Anda di halaman 1dari 8

KONSEP PENDIDIKAN

Disusun Oleh:
Barokah Chusnul Chotimah (2017-57-006)
Miske Elsy Sibian (2017-57-023)
Patriana Winda Sari Pakpahan (2017-57-022)
Sitti Nur Aisha (2017-57-007)
Yehezkiel Elia Arisoi (2017-57-014)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAPUA
TAHUN 2017/2018
KONSEP PENDIDIKAN

A. Pendidikan Berdasarkan Lingkupnya

Pendidikan berdasarkan lingkupnya terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Pendidikan dalam Arti Luas

Dalam arti luas, pendidikan memiliki arti belajar dari pengalaman-


pengalaman sebelumnya. Artinya, ia akan mencoba menjadi lebih baik dan
berusaha untuk tidak melakukan kesalahannya lagi. Contohnya, ketika
seseorang mengalami kecelakaan, maka ia akan berusaha untuk lebih
berhati-hati ke depannya.

2. Pendidikan dalam Arti Sempit

Dalam arti sempit, pendidikan memiliki arti dibimbing atau belajar di


bawah aturan yang telah ditetapkan (pendidikan formal), yaitu dengan
bersekolah di mana seseorang telah diarahkan oleh kurikulum dalam
kegiatan belajarnya.

B. Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Monodisipliner

Setiap disiplin ilmu memiliki objek formal yang berbeda.

Berdasarkan pendekatan sosiologi, pendidikan identik dengan


sosialisasi (socialization), yang artinya manusia perlu melakukan
komunikasi.

Berdasarkan pendekatan antropologi, pendidikan indentik dengan


enkulturasi (enculturation), yang artinya perlu dilakukan pendekatan
melalui pembudayaan.

Berdasarkan pendekatan ekonomi, pendidikan identik dengan


penanaman modal pada diri manusia (Human Investment).
Berdasarkan pendekatan psikologis, pendidikan identik dengan
personalisasi atau individualisasi (Personalization atau
Individualization), yang artinya manusia diberikan kesadaran untuk
mencari jati diri atau mendalami karakter diri sendiri.

C. Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah adalah penanaman kepada pendidik tentang konsep


dasar yang melatarbelakangi penyusunan metode belajar bagi siswa.
Pendekatan ilmiah tidak hanya untuk memacu kompetensi siswa, tetapi juga
untuk meningkatkan kreatifitas siswa.

Dalam metode ilmiah, terdapat beberapa prinsip utama:

Belajar siswa aktif, dalam hal ini termasuk Inquiry-based learning atau
belajar berbasis penelitian, cooperative learning atau belajar berkelompok,
dan belajar berpusat pada siswa.

Assessment berarti pengukuran kemajuan belajar siswa yang dibandingkan


dengan target pencapaian tujuan belajar.

Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah


mengembangkan pendekatan keragaman. Pendekatan ini membawa
konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik, termasuk keunikan dari
kompetensi, materi, instruksi, pendekatan dan metode belajar, serta
konteks.

Langkah-langkah pendekatan ilmiah:

1. Perumusan Masalah

Dalam suatu percobaan diperlukan masalah untuk dipecahkan agar


dapat diselidiki secara ilmiah.

2. Pengajuan Hipotesis
Pengajuan hipotesis merupakan pendapat mengenai masalah yang
dihadapi. Bahwa untuk menyelesaikan suatu masalah perlu pendalaman.

3. Cara Berpikir Induktif

Berpikir deduktif, yaitu adanya keterkaitan dengan hipotesis yang


diberikan. Artinya, apa yang akan dapat diamati jika hipotesis tersebut
benar ditetapkan.

4. Pengumpulan dan Analisis Data

Menyelidiki adanya keterkaitan data yang diperoleh, dengan cara


mengumpulkan data kemudian diuji kebenarannya.

5. Penerimaan atau Penolakan Hipotesis

Hasil penyelidikan dianalisis untuk menetapkan apakah bukti-bukti


tersebut mendukung kebenarann data atau tidak.

D. Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem adalah penerapan sistem (cara) pandang seseorang


(system view or system thinking) dalam menyelesaikan suatu masalah.
Apabila kita menerapkan pendekatan sistem dalam pendidikan, maka dapat
didefinisikan bahwa pendidikan adalah suatu keseluruhan yang terdiri atas
komponen yang saling berhubungan dan melakukan fungsi-fungsi tertentu
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Ditinjau dari asal-usul kejadiannya, pendidikan tergolong ke dalam jenis


sistem buatan manusia (a man made system). Ditinjau dari wujudnya,
tergolong ke dalam jenis sistem sosial. Sedangkan ditinjau dari segi hubungan
dengan klingkungannya, tergolong ke dalam jenus sistem terbuka.

Pendidikan berada dalam suatu sistem masyarakat, yang mana dalam


sistem tersebut terdapat komponen sitem lainnya, sehingga perlu adanya
masukan (Input) dan hasil (Output) dari masyarakat mengenai sistem-sistem
yang ada.

Sebagaimana menurut pendapat Philiph H. Coombs, ada tiga jenis sumber


utama input dari masyarakat bagi sistem, yaitu:

1. Ilmu pengetahuan, tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang berlaku di


masyarakat.

2. Penduduk serta tenaga kerja yang tersedia.

3. Ekonomi atau penghasilan masyarakat.

Philiph H. Coombs mengidentifikasi 12 komponen pendidikan, yaitu:

1. Tujuan dan prioritas

2. Peserta didik (Siswa)

3. Pengelolaan

4. Struktur dan jadwal

5. Isi atau kurikulum

6. Pendidik (Guru)

7. Alat Bantu Belajar

8. Fasilitas

9. Pengawasan Mutu

10. Teknologi

11. Kontrol Kualitas

12. Penelitian
13. Biaya (Ongkos pendidikan)

Dalam sistem pendidikan terjadi proses transformasi, yaitu proses


mengubah peserta didik menjadi manusia yang memiliki pengetahuan dan
wawasan yang luas.

E. Pendidikan Menurut Pendekatan Fenomenologis: Landasan Pedagogik

Berdasarkan sudut pandang pedagogik, dapat disimpulkan bahwa


pendidikan merupakan suatu usaha untuk menjadikan seseorang mencapai
kedewasaan. Pendidikan berlangsung di antara orang dewasa, anak-anak,
orang yang belum dewasa, dan lingkungan itu sendiri. Oleh karena itu
pendidikan dilakukan secara sengaja, maka sudah pasti memiliki tujuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pendidik memerlukan komponen-
komponen pendukung. Agar pergaulan tergolong pendidikan, ada dua sifat
yang harus dipenuhi:

1. Adanya pengaruh yang dilakukan dengan sengaja dari orang yang dewasa
kepada orang yahng belum dewasa.

2. Pengaruh yang bertujuan mengubah anak menjadi dewasa.

Ada dua sifat yang harus diperhatikan dalam pergaulan pendidikan, yaitu
wajar dan tegas.

Perubahan situasi pergaulan relatif tidak dirasakan sama sekali oleh


peserta didik, maka pengaruh pendidik akan diterima secara wajar juga.
Dalam pergaulan kita harus tegas dalam menentukan yang benar dan yang
salah. Oleh karena itu, pendidik perlu menunjukkan wibawanya. Faktor
penentu kewibawaan pendidik, yaitu:

1. Kasih sayang pendidik terhadap anak didik;

2. Kepercayaan pendidik terhadap anak didik;

3. Kedewasaan pendidik;
4. Identifikasi terhadap anak didik; dan

5. Tanggung jawab pendidikan.

Sedangkan faktor penentu kepenurutan anak didik terhadap pendidik


adalah:

1. Pemahaman terhadap bahasa pendidik;

2. Kepercayaan kepada pendidik;

3. Identifikasi

4. Imitasi

5. Simpati dan kebebasan dalam menentukan pilihan.

Tanggung jawab yang awalnya dipegang oleh pendidik akan diambil alih
oleh anak didiknya ketika mencapai kedewasaan.
DAFTAR PUSTAKA

https://mohammadamin070829.wordpress.com/2010/05/03/pendekatan-ilmiah-
dalam-pendidikan/

http://ewintribengkulu.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-pendidikan-
berdasarkan-ruang-lingkupnya/.html?m=1

https://cayocyber.blogspot.co.id/2014/07/pendidikan-pengertian-
pendidikan_4.html?=1

https://sulipan.wordpress.com/tag/lingkup-pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai