Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga Puskesmas
Sentebang Kecamatan Jawai pada Tahun 2017 ini mendapat kesempatan untuk
melaksanakan akreditasi.

Akreditasi bagi Puskesmas Sentebang Kecamatan Jawai sangatlah penting


untuk meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan bagi pasien serta
masyarakat. Untuk menunjang pelaksanaan akreditasi di Puskesmas Sentebang
Kecamatan Jawai maka diperlukan pedoman pelayanan di Puskesmas
Sentebang.

Harapan kami mudah mudahan pedoman pelayanan ini dapat memberi manfaat
bagi Puskesmas Sentebang, sehingga akreditasi di Puskesmas Sentebang
Kecamatan Jawai berjalan lancar dan menjadi Puskesmas yang lebih baik.

Kepala Puskesmas Sentebang

dr. Eri darmadji

NIP.19680608 201001 1005


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum Puskesmas merupakan satuan organisasi yang memberikan
kewenangan kemandirian oleh dinas kesehatan untuk melaksanakan satuan tugas
operasional pembangunan di wilayah kerja. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
pada Pasal 4 disebutkan bahwasanya puskesmas mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Adapun fungsi puskesmas sebagaimana tertuang pada Pasal 5 Permenkes
RI No 75/2014 meliputi:
1. Penyelenggaraan UKM (upaya kesehatan masyarakat) tingkat pertama di
wilayah kerjanya
2. Penyelenggaraan UKP (upaya kesehatan perorangan) tingkat pertama di
wilayah kerjanya
Selain dua fungsi yang terdapat pada pasal 5, selanjutnya pasal 8
menyebutkan bahwa puskesmas juga dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan
tenaga kesehatan.
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya
subsistem upaya kesehatan. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan
nasional diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh,
berjenjang dan terpadu. Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama di
Puskesmas Sentebang meliputi:
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat
c. Rawat inap
B. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan klinis bertujuan untuk menjadi acuan bagi seluruh
aktifitas pelayanan klinis yang dilaksanakan di Puskesmas Sentebang, sehingga
pada akhirnya pelayanan klinis dapat meningkatkan kepuasan pelanggan yang
pada akhirnya dapat mendukung pencapaian standar pelayanan minimal (SPM).

C. Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman pelayanan klinis adalah seluruh pelayanan klinis yang ada di
Puskesmas Sentebang mulai dari pendaftaran pasien, pemeriksaan pasien (poli
umum, poli gigi, poli KIA, RGD), pemeriksaan penunjang, pelayanan farmasi,
konsultasi dan rawat inap.

D. Ruang Lingkup Pedoman


Ruang lingkup pelayanan klinis di Puskesmas Sentebang meliputi:
1. Pendaftaran pasien
Sebelum mendapatkan pelayanan pemeriksaan atau konsultasi kesehatan,
pasien terlebih dahulu mendaftarkan diri di bagian pendafaran untuk dicatatkan
data sosialnya dan dibuatkan rekam mediknya. Selanjutnya pasien akan
diarahkan ke poli yang dituju.
2. Pemeriksaan pasien
Pemeriksaan pasien dilakukan di poliklinik sesuai dengan keluhan dan kondisi
pasien. Pemeriksaan dilakukan di Poli umum, Poli gigi, KIA atau ruang tindakan
terbatas (RGD).
3. Pemeriksaan penunjang
Apabila dianggap perlu maka dokter yang memeriksa kondisi pasien dapat
merujuk pasien ke unit penunjang (laboratorium) untuk mendapatkan
pemeriksaan penunjang yang sesuai demi mendapatkan informasi lebih lengkap
mengenai kondisi pasien.
4. Pelayanan kefarmasian
Apabila pasien sudah selesai diperiksa dan membutuhkan obat, maka pasien
akan diberi resep yang akan dibawa ke bagian farmasi untuk mendapatkan obat
sesuai dengan yang tertera dalam resep.
5. Konsultasi pasien
Pasien yang membutuhkan penjelasan mengenai kondisi kesehatan yang lebih
rinci akan dirujuk ke unit terkait, misalnya konsultasi Gizi, konsultasi sanitasi.
6. Rawat inap
Apabila dari hasil pemeriksaan dokter menyatakan pasien memerlukan
perawatan lebih lanjut maka pasien akan dirujuk ke unit rawat inap.

