Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum

Genetika Tanaman

IDENTIFIKASI ALAT REPRODUKSI TANAMAN

Nama : Yusnita Suni

NIM : G11115346

Kelas : Genetika Tanaman D

Kelompok : 14

Asisten : Ahmad Fauzaan Habib

Khairul Muttaqin

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reproduksi pada tumbuhan dibagi atas reproduksi vegetatif dan reproduksi


generatif. Reproduksi vegetatif terjadi secara alami dan buatan. Reproduksi
generatif terbagi menjadi dua yaitu pada Gymnospermae dan Angiospermae.
Reproduksi vegetatif pada tumbuhan di atas terjadi secara alami. Tumbuhan juga
dapat dikembangbiakkan secara buatan dengan cara: mencangkok, stek, okulasi,
merunduk, kultur jaringan dan lain-lain (Srikini, 2008).
Reproduksi seksual pada tumbuhan terjadi pada Gymnospermae (tumbuhan
berbiji terbuka, misalnya pinus, cemara, melinjo, damar, dan pakis haji), dan
Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup yaitu monokotil dan dikotil). Flora atau
tumbuh-tumbuhan sama halnya dengan binatang dan manusia sama-sama
melakukan kegiatan berkembang biak dengan tujuan untuk menghindari
kepunahan pada spesies atau rasnya karena cara inilah tumbuhan mempertahankan
keturunannya. Kegiatan berkembangbiak atau beranak ini pada tumbuhan dapat
dilakukan secara tidak kawin atau tanpa melalui perkawinan antara sel kelamin
jantan betina atau kepala putik dengan benang sari (Pratiwi, 2007).
Perkembangbiakan secara alami adalah berkembang biaknya tumbuhan tanpa
bantuan tangan manusia untuk terjadi pembuahan atau anakan tanaman baru.
Umbi lapis adalah tumbuhnya tunas pada sela-sela lapisan umbi. Contohnya
seperti bawang merah. Umbi batang adalah batang yang beralih fungsi sebagai
tempat penimbunan makanan dengan calon tunas-tunas kecil yang berada di
sekitarnya yang dapat tumbuh dengan cara geragih adalah batang yang menjalar
secara terus-menerus di mana pada ruas batang dapat muncul tunas-tunas baru.
Misalnya seperti tanaman rumput teki, arbei, kangkung, dan lain sebagainya jadi
tanaman baru. Contoh seperti jagung dan ketela rambat. Sistem reproduksi ini
tidak melibatkan proses penyerbukan. Keuntungan reproduksi secara buatan ini
adalah keturunan yang dihasilkan memiliki sifat yang sama persis dengan
induknya dan cenderung lebih cepat menghasilkan buah. Kekurangannya antara
lain sistem perakaran kurang kuat dan jika ranting dipotong menyebabkan
menurunnya pertumbuhan. Reproduksi vegetatif merupakan suatu perluasan dari
kapasitas tumbuhan untuk melakukan pertumbuhan tak terbatas. Individu baru
(keturunannya) yang terbentuk mempunyai ciri dan sifat yang sama dengan
induknya. Individu-individu sejenis yang terbentuk secara reproduksi aseksual
dikatakan termasuk dalam satu klon, sehingga anggota dari satu klon mempunyai
susunan genetik yang sama (Pratiwi, 2007).
Sama seperti halnya mahluk hidup lain, tumbuhan juga bereproduksi untuk
mempertahankan kelangsungan spesiesnya. Tumbuhan berbunga melakukan
reproduksi dengan cara membentuk biji. Biji terbentuk dengan jalan reproduksi
seksual yaitu bergabungnya sel kelamin jantan dari serbuk sari dengan sel kelamin
betina dari bakal buah.Baik benangsari maupun putik dilindungi oleh kelopak
bunga dan daun mahkota. Keduanya membentuk mahkota bunga. Polinasi atau
penyerbukan terjadi ketika butir sel jantan dari benangsari masuk ke kepala putik
bunga lalu turun ke tangkai putik untuk bergabung dengan bakal biji. Ada juga
tumbuhan yang bisa dikembangkan tanpa pembuahan (Srikini, 2008).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut
untuk memahami bagaimana struktur dasar terutama alat reproduksi pada
tumbuhan sebagai alat kawin untuk menghasilkan keturunan baru.
1.2 Tujuan dan Kegunaan

