Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abdominal pain (nyeri abdomen) merupakan sensasi subjektif tidak


menyenangkan yang terasa di setiap regio abdomen (Pierce A. Grace & Neil R.
Borley, 2007).
Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari semua kunjungan
gawat darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat (Graff LG,
Robinson D, 2001). Studi lain menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang
datang ke instalasi gawat darurat mengeluh nyeri perut (Cordell WH et all,
2002). Diagnosis bervariasi sesuai untuk kelompok usia, yaitu anak dan
geriatri. Sebagai contoh nyeri perut pada anak-anak lebih sering disebabkan
oleh apendisitis, sedangkan penyakit empedu, usus diverticulitis, dan infark
usus lebih umum terjadi pada bayi (Graff LG, Robinson D, 2001).
Istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan keadaan klinis
akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan
nyeri sebagai keluhan utama.Gawat abdomen memerlukan penanggulangan
segera yang sering berupa tindak bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi,
atau perdarahan masif di rongga perut maupun disaluran cerna.Infeksi,
obstruksi, atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi yang
mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga
terjadilah peritonitis (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering
terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya
apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal), ruptur saluran cerna,
komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen (Arief
dkk, 2000).
Keputusan untuk melakukan tindak bedah harus segera diambil karena
setiap keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat
meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis dan
penanggulangannya tergantung pada kemampuan melakukan analisis melalui

1
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.Pengetahuan
anatomi dan fatal perut beserta isinya sangat penting untuk menyingkirkan satu
demi satu dari kemungkinan penyebab nyeri perut akut(Sjamsuhidajat dkk,
2010).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah anatomi dan fisiologi abdomen ?

2. Apakah yang dimaksud dengan nyeri abdomen ?

3. Apakah etiologi dari nyeri abdomen ?

4. Bagaimana patofisiologi nyeri abdomen ?

5. Apa saja manifestasi klinis nyeri abdomen ?

6. Apa saja pemeriksaan penunjang nyeri abdomen ?

7. Bagaimanakah penatalaksanaan nyeri abdomen ?

8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari nyeri abdomen ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimanakah anatomi dan fisiologi abdomen.

2. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan nyeri abdomen.

3. Untuk mengetahui apakah etiologi dari nyeri abdomen.

4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi nyeri abdomen.

5. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis nyeri abdomen.

6. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang nyeri abdomen.

7. Untuk mengetahui bagaimanakah penatalaksanaan nyeri abdomen.

2
8. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan dari nyeri
abdomen.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi abdomen

Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan


meluas dari atas diafragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen
dilukiskan menjadi dua bagian abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga
sebelah atas dan yang lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dab
kecil.
Batasan batasan abdomen. Di atas, diafragma, Di bawah, pintu
masuk panggul dari panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot otot
abdominal, tulang tulang illiaka dan iga iga sebelah bawah. Di belakang,
tulang punggung, dan otot psoas dan quadratrus lumborum.
Isi Abdomen. Sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung,
usus halus, dan usus besar. Hati menempati bagian atas, terletak di bawah
diafragma, dan menutupi lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung
empedu terletak dibawah hati. Pankreas terletak dibelakang lambung, dan
limpa terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada

4
diatas dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melalui abdomen dari
ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dan
sebagaian dari saluran torasika terletak didalam abdomen.
Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan lemak
juga dijumpai dalam rongga ini.
Seperti nyeri pada region yang lainnya, nyeri abdomen muncul dengan
berbagai cara dan mempunyai banyak penyebab yang berbeda. Kita harus
menentukan letaknya, radiasi, keparahan, karakter, frekuensi, durasi, faktor
pemicu dan yang mengurangi gejala dan gejala lain yang berhubungan.

Letak / lokasi
Seperti kebanyakan organ, nyeri pada abdomen tidak dapat dirasakan
secara langsung, nyeri dipancarkan n(dialihkan) kedinding abdomen sesuai
dengan asal embriologi organ tersebut. (nyeri viseral)
Nyeri visceral dimediasi terutama oleh serat aferen C pada dinding
lumen organ visceral dan pada kapsul solid organ. Tidak seperti nyeri kutaneus
nyeri visceral dielisitasi oleh distensi, inflamasi atau iskemik yang merangsang
reseptor neuron atau keterlibatan langsung saraf sensoris ( infiltrasi keganasan)
Minta pasien untuk menunjukkan lokasi nyeri. Mereka akan kesusahan yang
mengindikasikan bahwa area nyeri yang luas. Dalam keadaan ini minta pasien
untuk menggunakan satu jari dan tunjuk daerah dengan intensitas nyeri yang
maksimum.Lokasi nyeri perut dan asal embriologinya, yaitu :
- Epigastrik : Foregut (lambung, duodenum, hati, pancreas, empedu)
- Periumbilikal : Midgut ( usus halus dan usus besar termasuk apendiks)
- Suprapubik : Hindgut ( rectum dan organ urogenital)

Nyeri yang sangat terlokalisasi dapat berasal dari peritoneum


parietal(nyeri somatik). Nyeri parietal di mediasi oleh serat saraf delta C dan
A, yang bertanggung jawab atas tranmisi nyeri yang sangat akut, tajam, sensasi
nyeri yang lebih terlokalisir. Iritasi langsung inervasi somatic peritoneum
parietal (khususnya bagian atas dan anterior) oleh pus, urine atau secret
gastrointestinal mengarahkan ke keadaan nyeri yang sangat terlokalisir.

5
Contoh : apendiksitis dapat berawal sebagai nyeri umbilical (referred pain) lalu
berpindah ke fossa iliaka kanan sejalan dengan penyebaran inflamasi ke
peritoneum yang menutupi apendik.

B. Pengertian nyeri abdomen

Menurut InternationalAssociation for Study of Pain (IASP), nyeri adalah


sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan.
Nyeri adalah suatu keadaan individu mengalami dan melaporkan adanya
rasa tidak nyaman yang berat atau perasaan tidak menyenangkan. (Lynda Juall,
1998).
Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang
tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi
kerusakan. (Potter & Perry, 2005)`
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan
yang terasa disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006).
Nyeri akut abdomen atau akut abdomen adalah suatu kegawatan abdomen
dapat terjadi karena masalah bedah atau non bedah. Secara definisi pasien
akut abdomen datang dengan keluhan nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba
dan berlangsung kurang dari 24 jam. Pada beberapa pasien dengan akut
abdomen perlu dilakukan resusitasi dan tindakan segera maka pasien dengan
nyeri abdomen yang berlangsung akut harus ditangani segera. Identifikasi
awal yang penting adalah apakah kasus yang di hadapi ini suatu kasus bedah
atau non bedah, jika kasus bedah maka tindakan operasi harus segera
dilakukan. Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan
nyeri dengan onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain)
adalah persepsi nyeri pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal
nyeri.

6
Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri
perut. Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen
atau di luar abdomen seperti organ-organ di rongga toraks.Ada dua jenis nyeri
perut, yaitu nyeri viseral dan nyeri somatik
1. Nyeri viseral
Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang
meliputi organ intraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom.
Peritoneum viseral tidak sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau
radang. Kita dapat melakukan sayatan atau jahitan pada usus tanpa
dirasakan oleh pasien, akan tetapi bila dilakukan tarikan, regangan atau
kontraksi yang berlebihan dari otot (spasme) akan memberi rasa nyeri
yang tumpul disertai rasa sakit.
Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat lokalisasi nyeri,
digambarkan pada daerah yang luas dengan memakai seluruh telapak
tangan. Karena nyeri ini tidak pengaruhi oleh gerakan, pasien biasanya
bergerak aktif tanpa menyebabkan bertambahnya rasa nyeri.
Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur
dalam rongga perut, misalnya cedera atau radang. Peritoneum viserale
yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan
tidak peka terhadap perabaan, atau pemotongan. Dengan demikian
sayatan atau penjahitan pada usus dapat dilakukan tanpa rasa nyeri pada
pasien. Akan tetapi bila dilakukan penarikan atau peregangan organ atau
terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot sehingga menimbulkan
iskemik, misalnya pada kolik atau radang pada appendisitis maka akan
timbul nyeri. Pasien yang mengalami nyeri viseral biasanya tidak dapat
menunjukkan secara tepat letak nyeri sehingga biasanya ia menggunakan
seluruh telapak tangannya untuk menunjuk daerah yang nyeri. Nyeri
viseral kadang disebut juga nyeri sentral (Sjamsuhidajat et all,2004).
Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan
embrional organ yang terlibat. Saluran cerna berasal dari foregut yaitu
lambung, duodenum, sistem hepatobilier dan pankreas yang
menyebabkan nyeri di ulu hati atau epigastrium. Bagian saluran cerna

