VIII. FORMULA
Formula 3 (Cara kering) Formula 4 (Cara basah)
FASE DALAM FASE DALAM
Paracetamol 100 mg Paracetamol 100 mg
Acdisol 5% Acdisol 5%
PVP 5% PVP 5%
Etanol qs Etanol qs
Laktosa qs Laktosa qs
Formula 4
Bahan 1 tablet 150 tablet
Parasetamol 100 mg 15 g
Acdisol 25 mg 3,75 g
PVP 25 mg 3,75 g
Laktosa 310 mg 46,5 g
Etanol q.s q.s
Mg.stearat 0,708 106.2 g
Talk 1,416 212,4 g
Amprotab 3,54 531 g
X. PROSEDUR PEMBUATAN
1. Pembuatan larutan PVP (Untuk cara basah)
Ditimbang sejumlah PVP yang diperlukan, kemudian dilarutkan
sejumlah etanol 95% larutan pengikat berdasarkan hasi orientasi ataupun
berdasarkan kelarutan data PVP dalam pelarut tersebut, kemudian diaduk
larutan hingga homogen.
2. Granulasi hingga tabletasi
a. Pengikat ditambahkan dengan cara basah
Paracetamol, acdisol, dan laktosa dicampur sampai
homogen,kemudian ditambahkan larutan PVP sedikit-sedikit sambil
diaduk sampai terbentuk massa basah yang sesuai untuk dibuat granul
(massa harus dapat dikepal namun dapat dipatahkan). Larutan PVP
dimasukkan semuanya agar persentase pengikat sesuai. Massa basah
kemudian diayak dengan ayakan mesh 16. Granul basah dikeringkan
dalam oven dengan suhu 400C sampai kandungan lembab kurang dari 3%.
Granul kering kemudian ditimbang dan dievaluasi. Granul yang telah
memenuhi syarat dapat dicampur dengan fase luar (talk dan amprotab)
diaduk hingga 10 menit hingga homogen kemudian ditambahkan Mg
stearat diaduk hingga 2 menit. Massa siap cetak dievaluasi kemudian
ditabletasi dengan menggunakan punch diameter 13 mm dengan bobot
yang telah ditentukan. Tablet dievaluasi menurut persyaratan yang berlaku
b. Pengikat ditambahkan dengan cara kering
Paracetamol, acdisol, PVP, dan laktosa dicampur sampai
homogen, kemudian ditambahkan larutan pengikat sedikit demi sedikit
hingga diperoleh massa yang basah.Massa basah kemudian diayak dengan
ayakan mesh 16. Granul basah dikeringkan dalam oven dengan suhu 40 0C
sampai kandungan lembab kurang dari 3%. Granul kering kemudian
ditimbang dan dievaluasi. Granul yang telah memenuhi syarat dapat
dicampur dengan fase luar (talk dan amprotab) aduk hingga 10 menit
hingga homogen kemudaian ditambahkan Mg stearat diaduk hingga 2
menit. Massa siap cetak dievaluasi kemudian ditabletasi dengan
menggunakan punch diameter 13 mm dengan bobot yang telah ditentukan.
Tablet dievaluasi menurut persyaratan yang berlaku
Bobot (gram)
Formula Bobot Mesh
16 20 40 60 80 100 120
4 30 g 6,326 10,222 1,539 2,741 2,299 2,236 3,788
3 30 g 0,446 4,972 2,908 2,932 3,676 4,585 8,586
Bobot (%)
Formula Bobot Mesh
16 20 40 60 80 100 120
4 30 g 21,08 34,073 5,13 9,137 7,663 7,453 12,62
7
3 30 g 1,487 16,573 9,693 9,773 12,253 15,283 28,62
Kesimpulan : formula 4 lebih baik karena pada mesh 120 hanya terampug
3,788 g sedangkan formula 3 tidak memenuhi persyaratan
karena pada mesh 120 tertampung 8,586 g.
4. Uji Densitas / BJ
- Bj Mampat
W
BJ Mampat =
Vo
- BJ Sejati
( ba ) Bj cairan pendispersi
BJ Sejati=
( b+ d )( a+ c )
( ba ) Bj cairan pendispersi
BJ Sejati=
( b+ d )( a+ c )
Formula 3
(17,674 g16,645 g) 0,87
Bj sejati =
(17,674 g+ 25,798 g ) (16,645 g +26,183 g)
0,895 g
= = 1,389 gram
0,644 g
Formula 4
( 17,5727 g16,572 g)0,87
Bj sejati
( 17,5727 g+25,4294 g ) (16,572 g+ 25,898 g)
0,870 g
= = 1,629 gram
0,534 g
- Kadar pemampatan
- Perbandingan Hausner
BJ setelah pemampatan
BJ sebelum pemampatan
- % Kompresibilitas
BJ mampatBJ nyata
kompresibilitas= 100
BJ mampat
Formula 3
0,50,395
kompresibilitas= 100 =21 %
0,5
Kesimpulan : Memenuhi persyaratan karena % kompresibilitasnya
diremtamg 26-31, hasil yang di perileh yaitu 21% (baik)
Formula 4
0,3660,316
kompresibilitas= 100 =13,66 %
0,366
Kesimpulan : tidak memenuhi persyaratan karena %
kompresibilitasnya 13,66 % ( cukup baik )
XII. PEMBAHASAN
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk
sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan
tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja (DEPKES RI.
1995. Hal: 6).
Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu granulasi basah,
granuasi kering dan kempa langsung. Pada praktikum ini akan dilakukan pembuatan
tablet dengan metode granulasi basah.
Granulasi basah adalah metode yang dilakukan dengan cara membasahi massa
tablet menggunakan larutan pengikat sampai terdapat tingkat kebasahan tertentu, lalu
digranulasi. Prinsip granulasinya adalah menciptakan ikatan antara partikel melalui
penggumpalan massa dengan penambahan pengikat basah yang diikuti dengan
pengeringan setelah gumpalan massa digranulasi (DEPKES RI. 1995.Hal:8).
Tujuan dari granulasi ini adalah memperbaiki kompresibilitas dan kohesi antar
serbuk. Obat dengan dosis besar dan memiliki sifat aliran atau kompresibilitas yang
kurang baik dapat diperbaiki sifat alirannya atau kompresibilitasnya dengan teknik
granulasi basah agar dapat dicetak menjadi tablet. Teknik ini mencegah segregasi
partikel dan meningkatkan disolusi obat yang tidak larut air dengan menggunakan
pelarut dan pengikat yang sesuai (Lachman et al., 1989.Hal: 112).
Zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi
dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan
dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50C. Setelah kering diayak lagi
untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan
pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief, 1994.Hal: 88).
Pada percobaan ini zat aktif yang digunakan adalah Parasetamol, parasetamol
dibuat tablet dengan metode granulasi basah karena parasetamol tahan terhadap panas
dan kelembaban. Dibuat dua formula dengan bahan dan takaran bahan yang sama.
Formula 3 dibuat dengan metode pencampuran kering, sedangkan formula 4 dibuat
dengan metode pencampuran basah. Eksipient yang digunakan diantaranya Acdisol,
PVP, etanol 95 %, laktosa, Talk, amprotab, dan magnesium stearate. Pada pembuatan
tablet dengan metode granulasi basah bahan dibagi menjadi dua fase yaitu fase dalam
dan fase luar. Fase dalam terdiri dari parasetamol, Acdisol, PVP, Etanol 95 % dan
laktosa. Sedangkan fase luar terdiri dari Amprotab, Talk dan Magnesium Stearat.
Acdisol pada fase dalam digunakan sebagai penghancur dalam dan pada fase
luar digunakan Amprotab sebagai penghancur luar, dimana tablet pada saluran cerna
dengan adanya amprotab akan hancur menjadi granul dan dengan adanya acdisol
sebagai penghancur dalam granul akan hancur menjadi serbuk sehingga zat aktif akan
terlepas dari matriks tablet. Acdisol merupakan ikatan silang dari CMC-Na dan
sangat baik digunakan sebagai desintegran dalam konsentrasi rendah (Lachman.
