Tanpa DPR
Effendi Siradjuddin
ESIR Institute
Juli 2017
Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat
Transformasi
Dari
Menjadi
Bertumbuh
Si Kaya menjadi Lebih Kaya
Kelompok Menengah menjadi Kaya
Bagi si Miskin menjadi Kaya
Proposal
3in1
DIGITAL
PRODUCTIVE GOVERNMENT
(Sistim Ketatanegaraan Tanpa Wakil Rakyat - DPR)
Dan
SISTIM GLOBAL EKONOMI HIJAU
BERLANDASKAN KERAKYATAN
Bagaimana mewujudkan Pemerintahan
Digital
Produktivitas Tinggi 3in1?
Citizen-Ism:
SUPERRICH:
Di masa depan, tujuan negara dan globalisasi tetap sama:
pertumbuhan yang membawa keadilan dan kemakmuran bagi
semua warga negara, bukan bagi segelintir sang superkaya.
HOW ?. Sistim negara-negara dan globalisasi seyogyanya
menghasilkan kebijakan-kebijakan, baik domestik maupun luar
negeri, yang mengutamakan kepentingan seluruh warganegara
dan warga dunia. Untuk itu di bawah diuraikan bagaimana
riwayat terbentuknya negara, yang dimulai dengan sekelompok
warga negeri sebagai pemilik kekayaan wilayah negeri bersama-
sama menyepakati kontrak sosial untuk bersama-sama
mengurus kepentingan bersama yaitu kemakmuran bersama.
Itu sebabnya pemegang kedaulatan tertinggi di dalam negara
adalah warganegara, bukan partai politik, bukan politisi, bukan
filosof dan seterusnya.
Selanjutnya setelah terbentuknya negara, warganegeri
berubah status menjadi warganegara yang diakui bangsa lain
sebagai negara, warganegara kemudian menyepakati konstitusi
atau UUD yang menjadi hukum dasar bagaimana negara
dikelola. Filsafat inilah yang menjadi dasar konsep demokrasi,
dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Kedaulatan tertinggi rakyat
diwujudkan melalui kehendak rakyat (hak voting) dalam pemilu
dan referendum rakyat atau referendum nasional. Ini
merupakan hak mutlak yang melekat pada seluruh warganegara.
Kaum cerdik pandai atau intelektual dapat mengusulkan sistim
politik bernegara yang sungguh-sungguh mampu menghasilkan
pemerintahan yang produktif (bukan yang koruptif) untuk
memberikan pemberdayaan kepada seluruh rakyat agar mampu
mendapatkan hak keadilan & kemakmuran bersama.
Seperti yang diuraikan di atas bentukan pemerintah yang
diusulkan adalah paket pemerintahan produktif dan digital 3in1
yang meliputi paket kebutuhan rakyat, paket program kerja
disertai pembiayaan dan UU yang dibutuhkan serta paket tim
kerja pemerintah (presiden, menteri, gubernur, bupati).
Sistim Negara & Globalisasi:
Bilamana pembiayaan penyelenggaraan pemilu serta
biaya pendirian partai dan biaya kampanye seluruhnya
disediakan rakyat melalui APBN, maka dapat diharapkan paket
kebijakan domestik dan kebijakan luarnegeri yang sungguh-
sungguh mencerminkan pemenuhan kebutuhan rakyat
(diharapkan tidak dikorupsi karena tidak dibiayai oleh sang
superkaya). Pemerintah dan kalangan bisnis adalah pelayan
rakyat. Bilamana kebijakan domestik dan luar negeri masing-
masing negara (misalnya negara A, B dan C) didominasi oleh
kepentingan menyejahterakan rakyat, maka kebijakan lembaga-
lembaga multilateral: Federal Reserves, Bank Sentral, IMF,
Bank Dunia, WTO, PBB akan berpihak kepada kepentingan
seluruh warganegara dan warga dunia, tidak dikendalikan oleh
kepentingan segelintir superkaya dunia melalui sponsor-
sponsor.
