Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
pH pada separuh titik ekuivalen dalam titrasi suatu asam monoprotik, secara
sederhana dihubungkan dengan pK. Beberapa asam-basa Bronsted, HA dan A (muatan
dapat diabaikan):
HA H+ + A- (4)
[+][]
K= (5)
[]
Jadi, pada titik ekuivalen, apabila molaritas [A-] sama dengan [HA] pada persamaan (2.2),
maka [H+] sama dengan K. Persamaan ini disebut persamaan Henderson-Hasselbach.
Rumus baru dengan mengambil negatif log dari persamaan diatas dan penyusunan kembali
menghasilkan persamaan berikut ini:
[]
pK = pH = - log [] (6)
Asam poliprotik dengan pKa berturut-turut dapat berbeda tajam, berbagai kelas proton
yang dititrasi secara terpisah dan hal tersebut berlaku sama yaitu pH separuh volume
ekuivalen merupakan perkiraan baik untuk pK1, pH pada tiga perdua dari ekuivalen
pertama merupakan perkiraan baik untuk pK2 dan seterusnya (Tim Kimia Fisik, 2017).
Nilai pK untuk asam poliprotik tidak cukup baik dipisahkan karena lebih dari satu
reaksi kesetimbangan harus dianggap pada setiap titik selama proses titrasi. Proses titrasi
akan ada beberapa pasang asam-basa Bronsted pada konsentrasi yang sesuai dan terlihat
sama. Hal tersebut masih mempertahankan keabsahan beberapa titik dalam titrasi, dimana
satu pasangan konjugat akan mendominasi. pK2 dan pK3 tidak dapat terpisah baik pada
kasus sistein, karena perkiraan awal nilai yang diperoleh baik dari kurva titrasi pada tiga
atau lima paruh dari volume ekuivalen awal asam karboksilat. Hal tersebut dapat
menunjukkan bahwa pK1 adalah yang baik, karena berada pada pH setengah dari volume
ekuivalen (Petrucci, 1987).
Titrasi asam basa adalah penambahan secara hati-hati sejumlah larutan basa dengan
konsentrasi yang diketahui ke dalam larutan asam dengan konsentrasi yang tidak diketahui
(atau penambahan asam ke basa) untuk mencapai titik akhir. Titik akhir ditandai dengan
perubahan warna indikator atau kenaikan atau penurunan pH secara tiba-tiba, walaupun pH
campuran reaksi berubah secara kontinu selama proses titrasi asam-basa. Grafik pH lawan
volum dari larutan titrasi V disebut kurva titrasi. Bentuk dari kurva titrasi bergantung
bergantung pada nilai Ka dan konsentrasi asam dan basa yang bereaksi. Konsep
kesetimbangan asam-basa dapat dipakai untuk mencari bentuk yang tepat dari kurva titrasi
bila semua besaran ini diketahui. Konsep yang sama juga dapat digunakan untuk
menghitung Ka dan konsentrasi yang tidak diketahui berdasarkan kurva titrasi dari
percobaan. Titik dalam titrasi dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah
asam yang adalah adalah titik ekuivalen. Volume basa yang ditambahkan sampai dengan
titik akhir disebut volume ekuivalen. Titik ekuivalen dalam titrasi asam kuat dengan basa
kuat konsentrasi OH dan 3 + harus sama dan pH sama dengan 7 dikarenakan oleh
autoionisasi air. Suatu garam semata-mata tidak terhidrolisis pada titik ini. Nilai pH akan
sebesar 7 pada titik ekuivalen hanya dalam titrasi asam kuat dengan basa kuat (atau
sebaliknya). Nilai pH pada titik ekuivalen tidak akan sebesar 7 jika asam lemah atau basa
lemah ikut serta dalam titrasi tersebut (Oxtoby, 2001).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
Asam Asetat
Hasil
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Proses titrasi yang dilakukan dengan menggunakan botol infus yang disertai dengan
infusion set dan digantung pada klem dan statif. Proses titrasi dengan menggunakan botol
infus pada percobaan yang dilakukan berbeda dengan titrasi yang menggunakan buret.
