Anda di halaman 1dari 30

I.

NAMA DAN KEKUATAN SEDIAAN


Paracetamol 100mg/tablet

II. PRINSIP PERCOBAAN


Prinsip granulasi basah yaitu membasahi massa serbuk dengan larutan
pengikat yang dapat dilakukan dengan cara kering (pengikat dicampur dengan
fasa dalam kemudian ditambah pelarut pengikat sedikit demi sedikit) atau cara
basah (pengikat dicampur dengan pelarut pengikat setelah menjadi larutan
ditambahkan kedalam fasa dalam) sampai terbentuk massa yang kalis
kemudian diayak dengan mesh ukuran tertentu sehingga menghasilkan granul
dengan ukuran sesuai yang diinginkan kemudian di cetak menjadi tablet
dengan cetakan tablet (Syamsuni, 2006, 166-171).

III. TUJUAN PERCOBAAN


1. Mampu membuat granul dengan metode granulasi basah dengan metode
penambahan pengikat dengan cara kering dan cara basah
2. Mampu memahami cara pembuatan tablet dan evaluasinya
3. Mampu mengoperasikan alat evaluasi granul yaitu moisture analytical
balance, flow tester, granulometer, dan tapped density tester
4. Mengetahui prinsip evaluasi granul dan menyimpulkan mutu granul

IV. PREFORMULASI ZAT AKTIF


Paracetamol ( Farmakop Indonesia edisi V, hal 156)
Pemerian : Serbuk hablur ,warna putih, tidak berbau, rasa pahit.
Klearutan : Larut dalam air mendiih dan dalam NaOH 1N , mudah larut
dalam etanol
Titik Leleh : 168-1720
pH : 5,2 6,5
pKa : 9,5 pada suhu 250C
Stabilitas : terlindungi dari cahaya pada suhu sampai dengan 45 0 C,
parasetamol relatif stabil terhadap oksidasi.
Interaksi Obat : - Barbitura ,carmazepine, sulpinpyrazone dapat
meningkatkan hepatotoksik parasetamol.
- Penyalahgunaan etanol dapat meningkatkan toksisitas
parasetamol, efek warfarin meningkat
Dosis : - Anak-anal <12 tahun = 10-15 mg/kg bb/dosis

- Dewasa = 325-650mg setiap 4-6 jam atau 100 mg 3-4


kali /hari

Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang dan demam


Mekanisme farmakologi: Menghambat sintesis prostaglandin pada cox 1 dan
cox 2, selain itu memblok implus perifer.
Kontraindikasi :Terhadap Fenilketonuria, hipersensitif pada pasien
gangguan fungsi hati.
Aturan penyimpanan : Disimpan pada wadah tertutup rapat.
Efek samping : reaksi hipersensitive dan kelainan darah pada gangguan
kronis 3-4 gram sehari dapat terjadi kerusakan hati pada dosis 6
gram.
Kategori obat : Obat Bebas.

V. PREFORMULASI ZAT TAMBAHAN


1. Amprotab (Rowe et, al edisi VI hal:483)
Rumus molekul : C6H10O
Pemerian : tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih berupa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol (95%) dan air dingin
berkembang dalam air dengan konsentrasi 5-10% pada
370C.
pH : 5,5 6,5
Densitas : 1,478 gram/km30
Suhu granul : 730C untuk pati jagung
Kelembapan : 11% untuk pati jagung
Stabilitas : pati kering dan tanpa pemanasan stabil jika dilindungi
dari kelembapan yang tinggi. Jika digunakan sebagai
peghancur pada tablet Dibawah normal pati biasanya
inert. Larutan pati panas atau secara fisik tidak stabil
dan mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme sehingga
menghasilkan turunan pati dan modifikasinya yang
berbentuk unik.
Kegunaan : glidan , pengisi tablet dan kapsul , penghancur tablet
dan kapsul, pengikat
Aplikasi dalam teknologi atau formula farmasetika : Sebagai bahan
tambahan untuk sediaan oval padat dengan
kegunaannya sebagai pengikat, pegisi dan penghancur.
Pada preformulasi tablet , pasta amilum segar dengan
konsentrasi 50-25% b/b digunakan pada granulasi tablet
sebagai pengikat, penghancur, digunakan amilum
dengan konsentrasi 3-15%.

2. Povidon / PVP ( polivinylpirolidone) (Rowe et, al edisi VI, hal:581)


Rumus molekul : (C6H5NO)n
Berat molekul : 2500- 3 juta
Pemerian : serbuk sangat halus berwarna putih sampai krem,
hampir tidak hampir berbau higroskopik.
Kegunaan : pensuspensi, pengikat tablet
Pemakaian : pembawa obat 10-25 %
PH : 3-7 untuk larutan 5% b/v
Densitas : 1,17 1,18 gram/cm3
Higroskopis : sangat higroskopis , sejumlah lembab yang nyata
terabsopsi pada kelembapan relatif yang rendah.
kelarutan ; larut dalam asam, kloroforn, etanol,
metanol, praktis tidak larut dalam eter.
Stabilitas : pvp stabil dalam siklus pemanasan yang pendek
sekitar 110-1300C.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup
Inkompatibilitas : dengan senyawa ammonium kuartener aplikasi dalam
teknologi atau formula farmacetical : Bisa digunakan
dalam sediaan padat larutan povidon dapat digunakan
sebagai coating agent.
3. Laktosa (Rowe et, al edisi VI, hal: 366)
Rumus molekul : C12H22O11H2O
Berat molekul : 360,31
Pemerian : dalam bentuk padat laktosa terlihat memiliki variasi
bentuk isometrik, tergantung pada kristalisasi dan
kondisi pengeringan. Laktosa berwarna putih atau tidak
berwarna dalam bentuk kristalnya maupun serbuk.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam kloroform , etanol,
dan eter. Larutan dalam air dan semakin meningkat
kelarutannya dengan pemanasan.
Stabilitas : pada kondisi lembab dapat terjadi pertumbuhan
kapang. Selama disimpan laktosa dapat berubah warna
menjadi kecoklatan.
Kegunaan : zat pengisi tablet
Inkompatibilitas : laktosa dapat berubah warna menjadi coklat jika
bereaksi dengan senyawa yang mengandung gugus
amin primer.

