas auditnya.


8

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Data yang diperoleh sehubungan dengan masalah yang akan dibahas

dalam penyusunan skripsi ini adalah dengan melakukan penelitian di kantor

akuntan publik (KAP) yang ada di wilayah Kota Bandung dengan menyebarkan

kuesioner yang telah disusun untuk mengukur variabel yang diteliti. Kuesioner

ditujukan kepada Akuntan Publik yang bekerja di Beberapa Kantor Akuntan

Publik (KAP) di Wilayah Kota Bandung, dengan waktu penelitian dilaksanakan

pada bulan Oktober 2016 sampai dengan selesai.

Anda mungkin juga menyukai