Kegiatan praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi


struktur alat reproduksi pada tumbuhan sebagai alat perkembangbiakan dan alat
kawin guna menghasilkan kenturunan atau individu baru.
Adapun kegunaan dari kegiatan praktikum ini yaitu sebagai bahan informasi
bagi mahasiswa khusunya tentang alat reproduksi pada tanaman dan sebagai
pembanding antara teori dengan praktikum yang dilakukan di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Padi

Tanaman padi merupakan tanaman budidaya yang sangat penting bagi umat
manusia karena lebih dari setengah penduduk dunia tergantung pada tanaman ini
sebagai sumber bahan pangan. Hampir seluruh penduduk Indonesia memenuhi
kebutuhan pangannya dari tanaman padi. Dengan demikian, tanmana padi
merupakan tanaman yang mempunyai nilai spritual, budaya, ekonomi,
dan politik yang penting bagi bangsa Indonesia karena memengaruhi hajat
hidup orang banyak (Zulman, 2015).
Tanaman padi cocok dibudidayakan di daerah tropis seperti di Indonesia.
Sejarah perkembangan asal-usul tanaman padi sebagai komoditi tanaman pangan
penting di dunia tidak diketahui dengan pasti karena sejarahnya yang teramat
panjang dan sudah amat tua. Sebagian pakar berpendapat bahwa tanaman padi
kemungkinan berasal dari Asia Tengah, tetapi ada juga yang mengemukaan
bahwa tanama padi berasal dari daerah Himalaya, Afrika Barat, Thailand,
Myanmar, dan Tiongkok. Catatan sejarah mengenai sejak kapan tanaman padi
mulai dibudidayakan di Pulau Jawa (Indonesia) juga tidak diketahui dengan pasti.
Bahkan dari hasil penelusuran pada relief-relief di Candi Borobudur, juga tidak
ditemukan adanya pahatan tanaman padi. Hal ini merupakan suatu hal yang sangat
mengherankan, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah masyarakat waktu itu
belum mengenal tanaman padi (Zulman, 2015).
Tanaman padi merupakan tanaman yang istimewa karena tanaman padi
mempunyai kemampuan beradaptasi hampir pada semua lingkungan dari dataran
rendah sampai dataran tinggi (2000 m dpl), dari daerah tropis sampai subtropis
kecuali benua Antartika (kutub), dari daerah basah (rawa-rawa) sampai kering
(padang pasir), dari daerah subur sampai marjinal (cekaman salinitas, aluminium,
fero, asam-asam organik, kekeringan, dan lain-lain). Tanaman padi termasuk jenis
rumput yang mempunyai rumpun yang kuat, dan dari ruasnya keluar banyak
anakan yang berakar (Zulman, 2015).
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Padi

Menurut Perdana (2007), klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut


Kingdom: Plantae
Division: Spermatophyta
Subdivisio: Angiospermae
Class: Monocotyledoneae
Family: Gramineae
Genus: Oryza
Spesies: Oryza sativa L.
Di alam ditemukan ribuan varietas tanaman padi yang dikenal oleh
umat manusia, namun tidak semuanya mempunyai nilai ekonomis. Spesies
yang dibudidayakan oleh petani umumnya adalah spesies Oryza sativa L.
Tanaman padi termasuk dalam Divisio Spermathophyta, Klas
Monocotiledon, Ordo Glumeflorae, Famili Gramineae, Genus Oryza, dan
Spesies Oryza sativa L. (Zulman, 2015).
2.1.2 Morfologi Tanaman Padi