Hal:703). Mekanisme penghancuran granul menjadi serbuk oleh acdisol melalui dua
tahap, yaitu penyerapan air (water wicking) dan pembengkakan secara cepat (rapid
swelling). Mekanisme penghancuran tablet menjadi granul oleh amprotab adalah
granul mampu mengembang jika kontak dengan air.
dikarenakan PVP tahan terhadap pemanasan hingga suhu 150 dan apabila diberikan
secara oral PVP tidak akan diserap oleh saluran cerna ataupun selaput lendir, PVP
akan mengikat partikel-partikel sehingga partikel akan bergabung dan membentuk
granul. Etanol 95 % digunakan sebagai pelarut dari pengikat, pemilihan etanol 95 %
dikarenakan PVP memiliki sifat yang mudah larut dalam etanol 95 %. Penambahan
pengikat pada granulasi basah terdapat dua cara yaitu cara penambahan kering dan
cara penambahan basah. Cara penambahan kering dilakukan dengan cara
mencampurkan pengkat dengan bahan lain pada fase dalam, kemudian apabila telah
bercampur ditambahakan pelarut sedikit demi sedikit hingga membentuk massa yang
dapat dikepal. Sedangkan cara penambahan basah dilakukan dengan melarutkan
pengikat dengan pelarut yang sesuai kemudian larutan pengikat dicampur kedalam
campuran serbuk. Laktosa digunakan sebagai pengisi, yaitu untuk membuat bobot
tablet sesuai dengan bobot yang diinnginkan. Talk digunakan sebagai glidan yaitu
untuk menunjang karakteristik aliran dari granul atau meningkatkan aliran granul dari
hopper ke dalam die. Magnesium stearate berfungsi sebagai lubrikan yaitu untuk
mengurangi gesekan atau friksi yang terjadi antara permukaan tablet dengan dinding
die selama proses pengempaan dan pengeluaran tablet.
Evaluasi mutu dalam proses pembuatan tablet dilakukan terhadap bahan baku,
granul, dan tablet yang diproleh untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan.
Evaluasi terhadap granul meliputi penetapan kandungan lembab, penetapan kecepatan
aliran, distribusi ukuran partikel, pemeriksaan bobot jenis sejati, pemeriksaan bobot
jenis mampat, dan penetapan kadar zat aktif dalam granul. (Lachman et al, 1989.Hal:
114).
Sebelum dilakukan pencetakan tablet, granul yang dibuat harus dievaluasi
terlebih dahulu. Evaluasi granul pada percobaan ini didapatkan :
1. Uji kelembaban
Uji kelembaban dilakukan dengan menggunakan Moisture Analytical
Balance. Dari uji kelembaban terhadap granul dari formula 3 didapatkan kadar
air sebesar 1,38 % sedangkan pada granul formula 4 didapatkan kadar air
sebesar 1,78 %. Dari hasil uji kelembaban tersebut kandungan air dari kedua
formula tidak memenuhi syarat karena diluar rentang kadar air standar yaitu
2-3 %. Kadar air sangat berpengaruh terhadap proses pencetakan tablet dan
sifat alir dari granul. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan granul yang
dihasilkan menjadi lebih lembab dan sukar untuk mengalir dari hoper ke die
karena granul akan lengket atau menempel pada hoper, kadar air yang tinggi
juga menyebabkan granul menjadi lebih mudah untuk ditumbuhi mikroba.
Jika kadar air terlalu rendah maka kekerasan tablet juga akan rendah, sehingga
akan mudah rapuh.
2. Uji sifat alir
Untuk mendapatkan tablet dengan bobot dan ukuran yang seragam
maka sifat alir dari granul harus memilki sifat alir yang baik. Dengan
terpenuhinya sifat alir yang baik dari granul menyebabkan granul yang
mengalir ke die akan mudah sehingga akan didapatkan bobot dari tiap tablet
yang seragam. Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa
granul melalui corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik untuk
100 gram granul, jika tidak maka akan dijumpai kesulitan dalam hal
keseragaman bobot tablet. Pengukuran sudut diam digunakan metode corong
tegak, granul dibiarkan mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan
membentuk kerucut, kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin datar
kerucut yang dihasilkan, semakin kecil sudut diam, semakin baik aliran granul
tersebut (Voigt, 1995.Hal 90).
Pada formula 3 didapatkan laju alir 7,16g/detik dengan sudut baring
28,81o. Pada formula 4 didapatkan laju alir 10,067g/detik dengan sudut baring
30,71o. Dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecepatan alir
granul formula 4 lebih baik dari pada formula 3. Hal ini sesuai dengan kadar
air pada setiap formula, kadar air pada formula 4 lebih mendekati 2%
sehingga kecepatan alirnya juga lebih baik jika dibandingkan dengan formula
3.