4. Magnesium stearat (Rowe et, al edisi VI, hal 404-405)


Rumus molekul : C36H70MgO4
Berat molekul : 591,27
Pemerian : hablur sangat halus , putih , berbau khas.
Kegunaan : lubrikan, untuk tablet dan kapsul
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol (95%)
Densitas : 1,03 1,08 gram/cm3
Sifat allir : sangat sulit mengalir, bubuk dan kohesif
Polimorfisme : trihidrat bentuk asikular dan dihindrat
Titik leleh : 88,50C
Aplikasi dalam teknologi : digunakan untuk kosmetik, makanan dan
formulasi obat, biasanya digunakan sebagai lubrikan
pada pembuatan kapsul atau tablet dengan jumlah
antara 0,25 5,0%.

5. Talk (Rowe et, al edisi VI, hal:728)


Pemerian : serbuk sangat halus , tidak berbau lambat disentuh
Kegunaan : anti caking agent, glidan , pengisi tablet dan kapsul
Aplikasi dalam teknologi : digunakan pada sediaan oral atau padat sebagai
lubrikan
Pemakaian : glidan dan lubrikan tablet 1-10% sedangkan pengisi
tablet dan kapsul 5-30%
Kelarutan : praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkali
pH : 6,5 10.
Stabilitas : stabil, dapat disterilisasi dengan pemanasan pada
1600C selama tidak lebih dari 1 jam.
Inkompatibilitas : dengan senyawa surfaktan

6. Etanol 95% (Farmakope Indonesia IV hal. 63 , Martindale 30th edition hal.


783, Rowe et, al edisi VI hal 7)
Rumus molekul : C2H6O
Berat molekul : 46,07
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau
khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah
menguap meskipun pada suhu rendah dan mendidih
pada suhu 370C dan mudah terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan
Semua pelarut organik.
BJ : 0,812 0,816 g/ml
Stabillitas : Mudah menguap walaupun pada suhu rendah.
OTT : Bahan pengoksidasi Bila dicampur dengan alkali,
warna akan menjadi gelap.
Konsentrasi : 60-90 %.
Kegunaan : Anti mikroba, desinfektan, pelarut, penetrasi kulit.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat jauh dari api.
7. Acdisol (Rowe et, al edisi VI, hal:730-731)
Pemerian : silika uap submikroskopi dengan ukuran partikel 15
nm serbuka morf, tidak berasa, tidak berbau, berwarna
putih kebiru-biruan.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam pelarut organik, air dan asam.
Kecuali hydrofluric acid, larut dalam pelarut
alkalihidroksida panas.
pH : 5,0-7,0
Stabilitas : dalam wadah tertutup rapat dan kering
Inkompatibilitas : efek penghancur dari acdisol dapat turun dalam proses
pembuatan tablet dengan granulasi basah ataupun
kempa langsung dimana terdapat bahan lain yang
higroskopis seperti sorbitol
Kegunaan : penghancur dalam.

VI. PREFOMULASI WADAH KEMASAN


Kemasan primer Pracetamol harus terhindar dari kelembapan dan
pemanasan serta tidak boleh tembus cahaya (FI edisi V) oleh karena itu
dibutuhkan kemasan yang bisa melindungi paracetamol dari cahaya , plastik
HDPE merupakan plastik berlabel angka 2 dalam segitiga dan dapat dibuat
dalam bentuk botol , plastik ini memiliki bahan yang kuat dan buram sehingga
dapat melindungi paracetamol dari cahaya , HDPe dibuat daei
polimerasiethylen dengan penambahan berbagai metal , dan dihasilkan
polimer polietileneyang tersusun hampir sebagian besar polimer polimer
liniar bentuk yang linear menghasilkan bahan yang bersifat kuat rapat , dan
strukturnya mudah diatur (Porlin , 2011).
Kemasan sekunder menggunakan bahan dari karton untuk melindungi
kemasan primer.

VII. ANALISIS PERTIMBANGAN FORMULA


Parasetamol digunakan sebagai zat aktif yang berkhasiat sebagai analgetik.
Parasetamol mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang kurang baik.
Sehingga digunakan metode granulasi untuk memperbaiki sifat alir dan
kompresibilitas nya. Dengan metode granulasi basah karena parasetamol
stabil dalam larutan dan stabil terhadap pemanasan untuk proses pengeringan
granul. Parasetamol dengan adanya air akan terhidrolisis menjadi asam asetat
dan paraaminophenol.
Polivinil Pirolidon (PVP) digunakan sebagai pengikat karena sebagai pengikat
yang bersifat higroskopis mampu menyerap kelembaban disekitarnya yang
memicu terjadinya kelembaban pada tablet karena zat aktif yang digunakan
akan rusak apabila ada kelembaban. Bahan pengikat jika digunakan pada
konsentrasi tinggi akan membuat tablet menjadi keras dan waktu hancur lama.
Sedangkan jika pengikat ditambahkan sedikit maka akan menyebabkan
capping. PVP digunakan pada fase dalam (untuk mengikat dan membentuk
granul yang baik dan juga supaya granul mengikat sehingga pada saat dicetak
tidak menjadi rapuh. ( Kung. 1975)
Magnesium stearat diguanakan sebagai pelicin atau lubrikan, karena
konsentrasi yang digunakan adalah 1% penentuan komsentrasi ini berdasarkan
dari efektivitas kerja suatu lubrikan. Setiap lubrikan memiliki konsentrasi
optimum yaitu tidak lebih dari 2%. Mg stearat mempunyai sifat hidrofob dan
dapat mempengaruhi sifat alir tablet. Seperti keseragaman bobot, kekerasan,
kerapatan, kerapuhan, dan waktu hancur.
Etanol digunakan sebagai pelarut karena menggunakan metode granulasi
basah, sehingga perlu ditambahkan pelarut agar dapat melarutkan pengikat,
selain itu karena etanol mudah menguap makan akan sangat mudah dan tidak
perlu mengguanakan oven untuk menggunakan massa granul.
Talk digunakan sebagai glidan/pelincir. Glidan ditambahkan dalam formulasi
untuk menaikkan/meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa sehingga
massa tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam. Selain itu,
kombinasi dari adanya talk dan mg.stearat merupakan kombinasi yang sangat
baik karena bekerja sebagai peningkat aliran yang optimal.
Amprotab merupakan zat tambahan yang berfungsi sebagai bahan penghancur
yang mampu meningkatkan kapilaritas mengabsorpsi kelembapan
mengembang dan meningkatkan daya pembasahan tablet atau bersifat
hidrofilasi sehingga obat dapat larut dalam tubuh
Laktosa digunakan sebagai pengisi massa agar diperoleh berat massa sesuai
yang digunakan. Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak
digunakan dalam formula tablet. Karena stabilitasnya yang baik dalam
kombinasinya dengan hampir seluruh bahan obat.
Acdisol dipilih sebagai bahan penghancur yang memiliki afinitas yang besar
pada air dan dapat mengembang granul/tablet dengan baik (Marshall &
Rusnia 1989).

VIII. FORMULA
Formula 3 (Cara kering) Formula 4 (Cara basah)
FASE DALAM FASE DALAM
Paracetamol 100 mg Paracetamol 100 mg
Acdisol 5% Acdisol 5%
PVP 5% PVP 5%
Etanol qs Etanol qs
Laktosa qs Laktosa qs

FASE LUAR FASE LUAR


Mg Stearat 1% Mg Stearat 1%
Talk 2% Talk 2%
Amprotab 5% Amprotab 5%

IX. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN


1. Perhitungan

FORMULA 3 (Menggunakan Pengikat Cara Kering)


92
Fase Dalam (92%) : ( 100 500 ) = 460 mg
Nama Zat 1 Tablet 150 tablet
1. Parasetamol 100 mg 15 gram
2. Acdisol 5 3,7 5 gram
5 0 0 mg=2 5 mg
100
3. PVP 5 3,75 gram
50 0 mg=2 5 mg
100
4. Etanol 95% 0,0 25 5=0,125 mL 18 mL
5. Laktosa 460 mg (100+ 25+12,5 ) 4 6 ,5 gram
460 mg1 5 0 mg
310 mg
Bobot granul teoritis = 460 mg 69 gram
Bobot granul sebenarnya 72,62 gram
Kadar air = 1,32
Bobot granul tanpa kadar air ( 100 1,32 ) 72,62 gram
98,68 72,62 gram
71,661 gram
Jumlah tablet jumlah granul sebenarnya
= x jumlah tablet
jumlah granul teoritis
71,661 gram
= x 150
69 gram
= 155 tablet
Fase Luar (8%) :
Nama Zat 150 tablet
1. Mg. Stearat 1
72,62 gram=0,789 gram
92
2. Talkum 2
72,62 gram=1,579 gram
92
3. Amprotab 5
72,62 gram=3,947 gram
92
Bobot per tablet ( 72,62 gram+ 0,789+1,579+3, 947 )

155 tablet
509 mg/tab

FORMULA 4 (Menggunakan Pengikat Cara Basah)


92
Fase Dalam (92%) : ( 100 500 ) = 460 mg
Nama Zat 1 Tablet 150 tablet
6. Parasetamol 100 mg 15 gram
7. Acdisol 5 3,75 gram
500 mg=25 mg
100
8. PVP 5 3,75 gram
500 mg=25 mg
100
9. Etanol 95% 0,0 25 5=0,125 mL 18 mL
10. Laktosa 460 mg (100+ 25+12,5 ) 46,5 gram
460 mg150 mg
310 mg
Bobot granul teoritis = 460 mg 69 gram
Bobot granul sebenarnya 65,142 gram
Kadar air = 1,32
Bobot granul tanpa kadar air ( 100 1,78 ) 65,142 gram
63,982 gram
Jumlah tablet jumlah granul sebenarnya
= x jumlah tablet
jumlah granul teoritis
63,982 gram
= x 150
69 gram
= 139 tablet

Fase Luar (8%) :


Nama Zat 150 tablet
4. Mg. Stearat 1
65,142 gram=0,708 gram
92
5. Talkum 2
65,142 gram=1,416 gram
92
6. Amprotab 5
65,142 gram=3,540 gram
92
Bobot per tablet ( 65,142 gram+ 0,708+1,416+3, 540 )

139 tablet
509 mg/tab
2. Penimbangan
Formula 3

Bahan 1 tablet 150 tablet


Parasetamol 100 mg 15 g
Acdisol 25 mg 3,75 g
PVP 25 mg 3,75 g
Laktosa 310 mg 46,5 g
Etanol q.s q.s
Mg.stearat 0,789 g 118 g
Talk 1,579 g 236 g
Amprotab 3,3946 g 509 g

Formula 4
Bahan 1 tablet 150 tablet
Parasetamol 100 mg 15 g
Acdisol 25 mg 3,75 g
PVP 25 mg 3,75 g
Laktosa 310 mg 46,5 g
Etanol q.s q.s
Mg.stearat 0,708 106.2 g
Talk 1,416 212,4 g
Amprotab 3,54 531 g