Akar-akar serabut pertama muncul pada hari ke lima atau ke enam setelah
padi berkecambah. Akar serabut juga mulai berkembang dengan sangat lebat
ketika batang bertunas (hari ke-15). Tumbuhnya akar-akar serabut tersebut
membuat akar tunggang yang tumbuh di bawah pada awal perkecambahan tidak
tampak. Selain akar serabut, tanaman padi juga memiliki akar yang berwujud
mirip rambut yang lebih halus. Keduanya mempunyai fungsi yang sama yaitu
sebagai organ untuk mengambil nutrisi dalam tanah (Zulman, 2015).
Batang padi tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan antara ruas yang satu
dengan yang lainnya dipisah oleh sesuatu buku. Ruas batang padi di dalamnya
berongga dan bentuknya bulat. Dari atas ke bawah, ruas batang itu makin pendek.
Ruas-ruas yang terpendek terdapat di bagian bawah dari batang dan ruas-ruas ini
praktis tidak dapat dibedakan sebagai ruas-ruas yang berdiri sendiri. Tinggi
tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi bila malai
belum keluar, dan sesudah malai keluar tingginya diukur dari permukaan tanah
sampai ujung malai tertinggi. Tinggi tanaman adalah suatu sifat baku (keturunan).
Adanya perbedaan tinggi dari suatu varietas disebabkan oleh suatu pengaruh
keadaan lingkungan. Bila syarat-syarat tumbuh baik, maka tinggi tanaman padi
sawah biasanya 80-120 cm. Pada tiap-tiap buku, duduk sehelai daun. Di dalam
ketiak daun terdapat kuncup yang tumbuh menjadi batang. Pada buku-buku yang
terletak paling bawah mata-mata ketiak yang terdapat antara ruas batang-batang
dan upih daun, tumbuh menjadi batang-batang sekunder yang serupa dengan
batang primer. Batang-batang sekunder ini pada gilirannya nanti
menghasilkan batang-batang tersier dan seterusnya. Peristiwa ini disebut
pertunasan atau menganak (Norsalis, 2011).
Tanaman padi memiliki daun tunggal, 2 baris, terkadang-kadang seolah
berbaris banyak. Pelepah daun berkembang sangat baik, pada batas antara pelepah
daun dan helaian daun sering terdapat lidah. Helaian daun duduk, hampir selau
berbentuk lanset atau garis pada kedua sisi ibu tulang daun dengan beberapa
tulang daun yang sejajar. Helaian permukaan daun kasar, dan pada bagian ujung
meruncing. Panjang helaian daun sangat bervariasi, umunya antara 100-150 cm.
Warna daun hijau tua dan akan berubah kuning keemasan setelah tanaman
memasuki masa panen (Zulman, 2015).
Satu tangkai malai yang terdiri atas banyak spikelet, secara internal akan
terjadi kompetisi dalam menarik fotosintat. Spikelet yang terletak pada ujung
malai akan keluar terlebih dahulu dan tumbuh lebih vigour, sehingga cenderung
mendominasi dalam menarik fotosintat. Sementara spikelet yang terletak pada
pangkal malai akan keluar terakhir dan pertumbuhannya cenderung lemah,
sehingga kalah berkompetisi dalam menarik fotosintat. Akibatnya pengisian biji
tidak penuh dan spikelet tidak bernas (steril) yang pada akhirnya akan
menghasilkan gabah hampa (Sumardi, dkk, 2007).
Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan
sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai
tergantung varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam. Jumlah cabang
pada setiap malai berkisar antara 15-20 buah, yang paling rendah 7 buah cabang,
dan yang terbanyak mencapai 30 buah cabang (Rahayu, 2009).
Pada umumnya varietas padi hanya menghasilkan satu malai untuk satu
anakan, tetapi ada beberapa varietas padi lokal yang mampu menghasilkan malai
lebih dari satu, namun pertumbuhan malainya tidak sempurna. Bunga tanaman
padi tersusun dalam bulir, yang terdiri dari 2 atau lebih glumae (daun) serupa sisik
yang duduknya berseling dalam dua baris berhadapan. Satu atau dua glumae pada
bagian bulir bawah tidak berisi bunga tetapi bagian lainnya berisi satu daun
mahkota yang berbentuk sisik (palea). Memiliki satu atau lebih benang sari dan
satu bakal buah, kepala sari berwarna putih atau kuning. Tangkai putik hampir
selalu dua, sedangkan kepala putik berbentuk malai (Zulman, 2015).
2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Padi

Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan
atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki
tahun sekitar 15002000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi
adalahn 23 C dan tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar
antara 01500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah
tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan
tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh
dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 1822 cm
dengan pH antara 47 (Siswoputranto, 2006).
Angin mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap tanaman padi.
Pengaruh positifnya terutama pada proses penyerbukan dan pembuahan. Tetapi
angin juga berpengaruh negatif, karena penyakit yang disebabkan oleh bakteri
atau jamur dapat ditularkan oleh angin, dan apabila terjadi angin kencang pada
saat tanaman berbunga, buah dapat menjadi hampa dan tanaman roboh. Hal ini
akan lebih terasa lagi apabila penggunaan pupuk N berlebihan, sehingga tanaman
tumbuh terlalu tinggi (Pustaka Departemen Pertanian, 2009).
Air yang diberikan dalam jumlah cukup sebenarnya bermanfaat juga untuk
mencegah pertumbuhan gulma, menghalau wereng yang bersembunyi di batang
padi sehingga lebih mudah disemprot dengan pestisida, serta mengurangi
serangan hama (Siswoputranto, 2006).
2.2 Tanaman Tomat