Proses titrasi penentuan konstanta ionisasi pada percobaan ini diperlukan penambahan
titran secara konstan agar volum ekuivalen yang diperoleh lebih akurat. Botol infus
dilengkapi dengan infusion set yang terdiri dari regulator. Regulator dalam infusion set
berfungsi untuk mengatur tetesan cairan dari botol infus dan dapat menghasilkan tetesan
dengan volume yang sama. Infus digunakan pada percobaan ini agar penambahan titran
terjadi secara konstan dan diketahui volum ekuivalen untuk mencari nilai Ka asam. Botol
infus yang digunakan harus digantung pada statif dan klem agar cairan dalam botol infus
dapat menetes secara konstan pada larutan yang akan dititrasi, apabila botol infus tidak
digantung maka larutan dalam botol infus tidak dapat menetes sehingga akan berhenti dan
menyumbat. Pengadukan pada larutan setelah ditetesi titran menggunakan magnetic stirrer
yang dilengkapi dengan anakan stirrer dalam gelas beaker berisi larutan yang dititrasi.
Magnetic stirer digunakan dengan tujuan agar larutan apat bercampur secara homogen
pada setiap penambahan titran di segala permukaan larutan dan hasil dari nilai pH yang
dibaca oleh elektroda dapat lebih akurat dan presisi.
Prosedur kerja yang harus dilakukan dalam percobaan ini adalah dua, yaitu
penentuan pKa suatu asam X dan titrasi asam fosfat. Asam X yang digunakan adalah asam
asetat 0,1 M. Asam asetat tergolong dalam asam monoprotik yang bersifat lemah dan asam
fosfat merupakan asam poliprotik lemah.Asam asetat (asam monoprotik) adalah asam yang
terdisosiasi dengan melepaskan satu proton pada setiap molekulnya. Reaksi disosiasi asam
asetat dapat dituliskan sebagai berikut :
CH3COOH(aq) + H2O(l) H3O+(aq) + CH3COO-(aq)
Konstanta disosiasi (Ka) dari asam tersebut dapatditentukan dengan persamaan sebagai
berikut:
[3 + ][CH3 ]
=
[3 ]
Asam asetat hanya memiliki satu nilai Ka, karena dalam ionisasinya asam asetat
hanya menghasilkan satu proton yang didalam air air akan membentuk ion hidronium
(H3O+). Penentuan nilai pKa dapat ditentkan dengan asam asetat 0,1 M dititrasi dengan
larutan NaOH 0,1 M.Asam asetat sebanyak 25 ml dipipet dan dimasukkan kedalam gelas
beaker yang ditambahkan dengan anakan stirrer sebagai pengaduk. Elektroda pH
dicelupkan dalam larutan asam asetat yang telah dihubungkan dengan komputer. Elektroda
pH tidak boleh menyentuh anakan stirer yang berada pada gelas beaker, karena jika
tersentuh maka elektodanya akan pecah. Elektroda pH digunakan untuk menentukan titik
ekivalen larutan yang dititrasi. Aplikasi labview adalah aplikasi yang digunakan untuk
mendeteksi nilai ph. Aplikasi labview tersebut diinstal pada komputer, sehingga komputer
yang terhubung dusah dilengkapi dengan aplikasi tersebut. Nilai ph asam asetat setiap
penambahan titran berupa NaOH dapat diketahui dalam komputer. Aplikasi labview adalah
sebuah software pemrograman seperti bahasa pemrograman lainnya yaitu C++, matlab atau
visual Basic. Labview juga mempunyai fungsi dan peranan yang sama, perbedaannya, yaitu
labview menggunakan bahasa pemrograman berbasis grafis atau block diagram sementara
bahasa pemrograman lainnya menggunakan basis text. Aplikasi dapat dimulai pada saat
pertama kali penambahan larutan NaOH. Data perubahan ph pada setiap penambahan
larutan NaOH dapat diketahui ditampilkan secara rinci, sehingga aplikasi ini sangat
bermanfaat dan memudahkan dalam penentuan nilai pH serta pembuatan kurva titrasi
volum NaOH yang dibutuhkan lawan pH.Titik ekuivalen dapat ditentukan dan terlihat
dngan adanya kurva tersebut.Titik ekuivalen adalah titik dimana jumlah mol asam sama
dengan jumlah mol basa yang ditambahkan begitu juga sebaliknya. Titik ekuivalen dapat
ditunjukkan saat pH larutan mencapai konstan atau perubahan pH relatif kecil. Aplikasi
dapat dihentikan saat pH dari asam asetat pada komputer konstan dan tetesan larutan
NaOH juga dihentikan.
Hasil pembacaan pH dan volume NaOH yang ditambahkan dapat diplotkan pada
grafik sehingga diperoleh kurva berikut ini pada penentuan pKa asam asetat pengulangan
pertama.