X. PROSEDUR PEMBUATAN
1. Pembuatan larutan PVP (Untuk cara basah)
Ditimbang sejumlah PVP yang diperlukan, kemudian dilarutkan
sejumlah etanol 95% larutan pengikat berdasarkan hasi orientasi ataupun
berdasarkan kelarutan data PVP dalam pelarut tersebut, kemudian diaduk
larutan hingga homogen.
2. Granulasi hingga tabletasi
a. Pengikat ditambahkan dengan cara basah
Paracetamol, acdisol, dan laktosa dicampur sampai
homogen,kemudian ditambahkan larutan PVP sedikit-sedikit sambil
diaduk sampai terbentuk massa basah yang sesuai untuk dibuat granul
(massa harus dapat dikepal namun dapat dipatahkan). Larutan PVP
dimasukkan semuanya agar persentase pengikat sesuai. Massa basah
kemudian diayak dengan ayakan mesh 16. Granul basah dikeringkan
dalam oven dengan suhu 400C sampai kandungan lembab kurang dari 3%.
Granul kering kemudian ditimbang dan dievaluasi. Granul yang telah
memenuhi syarat dapat dicampur dengan fase luar (talk dan amprotab)
diaduk hingga 10 menit hingga homogen kemudian ditambahkan Mg
stearat diaduk hingga 2 menit. Massa siap cetak dievaluasi kemudian
ditabletasi dengan menggunakan punch diameter 13 mm dengan bobot
yang telah ditentukan. Tablet dievaluasi menurut persyaratan yang berlaku
b. Pengikat ditambahkan dengan cara kering
Paracetamol, acdisol, PVP, dan laktosa dicampur sampai
homogen, kemudian ditambahkan larutan pengikat sedikit demi sedikit
hingga diperoleh massa yang basah.Massa basah kemudian diayak dengan
ayakan mesh 16. Granul basah dikeringkan dalam oven dengan suhu 40 0C
sampai kandungan lembab kurang dari 3%. Granul kering kemudian
ditimbang dan dievaluasi. Granul yang telah memenuhi syarat dapat
dicampur dengan fase luar (talk dan amprotab) aduk hingga 10 menit
hingga homogen kemudaian ditambahkan Mg stearat diaduk hingga 2
menit. Massa siap cetak dievaluasi kemudian ditabletasi dengan
menggunakan punch diameter 13 mm dengan bobot yang telah ditentukan.
Tablet dievaluasi menurut persyaratan yang berlaku

XI. EVALUASI DAN DATA PENGAMATAN


A. Evaluasi Granul
1. Uji Kelembaban
Moisture analytical balance dipastikan sudah bersih dan kering dengan
kondisi cawan sampel dalam kondisi baik, kemudian sampel 5 atau 10 gram
ditimbang, lalu dilakukan pengujian sesuai protap yang ditetapa oleh pabrikan
alat uji yang digunakan.

Formula Kelembapan Hasil


3 Memenuhi syarat 1,38 %
4 Memenuhi syarat 1,78 %

Kesimpulan : Formula 3 dan 4 memenuhi persyaratan karena


kandungan air 2 %, namun jika di bandingkan
formula 4 lebih baik karena mendekati < 2 %

2. Uji Sifat Alir


- Evaluasi kecepatan alir

Flow tester dipastikan sudah bersih dan kering dengan kondisi


corong dalam keadan tertutup dengan alas berupa kertas millimeter block,
disiapkan juga stopwatch dan mistar, 100gram sampel ditimbang,
pengujian dilakukan dengan membuka penutup corong bersamaan dengan
melakukan perhitngan waktu, setelah seluruh sampel keluar dari sampel
keluar dari alat, dihentikan dan waktu yang tetera pada stopwatch dicatat:
laju alir (gram/detik), kemudian ruahan yang terbentuk diukur tinggi dan
diameternya, kemudian sudut baring dihitung menggunakan fungsi
tangesial.
Bobot
Kecepatan Alir =
Waktu alir

Formul Bobot Waktu alir (s) Kec.alir (g/s) Hasil


a
3 30 g 4 : 19 s 7,5 g/s Memenuhi
syarat
4 30 g 2 : 98 s 10,06 g/s Memenuhi
syarat

Kesimpulan : memenuhi persyaratan karena kecepatan alir kurang


dari 10 detik dan dilihat dari sifat alirnya formula 4
lebih baik yaitu 10,06 g/s
- Evaluasi sudut baring
h
Rumus : tan =
r

Formul Bobot Tinggi(h) r(cm) Sudut Hasil


a baring
3 30 g 3,3 6 28,81 Memenuhi
syarat
4 30 g 3,4 5,725 30,71 Memenuhi
syarat

Kesimpulan : tidak memenuhi persyaratan karena sudut baring lebih dari


25o

3. Uji Distribusi Ukuran Partikel

Granulometer dipastikan setiap pengayakan sudah bersih dan kering,


kemudian 100gram sampel ditimbang, lalu dilakukan pengujian sesuai protap
yang ditetapkan oeh pabrikan alat uji yang digunakan, kemudian sampel yang
tertahan pada setiap pengayak ditimbang dan dihitung persentase:
hasil mesh
Bobot = 100
bobot

Bobot (gram)
Formula Bobot Mesh
16 20 40 60 80 100 120
4 30 g 6,326 10,222 1,539 2,741 2,299 2,236 3,788
3 30 g 0,446 4,972 2,908 2,932 3,676 4,585 8,586

Bobot (%)
Formula Bobot Mesh
16 20 40 60 80 100 120
4 30 g 21,08 34,073 5,13 9,137 7,663 7,453 12,62
7
3 30 g 1,487 16,573 9,693 9,773 12,253 15,283 28,62

Kesimpulan : formula 4 lebih baik karena pada mesh 120 hanya terampug
3,788 g sedangkan formula 3 tidak memenuhi persyaratan
karena pada mesh 120 tertampung 8,586 g.