Penyebaran tomat di Indonesia dimulai dari Filipina dan negara-negara Asia


lainnya pada abad ke-18. Pada awalnya, tomat yang pertamakali ditanam oleh
suku Inca dan suka Aztek ini masih berbuah kecil dan produktivitasnya juga
masih rendah. Hal ini jelas berbeda dengan kondisi sekarang. Buah tomat yang
dihasilkan bisa menghasilkan bobot hingga 0,4 kg per buah atau 5-8 kg per
tanaman. Selain kualitas dan kuantitas buahnya tinggi, tanaman tomat hibrida juga
mampu beradaptasi pada berbagai kondisi agroklimat, mulai daerah dataran
rendah, dataran menengah, hingga dataran tinggi. Bahkan ada juga varietas yang
tahan terhadap hama dan penyakit tertentu (Bernardinus, 2008).
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan sayuran buah yang
tergolong tanaman semusim berbentuk perdu dan termasuk ke dalam famil
Solanaceae. Buahnya merupakan sumber vitamin dan mineral. Tomat dapat
dijumpai di seluruh belahan dunia. Daerah sebarannya sangat luas, mulai dari
daerah tropis hingga subtropis, juga dari tepi pantai hingga daratan dengan
ketinggian 3.100 m dpl. Selain itu, pertumbuhannya tidak mengenal musim,
sehingga mudah diperoleh setiap saat (Redaksi Agromedia, 2007).
Tomat merupakan salah satu jenis tanaman holtikultura. Ciri-ciri tanamn
holtikultura adalah dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan hidup, produknya
bersifat mudah rusak (perishable), serta komponen utama dari mutu ditentukan
oleh kandungan air, bukan oleh kandungan kering (dry matter). Selain itu, bersifat
melimpah (voluminous) dan kualitas produk sangat penting bagi konsumen.
Berdasarkan aspek budidayanya, tomat dibedakan menjadi dua, yakni tomat yang
tidak dibudidayakan (tomat liar) dan tomat yang dibudidayakan. Disebut tomat
liar karena jenis tomat komersial atau bersifat peruvianum. Biasanya, tomat ini
buahnya berwarna hijau dan atau berwarna serambut merah kuning. Sementara itu
tomat yang dibudidayakan sering disebut esculentum yang berarti pula mudah
disilangkan dengan jenis tomat komersial. Umumnya, jenis tomat ini buahnya
berwarna merah hingga kuning. Buah tomat yang dikenal sehari-hari adalah dari
spesies Lycopersicum esculentum Mill. (Redaksi Agromedia, 2007).
2.2.1 Klasifikasi Tanaman Tomat

Menurut Tugiyono (2006), klasifikasi tanaman tomat yaitu sebagai berikut:


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae (berbunga seperti terompet)
Genus : Solanum (Lycopersicum)
Species : Lycopersicum esculentum Mill.
2.2.2 Morfologi Tanaman Tomat