E. Batasan Operasional
1. Rawat jalan adalah pelayanan medis yang diberikan kepada pasien untuk tujuan
pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi dan pelayanan kesehatan
lainnya tanpa mengharuskan rawat inap.
2. Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan
secepatnya untuk mencegah terjadinya kematian, keparahan dan kecacatan
sesuai dengan kemampuan puskesmas.
3. Pasien rawat jalan
Pasien puskesmas yang setelah mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kondisinya dapat pulang ke rumah.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan terhadap pemeriksaan kesehatan yang dilakukan dokter
untuk mendapatkan kepastian diagnosa dan ketepatan terapi terhadap pasien.
5. Konsultasi
Upaya memberikan pengertian dan pengetahuan kepada pasien mengenai hal
hal yang harus diketahui berhubungan dengan kondisi kesehatannya.
6. Pelayanan rawat inap adalah pelayanan yang diberikan pada pasien yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan perawatan dirumah karena memerlukan
pengawasan, pengobatan dan perawatan lebih lanjut sesuai kewenangan dan
kemampuan puskesmas.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Berikut ini tenaga kesehatan pada pelayanan klinis yang ada di Puskesmas
Sentebang :
NO JABATAN KUALIFIKASI
1 Dokter S1 Kedokteran dengan profesi
2 Dokter Gigi S1 Kedokteran Gigi
3 Perawat S1 Keperawatan
DIII Keperawatan
4 Bidan DIII Kebidanan
5 Perawat Gigi DIII Keperawatan Gigi
6 Petugas Laboratorium D III Analis
7 Petugas Farmasi D III Farmasi
8 Dietisien DIII Gizi
9 Sanitarian DIII/ DIV Kesehatan Lingkungan

B. Distribusi Ketenagaan
Puskesmas Sentebang memiliki puskesmas pembantu, sehingga pelayanan
dal dilakukan di Puskesmas Induk dan puskesmas pembantu.
Dokter setiap hari bertugas di poli umum dan RGD. Sedangkan untuk
pelayanan di rawat inap, seperti visite dan konsulen diatur dengan jadwal
visite dan jadwal konsulen. Jumlah dokter ada 1 ( Satu ) yang tugasnya
diatur dengan jadwal. Bila ada pertemuan yang menyangkut upaya klinis
yang menjadi tugas keseharian dokter atau yang berkaitan dengan tugas
integrasinya, maka tugas di pelayanan akan digantikan sementara olah
Perawat.
Dokter gigi bertugas setiap hari di poli gigi. Jumlah dokter gigi ada 1 (satu)
yang menempati ruangan dental unit.
Bidan setiap hari melakukan pelayanan diruangan KIA. Jumlah bidan di ruang
KIA ada 3 (tiga). Masing-masing bidan mempunyai spesifikasi ketugasan yang
berbeda, misalnya sebagai koordinator KIA, penanggung jawab kesehatan
anak atau penanggung jawab pelayanan KB (Keluarga Berencana).
Sedangkan untuk persalinan ada 1 (satu) bidan penanggung jawab yang bidan
yang bertugas diatur dengan jadwal.Jika ada undangan pertemuan untuk
bidan maka yang ditugasi adalah disesuaikan dengan ketugasannya. Untuk
melakukan kegiatan luar gedung, misalnya kunjungan ibu hamil risiko tinggi,
maka bidan akan menyesuaikan dengan kondisi pelayanan yang ada di
puskesmas.
Perawat bertugas setiap hari di poli umum, RGD dan rawat inap. Ada tiga jenis
pelayanan dalam gedung yang dilakukan perawat yaitu di poli umum, RGD
dan ruang perawatan (rawat inap). Jumlah perawat yang bertugas di poli
umum ada 1 (satu) orang, di RGD ada 1 (satu) orang. Sedangkan untuk
pelayanan di luar jam kerja (RGD dan ruang perawatan) diatur dengan jadwal.
Setiap perawat mempunyai tugas integrasi atau tugas lain yang diberikan
kepala puskesmas, misalnya penanggung jawab TB, penanggung jawab PHN
dll. Sehingga jika ada undangan yang menyangkut ketugasanya perawat yang
bersangkutan akan didisposisi mengikuti kegiatan tersebut. Untuk kegiatan
puskesmas keliling ada 1 (satu) perawat yang bertugas.
Perawat gigi setiap hari bertugas di poli gigi bersama dokter gigi. Jumlah
perawat gigi ada 3 (tiga) yang memiliki tugas integrasi atau tugas lain, seperti
penanggung jawab UKS dan penanggung jawab aset puskesmas.
Nutrisionis setiap hari bertugas di poli gizi. Jumlah nutrisionis ada 1 (satu)
dengan spesifikasi gizi dan gizi masyarakat.
Petugas laboratorium setiap hari bertugas di ruang laboratorium. Jumlah
petugas laboratorium ada 1 (satu)
Petugas farmasi setiap hari bertugas di pelayanan farmasi. Jumlah petugas
farmasi ada 1 (satu). jika petugas farmasi ada undangan pertemuan maka
pelayanan farmasi dilayani oleh perawat.
Sanitarian bertugas setiap hari. Jumlah sanitarian ada 1 (satu) orang.
Petugas pendaftaran setiap hari bertugas di ruang pendaftaran. Jumlah
petugas pendaftaran ada 2 orang, 1 orang kesehatan lingkungan sebagai
koordinator dan 1 petugas yang sudah dilatih.