4. Uji Densitas / BJ

Tapped density tester dipastikan sudah dalam kondisi bersih dan


kering, 100grm sampel ditimbang, lalu dilakukan pengujian sesuai protap
yang ditetapkan oleh pabrikan alat uji yang digunakan, lalu BJ nyata dihitung
denga cara bobot granul dibagi volume granul saat dimasukan ke dalam gelas
ukur alat uji, kemudian hitung BJ mampat dengan cara bobot granul dibagi
volume grnul setelah pemampatan/ketukan 500 kali, stelah itu dihitung BJ
sejati degan cara bobot granul dibagi volume granu tidak termasuk pori pori
granul dan rongga antar granul, kemudian dihitung juga kadar pemampatan
dengan cara presentase dari selisih antara volme granul sebelum dengan
setelah pemampatan/ketukan 500 kali dibagi volume granul, kemudian dicari
perbandingan angka haussner dengan cara angka yang diperoleh dari
rasio/perbandingan BJ setelah pemampatan dengan BJ sebelum pemampatan,
lalu persen kompresibilitas dihitung dengan cara persentase dari kemampuan
granul untuk dikompres menjadi sediaan tablet.
- BJ Nyata
W
P=
Vo

Formula Bobot Vo BJ nyata


3 30 g 76 ml 0,395 g/ml
4 30 g 95 ml 0,316 g/ml

- Bj Mampat
W
BJ Mampat =
Vo

Formula Ketukan W Vo (ml) Pn


3 10 30 g 71 0,423 g/ml
500 30 g 60 0,5 g/ml
750 30 g 60 0,5 g/ml
4 10 30 g 92 0,326 g/ml
500 30 g 82 0,366 g/ml
750 30 g 82 0,366 g/ml

- BJ Sejati
( ba ) Bj cairan pendispersi
BJ Sejati=
( b+ d )( a+ c )

Formul Bj Bobot a (g) b (g) c (g) d (g) Bj sejati


a cairan (g)
3 1,39 1g 16,64 17,674 26,18 25,798 0,87
5 3
4 16,572 1g 16,57 17,5727 25,89 25,429 0,87
2 8 4

( ba ) Bj cairan pendispersi
BJ Sejati=
( b+ d )( a+ c )

Formula 3
(17,674 g16,645 g) 0,87
Bj sejati =
(17,674 g+ 25,798 g ) (16,645 g +26,183 g)
0,895 g
= = 1,389 gram
0,644 g
Formula 4
( 17,5727 g16,572 g)0,87
Bj sejati
( 17,5727 g+25,4294 g ) (16,572 g+ 25,898 g)
0,870 g
= = 1,629 gram
0,534 g
- Kadar pemampatan

Formula V0 (ml) V500 (ml) kp


3 76 60 21,053 %
4 95 82 13,684 %

VoV 500 7660


Kp formula3= 100 = 100 =21,053 %
Vo 76
Kesimpulan : Tidak memenuhi persyaratan karena Kp 20 %
VoV 500 9582
Kp formula 4= 100 = 100 =13,684 %
Vo 95

Kesimpulan : Memenuhi persyaratan karena Kp < 20%

- Perbandingan Hausner
BJ setelah pemampatan
BJ sebelum pemampatan

formul Bj sebelum Bj sesudah H Hasil


a
3 76 60 1,267 Tidak memenuhi
syarat karena H
1,2
4 95 82 1,159 Memenuhi syarat,
karena H mendekati =
1,2

- % Kompresibilitas
BJ mampatBJ nyata
kompresibilitas= 100
BJ mampat

Formula Bj mampat Bj nyata %K


3 0,5 0,395 21
4 0,366 0,316 13,66

Formula 3
0,50,395
kompresibilitas= 100 =21 %
0,5
Kesimpulan : Memenuhi persyaratan karena % kompresibilitasnya
diremtamg 26-31, hasil yang di perileh yaitu 21% (baik)
Formula 4
0,3660,316
kompresibilitas= 100 =13,66 %
0,366
Kesimpulan : tidak memenuhi persyaratan karena %
kompresibilitasnya 13,66 % ( cukup baik )

5. Uji Kadar Zat Aktif

Sesuai monografi zat aktif dalam farmakope indonesia.

XII. PEMBAHASAN
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk
sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan
tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja (DEPKES RI.
1995. Hal: 6).
Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu granulasi basah,
granuasi kering dan kempa langsung. Pada praktikum ini akan dilakukan pembuatan
tablet dengan metode granulasi basah.
Granulasi basah adalah metode yang dilakukan dengan cara membasahi massa
tablet menggunakan larutan pengikat sampai terdapat tingkat kebasahan tertentu, lalu
digranulasi. Prinsip granulasinya adalah menciptakan ikatan antara partikel melalui
penggumpalan massa dengan penambahan pengikat basah yang diikuti dengan
pengeringan setelah gumpalan massa digranulasi (DEPKES RI. 1995.Hal:8).
Tujuan dari granulasi ini adalah memperbaiki kompresibilitas dan kohesi antar
serbuk. Obat dengan dosis besar dan memiliki sifat aliran atau kompresibilitas yang
kurang baik dapat diperbaiki sifat alirannya atau kompresibilitasnya dengan teknik
granulasi basah agar dapat dicetak menjadi tablet. Teknik ini mencegah segregasi
partikel dan meningkatkan disolusi obat yang tidak larut air dengan menggunakan
pelarut dan pengikat yang sesuai (Lachman et al., 1989.Hal: 112).
Zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi
dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan
dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50C. Setelah kering diayak lagi
untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan
pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief, 1994.Hal: 88).
Pada percobaan ini zat aktif yang digunakan adalah Parasetamol, parasetamol
dibuat tablet dengan metode granulasi basah karena parasetamol tahan terhadap panas
dan kelembaban. Dibuat dua formula dengan bahan dan takaran bahan yang sama.
Formula 3 dibuat dengan metode pencampuran kering, sedangkan formula 4 dibuat
dengan metode pencampuran basah. Eksipient yang digunakan diantaranya Acdisol,
PVP, etanol 95 %, laktosa, Talk, amprotab, dan magnesium stearate. Pada pembuatan
tablet dengan metode granulasi basah bahan dibagi menjadi dua fase yaitu fase dalam
dan fase luar. Fase dalam terdiri dari parasetamol, Acdisol, PVP, Etanol 95 % dan
laktosa. Sedangkan fase luar terdiri dari Amprotab, Talk dan Magnesium Stearat.
Acdisol pada fase dalam digunakan sebagai penghancur dalam dan pada fase
luar digunakan Amprotab sebagai penghancur luar, dimana tablet pada saluran cerna
dengan adanya amprotab akan hancur menjadi granul dan dengan adanya acdisol
sebagai penghancur dalam granul akan hancur menjadi serbuk sehingga zat aktif akan
terlepas dari matriks tablet. Acdisol merupakan ikatan silang dari CMC-Na dan
sangat baik digunakan sebagai desintegran dalam konsentrasi rendah (Lachman.
Hal:703). Mekanisme penghancuran granul menjadi serbuk oleh acdisol melalui dua
tahap, yaitu penyerapan air (water wicking) dan pembengkakan secara cepat (rapid
swelling). Mekanisme penghancuran tablet menjadi granul oleh amprotab adalah
granul mampu mengembang jika kontak dengan air.