5,000 Series1
Linear (Series1)
0
0 200 400 600 800
Volume NaOH
Titik ekuivalen dari titrasi asam asetat dengan NaOH dapat diketahui melalui kurva diatas.
Penambahan larutan basa (NaOH) menikkan pH larutan mula-mula secara perlahan. Kurva
saat mencapai titik ekuivalen memiliki bentuk yang hampir lurus (vertikal). Peninggakatan
nilai pH secara tajam saat mendekati titik ekuivalen, dan akan meningkat perlahan setelah
melewati titik ekuivalen dan titrasi dihentikan saat peningkatan pH sudah konstan. Titik
ekuivalen berada pada daerah sekitar pH 7-11. Nilai pH pada titik ekuivalen diperoleh
dengan asumsi bahwa pH pada volume separuh volume titik ekuivalen. Berdasarkan grafik
tersebut volume ekuivalen berada pada 556 ml, sehingga ph pada titik ekuivalennya adalah
pada volume separuh ekuivalen yaitu 278 ml. pH yang terbentuk adalah 2,812. Volume
dari setengah ekuivalen tersebut digunakan karena pada titi tersebut HA dan A memiliki
konsentrasi sama, sehingga nilai ph dan pKa sama. Hal ini sesuai dengan persamaan
Henderson-Haselbach. Nilai Ka asam asetat dari grafik yang digambarkan adalah 1,54 x
10-3. Prosedur penentuan pKa asam asetat dilakukan secara duplo yang bertujuan untuk
mengetahui presisi pengukuran pKa dan untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi.
Prosedur pada pengulangan kedua dilakukan sama dengan prosedur penentuan pKa
asam asetat pada pengulangan pertama. pH dan volume NaOH yang diperoleh dari aplikasi
labview pada komputer diplotkan pada sebuah kurva seperti berikut ini
Kurva titrasi asam asetat pengulangan kedua
14,000
12,000
y = 26.874x + 1588.4
10,000 R = 0.743
8,000
pH
6,000 Series1
4,000 Linear (Series1)
2,000
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Volume NaOH
Berdasarkan grafik asam asetat pada pengulangan kedua dapat diketahu titik ekuivalen
berada daerah pH sekitar pH 6 11 sama dengan pengulangan pertama. Volume ekuivalen
berada pada volume 256 dan pH pada titik ekuivalen berada pada setengah volume
ekuivalen yaitu 128 dengan nilai pH 2,906. pH pada titik ekuivalen yang diperoleh pada
pengulangan kedua tidak jauh beda dengan pH ekuivalen pada pengulangan pertama yang
menunjukkan tingkat presisi cukup tinggi. Nilai pH dan pKa yang sama sesuai dengan
persamaan Henderson-Hasselbach dapat diketahui nilai Ka asam asetat pada pengulangan
kedua yaitu sebesar 1,24 x 10-3. Nilai Ka asam asetat pengulangan pertama tidak jauh beda
dengan Ka asam asetat pada pengulangan kedua. Rata-rata nilai Ka pada asam asetat pada
dua kali pengulangan adalah 1,39 x 10-3. Nilai konstanta disosiasi (Ka) asam asetat
berdasarkan literatur yaitu sebesar 1,8 x 10-5. Nilai Ka yang diperoleh pada percobaan
berbeda dengan nilai Ka asam asetat berdasarkan literatur sehingga nilai Ka asam asetat
yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena laju
penetesan NaOH yang terlalu cepat sehingga penambahan tiap tetes NaOH yang terbaca
kurang maksimal pada aplikasi labview. Reaksi titrasi asam asetat dengan NaOH yaitu
sebagai berikut
Penambahan NaOH ke dalam asam asetat mengahasilkan garam natrium asetat dan air.
Kedua grafik tersebut menunjukkan pH asam asetat mula-mula sekitar tiga akan terus
menerus naik selama titrasi berlangsung. Hal ini dikarenakan semakin banyak NaOH yang
ditambahkan, semakin banyak ion OH dari NaOH yang bereaksi dengan ion H+
membentuk air sehingga jumlah ion H+ yang berada dalam larutan semakin sedikit. Ion
H+yang dihasilkan semakin sedikit akan mengakibatkan pH larutan semakin besar.
Prosedur kedua yaitu titrasi asam fosfat dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 M.
