Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Berbicara mengenai peranan pembangunan dan masalah-masalah


kesehatan yang mendasar pada pola dan arah strategi pembangunan
kesehatan, maka tidak terlepas dari masalah komunikasi, penyebaran
informasi dan diterima atau tidaknya suatu gagasan baru tersebut.

Dalam usaha membangun kesehatan maka peranan komunikasi


sangat penting. Komponennya yaitu komunikator berperan sebagai
gerakan aktivitas informasi, motivasi dan edukasi masyarakat bisa
memahami kesehatan. Bahwa kesehatan itu pada dasarnya menyangkut
semua kehidupan, baik kehidupan perseorangan, keluarga, kelompok
manusia, masyarakat luas maupun bangsa. Dengan kata lain, ruang
lingkup dan jangkauannya sangat luas.

Menurut Roekmono dan Setiady (1985) masyarakat tidak hanya


membatasi diri kepada individu yang tidak sakit dan memerlukan
pengobatan, melainkan ingin melihat manusia dalam interaksi manusia
dengan lingkungan dimana ia hidup. Sekaligus dalam pengertian ini
termasuk interaksi manusia dengan beberapa pranata dalam kehidupan
kebudayaan. Beberapa contoh diantaranya yang relevan disini adalah
pranata sosial budaya, pranata pelayanan kesehatan modern, pranata
pengobatan tradisional dan pranata pendidikan.

Juga Hapsara (1986) menjelaskan bahwa orientasi upaya kesehatan


yang semula berupa upaya penyembuhan penderita berkembang secara
berangsur-angsur ke arah kesatuan upaya peningkatan kesehatan untuk
seluruh masyarakat yang mencakup peningkatan (promotive), pencegahan

1
(preventive), penyembuhan (curative) dan pemeliharaan (rehabilitasi) yang
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.

Upaya peningkatan kesehatan itu dipengaruhi oleh faktor


lingkungan sosial budaya termasuk ekonomi, lingkungan fisik dan
biologik yang semuanya bersifat dinamis dan kompleks serta tidak lepas
dari pengaruh perkembangan dunia internasional.Jelaslah bahwa upaya
peningkatan kesehatan cukup luas dan kompleks masalahnya sehingga
memerlukan usaha yang intensip dan mantap (dalam menangani masalah-
masalah kesehatan dan pembangunan kesehatan). Berbagai faktor yang
perlu diperhatikan, antara lain faktor lingkungan yang selalu berubah dan
berpengaruh pada pola atau arah strategi pembangunan kesehatan nasional.

Dalam peningkatan kemampuan setiap orang atau keluarga untuk


dapat menyelesaikan masalah kesehatan sendiri dalam mewujudkan hidup
sehat yang diperlukan adalah hierarki profesional dan jaringan pelayanan
masyarakat dan keluarga untuk mewujudkan maksud di atas. Dengan
menggunakan Puskesmas sebagai penggerak tumbuhnya jaringan
pelayanan masyarakat maka diadakan suatu forum yang dapat mendukung
usaha pelayanan profesional dan masyarakat. Terutama, dalam mendorong
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, maka dihidupkan kembali
strategi oleh Departemen Kesehatan yaitu pos pelayanan terpadu
(posyandu).

Posyandu merupakan usaha untuk melibatkan masyarakat dalam


kegiatan-kegiatan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Berkaitan dengan posyandu, Suyono Yahya (1987) menjelaskan bahwa
dalam hierarki pelayanan kesehatan posyandu adalah jembatan upaya-
upaya pelayanan profesional dan pelayanan non-profesional yang dapat
dikembangkan oleh masyarakat dan keluarga.Demikian juga Sonja P.
Roesma (1987) menjelaskan bahwa posyandu merupakan usaha
keterpaduan karena program yang berdaya ungkit besar bagi penurunan

2
angka kematian bayi, balita dan ibu, sektor yang berkaitan erat dengan
pembangunan kesehatan antara lain kependudukan, pertanian, pendidikan,
pelayanan kesehatan profesional dan nonprofesional/masyarakat.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa posyandu merupakan salah satu bentuk
operasional pemberian kesehatan pada masyarakat secara langsung.
Karena itu, diperlukan suatu pendekatan yang kekuatannya terletak pada
pelayanan kesehatan dasar dan kerja sama lintas sektor. Peran serta
masyarakat ini diperoleh melalui rekayasa masyarakat, dapat dilakukan
melalui komunikasi, informasi, dan motivasi serta upaya penggerak
masyarakat. Hal tersebut dilakukan berbagai cara berdasarkan kondisi dan
situasi masyarakat setempat. Dengan demikian, posyandu merupakan
forum komunikasi dan pelayanan di masyarakat antara sektor yang
memadukan kegiatan pembangunan sektoralnya dengan kegiatan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memecahkan masalahnya alih melalui teknologi.

Sasaran posyandu adalah terutama masyarakat desa dengan tujuan


memperkenalkan inovasi kesehatan dan teknologi kesehatan. Oleh karena,
masih banyaknya jumlah penduduk yang tinggal dipedesaan, komunikasi
dengan masyarakat desa lebih diutamakan karena komunikasi dengan
masyarakat desa merupakan bagian dari komunikasi dengan masyarakat
Indonesia seluruhnya.

1.2 Manfaat

a. Dapat memahami mengenai konsep dasar posyandu.


b. Dapat mengetahui kegiatan yang dilaksanakan diposyandu
c. Dapat mengetahui bagaimana pembentukan posyandu.
d. Dapat mengetahui prinsip prinsip Posyandu.

3
1.3 Tujuan
Setelah menyelesaikan tugas makalah ini diharapkan mahasiswa dapat
memahami mengenai posyandu dan apa saja kegiatan yang dilaksanakan
di posyandu, agar dapat memberikan pelayanan yang baik kepada
masyarakat.

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Posyandu


2.1.1 Perkembangan Posyandu
Latar belakang istilah posyandu adalah dengan dikeluarkannya
konsep keterpaduan KB-Kesehatan, dimana sebelum adanya posyandu
tidak ada keterpaduan baik lintas program maupun lintas sektoral yang
menyangkut pelayanan KB-kesehatan di masyarakat.
Gagasan ini muncul pertama kali dari Dirjen Binkesmas dan pada saat itu
lebih dikenal dengan gagasan Bapak Dr. Soyono Yahya, MPH yang
disebut dengan posyandu.
Pada prinsipnya konsep ini sangat sederhana, mudah pelaksanaan
dan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan serta besar manfaatnya.
Dalam pelaksanaannya diperlukan kerja sama lintas sektoral dan lintas
program, untuk itu pada tahun 1985 dikeluarkan intruksi bersama antara
Mendagri, Menkes dan Kepala BKKBN.
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa kegiatan di posyandu, dimana
anggotanya berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat itu sendiri
dan bekerjasama secara sukarela. Secara umum istilah kader kesehatan
yaitu kader-kader yang dipilih oleh masyarakat tadi menjadi
penyelenggara posyandu.

2.1.2 Pengertian Posyandu

Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan


posyandu, yaitu merupakan wahana kegiatan keterpaduan KB-kesehatan
ditingkat keluarahan atau desa yang melakukan kegiatan lima program
prioritas yaitu : KB, Gizi, KIA, Imunisasi dan penanggulangan diare.

5
Adapun pengertian mengenai posyandu banyak para ahli mengemukakan
sangat bervariasi tergantung dari sudut mana memandangnya. Secara
sederhana yang dimaksud dengan posyandu adalah : pusat kegiatan
dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB-
Kesehatan.
Dari aspek prosesnya maka pengertiannya adalah sebagai berikut :
merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam
pembangunan, khususnya kesehatan dengan menciptakan kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.
Menurut Depkes RI (1994) posyandu adalah forum komunikasi
ahli teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk
masyarakat yang mempunyai nilai yang strategis dalam mengembangkan
sumber daya manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan pusat
pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan
diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera (NKKBS).
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi.
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam
pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari
masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan
pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga
berencana.

6
2.1.3 Tujuan Pelayanan Posyandu
Menurut Depkes (1990), posyandu diselenggarakan dengan tujuan
sebagai berikut :
Mempercepat angka penurunan kematian bayi, anak bailta dan
angka kelahiran.
Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS).
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan-kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang sesuai
dengan kebutuhan.
Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informmasi
dan ketrampilan dari petugas kepada masyarakat dalam rangka
mempercepat penurunan AKI dan AKB.
Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar,
terutama dalam penurunan AKI dan AKB.
Sebagai wadah mensosialisasikan pola komunikasi pengasuhan
anak dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil sehat dan
sejahtera.
Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu.

2.1.4 Sasaran Posyandu


Semua anggota masyarakat dapat memanfaatkan posyandu, tetapi
menurut Depkes RI (1994) pelayanan di posyandu lebih diutamakan
untuk:
Bayi
Anak berumur 1-5 tahun
Ibu hamil, ibu menyusui
Wanita usia subur

7
2.1.5 Fungsi

a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan


ketrampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama
masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.
b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

2.1.6 Pembentukan Posyandu

a. Langkah langkah pembentukan :


1. Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan.
2. Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK di bawah
bimbingan teknis unsur kesehatan dan KB.
3. Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survey mawas
diri, sarana dan prasarana posyandu, biaya posyandu.
4. Pemilihan kader Posyandu.
5. Pelatihan kader Posyandu.
6. Pembinaan.

b. Kriteria pembentukan Posyandu

Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan


Puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
lebih tercapai sedangkan satu Posyandu melayani 100 balita.
a. Kriteria kader Posyandu :

Dapat membaca dan menulis.


Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan.
Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat.
Mempunyai waktu yang cukup.

8
Bertempat tinggal di wilayah Posyandu.
Berpenampilan ramah dan simpatik.
Diterima masyarakat setempat.

c. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu.

Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh Kader,


Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari
Puskesmas, dilakukan pelayanan masyarakat dengan system 5 meja yaitu:
1) Meja I : Pendaftaran.

2) Meja II : Penimbangan.

3) Meja III : Pengisian KMS.

4) Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.

5) Meja V : Pelayanan KB & Kes :

Imunisasi.
Pemberian vitamin A Dosis Tinggi berupa obat tetes ke mulut tiap
bulan Februari dan Agustus.
Pembagian pil atau kondom.
Pengobatan ringan.
Kosultasi KB-Kesehatan.

Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan Meja
V merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan
petugas KB).

d. Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi :

1) Kesehatan ibu dan anak :

Pemberian pil tambah darah (ibu hamil).


Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan
Februarii dan Agustus).

9
Imunisasi.
Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan
balita melalui pertambahan berat badan setiap bulan.
Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada kartu KMS
setiap bulan.
2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.

3) Pemberian Oralit dan pengobatan.

4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai


permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan
materi dasar dari KMS balita dan ibu hamil.

e. Dana

Dana pelaksanaan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat


melalui gotong royong dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil potensi
desa lainnya serta sumbangan dari donatur yang tidak mengikat yang
dihimpunan melalui kegiatan Dana Sehat.

f. Pengorganisasian

Struktur Organisasi

Struktur organisasi Posyandu ditetapkan oleh musyawarah


masyarakat pada saat pembentukan posyandu. Struktur organisasi
tersebut bersifat fleksibel, sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan, kondisi permasalahan dan kemampuan sumber daya.
Struktur organisasi minimal terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan
kader Posyandu yang merangkap sebagai anggota.

Kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah


(kelurahan/desa atau dengan sebutan lain), selayaknya dikelola oleh
suatu unit/kelompok Pengelola Posyandu yang keanggotaanya dipilih
dari kalangan masyarakat setempat. Unit Pengelola Posyandu tersebut

10
dipimpin oleh seorang ketua, yang dipilih dari para anggotanya. Bentuk
organiasi Unit Pengelola Posyandu, tugas dan tanggung jawab masing-
masing unsur Pengelola Posyandu, disepakati dalam unit/kelompok
Pengelola Posyandu bersama masyarakat setempat.

Pengelola Posyandu

Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat


musyawarah pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-
kurangnya terdiri dari seorang ketua, seorang sekretaris dan seorang
bendahara.
Kriteria pengelola Posyandu antara lain sebagai berikut :

Diutamakan berasal dari para bermawan dan tokoh masyarakat


setempat.
Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu
memotivasi masyarakat.
Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
Tingkat Perkembangan Posyandu

Perkembangan masing-masing Posyandu tidak sama. Dengan


demikian, pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing Posyandu
juga berbeda. Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, telah
dikembangkan metode dan alat telaahan perkembangan Posyandu, yang
dikenal dengan nama Telaah Kemandirian Posyandu. Tujuan telaahan
adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu yang secara
umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut :

a. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap,
yang ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana
sacara rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5
(lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan
Posyandu, disamping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula

11
karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan
untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta
menambah jumlah kader.
b. Posyandu Madya

Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat


melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata
jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima
kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Intervensi
yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah menigkatkan
cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai
motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan
Posyandu. Contoh intervensi yang dapat dilakukan antara lain :

Pelatihan tokoh masyarakat, menggunakan Modul Eskalasi


Posyandu dengan metode simulasi.
Menerpakan pendekatan PKMD, terutama SMD dan MMD di
Posyandu, dengan tujuan untuk merumuskan masalah dan
menetapkan cara penyelesaiannya dalam rangka meningkatkan
cakupan Posyandu.
c. Posyandu Purnama

Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat


melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata
jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan
utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program
tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana
sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas
yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu. Intervensi
yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat antara lain :

Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untuk


memantapkan pemahaman masyarakat tentang dana sehat.

