Anda di halaman 1dari 21

TUGAS 4 AKUNTANSI BIAYA

METODE HARGA POKOK PESANAN


DAN HARGA POKOK PROSES

OLEH:

A.SULOLIPU (02220130012)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2014/2015
1
DAFTAR ISI

1.1 METODE HARGA POKOK PESANAN...............................................................1

2.1 METODE HARGA POKOK PROSES.......................................................................14

2
1.1 METODE HARGA POKOK PESANAN

A. Metode Pengumpulan Harga Pokok

Metode pengumpulan harga pokok dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:


1. Metode harga pokok pesanan
Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok produk di
mana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan. Pengolahan produk akan dimulai setelah
datangnya ada pesanan
2. Metode harga pokok proses
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana
biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu. Pada metode harga pokok proses
perusahaan menghasilkan produk yang homogin, bentuk produk bersifat standar, dan tidak
tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli.

B. Karakteristik Harga Pokok Pesanan

Pada perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan memiliki


karakteristik, sebagai berikut:
1. Tujuan produksi perusahaan untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya
tergantung pada spesifikasi pemesan
2. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung harga
pokok pesanan dengan relatif teliti dan adil. Dihubungkan dengan sistem akuntansi
biaya yang digunakan untuk membebankan harga pokok kepada produk, metode
harga pokok pesanan menggunakan:
Sistem harga pokok historis digunakan untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung , sedangkan untuk biaya overhead pabrik menggunakan tarif biaya
yang ditentukan dimuka.
Dalam metode harga pokok pesanan, dapat juga menggunakan Sistem harga
pokok yang ditentukan dimuka untuk seluruh elemen biaya.
Jumlah total harga pokok untuk pesanan tertentu dihitung pada saat pesanan
selesai, dengan menjumlahkan seluruh biaya yang dibebankan kepada pesanan
yang bersangkutan. Harga pokok satuan dihitung dengan cara membagi jumlah
total harga pokok pesanan dengan jumlah satuan produk pesanan.

3
C. Aliran Kegiatan Perusahaan Manufaktur

Aliran harga pokok produk menunjukkan aliran biaya produksi dalam rangka kegiatan
pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang selanjutnya dijual, oleh karena itu aliran
harga pokok produk akan dipengaruhi aliran kegiatan.
Aliran kegiatan perusahaan manufaktur secara umum terdiri dari:
1. Pengadaan
Pengadaan adalah kegiatan untuk memperoleh atau mengadakan barang dan jasa yang
akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi, dapat dikelompokkan menjadi:
Pembelian, penerimaan, dan penyimpanan bahan baku, bahan penolong, supplies
pabrik, dan elemen lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi
Perolehan jasa dari tenaga kerja langsung, tenaga kerja tak langsung dan jasa lainnya
yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi.
2. Produksi
Produksi adalah kegiatan pengolah bahan baku menjadi produk selesai. Pada kegiatan
tersebut akan dikonsumsi bahan baku, tenaga kerja langsung, barang dan jasa lainnya yang
dikelompokkan dalam overhead pabrik.
3. Penyimpanan produk selesai
Produk yang telah selesai diproduksi dari pabrik akan dipindahkan ke dalam gudang
produk selesai menunggu saat dijual atau diserahkan kepada pemesan.
4. Penjualan produk selesai.
Produk yang sudah laku dijual akan dikeluarkan dari gudang produk selesai untuk
dikirim kepada pembeli, dan perusahaan dapat membebani rekening langganan atau pembeli.

D. Prosedur Akuntansi Biaya pada metode Harga Pokok Pesanan

Prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokok pesanan dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies.
2. Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.
3. Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik.
4. Prosedur akuntansi produk selesai dan produk dalam proses akhir periode
5. Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.

4
Berikut ini akan dibahas per prosedur, sesuai dengan urutan yang telah disebutkan
diatas.

1. Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies

Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies meliputi prosedur pembelian sampai
dengan pemakaian bahan dan supplies di dalam pabrik. Secara ringkas prosedur akuntansi
bahan dan supplies dapat digambarkan sebagai berikut:.

Transaksi dan Dokumen Jurnal Transaksi Buku Besar


Dasar Pembantu
Pembelian Bahan dan Persediaan Bahan Baku xx Kartu Persediaan:
Supplies: Persediaan Bahan Penolong xx Bahan Baku
Faktur Pembelian Persediaan Supplies Pabrik xx Bahan Penolong
BuktiPenerimaan Hutang Dagang xx Supplies Pabrik
Barang
Pesanan Pembelian
Hutang Dagang xx Kartu Persediaan:
Pengembalian Persediaan Bahan Baku xx Bahan Baku
Pembelian: Persediaan Bahan Penolong xx Bahan Penolong
Debit Memorandum Persediaan Supplies Pabrik xx Supplies Pabrik
Laporan Pengiriman
Pengembalian
Pembelian

Potongan Tunai Hutang Dagang xx Kartu Persediaan:


Pembelian: Persediaan Bahan Baku xx Bahan Baku
Bukti Kas Keluar Persediaan Bahan Penolong xx Bahan Penolong
Persediaan Supplies Pabrik xx Supplies Pabrik
Kas xx
Atau:
Hutang Dagang xx
Penghasilan Lain-Lain xx
Kas xx