Asam fosfat merupakan asam poliprotik kaerna termasuk asam yang dapat melepaskan
lebih dari satu proton per molekulnya saat mengalami disosiasi sehingga memiliki nilai Ka
lebih dari satu. Reaksi penguraian atau disosiasi asam fosfat dan rumus tetapan
kesetimbangannya adalah sebagai berikut:
[3 + ][2 4 ]
1 = = 7,5 103
[3 4 ]
[3 + ][42 ]
2 = = 6,2 108
[2 4 ]
[3 + ][43 ]
3 = = 4,8 1013
[42 ]
Nilai Ka dari asam fosfat memiliki korelasi,yaitu nilai Ka3 selalu lebih kecil dari Ka2 dan
Ka2 selalu lebih kecil dari Ka1, secara singkat dapat dituliskan bahwa 3 < 2 < 1 .
Teknik titrasi yang digunakan pada titrasi asam fosfat sama dengan titrasi pada
asam asetat. Larutan asam fosfat 0,1 M yang telah dicelupkan dengan elektroda pH dititrasi
dengan larutan NaOH 0,1 M hingga pH larutan menjadi konstan pada aplikasi komputer.
Reaksi yang terjadi antara asam fosfat dengan NaOH sesuai dengan pelepasan protonyaitu
:
6,000
Series1
pH
4,000
Linear (Series1)
2,000
0
-2,000 0 200 400 600 800 1000 1200
Volume NaOH
Berdasarkan kurva titrasi asam fosfat tersebut dapat diketahui patahan kurva terdapat 2
bagian yaitu di sekitar pH 3-5 dan juga pH 8-10. Patahan atau lekukan kurva titrasi asam
fosfat ada dua dikarenakan oleh asam fosfat dapat melepaskan maksimal tiga proton
sehingga akan mempunyai Ka1,Ka2, dan Ka3. Kurva titrasi asam poliprotik dengan asam
monoprotik mempunyai perbedaan berupa jumlah patahannya. Asam monoprotik
menghasiilkan satu patahan, sedangkan asam poliprotik meghasilkan dua patahan dalam
kurvanya. Hal tersebut sesuai dengan jumlah proton yang dilepaskan dari masing-masing
asam ketika terjadi titrasi dengan larutan basa. Percobaan kali ini hanya menghitung Ka1
dan Ka2 sehingga kurva titrasi dihentikan sampai terbentuk 2 lekukan saja. Berdasarkan
kurva titrasi tersebut dapat ditentukan titik ekuivalen sebanyak dua titikpada setiap
pelonjakan nilai pH. Volume ekuivalen pertama pada volume NaOH 516 sehingga pH
pada titik ekuivalen berada pada setengah volume NaOH sebesar 258 dengan nilai pH
1,522. Nilai pH yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan nilai Ka melalui
persamaan Henderson-Hasselbach yaitu sebesar3 x 10-2 untuk Ka1asam fosfat. Volume
ekuivalen pertama pada titrasi digunakan untuk menentukan pH pada titik ekuivalen kedua
sehingga pH berada pada 1/2 volume ekuivalen kedua sebesar 486 dengan nilai pH 1,582.
Nilai Ka2asam fosfat yang diperoleh yaitu = 2,6 x 10-2. Nilai Ka1dan Ka2 asam fosfat pada
literatur yaitu 7,5 x 10-3 dan 6,2 x 10-8. Menurut nilai Ka asam fosfat dari literatur, nilai
Ka1dan Ka2 pengulangan pertama kurang sesuai dengan literatur. Hal tersebut mungkin
dikarenakan kurang tepatnya penentuan titik ekuivalen kurva titrasi sehingga nilai Ka
sedikit menyimpang. Kesalahan lain mungkin dikarenakan botol infus terlebih dahulu diisi
NaOH dengan rentang waktu cukup lama diletakkan dalam gelas beaker sehingga NaOH
yang bersifat higroskopis mempengaruhi nilai pH yang diperoleh saat titrasi.
Titrasi asam fosfat dilakukan secara duplo agar diperoleh data yang lebih akurat dan
presisi. Pengulangan kedua titrasi asam fosfat dilakukan dengan prosedur yang sama
dengan pengulangan pertama sehingga diperoleh kurva titrasi sebagai berikut
5,000
Linear (Series1)
0
0 200 400 600 800
-5,000
Volume NaOH
Berdasarkan kurva titrasi asam fosfat pada pengulangan kedua diperoleh 2 patahan juga
pada pH sekitar 3-5 dan pH 8-10. Volume ekuivalen pertama pada volume NaOH 316
sehingga pH pada titik ekuivalen berada pada setengah volume NaOH sebesar 158 dengan
nilai pH 1,652. Nilai pH yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan nilai Ka
melalui persamaan Henderson-Hasselbach yaitu sebesar 2,2 x 10-2 untuk Ka1asam fosfat.