7
yang berasal dari midgut yaitu usus halus usus besar sampai pertengahan
kolon transversum yang menyebabkan nyeri di sekitar umbilikus. Bagian
saluran cerna yang lainnya adalah hindgut yaitu pertengahan kolon
transversum sampai dengan kolon sigmoid yang menimbulkan nyeri pada
bagian perut bawah. Jika tidak disertai dengan rangsangan peritoneum
nyeri tidak dipengaruhi oleh gerakan sehingga penderita biasanya dapat
aktif bergerak(Sjamsuhidajat , dkk., 2004).
2. Nyeri somatik
Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi
oleh saraf tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti
ditusuk-tusuk atau disayat dengan pisau yang dapat ditunjukkan secara
tepat oleh pasien dengan menunjukkannya memakai jari. Rangsanagn
dapat berupa rabaan, tekanan, perubahan suhu, kimiawi atau proses
peradangan.
Pergeseran antara organ viseral yang meradang dengan peritoneum
parietal akan menimbulkan rangsangan yang menyebabkan rasa nyeri.
Baik akibat peradangannya sendiri maupun gesekan antara kedua
peritoneum dapat menyebabkan rasa nyeri atau perubahan intensitas rasa
nyeri. Keadaan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pasien dengan
apendisitis akut. Setiap gerakan dari pasien juga akan menambah rasa
nyeri, baik itu berupa gerakan tubuh maupun gerakan pernafasan yang
dalam atau batuk. Hal inilah yng menerangkan mengapa pasien dengan
abdomen akut biasanya berusaha untuk tidak bergerak, bernafas dangkal
dan menahan batuk.
Lokalisasi nyeri, sifat nyeri serta hubungannya dengan gejala lain
memungkinkan kita dapat lebih mendekati diagnosis kemungkinan.Nyeri
somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf tepi,
misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding
perut. Nyeri dirasakan seperti disayat atau ditusuk, dan pasien dapat
menunjuk dengan tepat dengan jari lokasi nyeri. Rangsang yang
menimbulkan nyeri dapat berupa tekanan, rangsang kimiawi atau proses
radang (Sjamsuhidajat dkk., 2004).

8
Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsang
peritoneum dan dapat menimbulkan nyeri. Perdangannya sendiri maupun
gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan perubahan
intensitas nyeri. Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral
pada appendisitis akut. Setiap gerakan penderita, baik gerakan tubuh
maupun gerakan nafas yang dalam atau batuk, juga akan menambah
intensitas nyeri sehingga penderita pada akut abdomen berusaha untuk
tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk (Sjamsuhidajat, dkk.,
2004, yang dikutip oleh Smeltzer, Suzanne C).

Sifat rasa nyeri


Rasa nyeri yang timbul pada pasien dengan abdomen akut dapat
berupa nyeri yang terus-menerus atau nyeri yang bersifat kolik.
Rangsangan pada peritoneum parieale dapa disebabkan ole kimiawi atau
bakteri (reaksi inflamasi) , nyeri yang sering timbul adalah nyeri
somatikdapat lokal dapat pula merata pada seluruh bagian perut
tergantung luasnya rangsangan pada peritoneum. Karena rangsangan
tersebut berlangsung terus pada peritoneum rasa nyeri dirasakan
terus-menerus. Nyeri yang brsifat kolik adalah nyeri viseral akibat spasme
otot polos viseral. Karena kontraksi ini terjadi secaraintermiten maka
nyeri dirasakan hilang timbul.
Nyeri kolik biasanya disebabkan hambatan pada pasase dari organ
yang berongga. Obstruksi usus, batu ureter, peningkatan tekanan
intraluminer / fase awal dari gangguan vaskularisasi usus akan beupa
nyeri bersifat kolik.

Intensitas nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri


dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda.
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah

9
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun,
pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti
tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
1) skala intensitas nyeri deskritif
2) Skala identitas nyeri numerik
3) Skala analog visual
4) Skala nyeri menurut bourbanis
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul.

Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri


yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale,
VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata
pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.
Pendeskripsi ini diranking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang
tidak tertahankan. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan
meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan.
Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan
dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini
memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan

10
nyeri. Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien
menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi
terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka
direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR, 1992).
Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel
subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri
yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala
ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan
nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih
sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari
pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter, 2005).

C. Etiologi

Kegawatan abdomen yang datang kerumah sakit bisa berupa kegawatan


bedah atau kegawatan non bedah. Kegawatan non bedah antara lain
pankreatitis akut, ileus, paralitik, kolik abdomen. Kegawatan yang disebabkan
oleh bedah antara lain peritonitis umum akibat suatu proses dari luar maupun
dalam abdomen. Proses dari luar misalnya karena suatu trauma, sedang proses
dari dalam misal karena apendisitis perforasi.
Penyebab tersering dari akut abdomen antara lain appendisitis,
Appendiksitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau
penyumbatan akibat : Hiperplasia dari folikel limfoid, Adanya fekalit dalam
lumen appendiks, Tumor appendiks, Adanya benda asing seperti cacing
askariasis. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica.
Kolik bilier, kolisistitis, diverkulitis, obstruksi usus, perforasi viskus,
pankreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis mesentrika dan kolik renal.
Sedangkan yang jarang menyebabkan abdomen akut antara lain : nekrosis
hepatoma, infark klien, pneumonia, infark miokard, ketoasidosis diabetikum,

11
inflamasi enurisma, volvulus sigmoid, caecum atau lambung dan Herpes
zoster.
Dilihat dari sudut nyeri abdomen, nyeri abdomen dapat terjadi karena
rangsangan viseral, rangsangan somatik dan akibat peristaltik. Pada
anamnesis perlu dievaluasi mengenai nyeri yang disampaikan pasien tersebut
apakah nyeri yang disampaikan terlokalisir, atau sukar ditentukan lokasinya.
Kemudian adanya referred pain juga membantu untuk mengetahui asal nyeri
tersebut. Adanya nyeri tekan pada pemeriksaan fisik seseorang juga
menunjukan bentuk nyeri tersebut. Nyeri tekan biasanya berasal dari nyeri
yang melibatkan serosa. Nyeri ini dapat terjadi akibat infeksi yang kontiyu
(terus menerus) serta ulkus lanjut. Nyeri somatik biasanya nyerinya
terkolalisasi.
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran
pencernaan atau diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a. ulkus yang mengalami perforasi
b. irritable bowel syndrome
c. apendisitis
d. pankreasitis
e. batu empedu.

Beberapa kelainan tersebut bersifat relative ringan ; yang lain mungkin


bisa berakibat fatal.Berikut adalah daftar beberapa kondisi yang mendasari
akut abdomen yang sering terlihat dalam komunitas (Kavanagh, 2004) :
1. Acute cholecystitis.
2. Acute appendicitis atau Meckels diverticulitis.
3. Acute pancreatitis.
4. Ectopic pregnancy.
5. Diverticulitis.
6. Peptic ulcer disease.
7. Pelvic inflammatory disease.
8. Intestinal obstruction, including paralytic ileus (adynamic obstruction).
9. Gastroenteritis.

12
10. Acute intestinal ischaemia/infarction or vasculitis.
11. Gastrointestinal (GI) haemorrhage.
12. Renal colic or renal tract pain.
13. Acute urinary retention
14. Abdominal aortic aneurysm (AAA).
15. Testicular torsion.

D. Manifestasi Klinis

1. Nyeri abdomen
2. Mual, muntah
3. Tidak nafsu makan
4. Lidah dan mukosa bibir kering
5. Turgor kulit tidak elastis
6. Urine sedikit dan pekat
7. Lemah dan kelelahan

Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh
demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal
pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc.
Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai.
Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare
tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks
melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah
lumbal ; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahui
pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung
appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.Adanya kekeakuan pada
bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.Nyeri tekan lepas mungkin
akan dijumpai.
Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau
diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila
appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di

13
daerah lumbal ; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat
diketahuipada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa
ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekeakuan
pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.
Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah
kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran
bawah kanan. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih
menyebar ; distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi klien
memburuk.

Tanda-tanda Penting

Rovsings sign

Continuous deep palpation dimulai dari atas left iliac fossa


(berlawanan arah jarum jam sepanjang colon) menyebabkan nyeri di right
iliac fossa, dengan mendorong isi usus terhadap ileocaecal valve dan
dengan demikian meningkatkan tekanan di sekitar appendix (Rovsing,
1907).

Psoas sign

Psoas sign atau Obraztsovas sign adalah nyeri right lower quadrant
yang dihasilkan dengan passive extension dari right hip pasien (pasien
berbaring pada sisi kiri dengan lutut fleksi) atau dengan active flexion dari
right hip saat berbaring terlentang. Nyeri didapat karena terjadi inflamasi
peritoneum yang melapisi iliopsoas muscles dan inflamasi pada psoas
muscles. Meluruskan kaki menyebabkan nyeri karena meregangkan
otot-otot ini, sementara memfleksikan hip meregangkan iliopsoas dan
menyebabkan nyeri.

Obturator sign

Jika appendix yang meradang berada dalam kontak dengan


obturatorius internus, spasme otot dapat ditunjukkan oleh rotasi

14
meregangkan dan internal pinggul. Manuver ini akan menyebabkan nyeri
di hypogastrium vagina.

Dunphys sign

Nyeri bertambah saat batuk di right lower testicle quadrant (Small,


2008).

Kocher (Kosher)s sign

Nyeri pada epigastric region atau sekitar gaster dengan pergeseran


nyeri di right iliac region.

Sitkovskiy (Rosenstein)s sign

Nyeri bertambah di right iliac region saat pasien berbaring pada salah
satu sisi tubuhnya.

Bartomier-Michelsons sign

Nyeri bertambah saat palpasi di right iliac region ketika pasien


berbaring pada salah satu sisi tubuhnya dibandingkan saat pasien berada
pada posisi terlentang.