PVP digunakan sebagai pengikat, pemilihan PVP sebagai pengikat

dikarenakan PVP tahan terhadap pemanasan hingga suhu 150 dan apabila diberikan
secara oral PVP tidak akan diserap oleh saluran cerna ataupun selaput lendir, PVP
akan mengikat partikel-partikel sehingga partikel akan bergabung dan membentuk
granul. Etanol 95 % digunakan sebagai pelarut dari pengikat, pemilihan etanol 95 %
dikarenakan PVP memiliki sifat yang mudah larut dalam etanol 95 %. Penambahan
pengikat pada granulasi basah terdapat dua cara yaitu cara penambahan kering dan
cara penambahan basah. Cara penambahan kering dilakukan dengan cara
mencampurkan pengkat dengan bahan lain pada fase dalam, kemudian apabila telah
bercampur ditambahakan pelarut sedikit demi sedikit hingga membentuk massa yang
dapat dikepal. Sedangkan cara penambahan basah dilakukan dengan melarutkan
pengikat dengan pelarut yang sesuai kemudian larutan pengikat dicampur kedalam
campuran serbuk. Laktosa digunakan sebagai pengisi, yaitu untuk membuat bobot
tablet sesuai dengan bobot yang diinnginkan. Talk digunakan sebagai glidan yaitu
untuk menunjang karakteristik aliran dari granul atau meningkatkan aliran granul dari
hopper ke dalam die. Magnesium stearate berfungsi sebagai lubrikan yaitu untuk
mengurangi gesekan atau friksi yang terjadi antara permukaan tablet dengan dinding
die selama proses pengempaan dan pengeluaran tablet.
Evaluasi mutu dalam proses pembuatan tablet dilakukan terhadap bahan baku,
granul, dan tablet yang diproleh untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan.
Evaluasi terhadap granul meliputi penetapan kandungan lembab, penetapan kecepatan
aliran, distribusi ukuran partikel, pemeriksaan bobot jenis sejati, pemeriksaan bobot
jenis mampat, dan penetapan kadar zat aktif dalam granul. (Lachman et al, 1989.Hal:
114).
Sebelum dilakukan pencetakan tablet, granul yang dibuat harus dievaluasi
terlebih dahulu. Evaluasi granul pada percobaan ini didapatkan :