Sistim bernegara dan interaksi global yang sungguh-
sungguh diperuntukkan untuk kepentingan bersama, dunia
tanpa penghisapan manusia atas manusia, dan tanpa perang,
hanya dimungkinkan bilamana abolutisme dan kedaulatan
tertinggi warganegara dapat diperoleh kembali melalui
mekanisme pemilu dan referendum nasional masing-masing
negara. Untuk itu sosialisasi transformasi sistim bernegara dan
globalisasi sangat tergantung keberhasilan sosialisasi kepada
warganegara dan warga dunia. Era digital lebih memungkinkan
sang superkaya saling berbagi kemampuan, saling tolong untuk
makmur bersama di tengah ancaman perang, kerakusan
manusia, korupsi politik dan ekonomi, populasi dunia yang tak
terkendali serta kerusakan lingkungan dan sebagainya. Era
digital dan jaringannya mempercepat realisasi cita-cita
Sustainable Global Wisdom Society.
Sebagai negarawan dan kepala pemerintahan, seorang
presiden memiliki tanggungjawab tertinggi untuk melindungi
dan memakmurkan semua warga negara, ikut menjaga
perdamaian dunia, olehnya harus berani mengambil tindakan
darurat yang diperlukan untuk melindungi bangsa dan negara
dari ancaman bahaya korupsi dan terpecah-belahnya negara.
Tindakan darurat bisa melalui keputusan presiden atau
referendum nasional yang pasti mendapat dukungan penuh dari
rakyat.
Di luar pengetahuan sejarah manusia, ada banyak
penemuan material dan spiritual, yang belum dapat dijelaskan
oleh pengetahuan kita seperti pada situs: Giza Piramid, Puma
Punku, Machu Pichu, Teotihuacan, Yonagoni, Cuzco,
Sacsayhuaman dan lain sebagainya. Situs megalitik kuno
tersebut dibangun menggunakan teknologi yang mustahil pada
jaman tersebut.
Alam semesta, planet bumi dan spesies yang hidup di
dalamnya, peradaban bangsa dan negara serta kehidupan
manusia, semua mengikuti siklus tertentu. Lahir, bertumbuh,
stabil dan menurun. Kemudian dengan nilai-nilai baru, mampu
meregenerasi ke tingkat yang lebih tinggi. Tata surya, sistem
galaksi Bimasakti sampai sistem alam semesta, kesemuanya
mengikuti rotasi yang sama dan berputar seperti materi atom
dengan neutron mengelilingi proton.
Fenomena alam ini akan selalu mempengaruhi
peradaban manusia dan untuk bertahan hidup. Oleh karena itu,
secara material dan spiritual, manusia ditantang berpikiran
terbuka terhadap penemuan dan ide-ide baru, agar dapat
menjadi lompatan kuantum berikutnya untuk menciptakan
kehidupan dan lingkungan hidup yang lebih baik dan juga
bermanfaat bagi spesies lain di alam semesta.
"Tidak usah saya ulangi disini bahwa demokrasi adalah sekedar
alat, bahwa pemilihan umum sekedar alat, ya, bahwa negara sekalipun
adalah alat- bahwa rakyat sejahteralah tujuan, bahwa masyarakat adil-
dan makmurlah tujuan, bahwa Ibu Pertiwi sajalah tujuan! Bahwa
manusia bahagialah tujuan. Janganlah alat merusak tujuan!.....janganlah
nanti Pemilihan Umum dapat berlangsung tapi bangsa Indonesia
terpecah-belah, terobek- robek dadanya, bahkan hangus terbakar dalam
api saling dengki-saling benci bertahun-tahun lamanya. Bagaimanapun
juga, peliharalah kesatuan bangsa"
-Amanat Presiden Soekarno, 17 Agustus 1955