Aure-Rozanovas sign

Nyeri bertambah pada palpasi dengan jari di right Petit triangle (bisa
menjadi tanda positif Shchetkin-Bloombergs sign). Khas untuk posisi
appendix retrocecal.

Blumberg sign

Juga disebut sebagai nyeri rebound. Palpasi mendalam visera atas


appendix meradang diduga diikuti dengan pelepasan tiba-tiba tekanan
menyebabkan nyeri menunjukkan tanda Blumberg positif dan peritonitis.

15
McBurney sign

Tenderness pada 2/3 jarak antara umbilikus dan spina iliaka anterior
superior.

Murphy sign

Selama inspirasi, isi perut didorong ke bawah karena diafragma


bergerak turun (dan paru-paru membesar). Jika pasien berhenti bernapas
(kantong empedu empuk dan bergerak ke bawah, ada kontak dengan
jari-jari pemeriksa) dan mengernyit dengan menangkap napas, tes ini
dianggap positif. Sebuah tes positif juga tidak memerlukan rasa sakit pada
melakukan manuver di sisi kiri pasien.

Cullen sign

Perubahan warna kebiruan periumbilikalis.

Grey-Turner sign

Perubahan warna pada area flank.

Kehr sign

Nyeri berat pada bahu kiri.

Chandelier sign

Manipulasi cervix menyebabkan pasien mengangkat panggulnya.

E.

16
17
F. Pemeriksaan penunjang

Permintaan pemeriksaan laboratorium atau penunjang lainnya yang


bermacam-macam tidak diperlukan pada pasien dengan badomen akut. Di
samping membuang waktu juga hasil yang diperoleh kadang-kadang
membingungkan dan tidak dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa. Hal ini
lebih menunjukkan ketidakmampuan menganalisis data klinis yang ada dan
berharap dengan pemeriksaan penunjang yang berbagai macam dapat
menegakkan diagnosis.

Beberapa test laboratorium tertentu mutlak dilakukan antara lain Hb/Ht


untuk kemungkinan adanya perdarahan atau dehidrasi, hitung lekosit
menunjukkan adanya proses peradangan, hitung trombisit dan faktor-faktor
koagulasi di samping diperlukan untuk persiapan pembedahan juga dapat
membantu menegakkan kemungkinan demam berdarah yang memberikan
gejala-gejala mirip abdomen akut.

Pemeriksaan radiologi yang perlu dilakukan biasanya foto abdomen tiga


posisi untuk konfirmasi adanya peritonitis, udara bebas, obstruksi atau paralitik
usus.

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat membantu untuk menegakkan


diagnisis kelainan hati, saluran empedu dan pankreas dengan ketepatan
diagnostik yang cukup tinggi. Apendisitis akut pun dapat dikonfirmasikan
dengan pemeriksaan USG sehingga mencegah tindakan pembedahan yang
tidak diperlukan,

Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu :

1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan DL
3. Amilase :Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan
diagnostik pankreatitis.
4. -HCG(serum) : Kehamilan ektopik (kadar -HCG dalam serum
lebih akurat daripada dalam urine)

18
5. Gas darah arteri :Asidosis metabolik(iskemia usus, peritonitis,
pankreatitis)
6. Urin porsi tengah (MSU):infeksi saluran kemih
7. EKG:Infark miokard
8. Rotgen thorak:Viskus perforasi(udara bebas),Pneumonia
9. Rotgen Abdomen :Usus iskemik(dilatasi,usus yang edema dan
menebal),Pankreatitis(pelebaran jejunum bagian
atas sentimel),Kolangitis(udara dalam cabang bilier),Kolitis
akut(Kolon mengalami dilatasi,edema dan gambaran
menghilang),obstruksi akut(Usus mengalami dilatasi,tanda string of
pearl) Batu Ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal )
10. Ultrasonografi
11. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk
inflamasi peritonium yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang
tua yang didiagnosis bandingnya luas,pada pasien yang
dipertimbangkan untuk dilakukan laparotomi dan diagnosis
belum pasti, pankreatitis, trauma hati/ limpa / mesenterium,
divertikulitis, aneurisma.
12. IVU (urografi intravena) : batu ginjal,obtruksi saluran ginjal

Setelah data-data pemeriksaan fisik terkumpul diperlukan juga


pemeriksaan tambahan berupa Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan darah
rutin Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan
terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan
leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan
adanya perdarahan cukup banyak terutama pada kemungkinan ruptura lienalis.
Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma
pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan
kemungkinan trauma pads hepar. Pemeriksaan urine rutin menunjukkan adanya
trauma pads saluran kemih bila dijumpai hematuria. Urin yang jernih belum
dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital. Pemeriksaan
radiologi foto thorak Selalu harus diusahakan pembuatan foto thorak dalam

19
posisi tegak untuk menyingkirkan adanya kelainan pada thoraks atau trauma
pads thoraks. Harus juga diperhatikan adanya udara bebas di bawah diafragma
atau adanya gambaran usus dalam rongga thoraks pada hernia diafragmatika..
Plain abdomen akan memperlihatkan udara bebas dalam rongga
peritoneum, udara bebas retroperitoneal dekat duodenum, corpus alienum,
perubahan gambaran usus. Intravenous Pyelogram karena alasan biaya
biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal.
Pemeriksaan Ultrasonografi dan CT-scan Bereuna sebagai pemeriksaan
tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma
pada hepar dan retroperitoneum. Pemeriksaan khusus abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan
adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000 eritrosit/mm
dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan
100-200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk
laparotomi. Pemeriksaan laparoskopi Dilaksanakan bila ada akut abdomen
untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya. Bila dijumpai perdarahan
dan anus perlu dilakukan rektosigmoidoskopi. Pemasangan nasogastric tube
(NGT) untuk memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma
abdomen. Dari data yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan tambahan dan pemeriksaan khusus dapat diadakan analisis data
untuk memperoleh diagnosis kerja dan masalah-masalah sampingan yang perlu
diperhatikan. Dengan demikian dapat ditentukan tujuan pengobatan bagi
penderita dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan
pengobatan (Sjamsuhidajat et all, 2004).
Setelah data-data pemeriksaan fisik terkumpul diperlukan juga
pemeriksaan tambahan berupa :
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi
perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan
hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa
terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak

20
terutama pada kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang
meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau
perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan
kemungkinan trauma pads hepar.
b. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pads saluran kemih bila dijumpai
hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya
trauma pada saluran urogenital.

2. Pemeriksaan radiologi
a. Foto thoraks
Selalu harus diusahakan pembuatan foto thoraks dalam posisi
tegak untuk menyingkirkan adanya kelainan pada thoraks atau
trauma pads thoraks. Harus juga diperhatikan adanya udara bebas di
bawah diafragma atau adanya gambaran usus dalam rongga thoraks
pada hernia diafragmatika.
b. Plain abdomen
foto tegak Akan memperlihatkan udara bebas dalam rongga
peritoneum, udara bebas retroperitoneal dekat duodenum, corpus
alienum, perubahan gambaran usus.
c. IVP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada
persangkaan trauma pada ginjal.
d. Pemeriksaan Ultrasonografi dan CT-scan Bereuna
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum
dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan
retroperitoneum.
3. Pemeriksaan khusus
a. Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih
dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari

21
rongga peritoneum setelah dimasukkan 100--200 ml larutan NaCl 0.9%
selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan laparoskopi.
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung
sumber penyebabnya.
c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan
rektosigmoidoskopi.

d. Pemasangan nasogastric tube (NGT)


Untuk memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma
abdomen. Dari data yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan tambahan dan pemeriksaan khusus dapat
diadakan analisis data untuk memperoleh diagnosis kerja dan
masalah-masalah sampingan yang perlu diperhatikan. Dengan
demikian dapat ditentukan tujuan pengobatan bagi penderita dan
langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan
pengobatan.
4. Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi
Sebelum melakukan tindakan palpasi mengamati dengan
seksama perut pasien akan diperoleh data yang membantu dalam
menegakkan diagnosis. Jaringan parut bekas operasi menunjukkan
kemungkinan adanya adhesi, perut membucit dengan gambaran usus
atau gerakkan usus dapat disebabkan oleh gangguan pasase. Bagian
yang tertinggal pada pernapasan merupakan bagian bdomen dengan
proses inflamasi dibawahnya.
2. Palpasi
Selalu melakukan palpasi dibagian lain dari abdomen yang
tidak dikeluhkan adanya nyeri. Hal ini berguna sebagai pembanding
antara bagian yang tak nyeri dengan bagian yang nyeri. Nyeri tekan
dan defans muskuler (rigidity/guarding) menunjukkan adanya proses

22
inflamasi yang mengenai peritoneum parietale (nyeri somatik).
Defans yang murni adalah proses reflex otot akan dirasakan pada
inspirasi dan ekspirasi berupa reaksi kontraksi otot terhadap
rangsangan tekanan. Bila kekakuan otot berkurang pada pasien
yang rileks dengan bernapas dalam melalui mulut, bukan defans
muskuler.
Hipertensi mungkin dijumpai pada peritonitis, harus dipikirkan
kemungkinan herpes zoster dan kelainan neuromuscular lain.
Inspirasi yang tertahan karena rasa nyeri akibat palpasi di daerah
subkostal, menunjukkan kemungkinan adanya peradangan pada
kandung empedu (tanda dari Murphy). Nyeri tekan interkostal bawah
kanan pada pasien dengan nyeri perut kanan atas lebih mungkin
disebabkan oleh abses hati daripada disebabkan oleh kolesistitis akut.
Adanya massa di abdomen tidak mudah di raba bila ada defans
muskuler. Bila teraba dapat memberikan infoemasi untuk
kasus-kasus tertentu misalnya empyema kandung empedu, ivaginasi,
atau massa periapendikuler.
3. Perkusi
Nyeri ketok merupakan adanya iritasi pada peritoneum, adanya
udara bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi
melalui pemeriksaan pekak hati dan shiftingdullnes.
4. Auskultasi
Pasien dengan peritonitis umum bising usus akan melemah
atau menghilang sama sekali, sedangkan pada peritonitis lokal bising
usus dapat terdengar normal.
Bising usus yang tinggi (metalic sound) khas untuk obstruksi
usus, sedangkan gangguan passase yang disebabkan oleh paralisis
bising usus tidak terdengar sama sekali. Bising usus melemah atau
menghilang masih mungkin pada sumbatan usus yang sudah lama
dimana terjadi kelelahan otot. Sebaliknya bising usus yang meninggi
dapat pula terjadi pada paralisis segmental dari usus.
5. Pemeriksaan rectal

23
Pada pasien dengan keluhan nyeri perut harus dilakukan
pemeriksaan rektal. Nyeri yang difus kurang memberikan informasi
mungkin pada peritonitis murni, nyeri pada satu sisi menunjukkan adanya
kelainan di daerah pelvis seperti apendisitis, abses atau adneksitis. Colok
dubur padat pula membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis usus,
di mana pada paralisis dijumpai ampula yang melebar sedangkan pada
obstruksi justru kolaps. Pemeriksaan ginekologis menambah informasi
untuk kemungkinan kelainan genetalis interna.

G. Penatalaksanaan

abdomen akut sangat tergantung pada diagnosis kerja yang ditegakkan.


Tetapi ada tindakan yang harus segera dilakukan tanpa harus tahu dengan tepat
penyebab abdomen akutnya dan akan sangat membantu dalam penatalaksanaan
selanjutnya . abdomen akut yang disebabkan oleh peritonitis umum atau local
di abdomen kanan bawah, obtruksi usus atau kecurigaan gangguan
vaskularisasi usu, tindakan mengistirahatkan saluran cerna dan dekompresi
lambung dengan pemasangan pipa lambung, puasa dan pemberian cairan
parenteral merupakan prosedur baku yang harus dilakukan sebelum pasien
dirujuk untuk penatalaksanaan selanjutnya.
Apendisitis akut merupakan penyebab tersering dari nyeri perut kanan
bawah .tindakan apendektomi hampir selalu merupakan tindakan bedah
terseringdi rumah sakit sesudah trauma. Diagnosis banding nyeri perut kanan
bawah sangat banyak, kelainan ginekologis, demam berdarah dan demam tifoid
sering memberikan gambaran klinis seperti apendisitis akut . pemberian
antibiotic dan analgetik sebelum memastikan diagnosis akan menyebabkan
terjadinya kesalahan diagnosis dan penatalaksanaan selanjutnya .
Hampir semua kelainan abdomen akut memerlukan tindakan
pembedahan untuk mengatasi pnyebabnya. Beberapa keadaan seperti
kolelitiasis akut, pankreatis akut atau pelvic inflammatory disease (PID) pada
tahap tertentu dapat dilakukan pengobatan non bedah .

24
Langkahlangkah yang diambil dalam penatalaksanaan selanjutnya
setelah diagnosis ditegakkan sebaiknya dilakukan memakai suatu prosedur
baku agar diperoleh hasil dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah. Pada
kasus bedah dapat dipakai 10 langkah umum penatalaksanaan pasien yang
dapat dimanfaatkan untuk kelainan apa saja. Selanjutnya diikuti
diagram/flowchart prosedur baku masing-masing kelainan .

1. Penatalaksanaan nyeri
a. Prinsip dasar intervensi keperawatan pada nyeri meliputi
1) Mengidentifikasi tujuan dan penatalaksanaan nyeri
2) Membina hubungan perawat klien
3) Memberikan perawatan fisik
4) Mengatasi kecemasan pasien yang berhubungan dengan nyeri.
5) Melakukan intervensi farmakologis
6) Melakukan intervensi non farmakologi
7) Melakukan penyuluhan
8) Melakukan evaluasi keefektifan strategi intervensi nyeri.
b. Tindakan noninvasif untuk mengurangi nyeri dan alasannya.
Banyak aktivitas keperawatan nonfarmakologis dan noninvasif
yang dapat membantu menghilangkan nyeri. Metode pereda nyeri
nonfarmakologis biasanya mempunyai risiko yang sangat rendah.
Tindakan nonfarmakologis bukan merupakan pengganti obat-obatan,
tindakan tersebut mungkin diperlukan, atau sesuai untuk
mempersingkat episode nyeri yang berlangsung hanya beberapa detik
atau menit.
1) Stimulasi dan masase kutaneus
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering
dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase tidak secara
spesifik menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian reseptor
yang sama seperti reseptor nyeri, tetapi dapat mempunyai
dampak melalui sistem kontrol desenden. Masase dapat
membuat pasien lebih nyaman karena masase membuat relaksasi

25
otot. Teori gate control telah menjelaskan, bertujuan untuk
menstimulasi serabutserabut yang menstransmisikan sensasi
tidak nyeri memblok atau menurunkan transmisi impuls nyeri.
2) Terapi es (dingin) dan panas.
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat
sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera
dengan menghambat proses inflamasi. Agar efektif, es harus
diletakkan pada tempat cedera segera setelah terjadi cedera,
(Cohen, 1989 dalam Suddart dan Brunner, 1997). Penggunaan
panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke
suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri
dengan mempercepat penyembuhan. Namun penggunaan panas
kering dengan lampu pemanas tidak seefektif penggunaan es.
Diduga es dan panas bekerja dengan menstimulasi reseptor.
Diduga es dan panas bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak
nyeri (non nosiseptor) dalam bidang reseptor yang sama seperti
pada cedera.
3) Stimulasi saraf elektris transkutan / Transcutan electric nerve
stimulation (TENS)
Tens menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan
elektrode yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi
kesemutan, menggetar atau mendengung pada area nyeri. Tens
digunakan baik pada menghilangkan nyeri akut dan kronik. Tens
diduga dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor
tidak nyeri (non nosiseptor) dalam area yang sama seperti pada
serabut yang mentransmisi nyeri. Mekanisme ini sesuai dengan
teori nyeri gate kontrol
4) Distraksi
Distraksi mencakup memfokuskan perhatian pasien pada
sesuatu selain pada nyeri, misalnya dengan cara kunjungan dari
keluarga dan teman-teman pasien. Melihat film layar lebar
dengan suara surround. Tidak semua pasien mencapai peredaan

26
nyeri melalui distraksi Distraksi diduga dapat menurunkan
persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden,
yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang
ditransmisikan ke otak.
5) Tehnik relaksasi
Tehnik relaksasi terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi
lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan
bernapas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan
dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat
bersama setiap ekshalasi dan inhalasi. Relaksasi otot skletal
dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan
ketegangan otot yang menunjang nyeri.
6) Imajinasi terbimbing
Menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang
dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.
Imajinasi terbimbing menyebabkan relaksasi otot dan pikiran
dimana efeknya hampir sama dengan penggunaan tehnik
relaksasi dengan metode yang berbeda.
7) Hipnosis
Tehnik ini mungkin membantu dalam memberikan peredaan
nyeri terutama dalam situasi sulit. Mekanisme bagaimana
kerjanya hiposis tidak jelas tetapi tidak jelas tetapi tidak tampak
diperantaraioleh sistem endorfin (Moret et.all, 1991 dalam
Suddart and Brunner, 1997).

c. Macam-macam obat pengurang rasa nyeri, farmakodinamika,


farmakokinetika serta efek sampingnya.
1) Opioid (narkotika)
Opioid sangat efektif untuk menghilangkan nyeri pasca operatif
dan nyeri berat lainnya.
2) Farmakodinamika
Opioid menimbulkan efek primernya terhadap susunan saraf
pusat dan organ yang mengandung otot polos. Opioid