3. Uji distribusi ukuran partikel
Uji distribusi ukuran partikel dilakukan dengan menggunakan alat
yang disebut granulometer yang tersusun atas beberapa mesh yang memiliki
ukuran mesh yang berbeda. Mesh paling atas memiliki ukuran pori yang lebih
besar dan semakin bawah ukuran dari pori pada mesh akan semakin kecil.
Sehingga granulometri akan memisahkan granu berdasarkan ukuran partikel
dari granul.
Pada evaluasi ini didapatkan pada formula 3 persentasi ukuran partikel
granul yang paling besar berada pada mesh ke 120 dengan 28,62%.
Sedangkan pada formula 4 distribusi ukuran partikel granul yang paling besar
terdapat pada mesh ke 40 dengan 34,073%. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa distribusi ukuran partikel pada formula 3 tidak baik
karena granul paling banyak berada pada mesh 120. Hal ini dikarenakan
jumlah pengikat yang digunakan kurang. Hal ini juga berkaitan dengan kadar
air dari granul yang tidak memenuhi syarat sehingga menyebabkan serbuk-
serbuk tidak terikat sempurna, mudah untuk memisah dan menjadi rapuh.
Pada formula 4 distribusi ukuran partikel sudah baik, karena granul
paling banyak berada pada mesh 40. Hal ini berkaitan dengan kadar air pada
granul, dan metode pencampuran yang dignakan. Pengikat PVP bekerja
efektif jika ditambahkan pelarut sehingga daya ikatnya akan menjadi lebih
baik ketika dibuat larutan jikan dibandingkan dengan meneteskan pelarut
sedikit demi sedikit pada campuran serbuk.
Ukuran granul dapat berkisar dari yang sangat kasar dengan diameter
sekitar 10 mm (1 cm), hingga sangat baik, mendekati dimensi koloid dengan
ukuran diameter kurang dari 1m. Untuk menampilkan ukuran partikel granul
yang diberikan, United States Pharmacopecia (USP) menggunakan istilah-
istilah deskriptif yaitu sangat kasar, kasar, cukup kasar, halus, dan sangat
halus, yang terkait dengan proporsi bubuk yang mampu melewati lubang
saringan standar dari berbagai kehalusan dalam periode tertentu ketika
diberikan guncangan, umumnya dalam saringan shaker mekanis. Tabel I
menyajikan nomor mesh ayakan standar dan ukuran lubang masing-masing
mesh ayakan tersebut yang dinyatakan dalam milimeter dan mikron. Ayakan
untuk pengujian dan pengukuran umumnya terbuat dari kawat kain tenun dari
bahan kuningan, perunggu, atau kawat lain yang cocok, yang tidak dilapisi
atau disepuh (Ansel et al., 2011. Hal:103).
4. Uji Densitas
Uji densitas atau bobot jenis terbagi menjadi beberapa pengujian
diantaranya menentuan BJ nyata, BJ mampat, BJ sejati, kadar pemampatan,
angka hausner dan persen kompresibilitas. BJ nyata adalah perbandingan
massa granul dengan volume granul pada gelas ukur sebelum dilakukan
pengetukan atau sebelum dilakukan pemampatan. BJ mampat adalah
perbadingan massa granul dengan volume granul setelah diketuk sebanyak
500 atau 750 kali. BJ sejati adalah bobot jenis sesungguhnya.
Dari pengujian didapatkan BJ nyata formula 3 adalah 0,395 g/ml dan
formula 4 0,316g/ml. Jika dibandingkan dengan BJ nyata yang didapatkan
dari alat, hasil perhitungan BJ nyata memilki kesamaan dengan BJ nyata pada
alat.
Pada BJ mampat formula 3 adalah 0,422g/ml dan formula 4 adalah
0,326g/ml. jika dibandingkan dengan BJ mampat pada alat BJ mampat hasil
perhitungan memiliki nilai yang sama pada alat. Sedangkan pada perhitungan
BJ sejati didapatkan pada formula 3 adalah 1,390 dan formula 4 adalah 1,475.
Pada penentuan angka hausner didapat kan pada formula 3 adalah
1,267 dan formula 4 adalah 1,159. Angka hausner yang baik adalah hasil
perbandingan dari BJ mampat dengan BJ nyata menghasilkan nilai 1. Dari
pengujian kadar pemampatan kedua formula baik formula 3 dan formula 4
menghasilkan kadar pemampatan yang tidak memenuhi syarat karena kadar
pemampatan dari kedua formula lebih besar dari 20 %. Sedangkan untuk
persen kompresibilitas formula 3 sebesar 21%, dari persetase tersebut
menunjukan bahwan formula 3 memilki persen kompresibilitas agak baik
karena terdapat pada rentang 21-25 %. Pada formula 4 persen kompresibilitas
sebesar 13,661% yang menunjukan bahwa persen kompresibilitas formula 4
baik.