1. Uji kelembaban
Uji kelembaban dilakukan dengan menggunakan Moisture Analytical
Balance. Dari uji kelembaban terhadap granul dari formula 3 didapatkan kadar
air sebesar 1,38 % sedangkan pada granul formula 4 didapatkan kadar air
sebesar 1,78 %. Dari hasil uji kelembaban tersebut kandungan air dari kedua
formula tidak memenuhi syarat karena diluar rentang kadar air standar yaitu
2-3 %. Kadar air sangat berpengaruh terhadap proses pencetakan tablet dan
sifat alir dari granul. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan granul yang
dihasilkan menjadi lebih lembab dan sukar untuk mengalir dari hoper ke die
karena granul akan lengket atau menempel pada hoper, kadar air yang tinggi
juga menyebabkan granul menjadi lebih mudah untuk ditumbuhi mikroba.
Jika kadar air terlalu rendah maka kekerasan tablet juga akan rendah, sehingga
akan mudah rapuh.
2. Uji sifat alir
Untuk mendapatkan tablet dengan bobot dan ukuran yang seragam
maka sifat alir dari granul harus memilki sifat alir yang baik. Dengan
terpenuhinya sifat alir yang baik dari granul menyebabkan granul yang
mengalir ke die akan mudah sehingga akan didapatkan bobot dari tiap tablet
yang seragam. Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa
granul melalui corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik untuk
100 gram granul, jika tidak maka akan dijumpai kesulitan dalam hal
keseragaman bobot tablet. Pengukuran sudut diam digunakan metode corong
tegak, granul dibiarkan mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan
membentuk kerucut, kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin datar
kerucut yang dihasilkan, semakin kecil sudut diam, semakin baik aliran granul
tersebut (Voigt, 1995.Hal 90).
Pada formula 3 didapatkan laju alir 7,16g/detik dengan sudut baring
28,81o. Pada formula 4 didapatkan laju alir 10,067g/detik dengan sudut baring
30,71o. Dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecepatan alir
granul formula 4 lebih baik dari pada formula 3. Hal ini sesuai dengan kadar
air pada setiap formula, kadar air pada formula 4 lebih mendekati 2%
sehingga kecepatan alirnya juga lebih baik jika dibandingkan dengan formula
3.
3. Uji distribusi ukuran partikel
Uji distribusi ukuran partikel dilakukan dengan menggunakan alat
yang disebut granulometer yang tersusun atas beberapa mesh yang memiliki
ukuran mesh yang berbeda. Mesh paling atas memiliki ukuran pori yang lebih
besar dan semakin bawah ukuran dari pori pada mesh akan semakin kecil.
Sehingga granulometri akan memisahkan granu berdasarkan ukuran partikel
dari granul.
Pada evaluasi ini didapatkan pada formula 3 persentasi ukuran partikel
granul yang paling besar berada pada mesh ke 120 dengan 28,62%.
Sedangkan pada formula 4 distribusi ukuran partikel granul yang paling besar
terdapat pada mesh ke 40 dengan 34,073%. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa distribusi ukuran partikel pada formula 3 tidak baik
karena granul paling banyak berada pada mesh 120. Hal ini dikarenakan
jumlah pengikat yang digunakan kurang. Hal ini juga berkaitan dengan kadar
air dari granul yang tidak memenuhi syarat sehingga menyebabkan serbuk-
serbuk tidak terikat sempurna, mudah untuk memisah dan menjadi rapuh.
Pada formula 4 distribusi ukuran partikel sudah baik, karena granul
paling banyak berada pada mesh 40. Hal ini berkaitan dengan kadar air pada
granul, dan metode pencampuran yang dignakan. Pengikat PVP bekerja
efektif jika ditambahkan pelarut sehingga daya ikatnya akan menjadi lebih
baik ketika dibuat larutan jikan dibandingkan dengan meneteskan pelarut
sedikit demi sedikit pada campuran serbuk.
Ukuran granul dapat berkisar dari yang sangat kasar dengan diameter
sekitar 10 mm (1 cm), hingga sangat baik, mendekati dimensi koloid dengan
ukuran diameter kurang dari 1m. Untuk menampilkan ukuran partikel granul
yang diberikan, United States Pharmacopecia (USP) menggunakan istilah-
istilah deskriptif yaitu sangat kasar, kasar, cukup kasar, halus, dan sangat
halus, yang terkait dengan proporsi bubuk yang mampu melewati lubang
saringan standar dari berbagai kehalusan dalam periode tertentu ketika
diberikan guncangan, umumnya dalam saringan shaker mekanis. Tabel I
menyajikan nomor mesh ayakan standar dan ukuran lubang masing-masing
mesh ayakan tersebut yang dinyatakan dalam milimeter dan mikron. Ayakan
untuk pengujian dan pengukuran umumnya terbuat dari kawat kain tenun dari
bahan kuningan, perunggu, atau kawat lain yang cocok, yang tidak dilapisi
atau disepuh (Ansel et al., 2011. Hal:103).
4. Uji Densitas
Uji densitas atau bobot jenis terbagi menjadi beberapa pengujian
diantaranya menentuan BJ nyata, BJ mampat, BJ sejati, kadar pemampatan,
angka hausner dan persen kompresibilitas. BJ nyata adalah perbandingan
massa granul dengan volume granul pada gelas ukur sebelum dilakukan
pengetukan atau sebelum dilakukan pemampatan. BJ mampat adalah
perbadingan massa granul dengan volume granul setelah diketuk sebanyak
500 atau 750 kali. BJ sejati adalah bobot jenis sesungguhnya.
Dari pengujian didapatkan BJ nyata formula 3 adalah 0,395 g/ml dan
formula 4 0,316g/ml. Jika dibandingkan dengan BJ nyata yang didapatkan
dari alat, hasil perhitungan BJ nyata memilki kesamaan dengan BJ nyata pada
alat.
Pada BJ mampat formula 3 adalah 0,422g/ml dan formula 4 adalah
0,326g/ml. jika dibandingkan dengan BJ mampat pada alat BJ mampat hasil
perhitungan memiliki nilai yang sama pada alat. Sedangkan pada perhitungan
BJ sejati didapatkan pada formula 3 adalah 1,390 dan formula 4 adalah 1,475.
Pada penentuan angka hausner didapat kan pada formula 3 adalah
1,267 dan formula 4 adalah 1,159. Angka hausner yang baik adalah hasil
perbandingan dari BJ mampat dengan BJ nyata menghasilkan nilai 1. Dari
pengujian kadar pemampatan kedua formula baik formula 3 dan formula 4
menghasilkan kadar pemampatan yang tidak memenuhi syarat karena kadar
pemampatan dari kedua formula lebih besar dari 20 %. Sedangkan untuk
persen kompresibilitas formula 3 sebesar 21%, dari persetase tersebut
menunjukan bahwan formula 3 memilki persen kompresibilitas agak baik
karena terdapat pada rentang 21-25 %. Pada formula 4 persen kompresibilitas
sebesar 13,661% yang menunjukan bahwa persen kompresibilitas formula 4
baik.

Dari seluruh evaluasi granul yang dilakukan tujuan utama melakukan evaluasi
adalah untuk menentukan sifat alir, karena sifat alir sangat menentukan tablet yang
akan dihasilkan. Sifat alir yang baik akan menyebabkan granul mudah mengalir dan
menyebabkan hasil cetakan tablet memilki tingkat keseragaman yang baik. Sifat alir
serbuk merupakan faktor kritik dalam produksi obat sediaan padat. Hal ini karena
sifat alir serbuk berpengaruh pada peningkatan reprodusibilitas pengisian ruang
kompresi pada pembuatan tablet.

Setelah dilakukan evaluasi terhadap granul dari formula 3 dan formula 4, diperoleh
hasil formula 4 lebih baik dari pada formula 3. Tidak ada perbedaan formula atau
bahan-bahan pada formula 3 dan 4, hanya saja kedua frmula tersebut dibuat dengan
metode pencampuran pengikat yang berbeda. Formula 3 dibuat dengan menggunkan
metode pencampuan kering, sedangkan formula 4 menggunakan metode
pencampuran basah. Hasil granul dari formula 4 lebih baik dari formula 3 karena
pengikat pada formula 4 bekerja lebih optimum. Hal ini karena adanya proses
pelarutan pengikat (PVP) dengan pelarut (etanol).
XIII. KESIMPULAN
Pembuatan tablet paracetamol 100 mg dengan metode granulasi basah
menghasilkan tablet yang cukup baik. Tablet paracetamol dengan cara
penambahan pengikat secara basah lebih baik dibandingkan dengan tablet
paracetamol dengan cara penambahan pengikat secara kering.
Setelah dilakukan evaluasi granul, hasil yang didapatkan yaitu :
Kadar air granul pada formula 3 adalah 1,38 % dan pada formula 4
adalah 1,78%. Kadar air dari kedua formula tersebut tidak memnuhi
persyaratan karena kurang dari 2%.
Sifat alir dari formula 3 sangat mudah mengalir dan formula 4 mudah
mengalir.
Distribusi ukuran partikel formula 4 lebih baik daripada formula 4 baik.
Uji densitas BJ nyata formula 3 adalah 0,395 g/ml dan formula 4 adalah
0,316 g/ml. BJ mampat formula 3 adalah 0,5 g/ml dan BJ mampat
formula 4 adalah 0,366 g/ml. BJ sejati formula 3 adalah 1,39 dan
formula 4 adalah 1,475. Kadar pemampatan dari formula 3 tidak
memenuhi syarat, sedangkan formula 4 memenuhi persyaratan. Persen
kompresibilitas formula 3 agak baik dan formula 4 baik.