27
menimbulkan analgesia, rasa mengantuk eforia, depresi
pernapasan terkait dosis, gangguan respons adrenokorteks
terhadap stres (pada dosis tinggi), dan penurunan tahanan perifer
(dilatasi arteriol dan venosa) dengan sedikit atau tanpa efek
terhadap indeks jantung. Efek terapiutik opioid pada edema paru
merupakan akibat sekunder dari peningkatan pada dasar
kapasitansi. Efek konstipasi opioid timbul akibat induksi dari
kontraksi non propulsif melalui traktus gastrointestinal. Opioid
dapat menyebabkan spasme traktus biliaris dan peningkatan
tekanan duktus biliaris komunis diatas kadar pra obat. Depresi
reflek batuk adalah melalui efek langsung terhadap pusat batuk
dalam medula. Opioid mengurangi aliran darah ke otak dan
tekanan intra kranial.Dapat menimbulkan mual dan muntah
dengan mengaktifasi zona pemicu kemoreseptor. Opioid
melepaskan histamin dan dapat menyebabkan pruritus setelah
pemberian oral atau sistemik. Perubahan modulasi sensorik
sebagai akibat sekunder pengikatan langsung opioid pada
reseptor opiatdalam medula oblongata dapat merupakan
mekanisme terjadinya pruritus setelah pemberian epidural /
intratekal. Analgesia intra artikuler terjasi sebagai akibat
sekunder pengikatan opioid dengan reseptor opiat dalam
sinovium.
3) Farmakokinetika
Awitan aksi; IV < 1 menit, IM 1-5 menit, SK 15-30 menit, oral
15-60 menit dan epidural spinal 15-60 menit. Efek puncak; IV
5-20 menit, IM 30-60 menit, SK 50-90 menit, oral 30-60 menit
dan epidural / spinal 90 menit. Lama aksi; IV, IM, SK, 2-7 jam,
oral 6-12 jam dan epidural / spinal 90 menit. Interaksi /
toksisitas; efek depresi SSP dan sirkulasi dipotensiasi oleh
alkohol, sedatif, antihistamin, fenotiazin, butirofenon, inhibitor
MAO dan antidepresan trisiklik. Dapat mengurangi efek diuretik
pada pasien dengan gagal jantung kongestif. Anelgesia

28
dipertinggi dan diperpanjang oleh agonis alfa-2. Penambahan
epineprin dan morpin intratekal / epidural menimbulkan
peningkatan efek samping dan perpanjangan blok motorik.
Efek samping
- Kardiovaskuler; Hipotensi, hipertensi, bradikardi, aritmia,
kekakuan dinding dada.
- Pulmoner; Bronkospame dan laringospasme.
- SSP; penglihatan kabur, sinkope, euforia dan disforia.
- Urinaria; retensi urine, efek anti diuretik dan spasme
ureter.
- Gastrointestinal; spasme traktus biliaris, konstipasi,
anoreksia, mual, muntah dan penundaan pengosongan
lambung.
- Mata; miosis
- Muskuloskletal; kekakuan dinding dada.
- Alergi; pruritus dan urtikaria.
4) Obat-obatan yang dipakai untuk melawan rasa nyeri selain
analgetika farmakodinamika, farmakokinetika serta efek
samping.
- Plasebo
Farmakodinamika
Efeknya terjadi ketika seseorang berespon terhadap
pengobatan atau tindakan lain karena suatu harapan bahwa
pengobatan atau tindakan tersebut akan memberikan hasil
bukan karena tindakan atau pengobatan tersebut
benar-benar bekerja.
Farmakokinetika
Efek plasebo timbul dari produksi alamiah (endogen)
endorfin dalam sistem kontrol desenden. Efek ini
merupakan respon fisiologis sejati yang dapat diputar
balik oleh nalokson.
Efek samping

29
Efek plasebo bukan suatu indikasi bahwa seseorang tidak
mengalami nyeri, sebaliknya adalah suatu respon
fisiologis yang nyata. Plasebo tidak boleh digunakan untuk
menguji kejujuran seseorang tentang nyeri atau sebagai
pengobatan garis depan. Respon positif terhadap plasebo,
menurunkan nyeri jangan pernah diinterpretasikan sebagai
suatu indikasi bahwa nyeri yang dialami pasien tidak
nyata. Pasien jangan pernah diberikan suatu plasebo
sebagai suatu pengganti analgetika. Meskipun plasebo
dapat menghasilkan analgetik.

H. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian.

a. aktivitas istirahat

Gejala : Malaise

b. sirkulasi

Tanda : Takikardia

c. eliminasi

Gejala : konstipasi pada awitan awal .diare ( kadang kadang ) .

Tanda : distensi abdomen , nyeri tekan /nyeri


lepas ,kekuan ,penurunan atau tak ada bising usus

d. Makanan/Cairan

Gejala : anoreksia

Mual muntah .

e. Nyeri /Kenyamanan

Gejala: nyeri abdomen sekitar epigastrum dan umbilicus ,yang


meningkat berat ,dan terlokalisasi padatitik Mc Burney (setengah
jarak antara umbilicus dan tulang ileum kanan). Meningkat karena
bejalan, bersin ,batuk ,atau napas dalam ( nyeri berhenti tiba tiba
diduga peforasi atau pada apendiks ).

30
Keluhan berbagai rasa nyeri /gejala tak jelas (sehubungan dengan
apendiks ,contoh retrosekal atau sebelah ureter ).

Tanda : Perilaku berhati hati; berbaring kesamping atau terlentang


dengan lutut ditekuk; meningkatnya nyeri pada kuadran kanan
bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak

Nyeri lepas pada sisi kiri di duga inflamasi peritoneal .

f. Keamanan

Tanda : demam (biasanya rendah ).

g. Pernapasan

Tanda : takipnea, pernapasan dangkal

h. Penyuluhan Pembelajaran

Gejala : riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri


abdomen contoh pielitis akut,batu uretra salpingitis akut ,ileitis
regional. Dapat terjadi pada berbaga iusia .

Pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukkan rerata


lama dirawat : 4,2 hari. Membutuhkan bantuan sedikit dalam
transportasi ,tugas pemeliharaan rumah .

i. Pemeriksaan Diagnostik

SDP :Leukositosisdiatas 12.000/mm3.,neutrophil meningkatsampai


75% .

Urinalisis :normal ,tetapieritrosit/leukositmungkinada .

Foto abdomen :dapat menyatakan adanya pengerasan material pada


apendiks (fekalit), ileus terlokalisir.

j. Prioritas Keperawatan
1. Meningkatkan kenyamanan .
2. Mencegah komplikasi .
3. Memberikan informasi tentang prosedur pembedahan
/prognosis ,kebutuhan pengobatan ,dan potensi komplikasi .

31
k. Tujuan Pemulangan
1. Komplikasi dicegah /minimal
2. Nyeri hilang/ terkontrol .
3. Prosedur bedah /prognosis , program terapi ,dan kemungkinan
komplikasi dipahami .

2. Diagnosa keperawatan

a. ketidakefektifan bersihan jalan napas


b. hipertermia berhubngan dengan respon sistemik dari inflamasi
gastointestinal
c. nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi
d. kekurangan volume cairan berhubungan dengan kekurangan cairan
aktif, mekanisme kerja peristaltik usus menurun
e. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubung
dengan faktor biologis, ketidakmampuan untuk mencerna makanan
f. kerusakan integritas jaringan
g. gangguan rasa nyaman
h. resiko ketidakefektifan perfusi gaastointestinal berhubungan dengan
proses infeksi, penurunan sirkuasi darah ke gastrointestinal,
hemoragik gastointestinal akut
i. resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
tubuh
j. ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit rencana
pembedahan.

3. Intervensi keperawatan

No Diagnose Tujuan dan kriteria Intervensi


keperawatan hasil
1. Ketidakefektifan NOC NIC
Bersihan Jalan Respiratory Airway Suction

32
Napas Status : - Pastikan kebutuhan oral /
Definisi: VENTILATOR tracheal suction
ketidakmampuan Respiratory - Ausku7ltasi suara napas
untuk membersihkan Status : Airway sebelum dan sesudah
sekresi atau obstruksi patency suctioning
dari saluran Kriteria hasil : - Informasikan pada klien dan
pernapasan untuk Mendemo0nstra keluarga tentang suctioning
mempertahankan sikan batuk - Minta klien napas dalam
kebersihan jalan efektif dan suara sebelum tindakan suction
napas. napas yang - Berikan O2 dengan
Batasan bersih, tidak ada menggunakan nasal kanul
karakteristik sianosis, dan untuk memfasilitasi suction
Tidak ada dyspneu nasotrakeal
batuk (mampu - Gunakan alat yang steril
Suara napas mengeluarkan setiap melakukan tindakan
tambahan sputum, mampu - Anjurkan pasien untuk
Perubahan bernafas dengan beristrahat dan napas dalam
frekuensi mudah, tidak setelah kateter dikeluarkan
pernapasan ada pursed lips ) dari nasotrakheal

Perubahan Menunjukan - Monitor status oksigen

irama napas jalan napas yang pasien

Sianosis paten ( klien - Ajarkan keluarga

Kesulitan tidak merasa bagaimana cara melakukan

berbicara atau tercekik, irama suction

mengeluarka napas, frekuensi - Hentikan suction dan

n suara dalam rentang berikan oksigen pasien


normal, tidak menunjukan brakikardi,
Penurunan
ada suara peningkatan saturasi O2, dll
bunyi napas
abnormal ) Airway jalan napas
Dispneu
Mampu - Buka jalan napas gunakan
Sputum
mengidentifikasi tekhnik chin lift atau jaw
dalam jumlah
dan mencegah thrust bila perlu
yang

33
berlebihan factor yang - Posisikan pasien untuk
Batuk yang dapat memaksimalkan ventilasi
tidak efektif menghambat - Identifikasi pasien
Orthopneu jalan napas. seperlunya pemasangan alat
Gelisah napas buatan