Dari seluruh evaluasi granul yang dilakukan tujuan utama melakukan evaluasi
adalah untuk menentukan sifat alir, karena sifat alir sangat menentukan tablet yang
akan dihasilkan. Sifat alir yang baik akan menyebabkan granul mudah mengalir dan
menyebabkan hasil cetakan tablet memilki tingkat keseragaman yang baik. Sifat alir
serbuk merupakan faktor kritik dalam produksi obat sediaan padat. Hal ini karena
sifat alir serbuk berpengaruh pada peningkatan reprodusibilitas pengisian ruang
kompresi pada pembuatan tablet.
Setelah dilakukan evaluasi terhadap granul dari formula 3 dan formula 4, diperoleh
hasil formula 4 lebih baik dari pada formula 3. Tidak ada perbedaan formula atau
bahan-bahan pada formula 3 dan 4, hanya saja kedua frmula tersebut dibuat dengan
metode pencampuran pengikat yang berbeda. Formula 3 dibuat dengan menggunkan
metode pencampuan kering, sedangkan formula 4 menggunakan metode
pencampuran basah. Hasil granul dari formula 4 lebih baik dari formula 3 karena
pengikat pada formula 4 bekerja lebih optimum. Hal ini karena adanya proses
pelarutan pengikat (PVP) dengan pelarut (etanol).
XIII. KESIMPULAN
Pembuatan tablet paracetamol 100 mg dengan metode granulasi basah
menghasilkan tablet yang cukup baik. Tablet paracetamol dengan cara
penambahan pengikat secara basah lebih baik dibandingkan dengan tablet
paracetamol dengan cara penambahan pengikat secara kering.
Setelah dilakukan evaluasi granul, hasil yang didapatkan yaitu :
Kadar air granul pada formula 3 adalah 1,38 % dan pada formula 4
adalah 1,78%. Kadar air dari kedua formula tersebut tidak memnuhi
persyaratan karena kurang dari 2%.
Sifat alir dari formula 3 sangat mudah mengalir dan formula 4 mudah
mengalir.
Distribusi ukuran partikel formula 4 lebih baik daripada formula 4 baik.
Uji densitas BJ nyata formula 3 adalah 0,395 g/ml dan formula 4 adalah
0,316 g/ml. BJ mampat formula 3 adalah 0,5 g/ml dan BJ mampat
formula 4 adalah 0,366 g/ml. BJ sejati formula 3 adalah 1,39 dan
formula 4 adalah 1,475. Kadar pemampatan dari formula 3 tidak
memenuhi syarat, sedangkan formula 4 memenuhi persyaratan. Persen
kompresibilitas formula 3 agak baik dan formula 4 baik.
Dosis :
Dosis lazim dewasa untuk penurun panas dan atau meredakan nyeri
Oral atau rectal : 325 650 mg setiap 4 6 jam.
Dosis lazim bayi dan anak < 12 tahun untuk penurun panas dan
meredakan nyeri
Oral : 10 15 mg/ kg BB / dosis, diberikan setiap 4 6 jam sesuai
kebutuhan
Dosis laim anak > 12 tahun untuk penurun panas dan meredakan nyeri
Oral atau rectal : 325 650 mg setiap 4 6 jam. Dosis maksimum : 4000
mg/hari.
Interaksi obat :
Golongan obat : obat bebas, bisa diperoleh tanpa resep dokter di apotek atau
toko obat berizin resmi
Perhatian :
Pemakaian obat ini harus dihentikan jika tanda-tanda awal reaksi alergi
seperti ruam, gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia,pucat atau
tanda-tanda lainnya muncul karena bisa berakibat fatal
Obat ini harus digunakan secara hati-hati pada pasien yang memiliki
penyakit asma
Paracetamol diketahui ikut keluat bersama ASI meskipun dalam jumlah
kecil
Ada baiknya obat ini dikonsumsi setelah makan
Hati-hati menggunakan obat ini pada pasien dengan gangguan fungsi
hati dan ginjal