Anda di halaman 1dari 25

Negara Pancasila Produktivitas Tinggi

Tanpa DPR

Effendi Siradjuddin
ESIR Institute
Juli 2017
Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat
Transformasi
Dari

Kekuatan Uang Top Down Ekonomi Pasar Bebas


Pertumbuhan oleh Superkaya dikendalikan oleh Superkaya
Untuk Superkaya Untuk Superkaya

Menjadi

Kekuatan Ekonomi Top Down Ekonomi Hijau


Untuk Kemajuan Dikendalikan Oleh Rakyat
Berdasarkan Kedaulatan Rakyat Untuk Seluruh Rakyat.

Produktivitas untuk Seluruh Rakyat


Pertumbuhan dan Distribusi Kesejahteraan Secara Adil
dan Merata ke Seluruh Rakyat

Bertumbuh
Si Kaya menjadi Lebih Kaya
Kelompok Menengah menjadi Kaya
Bagi si Miskin menjadi Kaya
Proposal

3in1
DIGITAL
PRODUCTIVE GOVERNMENT
(Sistim Ketatanegaraan Tanpa Wakil Rakyat - DPR)

Dan
SISTIM GLOBAL EKONOMI HIJAU
BERLANDASKAN KERAKYATAN
Bagaimana mewujudkan Pemerintahan
Digital
Produktivitas Tinggi 3in1?

Imagination Is More Important Than Knowledge... Knowledge Is


Limited... Imagination Encircle The World. We Cannot Solve Our
Problems With The Same Thinking We Used When We Created Them.
-Albert Einstein

SAAT ini terjadi pergeseran nilai. Ini adalah sebuah


kesadaran kolektif akibat kesulitan hidup dan melihat
ketimpangan yang terjadi. Kesadaran untuk keluar dari
penindasan dan perbudakan modern dan mengubah tatanan
yang ada. Bergeser dari individualisme dengan motif
keuntungan, kebersamaan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Dari
absolutisme dan kedaulatan untuk superkaya, ke absolutisme
dan kedaulatan oleh dan untuk warganegara. Dari demokrasi
yang super liberal, ke demokrasi yang diatur oleh kedaulatan
warganegara. Dari ekonomi pasara bebas yang hanya
menguntungkan para superkaya, ke ekonomi hijau (Green
Economy) yang meningkatkan kesejahteraan manusia dan
kesetaraan sosial sekaligus mengurangi resiko lingkungan secara
signifikan.
Lebih jauh, pergeseran terjadi dari sistem pemerintahan
terpusat ke sistem pemerintahan partisipatif digital. Dari politik
kekuasaan pemilik uang, ke politik berbasis produktivitas warga
negara. Dari sistem pemerintahan perwakilan, ke sistem
pemerintahan langsung (digital productive government), yang
mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dan perlindungan
kepentingan publik. Oleh karena itu, setiap negara harus
mendesain ulang pendidikan dan sistem politik mereka, serta
bersama-sama mendesain ulang sistem globalisasi agar keadilan
dan kesejahteraan warga negara dapat tercapai secara produktif.
Selama 300 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi dunia
yang menakjubkan lebih banyak didominasi dan dinikmati oleh
segelintir kaum superkaya. Suatu kelompok yang menghisap
keuntungan terlalu banyak tanpa peduli kerusakan lingkungan
yang berdampak menyengsarakan sebagian besar warga dunia
yang bodoh dan miskin. Suatu situasi yang menjadi akar bagi
radikalisme dan terorisme. Ke depan, keberhasilan atau
kegagalan pemerintah bukan lagi hanya diukur dari Produk
Domestik Bruto (PDB), tetapi juga diukur dan dinilai dengan
mempertimbangkan tingkat ketimpangan ekonomi (GINI
Koefisien) dan tingkat kebahagiaan (Happiness Index). Dengan
itu, dimungkinkan pertumbuhan kekayaan didistribusikan
secara adil dan merata sebagaimana halnya keberhasilan negara-
negara paling makmur di bumi saat ini. Kemakmuran dinikmati
semua warganegara.
Top 10 negara-negara makmur di dunia, menunjukkan
adanya pendidikan terbaik dan sistem politik terbaik, yang
memungkinkan produktivitas masyarakatnya tinggi dan
pemerintah produktif melayani warganegara mereka dengan
adil dan baik. Sebuah bangsa menjadi maju bukan disebabkan
karena susunan dan jenis ras, suku dan agama yang dianut, tapi
semata-mata karena produktivitasnya (pekerja keras, cerdas,
jujur).
Happiness Index:

GINI Index 2016:


PISA Indeks:
Untuk menjadi sebuah negara yang makmur dan maju,
NKRI layak mempertimbangkan 9 doktrin kemandirian
VonHornick, filsuf Prusia/Jerman 1684, yang mengantarkan
kemajuan bangsa barat:
1) To inspect the country's soil with the greatest care, and not to leave
the agricultural possibilities of a single corner or clod of earth
unconsidered...
2) All commodities found in a country, which cannot be used in their
natural state, should be worked up within the country...
3) Attention should be given to the population, that it may be as large
as the country can support...
4) gold and silver once in the country are under no circumstances to be
taken out for any purpose...
5) The inhabitants should make every effort to get along with their
domestic products...
6) [Foreign commodities] should be obtained not for gold or silver, but
in exchange for other domestic wares...
7) ...and should be imported in unfinished form, and worked up within
the country...
8) Opportunities should be sought night and day for selling the country's
superfluous goods to these foreigners in manufactured form...
9) No importation should be allowed under any circumstances of which
there is a sufficient supply of suitable quality at home.
Selama ribuan tahun, enterprener terbukti menjadi tulang
punggung pertumbuhan peradaban dan ekonomi dunia. Pada
300 tahun terakhir, masyarakat entrepreneurs dan korporasi
(incorporated) inilah yang mendorong revolusi ilmu pengetahuan
dan revolusi industri, memobilisasi para filsuf dan penemu di
bidang ekonomi, sosial, dan politik termasuk dalam pendidikan
dan hukum. Keberhasilan enterprener dalam bentuk korporasi
dapat dijadikan model acuan bentuk pemerintahan baru.
Bentuk pemerintahan baru yang mampu mengatasi
eksploitasi atau penghisapan manusia atas manusia, ideologi
yang melindungi kedaulatan dan absolutisme warga negara
(Citizen-ism) dari kekuatan uang sang superkaya (money politics),
melalui hak voting rakyat dalam pemilu dan referendum
nasional. Sungguh-sungguh secara operasional diterapkan
sebagai bagian sistim bernegara dan berinteraksi global. Era
digital memungkinkan warganegara sendirilah yang memainkan
peran aktif (partisipatif) dalam merancang dan memutuskan
sistim bernegara mencontoh keberhasilan enterprener dan
korporasi (Citizen Inc.) untuk mampu menghasilkan
pemerintahan produktif dan pada saat yang sama
memberdayakan diri memenuhi kebutuhan.
CITIZEN-ISM yang diusulkan adalah ideologi bernegara
perwujudan dari Pancasila, yang menempatkan warga negara
memiliki kedaulatan absolut Dan membentuk Pemerintahan
Partisipatif 3in1.Bentuk pemerintahan baru ini dapat disebut
Citizen Inc. yang mengadopsi bentuk korporasi yang telah
terbukti keberhasilannya, bercirikan digital, enterprenerial dan
berkelanjutan. Sistim pemerintahan 3in1 menjalankan paket
pemerintahan 3in1 yang berisi: 1. Kebutuhan rakyat per sektor;
2. Program pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rakyat
disertai UU sementara atau PERPPU dan sistim pembiayaan
pusat dan daerah; 3. Tim kerja yang terdiri atas pemerintah
nasional melalui paket pemilu: presiden, wakil presiden,
menteri, gubernur serta paket pemerintah daerah melalui
pilkada. 3in1 Digital Productive Government!
3in1 Digital Productive Government:

Pada prinsipnya, pemerintahan yang terdiri dari


Pemerintah (Government), MPR (Peoples Consultative Assembly,
PCA) dan Mahkamah Agung (Supreme Court, SC)
bertanggungjawab langsung pada rakyat sebagai pemilik
kedaulatan tertinggi negara, demikian juga masyarakat bisnis
(Business) bertanggungjawab penuh kepada rakyat. MPR terdiri
dari: wakil golongan-golongan, wakil utusan daerah, wakil partai
pemenang pemilu atau partai negara, wakil masyarakat bisnis
dan wakil TNI/POLRI. Mahkamah Agung melaksanakan
fungsi peradilan secara independen.
Sistim bernegara baru ini adalah sebuah Lompatan
Kuantum, seperti gambar di bawah. Situasi yang semula terisi
absolutisme dan kedaulatan superkaya, dikembalikan kepada
pemilik sebenarnya yaitu warganegara (Citizen). Mengubah
warganegara dari budak menjadi tuan (Slave to Master).
Sekaligus, menjadi Revolusi Demokrasi Global ke-5. Bangsa,
negara dan sistem global akan kembali ke jalur sebenarnya dan
mengakhiri perbudakan ribuan tahun. Sistim ini menempatkan
warganegara (Citizen) sangat dominan dalam rencana,
pelaksanaan dan pengendalian pemerintahan digital yang
produktif, yang menghasilkan produktivitas sosial (pendidikan
kelas dunia bagi warganegara). Dan, berdampak pada
produktivitas politik (sistim politik dan praktek rekrutmen
pemimpin-pemimpin) dan produktivitas ekonomi (keterlibatan
warganegara dalam pengembangan ekonomi, perlindungan
lingkungan dan pengendalian jumlah penduduk).

Citizen-Ism:

Di negara multikultural dan multi agama seperti


Indonesia, kebersamaan (sebagai lawan individualisme) sangat
cocok untuk mempersatukan bangsa. Tertuang dalam Pancasila
yang diperkenalkan oleh para bapak pendiri bangsa di sidang-
sidang BPUPKI bulan Juni tahun 1945, sebagai Filsafat Bangsa
Indonesia, sebuah ideologi konsepsional dan dijadikan sebagai
dasar negara. Sesungguhnya Citizen-ism dapat dikatakan sebagai
ideologi oerasional dari Pancasila, yang menghasilkan 3in1
Digital Productive Government. Membumi dan kontekstual pada
abad 21, yang lebih berorientasi pada kebutuhan rakyat,
program kerja digital dan paket tim kerja presiden.
Keberhasilan proses transformasi system Negara dan
terwujudnya sistim 3in1 Digital Productive Government
membutuhkan dukungan seluruh komponen yang ada,
terutama dukungan rakyat dan TNI/POLRI. Langkah pertama
adalah konsolidasi dukungan TNI/POLRI. Kedua,
menggratiskan biaya pendidikan dan perlindungan kesehatan
berbiaya rendah bagi seluruh rakyat. Ketiga, Menghukum mati
Koruptor. Melalui ketiga langkah yang tersebut, diharapkan
dukungan rakyat terhadap kebijakan Referendum Nasional.
Referendum Nasional dilakukan sebagai wujud
absolutisme dan kedaulatan tertinggi seluruh warganegara. Pada
tahap pertama memperjuangkannya melalui Mahkamah Agung
dan Mahkamah Konstitusi atau institusi negara terkait untuk
mengembalikan hak rakyat melakukan referendum nasional.
Dengan demikian mengembalikan hak melekat rakyat atas
keadilan dan kesejahteraan bersama.
Melalui referendum nasional negara akan memperoleh
kepastian kehendak warganegara, antara lain tentang
persetujuan rakyat terhadap: Penyederhanan Sistim Politik
Baru, yaitu, diberlakukan Sistim Rekrutmen Politik Baru berupa
Paket Pemerintahan Digital 3in1; Partai pemenang Pemilu
menjadi Partai Pemerintah dan partai yang kalah sama sekali
tidak terlibat dalam pemerintahan baru (mengurangi korupsi);
Dibatasinya partai peserta pemilu hanya 2 partai sehingga
pemilu hanya satu putaran (mengurangi kecurangan dan
korupsi); Rakyat/negara melalui APBN membiayai seluruh
pengeluaran dan biaya 2 (dua) partai peserta Pemilu yang telah
disetujui, termasuk biaya pendirian partai dan biaya kampanye;
Diberlakukan Sistim Politik baru tanpa Wakil Rakyat/DPR
(mengurangi korupsi dan sebagai konsistensi rakyat
menjalankan kedaulatannya secara langsung); MPR sebagai
lembaga pengawas pemerintah terdiri atas wakil golongan-
golongan, wakil utusan daerah, wakil masyarakat bisnis, wakil
partai pemenang pemilu atau partai negara dan wakil
TNI/POLRI. Dengan 3in1 digital productive government, jumlah
dan biaya kementerian dan institusi negara pusat maupun
daerah dapat dikurangi separuh sekaligus mengurangi korupsi.
Keberhasilan upaya referendum nasional sangat
tergantung hasil sosialisasi dan dukungan kelompok-kelompok
intelektual, universitas dan lembaga-lembaga pengkajian;
kalangan TNI dan POLRI, kalangan politisi, kalangan lembaga
negara termasuk MPR dan Pemerintah, komunitas bisnis, untuk
diskusi terbuka tentang kemungkinan perubahan Konstitusi
dan UU politik dan UU lainnya. Diskusi terbuka ini bisa
dilanjutkan oleh pemerintah sebagai fasilitator atau
penyelenggara dan dilanjutkan dengan upaya penyiapan
infrastruktur dan kelembagaan pelaksana referendum nasional.
Bahkan bilamana dianggap negara dalam keadaan darurat
yang mengancam keamanan nasional dan keutuhan negara
maka Presiden layak memberlakukan UU Darurat dan
mengeluarkan Dekrit Presiden untuk menanggulanginya segera.
Darurat akibat: Rendahnya produktivitas pemerintahan
(Corrupted and Failed States), kegagalan sistim rekrutmen politik,
korupsi massal, upaya makar, kelompok radikal dan terorisme,
narkoba dan intervensi asing. Membentuk lembaga penertiban
agar bisa bekerja fokus dan produktif, mempercepat
Referendum Nasional sekaligus menyederhanakan sistim
Rekrutmen Politik (Pemilu) untuk menghasilkan 3in1 digital
productive government.
Bilamana referendum nasional menghasilkan
persetujuan rakyat terhadap perubahan-perubahan konstitusi
baru dan UU terkait, maka pemerintah dan pihak-pihak terkait
seyogyanya bekerjasama untuk segera menghasilkan Paket
Pemerintahan Digital 3in1, paling tidak pada pemilu berikutnya.
Flowchart:
Globalisasi
Sejarah membuktikan bahwa negara agama telah
mengalami kehancuran karena terjadinya perang agama. Selama
120 tahun perang berkelanjutan karena dominasi agama pada
kekaisaran Eropa (1524 hingga 1648) dan bahkan pertikaian
Sunni vs Syiah telah berlangsung lebih seribu tahun. Dan akhir-
akhir ini di Suriah terjadi perang yang diinisiasi oleh kelompok
radikal ISIS (Islamic State Iraq Syria) yang didukung oleh Arab
Saudi, Israel, puluhan negara barat, melawan pemerintah Suriah
yang didukung Rusia, China dan seterusnya, yang sangat
menyengsarakan rakyat. Kesemuanya membuktikan kegagalan
sistim bernegara dan globalisasi, tidak mampu mengendalikan
dorongan kerakusan segelintir manusia, haus kekuasaan untuk
uang. (Richard Dawkins, biologist, writer, 1976, published
book: Selfish Gene).
Di sisi lain China, Korea Selatan, negara Skandinavia,
Australia dan Selandia Baru, menjadi negara-negara yang
makmur dan bahagia semata-mata karena 2 faktor, yaitu :
Produktivitas sosial tinggi (pekerja keras, cerdas dan jujur) hasil
pendidikan kelas dunia. Dan produktivitas pemerintahan hasil
sistim rekrutmen politik terbaik, semata-mata untuk
kesejahteraan rakyat, bukan karena agama yang dianut ataupun
karena jenis ras tertentu. Oleh karena itu ide mendirikan Negara
Agama di Indonesia menggantikan NKRI yang berazaskan
Pancasila adalah sebuah kesalahan besar dan merupakan
kebodohan. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa telah menjamin
terlaksananya kebebasan beragama di Indonesia.
Saat ini sistim negara-negara dan globalisasi tak
terbantahkan selama 300 tahun menghasilkan pertumbuhan
peradaban dan ekonomi barat luar biasa, jauh melampaui
pertumbuhan 3000 tahun peradaban dan ekonomi timur.
Namun, diwarnai ketimpangan-ketimpangan sosial politik dan
ekonomi akibat kebijakan-kebijakan negara dan globalisasi yang
didominasi oleh segelintir sang superkaya. Kelompok yang
mengendalikan sistim bisnis dan keuangan dunia melalui ribuan
multinasional korporasi, lembaga-lembaga multilateral seperti
Federal Reserves AS, Bank Sentral lebih 100 negara di dunia,
lembaga-lembaga Think Tank: Club Of Rome, Biddenberg, Royal
Institute, Trilateral Commission, Top World University (Stanford etc),
lembaga-lembaga IMF, Bank Dunia, WTO, PBB dan
sebagainya seperti diagram di bawah ini:

SUPERRICH:
Di masa depan, tujuan negara dan globalisasi tetap sama:
pertumbuhan yang membawa keadilan dan kemakmuran bagi
semua warga negara, bukan bagi segelintir sang superkaya.
HOW ?. Sistim negara-negara dan globalisasi seyogyanya
menghasilkan kebijakan-kebijakan, baik domestik maupun luar
negeri, yang mengutamakan kepentingan seluruh warganegara
dan warga dunia. Untuk itu di bawah diuraikan bagaimana
riwayat terbentuknya negara, yang dimulai dengan sekelompok
warga negeri sebagai pemilik kekayaan wilayah negeri bersama-
sama menyepakati kontrak sosial untuk bersama-sama
mengurus kepentingan bersama yaitu kemakmuran bersama.
Itu sebabnya pemegang kedaulatan tertinggi di dalam negara
adalah warganegara, bukan partai politik, bukan politisi, bukan
filosof dan seterusnya.
Selanjutnya setelah terbentuknya negara, warganegeri
berubah status menjadi warganegara yang diakui bangsa lain
sebagai negara, warganegara kemudian menyepakati konstitusi
atau UUD yang menjadi hukum dasar bagaimana negara
dikelola. Filsafat inilah yang menjadi dasar konsep demokrasi,
dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Kedaulatan tertinggi rakyat
diwujudkan melalui kehendak rakyat (hak voting) dalam pemilu
dan referendum rakyat atau referendum nasional. Ini
merupakan hak mutlak yang melekat pada seluruh warganegara.
Kaum cerdik pandai atau intelektual dapat mengusulkan sistim
politik bernegara yang sungguh-sungguh mampu menghasilkan
pemerintahan yang produktif (bukan yang koruptif) untuk
memberikan pemberdayaan kepada seluruh rakyat agar mampu
mendapatkan hak keadilan & kemakmuran bersama.
Seperti yang diuraikan di atas bentukan pemerintah yang
diusulkan adalah paket pemerintahan produktif dan digital 3in1
yang meliputi paket kebutuhan rakyat, paket program kerja
disertai pembiayaan dan UU yang dibutuhkan serta paket tim
kerja pemerintah (presiden, menteri, gubernur, bupati).
Sistim Negara & Globalisasi:
Bilamana pembiayaan penyelenggaraan pemilu serta
biaya pendirian partai dan biaya kampanye seluruhnya
disediakan rakyat melalui APBN, maka dapat diharapkan paket
kebijakan domestik dan kebijakan luarnegeri yang sungguh-
sungguh mencerminkan pemenuhan kebutuhan rakyat
(diharapkan tidak dikorupsi karena tidak dibiayai oleh sang
superkaya). Pemerintah dan kalangan bisnis adalah pelayan
rakyat. Bilamana kebijakan domestik dan luar negeri masing-
masing negara (misalnya negara A, B dan C) didominasi oleh
kepentingan menyejahterakan rakyat, maka kebijakan lembaga-
lembaga multilateral: Federal Reserves, Bank Sentral, IMF,
Bank Dunia, WTO, PBB akan berpihak kepada kepentingan
seluruh warganegara dan warga dunia, tidak dikendalikan oleh
kepentingan segelintir superkaya dunia melalui sponsor-
sponsor.
Sistim bernegara dan interaksi global yang sungguh-
sungguh diperuntukkan untuk kepentingan bersama, dunia
tanpa penghisapan manusia atas manusia, dan tanpa perang,
hanya dimungkinkan bilamana abolutisme dan kedaulatan
tertinggi warganegara dapat diperoleh kembali melalui
mekanisme pemilu dan referendum nasional masing-masing
negara. Untuk itu sosialisasi transformasi sistim bernegara dan
globalisasi sangat tergantung keberhasilan sosialisasi kepada
warganegara dan warga dunia. Era digital lebih memungkinkan
sang superkaya saling berbagi kemampuan, saling tolong untuk
makmur bersama di tengah ancaman perang, kerakusan
manusia, korupsi politik dan ekonomi, populasi dunia yang tak
terkendali serta kerusakan lingkungan dan sebagainya. Era
digital dan jaringannya mempercepat realisasi cita-cita
Sustainable Global Wisdom Society.
Sebagai negarawan dan kepala pemerintahan, seorang
presiden memiliki tanggungjawab tertinggi untuk melindungi
dan memakmurkan semua warga negara, ikut menjaga
perdamaian dunia, olehnya harus berani mengambil tindakan
darurat yang diperlukan untuk melindungi bangsa dan negara
dari ancaman bahaya korupsi dan terpecah-belahnya negara.
Tindakan darurat bisa melalui keputusan presiden atau
referendum nasional yang pasti mendapat dukungan penuh dari
rakyat.
Di luar pengetahuan sejarah manusia, ada banyak
penemuan material dan spiritual, yang belum dapat dijelaskan
oleh pengetahuan kita seperti pada situs: Giza Piramid, Puma
Punku, Machu Pichu, Teotihuacan, Yonagoni, Cuzco,
Sacsayhuaman dan lain sebagainya. Situs megalitik kuno
tersebut dibangun menggunakan teknologi yang mustahil pada
jaman tersebut.
Alam semesta, planet bumi dan spesies yang hidup di
dalamnya, peradaban bangsa dan negara serta kehidupan
manusia, semua mengikuti siklus tertentu. Lahir, bertumbuh,
stabil dan menurun. Kemudian dengan nilai-nilai baru, mampu
meregenerasi ke tingkat yang lebih tinggi. Tata surya, sistem
galaksi Bimasakti sampai sistem alam semesta, kesemuanya
mengikuti rotasi yang sama dan berputar seperti materi atom
dengan neutron mengelilingi proton.
Fenomena alam ini akan selalu mempengaruhi
peradaban manusia dan untuk bertahan hidup. Oleh karena itu,
secara material dan spiritual, manusia ditantang berpikiran
terbuka terhadap penemuan dan ide-ide baru, agar dapat
menjadi lompatan kuantum berikutnya untuk menciptakan
kehidupan dan lingkungan hidup yang lebih baik dan juga
bermanfaat bagi spesies lain di alam semesta.
"Tidak usah saya ulangi disini bahwa demokrasi adalah sekedar
alat, bahwa pemilihan umum sekedar alat, ya, bahwa negara sekalipun
adalah alat- bahwa rakyat sejahteralah tujuan, bahwa masyarakat adil-
dan makmurlah tujuan, bahwa Ibu Pertiwi sajalah tujuan! Bahwa
manusia bahagialah tujuan. Janganlah alat merusak tujuan!.....janganlah
nanti Pemilihan Umum dapat berlangsung tapi bangsa Indonesia
terpecah-belah, terobek- robek dadanya, bahkan hangus terbakar dalam
api saling dengki-saling benci bertahun-tahun lamanya. Bagaimanapun
juga, peliharalah kesatuan bangsa"
-Amanat Presiden Soekarno, 17 Agustus 1955

Anda mungkin juga menyukai