Mata terbuka - Pasang mayo bila perlu

lebar - Lakukan fisioterapi dada

Factor factor yang jika perlu atau suction

berhybyngan - Auskultasi suara napas,

Lingkungan: catat adanya suara tambhan

- Perokok pasif - Lakukan suction pada mayo

- Menghisap - Berikan bronkodilator bila

asap perlu

- Merokok - Berikan pelembab udara

Obstruksi kassa basah NaCl lembab

jalan napas - Atur intake cairan

- Spasme jalan mengoptimalkan

napas keseimbangan

- Asma - Memonitor respirasi dan

- Eksudat status O2

dalam alveoli
- Materi asing
dalam jalan
napas
- Adanya jalan
napas buatan
- Sekresi
bertahan / sisa
sekresi
- Sekresi dalam
bronchi

34
Fisiologis
- Jalan napas
alergik
- Asma
- Penyakit paru
obstruksi
kronik
- Hipeplasi
dinding
brongkhial
- Infeksi
- Disfungsi NIC
neuromuskul Fever treatmen
ar - Monitor suhu sesering mungkin
- Monitor IWL
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tekanan darah, nadi. dan
RR
- Monitor penurunan tingkat
kesadaran
- Monitor WBC, Hb, dan Hct
- Monitor intake dan output
- Berikan anti piretik
2. - Berikan pengobatan untuk
mengatasin penyebab demam
- Selimuti pasien
- Lakukan tapid sponge
- Kolabarasi pemberian cairan
intravena
- Kompres pasien pada lipat paha
dan aksila
- Tingkatkan sirkulasi udara

35
- Berikan pengobatan untuk
Hipertermia mencegah terjadinya menggigil
Definisi :
Peningkatan suhu Temperature regulation
tubuh diatas kisaran - Monitor suhu minimal tiap 2 jam
normal NOC - Rencanakan monitor suhu
Batasan Thermoregulation secara kontinyu
karakteristik : Kriteria Hasil : - Monitor TD, nadi, dan RR
SSKonvulsi Suhu tubuh - Monitor warna dcan suhu kulit
Kulit dalam rentang - Monitor tanda tanda hiperteremi
kemerahan normal dan hipotermi
Peningkatan Nadi dan RR - Tingkatkan intake cairan dan
suhu tubuh dalam rentyang nutrisi
diatas kisaran normal - Selimuti pasien unutk mencegah
normal Tidfak ada hilangnya kehangatan tubuh
Kejang perubahan - Ajarkan pada pasien cara
Takikardi warna kulit dan mencegah keletihan akibat
Takipnea tidak ada pusing panas

Kulit terasa - Diskusikan tentang pentingnya

hangat pengaturan suhu dan


kemungkinan efek negative dari

Factor factor yang kedinginan.

berhubungan : - Beritahukan tentang indikasi

Anastesi terjadinya kelletihan dan

Penurunan penanganan emergency yang

respirasi diperlukan.

Dehidrasi - Ajarkan indikasi hipertermi dan


hipotermi dan penangan yang
Pemajananan
diperlukan.
lingkungan
yang panas
Vital sign monitoring
Penyakit
- Monitor TD, nadi, dan RR

36
Pemakaian - Catat adnya fluktuasi tekanan
pakaian yang darah
tidak sesuai - Monitor VS saat pasien
dengan berbaring, duduk dan berdiri
lingkungan - Auskultasi tekanan darah pada
Peningkatan kedua lengan dan bandingkan
laju - Monitor nadi, RR setelah
metabolisme melakukan aktivitas
Medikasi - Moniotor Kualitas Dari Nadi
Trauma - Monitor frekuensi dan irama
Aktivitas pernapasan
berlebihan - Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan
abnormal
- Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, penimngkatan
sistolik )
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

Nyeri NOC : NIC :


- Pain level Pain Management
- Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri
- Comfort level secara komperhensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi,
Criteria hasil : frekuensi, kualitas dan factor
1. Mampu mengontrol presipitasi.
nyeri (tau penyebab 2. Observasi reaksi nonverbal

37
nyeri, mampu dari ketidaknyamanan
menggunakan tehnik 3. Gunakan tehnik komunikasi
nonfarmakologi terapeutik untuk mengetahui
untuk mengurangi pengalaman nyeri pasien
nyeri) 4. Kaji kultur yang
2. Melaporkan bahwa mempengaruhi respon nyeri
nyeri berkurang 5. Evaluasi pengalaman nyeri
dengan masa lampau
menggunakan 6. Evaluasi bersama pasien dan
manajemen nyeri, tim kesehatan lain tentang
3. Mampu mengenali ketidakefektifan control nyeri
nyeri (skala, masa lampau
intensitas, frekuensi 7. Bantu pasien dan keluarga
dan tanda nyeri) untuk mencari dan menemukan
4. Menyatakan rasa dukungan.
nyaman setelah nyeri 8. Control lingkungan yang dapat
berkurang. mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
9. Kurangi factor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan interpersonal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang tehnik
nonfarmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan control
nyeri
15. Tingkatkan istirahat

38
16. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

Analgesic administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesic yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesic
ketika pemberian lebih dari
Satu
5. Tentukan pilihan analgesic
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
6. Tentukan anlgesik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesic
pertama kali
9. Berikan analgesic tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektifitas analgesic.
Tanda dan gejala.

39
Kekurangan NOC : NIC :
volume cairan - Fluid balance Fluid management
- Hydration 1. Timbang popok atau pembalut
- Nutritional status: jika diperlukan
Food and Fluid 2. Pertahankan catatan intake dan
intake output yang akurat
3. Monitor status hidrasi
Kriteria hasil : (kelembaban membrane
1. Mempertahankan mukosa, nadi adekuat, tekanan
urin output sesuai darah ortostatik), jika
dengan usia dan diperlukan
BB, BJ urin normal, 4. Monitor vital sign
HT normal 5. Monitor masukan makanan /
2. Tekanan darah, cairan dan hitung intake kalori
nadi, suhu tubuh harian
dalam batas normal 6. Kolaborasikan pembrian cairan
3. Tidak ada IV
tanda-tanda 7. Monitor status nutrisi
dehidrasi, elastisitas 8. Berikan cairan IV pada suhu
turgor kulit baik, ruangan
membrane mukosa 9. Dorong masukan oral
lembab, tidak ada 10. Berikan penggantian
rasa haus yang nesogasrik sesuai output
berlebihan 11. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
12. Tawarkan snack (jus buah,
buah segar)
13. Klaborasikan dengan dokter
14. Atur kemungkinan transfuse
15. Persiapan untuk transfuse

Hypovolemia manajemen

40
1. Monitor status cairan termasuk
intake dan output cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb dan
Hematokrit
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan
6. Monitor berat badan
7. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
8. Pemberian cairan IV, mnitor
adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
9. Monitor adanya tanda gagal
ginjal.
Ketidak NOC NIC
seimbangan nutrisi Nutritional Nutrition management
kurang dari status : - Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh Nutritional - Kolaborasi dengan ahli gizi
Definisi : asupan status : food and untuk menentukan jumlah
nutrisi tidak cukup fluid intake kalori dan nutrisi yang
untuk memenuhi Nutritional dibutuhkan pasien.
kebutuhan metabolic status : nutrient - Anjurkan pasien untuk
Batasan intake meningkatkan intake Fe
karakteristik : Weight control - Anjurkan pasien untuk
Kram Kriteria Hasil ; meningkatkan protein dan
abdomen Adanya vitamin C
Nyeri peningkatan - Berikan substansi gula
abdomen berat badan - Yakinkan diet yang
Menghindari sesuai dengan dimakan mengandung tinggi
makan tujuan serat untuk mencegah

41
Berat badan Berat badan terjadinya konstipasi
20% atau ideal sesuai - Berikan makanan yang
lebih dibawah dengan tinggi terpilih (sudah
berat badan badan dikonsultasikan dengan ahli
ideal Mampu gizi)
Kerapuhan mengidentifikasi - Ajarkan pasien bagaiman
kapiler kebutuhan membuat catatan makanan
Diare nutrisi harian
Kehilangan Tidak ada - Monitor jumlah nutrisi dan
rambut tanda-tanda kandungan kalori.
berlebihan malnutrisi - Berikan informasi tentang

Bising usus Menunjukkan kebutuhan nutrisi.

hiperaktif peningkatan - Kaji kemampuan pasien

Kurang fungsi untuk mendapatkan nutrisi

makanan pengecapan dari yang dibutuhkan.


menelan Nutrition monitoring
Kurang
Tidak terjadi - BB pasien dalam batas
informasi
penurunan berat normal
Kurang minat
badan yang - Monitor adanya penurunan
pada
berarti berat badan
makanan
Penurunan - Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
berat badan
dilakukan
dengan
asupan - Monitor interaksi anak atau

makanan orang tua selama makan.

adekuat - Monitor lingkungan selama


makan
Kesalahan
- Jadwalkan pengobatan dan
konsepsi
tindakan tidak selama jam
Kesalahan
makan
informasi
- Monitor kulit kering dan
Kurang minat
perubahan pigmentasi

42
pada - Monitor turgor kulit
makanan - Monitor kekeringan, rambut
Penurunan kusam, dan mudah patah
berat badan - Monitor mual dan muntah
dengan - Monitor kadar albumin,
asupana total protein, Hb dan kadar
makanan Ht
adekuat - Monitor pertumbuhan dan
Membrane perkembangan
mukosa pucat - Monitor pucat, kemerahan,
Tonus otot dan kekeringan jaringan
menurun konjungtiva
Mengeluh - Monitor kalori dan intake
gangguan nutrisi
sensasi rasa - Catat adanya edema,
Mengeluh hiperemik, hipertonik papih
asupan lidah dan cavitas oral.
makanan - Catat jika lidah berwarna
kurang dari magenta, scarlet.
RDA
(recommende
d daily
allowance)
Cepat
kenyang
setelah makan
Sariawan
rongga mulut
Kelemahan
otot
pengunyah
Kelemahan

43
otot menelan
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Faktor
biologis
Faktor
ekonomi
Ketidak
mampuan
untuk
mengabsorbsi
nutrient
Ketidak
mampuan
untuk
mencerna
makanan
Ketidak
mampuan
menelan
makanan
Faktor psikologis
Kerusakan NOC NIC
integritas jaringan Tissue integrity : Preasure ulcer prevention wound
Definisi: kerusakan skin and mucous care
jaringan membran Hemodyalis - Anjurkan pasien untuk
mukosa, kornea, akses menggunakan pakaian
integument, atau Kriteria Hasil : yang longgar
subkutan. Integritas kulit - Jaga kulit agar tetap
Batas Karakteristik yang baik bisa abersih dan kering
Kerusakan dipertahankan - Mobilisasi pasien (ubah
jaringan (sensasi, posisi pasien) setiap 2

44
(mis., kornea, elastisitas, jam sekali
membran temperature, - Monitor kulit akan
mukosa, hidrasi, adanya kemerahan
kornea, pigmentasi) - Oleskan lotion atau
integument, Tidak ada minyak/baby oil pada
atau luka/lesi pada daerah yang tertekan
subkutan) kulit - Monitor aktivitas dan
Kerusakan Perfusi jaringan mobilisasi pasien
jaringan baik - Monitor status nutrisi
Faktor yang Menunjukkan pasien.
berhubungan pemahaman - Memandikan pasien
Gangguan dalam proses dengan sabun dan air
sirkulasi perbaikan kulit hangat
Iritan zat dan mencegah - Observasi luka : lokasi,
kimia terjadinya dimensi, kedalaman
Defisit cairan cedera berulang luka, jaringan nekrotik,
Kelebihan Mampu tanda tanda infeksi local,
cairan melindungi kulit formasi traktus

Hambatan dan - Ajarkan keluarga

mobilitas mempertahanka tentang luka dan

fisik n kelembapan perawatan luka


kulit dan - Kolaborasi ahli gizi
Kurang
perawatan alami pemberian diet TKTP
pengetahuan
Faktor (tinggi kalori tinggi

mekanik protein)

(mis., - Cegah kontaminasi feses

tekanan, dan urin

koyakan/robe - Lakukan teknik

kan, friksal) perawatan luka dengan

Faktor nutrisi steril

(mis., - Berikan posisi yang

kekurangan mengurangi tekanan

45
atau pada luka.
kelebihan) - Hindari kerutan pada
Radiasi tempat tidur.
Suhu ekstrem
Gangguan rasa NOC NIC
nyaman Ansiety Anxiety reduction (pengendalian
Fear Leavel diri)
Sleep Deprivation - Gunakan pendekatan yang
Comfort, Readiness menenangkan
for Enchanced - Nyatakan denag jelas harapan
Kriteria hasil: terhadap pelaku pasien
Mampu - Jelaskan semua prosedur dan
mengontrol apa yang dirasakan Selama
kecemasan prosedur
Status lingkungan - Pahami prespektif pasien
yang nyaman terhadap situasi stress
Mengontrol nyeri - Temani pasien untuk
Kualitas tidur dan memberikan keamanan dan
istirahat adekuat mengurangi takut
Agresi - Dorong keluarga untuk
pengendalian diri memahami anak
Respon terhadap - Lakukan back/neck rub
pengobatan - Dengarkan dengan penuh
Control gejala perhatian
Status - Identfkasi tingkat kecemasan
kenyamanan - Dorong pasien untuk
meningkat mengungkapkan perasaan,
Dapat mengontrol ketakutan, persepsi
ketakutan - Instruksikan pasien
Support social menggunakan relaksasi
Keinginan untuk - Berikan obat untuk engurangi
hidup kecemasan

46
Environment Management
Comfort Pain Management
Resiko ketidak NOC NIC
efektifan perfusi Bowel Elimination Tube Care Gastrointestinal
gastrointestinal Circulation status - Monitor TTV
Definisi: beresiko Electrolite and acid - Monitor status cairan dan
terdap penurunan base balance elektrolit
sirkulasi Fluid balance - Monitor bising usus
gastrointestinal Hidration - Monitor irama jantung
Tissue perfusion : - Catat intake dan output secara
Faktor resiko : abdominal organs akurat
Aneurisme aorta kriteria hasil : - Kaji tanda-tanda gangguan
abdomen Jumlah, warna, keseimbangan cairan dan
Sindrom konsistensi dan bau elektrolit (membrane mukos
kompartemen fase dalam batas kering, sianosis, jaundice)
abdomen normal - Kelola pemberiansuplemen
Masa Tidak ada nyeri elektrolit sesuai instruksi
tromboplastin perut dokter
parsial abnormal Bising usus normal - Koleborasi dengan ahli gizi
Masa protrombin Tekanan systole jumlah kalor dan jumlah zat giz
abnormal dan diastole dalam yang dibuthkan

Hemoragi rentan normal - Pasang NGT jika diperluakan

gastrointestinal Gangguan mental, - Monitor warna dan konsistensi

akut orientasi dan naso gastric output

Usia < 60 tahun pengetahuan dan - Monitor diare


kekuatan otot Bledding reduction
Anemia
normal gastrointestinal
Kogulopati (mis;
Na,K, CL, Ca, Mg, - Evaluasi respon psikologis
anemia sel sabit)
dan Bikmat dalam pasien untukperdarahan dan
Diabetes
batas normal persepsi peristiwa
mellitus
Tidak adabunyi - Mempertahankan jalan nafas
Koagulatif
nafas tambahan paten, jika perlu

47
intravaskuler Intake output - Memantau factor prnrntu
diseminata seimbang pengirimanoksigen jaringan
Jenis kelamin Tidak ada udem (msalnya, PaO2, SaO2 dan
wanita perifer dan ansites tingkat hemoglobin dan curah
Varises Tidak ada rasa haus jangtung), jika tersedia
gastroesofagus yang abnormal - Pantau tanada-tanda dan gejala
Penyakit Membrane mukosa perdarahan yang persisten
gastrointestinal lembab (misalnya periksa semua sekresi
(mis; ulkus Hematokrit dalam darah yang dapat terlihat atau
duodenum, atau batas normal tida terlihat)
ulkus lambung, - Memantau status cairan,
kolitis iskemik, termasuk asupan dan output
pancreatitis - Pantau tanda-tanda untuk shock
iskemik) hypovelemic (misalnya,
Ketidakstabilan menurunkan tekanan darah,

Hemodinamik denyut nadi cepat benang,

Disfungsi hati meningkatkan tingkat,

Infark diaphoresis pernapasan, gelisah,

miokardium kulit teraba dingin)


- Ukur lingkar perut
Kerja ventrikel
- Hernates semua kotoran dan
kiri buruk
amati untuk darah di amesis,
Gagal ginjal
dahak, foces, urin, dreinase NG,
Merokok
dan dreinase luka
Stroke
- Dokumen warna, jumlah, dan
Trauma
sifat tinja
Efek sampan
- Memantau study koagulasi dan
terkait terapi
hitung darah lengkap (CBC)
(mis; bypass,
dengan deferensial WBC
kardiopulmonal,
- Hinder pemberian antikoagulan
medikasi,
- Memantau study koagulai,
anastesia,
termasuk waktu protrombi (PT),

48
pembedahan waktu tromboplastin parsial
lambung) (PTT), fibrinogen, degradasi /
Penyakit split fibrin produk, dan jumlah
vascular (mis; trombosit sesuai
penyakit - Member obat (misalnya;
vascular perifer, latulosa atau vasopresin)
penyakit oklusif - Hindari ekstrem di tingkat pH
aurtoiliak) lambng dengan pemberian obat
yang sesuai (misalnya, antasida
atau histamine 2 agen
memblokir)
- Masukan nasogastrik tabng
untuk sekresi hisap dan monitor
- Lakukan nasogastrik lavage,
sesuai mempromosikan
pengurangan stress
- Menila status gizi pasien
- Membangun hubungan suportif
dengan pasien dan keluarga
- Anjurkan pasien dan keluarga
tentang prosedur (msalnya,
endoskopi, sclerosis, dan
operasi)
- Anjurkan pasien dan / atau
keluarga pada kebutuhan untuk
penggantian darah
- Anjurkan pasien dan / keluarga
menghindari penggunaan obat
anti inflamasi (misalnya aspirin
dan ibuprofen)
- Mengkoordinasikan konsling
untuk pasien dan atau keluarga