12
Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana
sehat yang kuat, dengan cakupan anggota lebih dari 50% KK.
Peserta pelatihan adalah para tokoh masyarakat, terutama
pengurus dana sehat desa atau kelurahan, serta untuk
kepentingan Posyandu mengikutsertakan pula pungurus
Posyandu.

d. Posyandu Mandiri

Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat


melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata
jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan
utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program
tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat
yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang dilakukan
bersifat pembinaan termasuk pembinaan program dana sehat, sehingga
terjamin kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukan intervensi
memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan masalah dan
kemampuan masing-masing yang dirumuskan melalui pendekatan
PKMD.

2.2 Prinsip Dasar Posyandu

Pos PelayananTerpadu merupakan usaha masyarakatdimana terdapat perpaduan antara


pelayanan professional (petugas kesehatan) dan non professional (masyarakat)
Adanya kerjasama lintas program yang baik (KIA, KB,Gizi, Imunisasi, Penaggulangan
Diare) maupun lintassektoral (Depkes, Depdagri/Bangdes, dan BKKBN).
Kelembagaan masyarakat (Pos Desa, Pos TumbuhKembang, Pos Imunisasi, Pos
Kesehatan dam lain-lain).
Mempunyai sasaran penduduk yang sama (Bayi 0-1tahun, Balita 1-5 tahun, Ibu hamil,
Ibu Melahirkan, IbuNifas, Ibu Menyusui dan PUS).

13
Pendekatan yang dibutuhkan adalah pengembangan danPKMD/PHC (Nasrul
Effendy, 1998)

2.3. Kader Kesehatan


2.3.1 Pengertian
Secara umum istilah kader kesehatan yaitu kader-kader yang
dipilih oleh masyarakat tadi menjadi penyelenggara posyandu. Banyak
para ahli mengemukakan mengenai pengertian tentang kader kesehatan,
antara lain : L.A. Gunawan memberi batasan tentang kader kesehatan :
Kader kesehatan dinamakan juga promoter kesehatan desa (Prokes)
adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh, dari masyarakat dan bertugas
mengembangkan masyarakat.
Direktorat bina peran serta masyarakat Depkes RI memberikan
batasan kader : Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan
ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela.
Kader kesehatan menurut WHO adalah laki-laki atau perempuan yang
dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah
kesehatan, perorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam
hubungan yang amat dekat dengan pemberian relawan kesehatan (Depkes
RI, 1992).
Sedangkan menurut Depkes RI, Unicef Bina Swadaya (1986)
kader kesehatan adalah tenaga sukarela dipilih, dipercaya dan berasal dari
masyarakat setempat, lebih mengikuti latihan kader pembangunan bidang
kesehatan sebagai pelaksana pemelihara dan pengembang kegiatan yang
ada di masyarakat dalam upaya pembangunan kesehatan dan
kesejahteraan.

14
2.3.2 Persyaratan Menjadi Kader
Bahwa pembangunan di bidang kesehatan dapat dipengaruhi dari
keaktifan masyarakat dan pemuka-pemukanya termasuk kader, maka
pemilihan calon kader yang akan dilatih perlu mendapat perhatian.
Secara bahwa memilih kader yang merupakan pilihan masyarakat dan
mendapat dukungan dari kepala desa setempat kadang-kadang tidak
gampang. Namun bagaimanapun proses pemilihan kader ini hendaknya
melalui musyawarah dengan masyarakat, sudah barang tentu para pamong
desa harus juga mendukung. Di bawah ini salah satu persyaratan umum
yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan calon kader.
Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia
Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader
Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang
bersangkutan.
Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan
desanya.
Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat
calon kader lainnya dan berwibawa.
Sanggup membina paling sedikit 10 KK untuk meningkatkan
keadaan kesehatan lingkungan.
Diutamakan telah mengikuti KPD atau mempunyai keterampilan.
Dari persyaran-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli di
atas dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara
lain, sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari
masyarakat serta mempunyai kredibilitas yang baik dimana perilakunya
menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi,
mempunyai penghasilan tetap, pandai baca tulis, sanggup membina
masyarakat sekitarnya.