C. JADWAL KEGIATAN
Pelayanan dilaksanakan setiap hari sesuai jam kerja kecuali pelayanan
dokter gigi dilaksanakan setiap hari . Sedangkan untuk pelayanan di RGD,dan
Rawat Inap, puskesmas membuka pelayanan 24 jam.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan pasien pada umumnya satu gedung puskesmas
sehingga memudahkan bagi pasien untuk mengakses. Ruang pendaftaran
berada paling depan di sebelah pintu masuk puskesmas berupa ruangan
dengan loket pendaftaran. Ruang pendaftaran dilengkap, 1 meja administrasi, 2
meja kerja dengan , pengeras suara dan rak penyimpanan family folder.
Poli umum merupakan ruangan dengan 1 ruang pemeriksaan dokter, termasuk
didalamnya terdapat bed/tempat tidur pasien. Di bagian depan ruangan ini/di
sisi pintu masuk terdapat meja anamnesa pasien sekaligus pemeriksaan awal
oleh perawat. Ruangan ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi
petugas.
Ruang RGD terdiri dari 1 ruangan dengan 1 (satu) bed/tempat tidur yang
dibedakan berdasarkan triase dengan 1 ruang tindakan. Ruang RGD dilengkapi
dengan, troli tindakan, wastafel, almari obat, lampu tindakan, dan meja
administrasi.
Ruang KIA terhubung langsung dengan ruang KB/Imunisasi, sisi depan
ruang KIA. Ketiganya saling terkait, sehingga memudahkan pemberian
pelayanan KIA, seperti pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB, pemeriksaan
calon pengantin serta pemberian imunisasi pada balita. Ruangan KIA juga ber-
AC, dilengkapi dengan meja administrasi, bed pemeriksaan, wastafel, lemari
peralatan.
Ruang pelayanan Gigi terdiri dari 1 ruang pemeriksaan oleh 1 dokter gigi
dan 1 perawat gigi. dilengkapi peralatan yang sudah memadai seperti dental
unit, almari alat dan meja administrasi.
Ruang Konsultasi Gizi memiliki ruang tersendiri sehingga memberikan privasi
kepada pasien untuk dapat berkonsultasi kepada petugas dengan nyaman.
Selain itu petugas juga lebih mudah dan nyaman ketika menyusun program
maupun menyusun laporan karena memiliki ruangan tersendiri yang akan
menunjang kinerjanya. Ruang ini terdiri dari meja kerja untuk konsultasi,
timbangan dan seperangkat alat bantu peraga.
Ruang laboratorium terdiri dari 1 ruangan. Dilengkapi dengan meja kerja, almari,
wastafel, peralatan dan mesin pemeriksaan laboratorium.
Ruang farmasi terdiri dari 1 ruangan, yaitu ruang untuk pelayanan obat
dan ruang tempat penyimpanan obat. Ruang pelayanan obat terletak didepan
Pendaftran, meja peracikan obat dan meja administrasi, sedangkan ruang
penyimpanan obat terletak , dilengkapi dengan lemari obat dan rak-rak
penyimpanan obat, dan meja kerja.
Ruang Perawatan terdiri dari 4 ruangan, yaitu 1 ruangan untuk nurse
station, 1 ruangan perawatan untuk pasien laki-laki, 1 ruangan untuk pasien
perempuan dan 1 ruangan untuk pasien isolasi. Ruang Nurse Station dilengkapi
dengan meja kerja, almari obat dan almari linen, troli tindakan, wastafel dan
seperangkat komputer. Ruangan untuk pasien laki-laki berisi 6 tempat tidur,
ruangan untuk pasien perempuan berisi 7 tempat tidur dan ruangan isolasi
dengan 1 tempat tidur.
2. Peralatan
Ruang Alat
Poli Umum Tensimeter
stetoskop
termometer
hammer
senter
diagnostik set
timbangan
pengukur tinggi badan