Volume ekuivalen pertama pada titrasi digunakan untuk menentukan pH pada titik
ekuivalen kedua sehingga pH berada pada 1/2 volume ekuivalen kedua sebesar 317 dengan
nilai pH 1,597. Nilai Ka2asam fosfat yang diperoleh yaitu 2,5 x 10-2. Nilai Ka1dan Ka2
asam fosfat pada literatur yaitu 7,5 x 10-3 dan 6,2 x 10-8. Menurut nilai Ka asam fosfat dari
literatur, nilai Ka1dan Ka2 pengulangan kedua kurang sesuai dengan literatur. Hal tersebut
mungkin dikarenakan kurang tepatnya penentuan titik ekuivalen dan pH kurva titrasi
sehingga nilai Ka sedikit menyimpang. Kesalahan lain mungkin dikarenakan botol infus
terlebih dahulu diisi NaOH dengan rentang waktu cukup lama diletakkan dalam gelas
beaker sehingga NaOH yang bersifat higroskopis mempengaruhi nilai pH yang diperoleh
saat titrasi. Hasil yang tidak sesuai tersebut bisa juga disebabkan karena larutan yang
kurang homogen akibat anak stirrer yang kurang stabil dalam menghomogenkan larutan.
Rata-rata nilai Ka1 dar percobaan yang dilakukan sebesar 2,6 x 10-2, sedangkan nilai Ka2
rata-rata sebesar 2,55 x 10-2. Berdasarkan rata-rata dari Ka1 dan Ka2 yang diperoleh, Ka1
nilai nya lebih kecil daripada Ka2. Hal tersebut tidak sesuai dengan literatur yang ada. Nilai
Ka2 memiliki nilai yang lebih kecil daripada nilai Ka1. Hal ini dikarenakan hilangnya
proton dalam ionisasi pertama yang menyebabkan proton kedua akan terikat lebih kuat,
sehingga menebabkan semakin sulit untuk dilepaskan. Tetapan kesetimbangannya akan
bernilai lebih kecil. Proton (ion hidrogen) dalam air tidak dapat berdiri sendiri, maka akan
membentuk ion hidronium (H3O+).
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai analisis dan penentuan
konstanta disosiasi asam dengan titrasi pH yang dikontrol dengan komputer dapat diambil
kesimpulan bahwa nilai Ka rata-rata asam asetat pada pengulangan pertama dan
pengulangan kedua sebesar 1,39 x 10-3. Nilai Ka1 dan Ka2 asam fosfat pada pengulangan
pertama sebesar 3 x 10-2 dan 2,6 x 10-2. Nilai Ka1 dan Ka2 asam fosfat pada pengulangan
kedua yaitu 2,2 x 10-2 dan 2,5 x 10-2. Nilai Ka1 dari pengulangan pertama dan kedua
didapatkan rata-rata sebesar 2,6 x 10-2, sedangkan nilai Ka2 rata-rata sebesar 2,55 x 10-2.
5.2 Saran
Praktikkan harus memahami prosedur yang akan dilakukan pada percobaan yang
dilakukan. Teknik laboratorium harus dikuasai pada setiap praktikkan untuk meminimalisir
kecelakaan dalam laboratorium. Pembacaan kurva untuk menentukan titik ekuivalen harus
dilakukan dengan teliti agar hasil yang didapatkan maksimal dan mendekati nilai pada
literatur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Day dan Underwood A.L. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: PT. Gramedia.
Hendayana, S. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: Semarang Press.
Khopkar. S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Marks, Dawn B., dkk. 1996. Biokimia Kedokteran Dasar. Sebuah Pendekatan Klinis.
Jakarta:EGC
Petrucci, R. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro Edisi II.
Jakarta: Kalman Media Pustaka.
1) Asam Asetat-1
6,000 Series1
4,000 Linear (Series1)
2,000
0
0 200 400 600 800
Volume NaOH
6,000 Series1
4,000 Linear (Series1)
2,000
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Volume NaOH
6,000
Series1
pH
4,000
Linear (Series1)
2,000
0
0 200 400 600 800 1000 1200
-2,000
Volume NaOH
4,000
Linear (Series1)
2,000
0
0 200 400 600 800
-2,000
Volume NaOH