Tanaman tomat berbentuk perdu atau semak dengan tinggi bisa mencapai 2
meter. Tanaman ini termasuk tanaman semusim (annual) yang berarti memiliki
siklus hidup yang singkat dan umurnya hanya untuk satu kali periode panen, yaitu
sekitar 4 bulan. Tanaman ini akan mati setelah berproduksi (Tim Penulis Penebar
Swadaya, 2009). Tomat mempunyai akar tunggang tumbuh menembus ke dalam
tanah dan akar serabut menyebar ke arah samping tetapi dangkal. Batang tanaman
tomat berbentuk persegi empat hingga bulat, menebal pada buku-bukunya,
berbatang lunak sedikit berkayu tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus
warnanya hijau keputihan dan diantara bulu-bulu tersebut terdapat rambut
kelenjar, batang tanaman tomat dapat bercabang. Bentuk daun tanaman tomat
adalah oval dan letaknya berseling. Bagian ujung daun berbentuk runcing, namun
pangkalnya membulat. Bagian tepi daun bergerigi dan membentuk celah-celah
yang menyirip serta agak melengkung ke dalam. Daun berwarna hijau merupakan
daun majemuk ganjil, yaitu antara 5-7 helai. Di sela-sela daun terdapat 1-2
pasang daun kecil (Rosalina, 2008).
Ukuran bunga relatif kecil dengan diameter sekitar 2 cm. Bunga berwarna
kuning dan tersusun dalam satu rangkaian (dompolan) dengan jumlah 5-10
bunga setiap dompolan, tergantung pada varietasnya. Dalam satu kuntum
bunga terdapat 5-6 helai mahkota yang berwarna kuning cerah dan berukuran
sekitar 1 cm, bertangkai pendek dengan kepala sari yang panjangnya
5 mm. Kelopak berjumlah lima buah berwarna hijau, dan terletak di bagian
bawah atau pangkal bunga. Benang sari berjumlah enam buah, bertangkai
pendek dengan kepala sari yang panjangnya 5 mm, dan berwarna sama
dengan mahkota bunga. Pada benang sari terdapat kantong yang letaknya
menjadi satu dan membentuk bumbung yang mengelilingi tangkai kepala putik.
Bunga tomat tumbuh dari cabang yang masih muda dengan letak menggantung.
Tangkai putik yang pendek menyebabkan kepala putik terletak berdekatan
dengan tabung sari. Akibatnya, tomat menjadi sulit untuk melakukan penyerbukan
sendiri. Dengan demikian, persentase menyerbuk sendiri secara alami
menjadi sangat tinggi. Bahkan di daerah beriklim sedang, nilai penyerbukan
silang secara alami mencapai 0,5 - 4% (Redaksi Agromedia, 2007).
Buah tomat berdaging, kulitnya tipis licin mengkilap, beragam dalam
bentuk maupun ukurannya, biasanya berbentuk bulat agak lonjong atau
bulat telur, dan warnanya kuning atau merah. Buah ini banyak mengandung biji
lunak yang pipih berwarna kekuning-kuningan yang tersusun berkelopak
dan dibatasi oleh daging buah. Tomat merupakan bentuk hasil buah segar.
Sifat- sifat fisik buah tomat merupakan salah satu aspek mutu yang sangat
penting diperhatikan, karena hal tersebut dapat mempengaruhi besarnya harga
jual buah tomat (Desmarina, 2009).
2.2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Tomat

Menurut Didit (2010), syarat tumbuh tanaman tomat yaitu sebagai berikut :
a. Iklim
Tanaman tomat dapat tumbuh di daerah tropis maupun sub-tropis. Curah
hujan yang dikehendaki dalam pelaksanaan budidaya tomat ini ialah sekitar 750-
1.250 mm/tahun. Keadaan tersebut berhubungan erat dengan ketersediaan air
tanah bagi tanaman, terutama di daerah yang tidak terdapat irigasi teknis. Curah
hujan yang tinggi (banyak hujan) juga dapat menghambat persarian. Kekurangan
sinar matahari dapat menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit, baik
parasit maupun non-parasit. Sinar matahari berintensitas tinggi akan
menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi.
b. Suhu
Kisaran temperatur yang baik untuk pertumbuhan tomat ialah antara 20-
27C. Jika temperatur berada lebih dari 30C atau kurang dari 10C, maka akan
mengakibatkan terhambatnya pembentukan buah tomat. Di negara-negara yang
mempunyai empat musim, biasanya digunakan pemanas (heater) untuk mengatur
udara ketika musim dingin, udara panas dari heater disalurkan ke dalam green
house melalui saluran fleksibel warna putih.
c. Kelembaban
Kelembaban relatif yang baik untuk pertumbuhan tanaman tomat ialah 25
%. Keadaan ini akan merangsang pertumbuhan untuk tanaman tomat yang masih
muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka
lebih banyak. Akan tetapi, kelembaban relatif yang tinggi juga dapat merangsang
mikroorganisme pengganggu tanaman.
d. Media Tanam
Secara umum, tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai dari
tanah pasir sampai tanah lempung berpasir yang subur, gembur, berporus, banyak
mengandung bahan organik dan unsur hara, serta mudah merembeskan air.
Tingkat kemasaman tanah (pH) yang sesuai untuk budidaya tomat ialah berkisar
5,0-7,0. Akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen. Oleh karena
itu, tanaman tomat tidak boleh tergenangi oleh air. Dalam pembudidayaan
tanaman tomat, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya datar sehingga
tidak perlu dibuat teras-teras dan tanggul.
e. Ketinggian Tempat
Tanaman tomat dapat tumbuh di berbagai ketinggian tempat, baik di dataran
tinggi maupun di dataran rendah, tergantung varietasnya. Tanaman tomat yang
sesuai untuk ditanam di dataran tinggi, misalnya varietas Kada, sedangkan
varietas yang sesuai ditanam di dataran rendah, misalnya varietas Intan, varietas
Ratna, varietas LV, dan varietas CLN. Selain itu, ada varietas tanaman tomat yang
cocok ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi, antara lain varietas
tomat GH 2, varietas tomat GH 4, varietas Berlian, dan varietas Mutiara.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Pelaksanaan praktikum Identifikasi Alat Reproduksi Tanaman bertempat di