Formula 4 lebih baik dari pada formula 3. Pengikat pada formula 4


bekerja lebih optimum karena PVP bekerja lebih optimum jika kontak dengan
pelarut.

XIV. INFORMASI OBAT STANDAR


Paracetamol
Kekuatan sediaan : 100 mg/ tablet.

Indikasi : Digunakan untuk menurunkan demam pada segala usia


namun sebaiknya digunakan apabila suhu tubuh sudah benar-
benar tinggi, digunakan secara luas untuk meredakan sakit
kepala, sakit gigi, meredakan nyeri pada arthritis ringan dan
nyeri ringan lainnya, merupakan komponen utama obat flu dan
pilek.

Mekanisme farmakologi : Menghambat kerja enzim cycloocsygenase (COX).


Enzim COX berperan pada pembentukan prostaglandin yaitu
senyawa penyebab nyeri. Dengan dihambatnya kerja enzim ini
maka jumlah prostaglandin pada SSP menjadi berkurang
sehingga respon tubuh terhadap nyeri berkurang. Paracetamol
menurunkan suhu tubuh dengan cara menurunkan hipotalamus
pengendali suhu di otak.

Kontra indikasi : Pasien yang memiliki riwayat hipersensitif, pasien dengan


gangguan fungsi hati dan ginjal

Efek samping : Dapat menyebabkan kerusakan hati terutama jika


penggunaannya melebihi dosis yang dianjurkan, mual, muntah,
pendarahan di lambung, pada penggunaan dosis yang lebih
tinggi dapat meningkatkan resiko terjadinya kerusakan ginjal
termasuk gagal ginjal akut.

Dosis :

Dosis lazim dewasa untuk penurun panas dan atau meredakan nyeri
Oral atau rectal : 325 650 mg setiap 4 6 jam.
Dosis lazim bayi dan anak < 12 tahun untuk penurun panas dan
meredakan nyeri
Oral : 10 15 mg/ kg BB / dosis, diberikan setiap 4 6 jam sesuai
kebutuhan
Dosis laim anak > 12 tahun untuk penurun panas dan meredakan nyeri
Oral atau rectal : 325 650 mg setiap 4 6 jam. Dosis maksimum : 4000
mg/hari.

Interaksi obat :

Metoclopramide : meningkatkan efek analgetik paracetamol.


Carbamazepine, fenobarbital dan fenitoin : meningkatkan potensi
kerusakan hati.
Kolestiramin dan lixisenatide : mengurangi efek farmakologis
paracetamol.
Antikoagulan wafarin : paracetamol meningkatkan efek koagulasi,
sehingga obat ini meningkatkan potensi resiko terjadinya pendarahan.

Golongan obat : obat bebas, bisa diperoleh tanpa resep dokter di apotek atau
toko obat berizin resmi

Perhatian :

Pemakaian obat ini harus dihentikan jika tanda-tanda awal reaksi alergi
seperti ruam, gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia,pucat atau
tanda-tanda lainnya muncul karena bisa berakibat fatal
Obat ini harus digunakan secara hati-hati pada pasien yang memiliki
penyakit asma
Paracetamol diketahui ikut keluat bersama ASI meskipun dalam jumlah
kecil
Ada baiknya obat ini dikonsumsi setelah makan
Hati-hati menggunakan obat ini pada pasien dengan gangguan fungsi
hati dan ginjal

(Mutschler, E. 1999. Obat Obat Penting. 2007)


XV. WADAH, KEMASAN DAN BROSUR
DAFTAR PUSTAKA
AHFS, 2006, AHFS Drug Information, American Society of Health Sistem
Pharmacist, Wisconsin, USA.
Anief. 1994. Farmasetika. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press
Ansel et al. 2011. Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery System.
London: Lippincott Williams Wilkins
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI. Hal. 37
Ditjen POM ( 1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
R.I. Hal. 63
Hadisoewignyo, dkk, 2013, Sediaan Solida, Pustaka Pelajar, Jogjakarta
ISO, 2014, ISO Indonesia Informasi Spesialite Obat, Volume 48, PT. ISFI Penerbitan,
Jakarta. Hal 38
Lachman, L., Schwartz, J.B., and Lieberman H.A., 1989, Pharmaceutical Dosage
Forms Tablets, 2nd Ed. New York : Marcell Dekker Inc
Mutschler, E.1999. Dinamika obat. Bandng; ITB
Parrot, E. L. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental pharmaceutics Third
Edition. USA: Burges Publishing Company.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani N.
S. Yogyakarta : UGM Press
Soekemi, R. A., dkk. 1987. Tablet. Medan: Mayang Kencana.
Sulaiman. 2007. Perbandingan Availabilitas In Vitro Tablet Metronidazol Produk
Generik Dan Produk Dagang. Tersedia di: http://jurnalfarmasi
uiacid/pdf/2005/v02n02/ilma0202pdf
Tjay dan K. Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Jakarta; PT Ele Media Komputindo

Anda mungkin juga menyukai