RGD
tensimeter
stetoskop
termometer
hammer
senter
diagnostik set
timbangan
pengukur tinggi badan
Poli Gigi Tensimeter
stetoskop
tang rahang dewasa
tang rahang anak
bor gigi
scaling set
spuit
Ruang KIA tensimeter
stetoskop
stetoskop laennec
termometer
doppler
KB set
Partus set
Spuit
Pita pengukur
Ruang laboratorium Centrifuge
Mesin pemeriksaan hematologi
Box fiksasi
Lampu spiritus
Objek glass
Deck galass
Tabung
Mikroskop
Spuit
Ruang farmasi
Plastik obat
Kertas puyer
Label obat
Sendok obat

Ruang Perawatan Tensimeter


stetoskop
termometer
hammer
senter
Pendaftaran alat tulis
buku register
rak status
nomor antrian
pengeras suara
NO NAMA ALAT STANDAR KONDISI RIIL DI KETERANGAN
PERMENKES PUSKESMAS
75 TAHUN 2014 SENTEBANG

SESUAI
STANDAR

TIDAK SESUAI
STANDAR
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Poli Umum UNIT PEMERIKSAAN UMUM


1. Pelayanan Medis
penyakit berdasarkan daftar penyakit terpilih di SKDI 2012, namun
beberapa penyakit dengan karakterisitik yang hampir sama dikelompokkan
menjadi satu judul penyakit. Pada setiap judul penyakit dilengkapi: 1. Kode
penyakit a. Kode International Classification of Primary Care (ICPC),
menggunakan kode ICPC-2 untuk diagnosis. b. Kode International
Classification of Diseases (ICD), menggunakan kode ICD-10 versi 10.
Penggunaan kode penyakit untuk pencatatan dan pelaporan di fasilitas
pelayanan kesehatan primer mengacu pada ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.
2. Tingkat kemampuan dokter dalam penatalaksanaan penyakit
berdasarkan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 11 tahun 2012
tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia.

Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan berisi pengertian singkat serta prevalensi penyakit di
Indonesia. Substansi dari bagian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan awal serta gambaran kondisi yang mengarah kepada
penegakan diagnosis penyakit tersebut.

Hasil Anamnesis (Subjective)


Hasil Anamnesis berisi keluhan utama maupun keluhan penyerta yang
sering disampaikan oleh pasien atau keluarga pasien. Penelusuran riwayat
penyakit yang diderita saat ini, penyakit lainnya yang merupakan faktor
risiko, riwayat keluarga, riwayat sosial, dan riwayat alergi menjadi
informasi lainnya pada bagian ini. Pada beberapa penyakit, bagian ini
memuat informasi spesifik yang harus diperoleh dokter dari pasien atau
keluarga pasien untuk menguatkan diagnosis penyakit.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana
(Objective)
Bagian ini berisi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
spesifik, mengarah kepada diagnosis penyakit (pathognomonis). Meskipun
tidak memuat rangkaian pemeriksaan fisik lainnya, pemeriksaan tanda vital
dan pemeriksaan fisik menyeluruh tetap harus dilakukan oleh dokter
layanan primer untuk memastikan diagnosis serta menyingkirkan
diagnosis banding.
Penegakan Diagnosis (Assesment)
Bagian ini berisi diagnosis yang sebagian besar dapat ditegakkan dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Beberapa penyakit membutuhkan hasil
pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis atau karena telah
menjadi standar algoritma penegakkan diagnosis. Selain itu, bagian ini
juga memuat klasifikasi penyakit, diagnosis banding, dan komplikasi
penyakit
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Bagian ini berisi sistematika rencana penatalaksanaan berorientasi pada
pasien (patient centered) yang terbagi atas dua bagian yaitu
penatalaksanaan non farmakologi dan farmakologi. Selain itu, bagian ini
juga berisi edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga (family
focus), aspek komunitas lainnya (community oriented) serta kapan dokter
perlu merujuk pasien (kriteria rujukan).
Dokter akan merujuk pasien apabila memenuhi salah satu dari kriteria
TACC (Time-Age-Complication-Comorbidity) berikut: 1. Time: jika
perjalanan penyakit dapat digolongkan kepada kondisi kronis atau
melewati Golden Time Standard. 2. Age: jika usia pasien masuk dalam
kategori yang dikhawatirkan meningkatkan risiko komplikasi serta risiko
kondisi penyakit lebih berat. 3. Complication: jika komplikasi yang ditemui
dapat memperberat kondisi pasien. 4. Comorbidity: jika terdapat keluhan
atau gejala penyakit lain yang memperberat kondisi pasien. Selain empat
kriteria di atas, kondisi fasilitas pelayanan juga dapat menjadi dasar bagi
dokter untuk melakukan rujukan demi menjamin keberlangsungan
penatalaksanaan dengan persetujuan pasien.
Peralatan
Bagian ini berisi komponen fasilitas pendukung spesifik dalam penegakan
diagnosis dan penatalaksanaan penyakit tersebut. Penyediaan peralatan
tersebut merupakan kewajiban fasilitas pelayanan kesehatan disamping
peralatan medik wajib untuk pemeriksaan umum tanda vital.
Prognosis
Kategori prognosis sebagai berikut : 1. Ad vitam, menunjuk pada pengaruh
penyakit terhadap proses kehidupan. 2. Ad functionam, menunjuk pada
pengaruh penyakit terhadap fungsi organ atau fungsi manusia dalam
melakukan tugasnya. 3. Ad sanationam, menunjuk pada penyakit yang
dapat sembuh total sehingga dapat beraktivitas seperti biasa.
Prognosis digolongkan sebagai berikut: 1. Sanam: sembuh 2. Bonam: baik
3. Malam: buruk/jelek 4. Dubia: tidak tentu/ragu-ragu 5. Dubia ad sanam:
tidak tentu/ragu-ragu, cenderung sembuh/baik 6. Dubia ad malam: tidak
tentu/ragu-ragu, cenderung memburuk/jelek
Untuk penentuan prognosis sangat ditentukan dengan kondisi pasien saat
diagnosis ditegakkan.