15
2.3.3 Tujuan Pembentukan Kader
Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khusus di
bidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip
bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek akan tetapi merupakan subjek
dari pembangunan itu sendiri. Pada hakekatnya kesehatan diplakan
mengikut sertakan masyarakat secara aktif dan bertanggungjawab.
Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan
kesehatan masyarakat akan memanfaatkan sumber daya yang ada di
masyarakat seoptimal mungkin. Pola pikir yang semacam ini merupakan
penjabaran dari karsa pertama yang berbunyi, meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk menolong dirinya dalam bidang kesehatan.
Menurut Santoso Karo-Karo, kader yang dinamis dengan
pendidikan rata-rata tingkat desa ternyata mampu melaksanakan
beberapa hal yang sederhana, akan tetapi berguna bagi masyarakat
sekelompoknya, meliputi :
Pengobatan/ringan sederhana, pemberian obat cacing pengobatan
terhadap diare dan pemberian larutan gula garam, obat-obatan
sederhana dan lain-lain.
Penimbangan dan penyuluhan gizi.
Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan
vaksinasi, pemberian distribusi obat/alat kontrasepsi KB,
penyuluhan dalam upaya menanamkan NKKBS.
Penyediaan dan distribusi obat/alat kontrasepsi KB, penyuluhan
dalam upaya menanamkan NKKBS.
Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan
lingkungan, pembuatan jamban keluarga dan sarana air
sederhana.

16
Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan desa dan lain-
lain.
Perilaku kesehatan tidak terlepas dari pada kebudayaan masyarakat.
Dalam upaya untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat harus pula
diperhatikan keadaan sosial budaya masyarakat. Sehingga untuk
mengikutsertakan masyarakat dalam upaya pembangunan khususnya
dalam bidang kesehatan, tidak akan membawa hasil yang baik bila
prosesnya melalui pendekatan dengan edukatif yaitu, berusaha
menimbulkan kesadaran untuk dapat memecahkan permasalahan dengan
memperhitungkan sosial budaya setempat.
Dengan terbentuknya kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang
selama ini dikerjakan oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh
masyarakat. Dengan demikian masyarakat bukan hanya merupakan objek
pembangunan, tetapi juga merupakan mitra pembangunan itu sendiri.
Selanjutnya dengan adanya kader, maka pesan-pesan yang disampaikan
dapat diterima dengan sempurna berkat adanya kader, jelaslah bahwa
pembentukan kader adalah perwujudan pembangunan dalam bidang
kesehatan.

2.3.4 Tugas Kegiatan Kader


Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada
umumnya kader bukanlah tenaga profesional, melainkan hanya
membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya
pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis
pelayanan.
Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh dokter kader dan
semua pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang
menyangkut di dalam maupun di luar posyandu antara lain :
1. Kegiatan yang dapat dilakukan kader di posyandu adalah :

17
Melaksanakan pendaftaran
Melaksanakan penimbangan bayi dan balita
Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan
Memberikan penyuluhan
Memberi dan membantu pelayanan
Merujuk
2. Kegiatan yang dapat dilakukan kader di luar Posyandu KB-kesehatan
adalah :
Bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, imunisasi, gizi
dan penanggulangan diare.
Mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan posyandu
3. Kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai
dengan permasalahan yang ada :
Pemberantasan penyakit menular
Penyehatan rumah
Pembersihan sarang nyamuk
Pembuangan sampah
Penyediaan sarana air bersih
Menyediakan sarana jamban keluarga
Pembuatan sarana pembuangan air limbang.
Pemberian pertolongan pertama pada penyakit.
P3K
Dana sehat
Kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan
kesehatan.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengertian posyandu menurut Depkes RI (1994) adalah forum


komunikasi ahli teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan
untuk masyarakat yang mempunyai nilai yang strategis dalam
mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu juga
merupakan pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang
dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).
Kader kesehatan menurut WHO adalah laki-laki atau perempuan
yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-
masalah kesehatan perorangan maupun masyarakat satu untuk bekerja
dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat pemberian relawan
kesehatan (Depkes RI, 1992).
Kader kesehatan menurut Depkes RI, Unicef Bina Swadaya (1986)
kader kesehatan adalah tenaga sukarela dipilih, dipercaya dan berasal
dari masyarakat setempat, lebih mengikuti latihan kader pembangunan
bidang kesehatan sebagai pelaksana pemelihara dan pengembang
kegiatan yang ada di masyarakat dalam upaya pembangunan kesehatan
dan kesejahteraan.

3.2 Saran

19
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita dan dapat
bermanfaat bagi kita semua. Dan ketika kita nanti berada di masyarakat
dapat menerapkan pelayanan keperawatan yang baik bagi masyarakat
untuk mewujudkan indonesia sehat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mubarak,.Wahid Iqbal. Dkk, 2007.Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta:


Salemba Medika.
2. http://blog.re.or.id/definisi-posyandu.htm

20

Anda mungkin juga menyukai