Laboratorium Fisiologi Tanaman, Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 13.00
WITA.
3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat tulis menulis berupa
kertas, pulpen, pensil, dan sebagainya. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu
bunga padi dan bunga tomat.
3.3 Metode Praktikum

Adapun langkah-langkah pelaksanaan praktikum ini adalah :


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengamati masing-masing sampel bunga yang digunakan.
3. Menggambar bunga di atas kertas disertai dengan keterangan bagian-bagian
bunga.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Bunga Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

4.1.2 Bunga Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)


4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa setiap tanaman


memiliki struktur alat reproduksi yang berbeda. Pada tanaman padi, bunganya
termasuk dalam bunga sempurna karena memiliki alat kelamin jantan (serbuk
sari) dan alat kelamin betina (putik) secara bersama-sama dalam satu organ. Hal
ini didukung oleh pendapat Zulman (2015), yang menyatakan bahwa bunga pada
padi memiliki satu atau lebih benang sari dan satu bakal buah, kepala sari
berwarna putih atau kuning. Tangkai putik hampir selalu dua, sedangkan kepala
putik berbentuk malai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bunga padi termasuk
bunga hermafrodit (bunga berkelamin ganda). Padi merupakan jenis tanaman
pangan yang memiliki struktur bunga tidak lengkap karena tidak memiliki
mahkota bunga. Dalam reproduksinya, padi termasuk tanaman yang menyerbuk
sendiri karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama.
Berdasarkan literature Karim dan Suhartatik (2009), menyatakan bahwa tahap
pembungaan pada padi terjadi setelah tahap heading (keluarnya malai) yang
terjadi pada sekitar umur 35 hari. Fase heading memerlukan waktu 10-14 hari
karena terdapat perbedaan laju perkembangan antartanaman maupun antar anakan.
Apabila 50% bunga telah keluar, maka pertanaman tersebut dianggap sudah
dalam fase pembungaan. Struktur bunga padi terdiri dari bagian-bagian : tangkai
bunga, dua sekam kelopak (terletak pada dasar tangkai bunga), serbuk sari, dan
putik. Masing-masing bunga mempunyai dua sekam mahkota, yang terbawah
disebut lemma sedang lainnya disebut palea: dua lodicula yang terletak pada dasar
bunga, yang sebenarnya adalah dua daun mahkota yang sudah berubah bentuknya.
Lodicula memegang peranan penting dalam pembukaan palea pada waktu
berbunga karena ia menghisap air dari bakal buah sehingga mengembang dan oleh
pengembangan ini palea dipaksakan membuka.
Pada tanaman tomat, bunganya termasuk dalam bunga sempurna dan bunga
lengkap karena dilengkapi oleh perhiasan bunga (periantum) dan alat pembiak
berupa serbuk sari dan putik. Sebagaimana yang dijabarkan oleh Redaksi
Agromedia (2007) bahwa dalam satu kuntum bunga tomat terdapat 5-6 helai
mahkota yang berwarna kuning cerah, kelopak berjumlah lima buah berwarna
hijau, benang sari berjumlah enam buah, serta tangkai putik yang pendek. Bunga
tomat termasuk bunga yang menyerbuk sendiri, namun tidak menutup
kemungkinan melakukan penyerbukan silang, akan tetapi persentasenya kecil
tergantung dari spesies, lingkungan, dan varietas. Hal ini juga didukung oleh
Redaksi Agromedia bahwa tomat sulit untuk melakukan penyerbukan sendiri.
Dengan demikian, persentase menyerbuk sendiri secara alami
menjadi sangat tinggi. Bahkan di daerah beriklim sedang, nilai penyerbukan
silang secara alami mencapai 0,5 - 4%. Umur keluar bunga yaitu 25 hari, sesuai
dengan pendapat Syukur, dkk (2015) bahwa bunga tomat pertama terbentuk pada
umur 23-31 hari setelah tanam (HST). Adapun struktur bunga tomat yaitu terdiri
dari stamen dan putik sebagai alat pembiak pada bunga tomat serta mahkota dan
kelopak sebagai perhiasan bunga.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh


kesimpulan bahwa:
- Bunga pada tanaman padi termasuk bunga sempurna, bunga tidak lengkap,
melakukan pernyerbukan sendiri, berbunga pada umur 35 hari, serta terdiri
atas tangkai bunga, dua sekam kelopak, serbuk sari, dan putik.
- Bunga pada tanaman tomat termasuk bunga sempurna, bunga lengkap,
melakukan penyerbukan sendiri (dapat juga melakukan penyerbukan silang
namun peluangnya kecil), berbunga pada umur 23-31 hari, serta terdiri atas
stamen, putik, mahkota, dan kelopak.
5.2 Saran

Jika masih ada yang kurang di dalam laporan praktikum ini, mohon diberi
petunjuk agar pada laporan praktikum selanjutnya bisa lebih baik. Dan untuk
mencapai praktikum yang lebih baik, waktu harus dipergunakan sebaik-baiknya
serta keaktifan para praktikan dalam melakukan praktek harus diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA

Agromedia, Redaksi. 2007. Panduan Lengkap Budidaya Tomat. Jakarta:


Agromedia Pustaka.
Desmarina, R. 2009. Respon tanaman tomat terhadap frekuensi dan taraf
pemberian air. Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Didit. 2010. Cara Budidaya Tomat (Lycopersicon esculentum Mill). Universitas
Negeri Semarang, Semarang.
Gandi. W. 2013. Pengujian Pupuk Organanitrofos terhadap Respon Tanaman
Tomat Rampai ( Lycopersicon pimpinellifolium) dalam Pot ( Pot Experiment
). Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol. 2, No. 1: 17-26
Harja, Zulman. 2015. Budidaya Padi pada Lahan Marjinal. Yogyakarta: Penerbit
CV. Andi Offset.
Karim, A., Suhartatik. 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi.
Norsalis, E., 2011. Padi Gogo Dan Padi Sawah. Skripsi Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Perdana, A. S., 2007. Budidaya Padi Gogo. Mahasiswa Swadaya Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian UGM. Yogyakarta.
Pratiwi. 2007. Reproduksi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga.
Pustaka Departemen Pertanian. 2009. Budidaya Padi. Dikutip dari
http://72.14.235.132/search?q=cache:te5cOg7pUDoJjarak+tanam+padi&hl,
22 Maret 2016.
Rahayu, T., 2009. Budidaya Tanaman Padi Dengan Teknologi MIG-6 plus. Pada
20 Maret 2016. Jurnal Penyuluhan Persyaratan Tumbuh Padi. Departemen
Pertanian.
Rosalina, R. 2008. Pengaruh konsentrasi dan frekuensi penyiraman air limbah
tempe sebagai pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.). Jurnal dari Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Malang, Malang.
Siswoputranto. 1976. Komoditi ekspor Indonesia. Jakarta : PT . Gramedia. 310
hlm.
Srikini. 2008. Sains Biologi. Jakarta : Erlangga.
Sumardi, Kasli, M. Kasim, A. Syarif dan N. Akhir, 2007. Aplikasi Zat Pengatur
Tumbuh untuk Meningkatkan Kekuatan Sink Tanaman Padi Sawah. Jurnal
Akta Agraria Edisi Khusus No. 1 hlm 26-35, 2007.
Syukur, M., dkk. 2015. Bertanam Tomat di Musim Hujan. Jakarta: Penebar
Swadaya.
T., Bernardinus. 2008. Bertanam Tomat. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Tim Penulis Penebar Swadaya. 2009. Budidaya Tomat Secara Komersial.
Penerbar Swadaya.
Tugiyono. 2006. Tanaman Tomat. Agromedia Pustaka. Jakarta: 250 halaman

Anda mungkin juga menyukai