Etiologi Penyakit Hivaids
Etiologi Penyakit Hivaids
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
HIV adalah singkatan dari Human Immunodefisiency Virus yaitu virus yang
menyerang system kekebalan tubuh manusia yang membuat tubuh rentan
terhadap berbagai penyakit.
AIDS merupakan penyakit yang sangat ditakuti karena belum ada yang
mampu disembuhkan. Dengan kata lain, penyakit ini memiliki tingkat kematian
hingga 100%.
Secara morfologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti 9 (core)
dan bagian selubung ( envelop ). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua
untaian RNA ( Ribonucleic Acid ). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis
protein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein ( gp 14 dan gp 120 ).
Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit ( T4 ) yang rentan. Karena bagian
luar virus ( lemak ) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus
sensistif terhadap pengaruh ingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan
mudah dimatikan dengan berbagai desinfektan seperti eter, aseton, alcohol,
iodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi relative resisten terhadap radiasi dan
sinar ultraviolet.
Virus HIV di dalam darah, saliva, air mata dan mudah mati diluar tubuh.
HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak
( siregar, 2008 ).
2.3. Cara Penularan HIV/AIDS
Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu
penyakit yaitu sumber infeksi, velikulum yang membawa agent, host yang rentan,
tempat keluar dan tempat masuk kuman ( portd entre ).
Virus HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel Lymfosit T dan sel
otak sebagai organ sasarannya. Virus HIV sangat lemah dan mudah mati di luar
tubuh. Sebagai velikulum yang dapat membawa virus HIV keluar tubuh dan
menularkan kepada orang lain adalah berbagai cairan tubuh tubuh. Cairan tubuh
yang terbukti menularkan diantaranya semen, cairan vagina atau serviks dan darah
penderita.
Banyak cara diduga menjadi cara penularan virus HIV, namun hingga kini
cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui :
a. Transmisi Seksual
Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun
Heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi.
Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina. Infeksi dapat
ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada pasangan seksnya. Resiko
penularan HIV tergantung pada penelitian pasangan seks, jumlah pasangan
seks dan jenis hubungan seks. Pada penelitian Darrow ( 1985 ) ditemukan
resiko seropositive untuk zat anti terhadap HIV cenderung naik pada
hubungan seksual yang dilakukan pada pasangan tidak tetap. Orang yang
sering berhubungan seksual dengan berganti pasangan merupakan kelompok
manusia berisiko tinggi terinfeksi virus HIV.
1) Homoseksual
2) Heteroseksual
Pada awal infeksi, HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel yang di
infeksinya tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi ( penggandaan ), sehingga
ada kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut, yang lambat
laun akan menghabiskan atau merusak sampai jumlah tertentu dari sel lymfosit
T4. Setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun kemudian, barulah pada
penderita akan terihat gejala klinis sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut.
Masa antara terinfeksinya HIV dengan timbulnya gejala gejala penyakit ( masa
inkubasi ) adalah 6 bulan pada orang dewasa sampai lebih dari 10 tahun, rata
rata 21 bulan pada anak anak dan 60 bulan pada orang dewasa. Masa inkubasi
adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai dengan
menunjukkan gejala gejala AIDS. Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIV
tidak dapat terdeteksi dengan laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular
virus HIV yang dikenal sebagai masa windows period .
Infeksi oleh virus HIV menyebabkan fungsi kekebalan tubuh rusak yang
mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang atau hilang, akibatnya mudah terkena
penyakit penyakit lain seperti penyakit infeksi yang disebabkan bakteri,
protozoa, dan jamur dan juga mudah terkena penyakit kanker seperti sarcoma
Kaposi. HIV mungkin juga secara langsung menginfeksi sel sel syaraf,
menyebabkan kerusakan neurologis ( Faizah A. Siregar, 2008 ).
2.5. Patofisiologi HIV/AIDS
HIV tergolong ke dalam kelompok virus yang dikenal sebagai retrovirus yang
menunjukkan bahwa virus tersebut membawa materi genetiknya dalam asam
ribonukleat ( RNA ) dan bukan dalam deoksiribonukeat ( DNA ). Virion HIV
(partikel virus yang lengkap dibungkus oleh selubung pelindung) mengandung
RNA dalam inti berbentuk peluru yang terpancung di mana p24 merupakan
komponen structural yang utama. Tombol ( knob ) yang menonjol lewat dinding
virus terdiri atas protein gp120 yang terkait pada protein gp41. Bagian yang secara
selektif berikatan dengan sel sel CD4 positif adalah gp120 dari HIV.
Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi
diaktifkan. Aktivasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen, mitogen,
sitogen ( TNF alfa atau interleukin I ) atau produk gen virus seperti : CMV
(cytomegalovirus), virus Epstein Barr, herpes simplek dan hepatitis. Sebagai
akibatnya pada sel T4 yang terinfeksi diaktifkan, replikasi serta pembentukan
tunas HIV akan terjadi dan sel T4 dihancurkan. HIV yang baru ini kemudian
dilepas ke dalam plasma darah dan menginfeksi CD4+ lainnya. Kalau fungsi
limfosit T4 terganggu mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan
penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan sakit
yang serius. Infeksi dan malignansi yang timbul sebagai akibat dari gangguan
system imun dinamakan infeksi oportunistik. ( Brunner & Suddar, 2002 ). Infeksi
monosit dan makrofag berlangsung secara persisten dan tidak mengakibatkan
kematian sel yang bermakna, tetapi sel sel ini menjadi reservoir bagi HIV
sehingga virus tersebut dapat tersembunyi dari system imun dan terangkut ke
seluruh tubuh lewat system ini untuk menginfeksi berbagai jaringan tubuh.
Tabel 2.1
Tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita AIDS umumnya sulit
dibedakan karena bermula dari gejala klinis umum yang didapati pada penderita
penyakit lainnya. Secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut :
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS umumnya meliputi 3 hal yaitu :
a. Manifestasi tumor
1) Sarkoma Kaposi
Kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Penyakit ini sangat
jarang menjadi sebab kematian primer.
2) Limfoma ganas
Timbul setelah terjadi Sarkoma Kaposi dan menyerang saraf serta dapat
bertahan kurang lebih 1 tahun.
b. Manifestasi oportunistik
1) Manifestasi pada paru
a) Pneumoni pneumocystis (PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan
infeksi paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit
bernafas dalam dan demam.
b) Cytomegalovirus (CMV)
Pada manusia 50% virus ini hidup sebagai komensal pada paru-paru
tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan 30%
penyebab kematian pada AIDS.
c) Mycobacterium avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit
disembuhkan.
d) Mycobacterium tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi milier dan cepat
menyebar ke organ lain di luar paru.
2) Manifestasi gastrointestinal
Tidak ada nafsu makan, diare kronis, penurunan berat badan > 10% per
bulan.
c. Manifestasi neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS menunjukkan manifestasi neurologis yang biasanya
timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan saraf yang umum adalah ensefalitis,
meningitis, demensia, mielopati, neuropati perifer.
2.7. Kebijakan dan Upaya Penanggulangan
Tabel 3.1
Karakteristik responden berdasarkan riwayat melakukan
hubungan seksual
No. Hubungan Seks Homoseksual Heteroseksual
1. Ya 50 ( 100,0 % ) 40 ( 70,2 % )
2. Tidak 0 ( 00,0 % ) 17 ( 29,8 % )
Jumlah 50 ( 100 % ) 41 ( 100 % )
Tabel 3.2
Riwayat partner hubungan seks lebih dari satu
No. Partner > 1 Homoseksual Heteroseksual
1. Ya 36 ( 72,0 % ) 13 ( 31,7 % )
2. Tidak 14 ( 28,0 % ) 28 ( 68,3 % )
Jumlah 50 ( 100 % ) 41 ( 100 % )
2
X = 14,716, P = 0,000
Tabel 3.3
Jumlah partner seksual
No. Jumlah Partner Homoseksual Heteroseksual
1. Jumlah partner seks 1 0
minimal
2. Jumlah partner seks 50 10
maksimal
3. Rata rata jumlah partner 67 12
4. Modus jumlah partner 1 1
t = 3,581, P = 0,000, 95 % CI 2,576 8,980
Tabel 3.4
Melakukan seks anal pada saat berhubungan seks
No. Seks Anal Homoseksual Heteroseksual
1. Ya, selalu 3(6%) 3 ( 7,5 % )
2. Ya, sering 3(6%) 0(0%)
3. Ya, kadang kadang 30 ( 60 % ) 7 ( 17,5 % )
4. Tidak pernah 14 ( 28 % ) 30 ( 75 % )
Jumlah 50 ( 100 % ) 40 ( 100 % )
X2 = 22,279, P = 0,000
Pada table 3.4 menunjukkan bahwa dalam hal aktivitas anal seks,
ternyata kelompok laki-laki homoseksual sebagian besar melakukan
aktivitas seks anal, yaitu sebesar 60% meskipun itu kadang kadang.
Pada kelompok laki-laki heteroseksual, sebagian besar tidak pernah
melakukan aktivitas anal seks, yaitu sebesar 75%. Yang menarik adalah
jumlah responden yang menyatakan selalu melakukan aktivitas seks anal
setiap kali berhubungan seksual pada kelompok laki-laki homoseksual
maupun heteroseksual sama besar, yaitu 3 orang, dengan persentase yang
hampir sama, yaitu sekitar 6%. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang bemakna dalam aktivitas seks anal antara kelompok laki-
laki homoseksual dengan kelompok laki-laki heteroseksual (X2 = 22,279,
p = 0,000).
Table 3.5
Pemakaian kondom saat melakukan hubungan seksual
No. Seks Anal Homoseksual Heteroseksual
1. Ya, selalu 6 ( 12,0 % ) 8 ( 20,0 % )
2. Ya, sering 4 ( 8,0 % ) 5 ( 12,5 % )
3. Ya, kadang kadang 25 ( 50,0 % ) 16 ( 40,0 % )
4. Tidak pernah 15 ( 30 % ) 11 ( 27,5 % )
Jumlah 50 ( 100 % ) 40 ( 100 % )
X2 = 1,900, P = 0,593
Tabel 3.6
Riwayat mendapatkan transfuse darah
Tabel 3.7
Riwayat menderita infeksi menular seksual ( IMS )
No. Riwayat IMS Homoseksual Heteroseksual
1. Ya 3 ( 6 %) 3 ( 5,3 % )
2. Tidak 47 (94, % ) 54 ( 94,7, % )
Jumlah 50 ( 100 % ) 57 ( 100 % )
2
X = 0,027, P = 0,869
Tabel 3.9
Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan
No. Jenis Pekerjaan Homoseksual Heteroseksual
1. Mahasiswa 14 ( 28 % ) 28 ( 49,1 % )
2. Swasta 22 ( 44 % ) 17 ( 29,8 % )
3. Wiraswasta 6 ( 12 % ) 2 ( 3,5 % )
4. Pelajar 5 ( 10 % ) 1 ( 1,8 % )
5. Petani 1(2%) 0
6. Buruh 0 5 ( 8,8 % )
7. Pedagang 0 1 ( 1,8 % )
8. Tidak menjawab 1(2%) 3 ( 5, 3 % )
Jumlah 50 ( 100 % ) 57 ( 100 % )
2. Tempat
Lokasi penelitian/kejadian di kota Purwokerto
3. Waktu
Sampai akhir tahun 2006, ditemukan 150 kasus HIV/AIDS dengan
penderita utama adalah heteroseksual dan IDU. Penelitian dilakukan dari
awal bulan Mei sampai awal bulan September 2007.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. HIV adalah singkatan dari Human Immunodefisiency Virus yaitu virus
yang menyerang system kekebaan tubuh manusia yang membuat tubuh
rentan terhadap berbagai penyakit yang bisa disebabkan oleh factor
perilaku seksual dan riwayat penyakit infeksi bakteri atau virus yang
ditularkan melalui hubungan seksual yang pernah diderita responden,
seperti sifilis, condiloma acuminata, dan gonorrhoea.
Acquired Immune Deficiency Syndrome ( AIDS ) adalah suatu
penyakit retrovirus yang disebabkan oleh HIV dan ditandai dengan
immunosupresi berat yang menimbulkan infeksi oportunistik, neoplasma
sekunder dan manifestasi neurologis. ( Vinay Kumar, 2007 ).
2. Penelitian menggunakan rancangan penelitian potong lintang (cross-
sectional study). Populasi penelitian ini adalah semua laki-laki
homoseksual dan laki-laki heteroseksual di Purwokerto yang berusia
minimal 17 tahun. Sampel atau responden untuk kelompok homoseksual
adalah semua laki-laki homoseksual yang diketahui melalui contact person
kelompok gay di kota Purwokert. Kelompok heteroseksual dipilih secara
acak dari teman-teman responden homoseksual yang bersedia menjadi
responden dengan menandatangani informed consent. Dari penelitian yang
dilakukan dari awal bulan Mei sampai awal September 2007 diperoleh 107
responden, 50 laki-laki homoseksual dan 57 laki-laki heteroseksual.
3. Laki-laki homoseksual memiliki risiko tertular HIV/AIDS lebih besar
daripada laki laki heteroseksual, khususnya melalui perilaku seksual
berisiko, yaitu hubungan seks dengan lebih dari satu partner dan seks anal.
4.2. Saran
Mengingat faktor risiko yang lebih besar pada kelompok homoseksual,
sedangkan penemuan kasus pada kelompok ini masih rendah, perlu
dilakukan upaya upaya pencegahan kasus HIV/AIDS pada kelompok ini
secara intensif melalui kelompok kelompok gay yang ada di Purwokerto.
TUGAS PRAKTIKUM EPIDEMOLOGI KESEHATAN B
DOSEN PEMBIMBING :
OLEH :
Tahun 2015
DAFTAR PUSTAKA
http://library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/0910712024/bab2.pdf