2.Pelayanan Keperawatan
CARI PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN

B. Poli Gigi UNIT PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


CARI PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SESUAI
PROFESI
A. Petugas Penanggung jawab
Dokter gigi
Perawat gigi
B. Perangkat kerja
Tensi meter
Stetoskop
Kursi gigi set
C. Tatalaksana
Petugas melakukan pemanggilan pasien
Petugas melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital pasien dan
mencatatkannya di rekam medis. Pasien disiapkan di kursi gigi untuk diperiksa
dokter.
Dokter memeriksa kondisi kesehatan mulut pasien dan mencatatkannya di
rekam medis. Bila pasien memerlukan tindakan perawatan gigi, maka dokter
gigi akan melakukan tindakan. Bila tidak dan pasien membutuhan obat, maka
dokter akan menuliskan resep untuk pengambilan obat di farmasi.

D. KIA UNIT PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK


1. PELAYANAN KESEHATAN ANAK DAN IMUNISASI
CARI PEDOMAN MTBS DAN IMUNISASI
2. PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN KB
CARI PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN
CARI PEDOMAN PELAYANAN KB
3.PELAYANAN PERSALINAN DAN NIFAS
CARI PEDOMAN ASUHAN KEBIDANAN UNTUK PERSALINAN DAN NIFAS
A. Petugas Penanggung jawab
Bidan
B. Perangkat Kerja
Tensi meter
Stetoskop
Doppler
Spuit
C. Tatalaksana
Petugas melakukan pemanggilan pasien.
Petugas akan melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital serta
mencatatakannya di rekam medis.
Pasien ibu hamil yang akan memeriksakan kehamilannya akan dipersilakan
naik ke bed periksa untuk dilakukan pemeriksaan kondisi kehamilannya. Hasil
pemeriksaan akan dicatat di rekam medis.
Bila memerlukan pemeriksaan penunjang yang lain, ibu hamil akan dirujuk
internal. Bila memerlukan imunisasi akan diberi immunisasi.
Bila sudah selesai ibu hamil diberi resep untuk pengambilan vitamin atau obat
lainnya.
Pasien bayi yang akan immunisasi akan diperiksa dulu apakah cukup sehat
untuk mendapatkan immunisasi hari ini.
Bila kondisi bayi sehat, maka bayi akan diberi jenis immunisasi sesuai
jadwalnya. Untuk jenis immunisasi yang dapat menimbulkan demam, kepada
orang tua bayi akan deberi resep pengambilan obat penurun panas.
Pasien peserta KB akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi, kemudian
akan diberikan pelayanan KB sesuai keinginan pasien.
Pasien calon pengantin akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi. Bila
memerlukan immunisasi, maka calon pengantin akan diberi immunisasi.
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka perlu


didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui perencanaan
yang baik dan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan usulan pemegang program
yang sudah berdasarkan hasil pemetaan masalah. Ketersediaan logistik harus dijamin
kecukupannya dan pemeliharaan yang sudah dianggarkan dan dijadwalkan.
Pengadaan alat dan bahan dalam pelaksanaan upaya klinis Puskesmas
diselenggarakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:


1. IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien dan
alamat, tidak termasuk nomor dan lokasi kamar.
b. Pasien diidentifikasi sebelum melakukan pemberian obat atau produk lainnya.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk keperluan
pemeriksaan.
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur lainnya.

Prosedur dalam Identifikasi Pasien


Ada 2 identitas yaitu menggunakan NAMAdan ALAMAT yang disesuaikan
dengan tanda pengenal resmi.Pengecualian prosedur identifikasi dapat dilakukan pada
kondisi kegawatdaruratan pasien di RGD.
Beberapa hal yang dapat dilakukan petugas adalah:
Petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahir sebelum
melakukan prosedur, dengan pertanyaan terbuka, contoh : Nama bapak siapa?
Tolong sebutkan tanggal lahir Bapak.
Bila pasien tidak dapat menyebutkan nama, identitas pasien dapat ditanyakan
kepada penunggu/ pengantar pasien.

2. MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF


Cara komunikasi yang efektif di puskesmas:
a. Menggunakan teknik SBAR(Situation Background Assessment
Recomendation) dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar pemberi layanan.
Situation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
Background : Informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi pasien
terkini.
Assessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
Recommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien
saat ini.

b. Komunikasi Verbal(Write down/tulis, Read back/baca kembali


Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon ditulis oleh penerima instruksi/
laporan.
Intruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibacakan kembali oleh
penerima instruksi/ laporan.
Instruksi/ laporan yang dibacakan tersebut, dikonfirmasikan oleh individu pemberi
instruksi/ laporan.
Untuk istilah yang sulit atau obat obatan kategori LASA (Look Alike Sound Alike)
diminta penerima pesan mengeja kata tersebut perhurup misalnya : UBRETID
S Situasi
Saya menelepon tentang (nama pasien,
umur, dan lokasi).
Masalah yang ingin disampaikan..
Tanda- tanda vital :
B Background/ latar belakang
Status mental pasien :
Kulit:
Alat Bantu
A Assesment/ Penilaian
Sampaikan masalah yang sedang terjadi
dan katakan penilaian anda.
R Rekomendasi
Apakah (katakan apa yang ingin
disarankan)
Apakah diperlukan pemeriksaan
tambahan?
Jika ada perubahan tatalaksana,
tanyakan

3. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN


Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di Puskesmas termasuk dokter melakukan kebersihan tangan
pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
Sebelum kontak dengan pasien
Sesudah kontak dengan pasien
Sebelum tindakan asepsis
Sesudah terkena cairan tubuh pasien
Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1. HANDRUB dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 30 detik
2. HANDWASH dengan air mengalir, waktunya : 40 60 detik

Alat Pelindung Diri


Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan tubuh,
ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup kepala,
kacamata pelindung, apron/ jas, dan sepatu pelindung.

4. PENGURANGAN RISIKO CEDERA AKIBAT PASIEN JATUH


Indikator usaha menurunkan risiko cedera karena jatuh :
a. Semua pasien baru dinilai rIsiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
b. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat resiko jatuh
pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh


masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di puskesmas
semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas,
pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar puskesmas ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik
sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana
dan prasarana yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus
tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165 :Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja.
Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai
kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui
upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Puskesmas harus menjamin
kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja
maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.
Program keselamatan kerja di puskesmas merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat
sekitar.
Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM puskesmas,
aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan
lingkungan sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan baik dan lancar.

2. Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan
KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas puskesmas.

Alat Keselamatan Kerja


1. Pemadam kebakaran (hidrant)
2. Jas
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
b. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat bekerja
c. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam
kebakaran, eye shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
d. Buanglah sampah pada tempatnya.
e. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
f. Dilarang merokok
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu


sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai
mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada
pelayanan klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga
memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-
langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung
sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan
terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian mutu itu
dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan
kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada
pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.
BAB IX
PENUTUP

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan


kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/ kota.
Sedangkan Puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya
pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
sesuai dengan kemampuannya. Tujuan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional. Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Anda mungkin juga menyukai