49
(misalnya, pendeta, pecandu
alcohol anonim)
Bowel Irrigation
Medication Administrasion :
Enteral Gastrointestinal
Resiko infeksi NOC NIC
Definisi: mengalami immune status Infection control (kontrol infeksi)
peningkatan resiko knowledge: - bersihkan lingkungan setelah
terserang infection control dipakai pasien lain
organismepatogenik risk control - pertahankan teknik isolasi
Faktor-faktor resiko: kriteria hsil: - batasi pengunjung bila perlu
Penyakit klien bebas dari - instruksikan pada pengunjung
kronis tanda dan gejala untuk mencuci tangan saat
- Diabetes infeksi berkunjung dan setelah
melitus mendeskripsika berkunjung meninggalkan
- Obesitas n proses pasien
Pengetahuan penularan - gunakan sabun anti mikroba
yang tidak penyakit, faktor untuk cuci tangan
cukup untuk yang - cuci tangan setiap sebelum dan
menghindari mempengaruhi sesudah tindakan keperawatan
pemanjanan penularan serta - gunakan baju. Sarung tangan
patogen penatalaksanaan sebagai alat pelindung
Pertahanan nya - pertahankan lingkungan
tubuh primer menunjukkan aseptik selama pemasangan
yang tidak kemampuan alat
adekuat untuk mencegah - ganti letak IV perifer dan line
- Gangguan timbulnya central dan dressing sesuai
peritaltis infeksi dengan petunjuk umum
- Kerusaka jumlah leukosit - gunakan kateter intermiten
n dalam batas untuk menurunkan infeksi
integritas normal kandung kencing
kulit menunjukkan - tingkatkan intake nutrisi

50
(pemasan perilaku hidup - berikan terapi antibiotik bila
gan sehat perlu infection protection
kateter (proteksi terhadap infeksi)
intravena, - monitor tanda dan gejala
prosedur infeksi sistemik dan lokal
invasif) - monitor hitung
- Perubaha granulosit,WBC
n sekresi - monitor kerentanan terhadap
pH infeksi
- Penuruna - batasi pengunjung
n kerja - pertahankan tehnik aspesis
siliaris pada pasien yang beresiko
- Pecah - pertahankan tehnik isolasi k/p
ketuban - berikan perawatan kulit pada
dini area epidema
- Pecah - inspeksi kulit dan membran
ketuban mukosa terhadap kemerahan,
lama panas, drainase
- Merokok - inspeksi kondisi luka/insisi
- Statis bedah
cairan - dorong masukan nutrisi yang
tubuh cukup
- Trauma - dorong masukan cairan
jaringan - dorong istirahat
(mis: - instruksikan pasien untuk
trauma minum antibiotik sesuai resep
destrusi - ajarkan pasien dan keluarga
jaringan) tanda dan gejala infeksi
Ketidak - laporkan kecurigaan infeksi
adekuatan - laporkan kultur positif
pertahanan
sekunder

51
- Penuruna
n
hemoglob
in
- Imonusup
resi (mis:
imunitas
didapat
tidak
adekuat,
agen
farmaseut
ikal
termasuk
imunosup
resan,
steroid,
antibodi
monoklon
al,
imunomu
dulator)
- Supresi
respon
inflamasi
Vaksinasi
tidak adekuat
Pemajanan
terdapat
patogen
lingkungan
meningkat

52
- Wabah
Prosedur
invasive
malnutrisi
Ansietas NOC NIC
Definisi: perasaan anxiety Anxiety reduction (penurunan
tidak nyaman atau self-control kecemasan)
kekawatiran yang anxiety level - gunakan pendekatan yang
samar disertai respon coping menenangkan
autonom (sumber kriteria hasil: - nyatakan dengan jelas
sering kali tidak klien mampu harapanterhadap perilaku
sfesifik atau tidak nengidentifikasi pasien
diketahui oleh kan dan - jelaskan semua prosedur dan
individu), perasaan mengungkapkan apa yang dirasakan selama
takut yang gejala cemas prosedur
disebabkan oleh mengidentifikasi - pahami prespektif pasien
antisipasi terhadap , terhadap situasi stres
bahaya. Hal ini mengungkapkan - temani pasien untuk
merupakan isyarat dan memberikan keamanandan
kewaspadaan yang menunjukkan mengurangi takut
memperingatkan tehnik untuk - dorong keluarga untuk
individu akan adanya mengontrol menemani anak
bahaya dan cemas - lakukan back/neck rab
kemampuan individu vital sign dalam - dengarkan dengan penuh
untuk bertindak batas normal perhatian
menghargai postur tubuh, - identifikasi tingkat kecemasan
ancaman. ekspresi wajah, - bantu pasien mengenal situasi
Batasan bahasa tubuh yang menimbulkan kecemasan
karakteristik dan tingkat - dorong pasien untuk
perilaku: aktivitas mengungkapkan perasaan,
- penurunan menunjukkan ketakutan, persepsi
produktivitas berkurangnya - instruksikan pasien

53
- gerakan yang kecemasan menggunakan tehnik relaksasi
irelevan berikan obat untuk mengurangi
- gelisah kecemasan
- melihat sepintas
- insomnia
- kontak mata yang
buruk
- mengekspresikan
kekawatiran
karena perubahan
dalam peristiwa
hidup
- agitasi
- mengintai
- tampak waspada
afektif:
- gelisah, distres
- kesedihan yang
mendalam
- ketakutan
- perasaan tidak
adekuat
- berfokus pada diri
sendiri
- peningkatan
kewaspadaan
- iritabilitas
- gugup senang
berlebihan
- rasa nyeri yang
mengakibatkan
ketidakberdayaan

54
yang persisten
- bingung,
menyesal
- garu/rtidak
percaya diri
- khawatir
fisiologis:
- wajah tegang,
tremor tangan
- peningkatan
keringat
- peningkatan
ketegangan
- gemetar, tremor
- suara bergetar
simpatik:
- anoreksia
- eksitasi
kardiovaskuler
- diare, mulut
kering
- wajah merah
- jantung
berdebar-debar
- peningkatan
tekanan darah
- peningkatan
denyut nadi
- peningkatan
reflek
- peningkatan
frekuensi

55
pernapasan, pupil
melebar
- kesulitan
bernapas
- vasokontriksi
supervisial
- lemah, kedutan
pada otot
parasimpatik:
- nyeri abdomen
- penurunan
tekanan darah
- penurunan denyut
nadi
- diare, mual,
vertigo
- letih, gangguan
tidur
- kesemutan pada
ektremitas
- sering berkemih
- anyang-anyangan
- dorongan segera
berkemih
kognitif:
- menyadari gejala
fisiologis
- bloking
fikiran,konfusi
- penurunan lapang
persepsi
- kesulitan

56
berkonsentrasi
- penurunan
kemampuan
belajar
- penurunan
kemampuan
untuk
memecahkan
masalah
- ketakutan
terhadap
konsekuensi yang
tidak spesifik
- lupa, gangguan
perhatian
- khawatir,
melamun
- cenderung
menyalahkan
orang lain
faktor yang
berhubungan:
perubahan
dalam (status
ekonomi,
lingkungan,
status
kesehatan,
pola interaksi,
fungsi peran,
status peran)
pemajanan

57
toksin
terkait
keluarga
herediter
infeksi/konta
minasi
interpersonal
penularan
penyakit
interpersonal
kritis
maturasi,kriti
s situasional
stres,
ancaman
kematian
penyalahguna
an zat
ancaman pada
(status
ekonomi,
lingkungan,
status
kesehatan,
pola interaksi,
fungsi peran,
status peran,
konsep diri)
konflik tidak
disadari
mengenai
tujuan

58
penting hidup
konflik tidak
disadari
mengenai
nilai yang
esensial/penti
ng kebutuhan
yang tidak
dipenuhi

4. Implementasi

Dilakukan sesuai dengan interveni yang direncanakan.

59
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut InternationalAssociation for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat
terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Nyeri adalah suatu keadaan individu mengalami dan melaporkan adanya
rasa tidak nyaman yang berat atau perasaan tidak menyenangkan. (Lynda Juall,
1998).
Dilihat dari sudut nyeri abdomen, nyeri abdomen dapat terjadi karena
rangsangan viseral, rangsangan somatik dan akibat peristaltik. Pada
anamnesis perlu dievaluasi mengenai nyeri yang disampaikan pasien tersebut
apakah nyeri yang disampaikan terlokalisir, atau sukar ditentukan lokasinya.
Kemudian adanya referred pain juga membantu untuk mengetahui asal nyeri
tersebut. Adanya nyeri tekan pada pemeriksaan fisik seseorang juga
menunjukan bentuk nyeri tersebut. Nyeri tekan biasanya berasal dari nyeri
yang melibatkan serosa. Nyeri ini dapat terjadi akibat infeksi yang kontiyu
(terus menerus) serta ulkus lanjut. Nyeri somatik biasanya nyerinya
terkolalisasi.
Permintaan pemeriksaan laboratorium atau penunjang lainnya yang
bermacam-macam tidak diperlukan pada pasien dengan badomen akut. Di
samping membuang waktu juga hasil yang diperoleh kadang-kadang
membingungkan dan tidak dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa.

60
DAFTAR PUSTAKA

B. T. Cooper, M. J. Hall, R. E. Barry. 2001. Manual of Gastroenterology.


Binarupa Aksara; Jakarta

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC;
JAkarta

Reksoprodjo, S. 2010. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binapura Aksara ;


Tangerang

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vo.2.
EGC; Jakarta

61

Anda mungkin juga menyukai