5
Pemakaian Bahan Baku: Barang Dalam Proses- B. Bhn Baku xx Kartu Persediaan:
Bon Permintaan Bahan Persediaan Bahan Baku xx Bahan Baku
Kartu Harga
Pokok Pesanan
Pemakaian Bahan Biaya Overhead P Sesungguhnya xx Kartu Persediaan:
Penolong: Persediaan Bahan Penolong xx Bahan
Bon Permintaan Bahan Penolong
Kartu Biaya:
Overhead
Pemakaian Supplies Biaya Overhead P Sesungguhnya xx Pabrik
Pabrik: Persediaan Supplies Pabrik xx
Bon Permintaan Kartu Persediaan:
Bahan Supplies
Pabrik
Kartu Biaya:
Overhead
Pabrik
Pengembalian Bahan Persediaan Bahan Baku xx Kartu Persediaan:
Baku dari Pabrik ke Barang Dalam Proses- Bahan Baku
Gudang Bahan Biaya Bahan Baku xx Kartu Harga
Pokok Pesanan

2. Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.

Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja meliputi prosedur terjadinya gaji dan upah,
pembayaran gaji dan upah, dan distribusi gaji dan upah untuk semua karyawan perusahaan
baik produksi maupun bagian non produksi. Secara ringkas prosedur akuntansi biaya tenaga
kerja adalah sebagai berikut:

Transaksi dan Dokumen Jurnal Transaksi Buku Besar


Dasar Pembantu
Penentuan Gaji dan Biaya Gaji dan Upah xx

6
Upah: Hutang Pajak Pendapatan xx
Daftar Hadir Hutang Dana Pensiun xx
Kartu Jam Kerja Hutang Astek xx
Daftar Gaji dan Upah Hutang Asuransi Hari Tua xx
Piutang Karyawan xx
Hutang Gaji dan Upah xx
Pembayaran Gaji dan Hutang Gaji dan Upah xx
Upah: Kas xx
Bukti Kas Keluar
Distribusi Gaji dan Barang Dalam Proses- B TKL xx Kartu Harga
Upah: BOP Sesungguhnya xx Pokok Pesanan
Perintah Jurnal Biaya Pemasaran xx dan Kartu Biaya
Biaya Administrasi dan Umum xx Overhead Pabrik
Biaya Gaji dan Upah xx Pemasaran
Administrasi dan
Umum
Beban atas Gaji dan BOP Sesungguhnya xx Karu Biaya:
Upah: Biaya Pemasaran xx Overhead
Daftar Sumbangan Biaya Administrasi dan Umum xx Pabrik
atas Hutang Pajak Pendapatan xx Pemasaran
Gaji dan Upah Hutang Dana Pensiun xx Administrasi
Hutang Astek xx dan
Hutang Asuransi Hari Tua xx Umum

Penyetoran atas Hutang Pajak Pendapatan xx


Potongan dan beban Hutang Dana Pensiun xx
Gaji dan upah: Hutang Astek xx
Bukti Kas Keluar Hutang Asuransi Hari Tua xx
Kas xx

3. Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling komplek.untuk keadilan dan
ketelitian pembebanan harus digunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka.

7
Apabila tarif biaya overhead pabrik sudah ditentukan, prosedur akuntansi biaya
overhead pabrik sebagai berikut:
a. Prosedur pembebanan biaya overhead pabrik pada pesanan
Atas dasar perintah jurnal, maka dibuat jurnal pembebanan BOP dan dimasukkan ke
dalam Kartu Harga Pokok Pesanan.

Barang Dalam Proses Biaya Overhead Pabrik xx


Biaya Overhead Pabrik Dibebankan xx

b. Prosedur akuntansi pengumpulan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya


Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam periode yang bersangkutan
ditampung dalam rekening Biaya Overhead Sesungguhnya dan dimasukkan ke dalam Kartu
Pembantu Biaya Overhead Pabrik. Berikut ini dibahas jurnal untuk setiap elemen:
(1) Biaya Bahan Penolong (secara detail telah dibahas di prosedur akuntansi biaya Bahan).
Jurnal untuk pemakaian bahan penolong sbb:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx


Persediaan Bahan Penolong xx

(2) Biaya tenaga Kerja Tak Langsung (secara detail telah dibahas di prosedur akuntansi biaya
tenaga kerja). Atas dasar Daftar Gaji dan Upah, maka jurnal untuk biaya tenaga kerja tak
langsung sbb:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx


Biaya Gaji dan Upah xx

Jika Pajak, dan asuransi menjadi tanggungan perusahaan, maka jurnalnya:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx


Hutang Pajak Pendapatan xx
Hutang Dana Pensiun xx
Hutang Astek xx
Hutang Asuransi Hari Tua xx

8
(3) Biaya Penyusutan dan Amortisasi Aktiva Tetap Pabrik
Jurnal untuk penyusutan dan amortisasi aktiva pabrik adalah:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx


Akumulasi Peyusutan Mesin xx
Akumulasi Penyusutan Bangunan xx
Akumulasi Penyusutan Peralatan xx
Amortisasi Hak Paten xx

(4) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva Tetap Pabrik


Biaya reparasi dan pemeliharaan timbul karena pembelian suku cadang atau pembelian jasa
reparasi.
Jika terjadi pembelian suku cadang, maka jurnalnya sbb:

Persediaan Suku Cadang xx


Hutang Dagang/ Kas xx

Jika terjadi pemakaian suku cadang, mak jurnalnya sbb:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx


Persediaan Suku Cadang xx

Jika terjadi pembayaran jasa atas servis yang diterima perusahaan, maka jurnalnya adalah:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx


Kas xx

(5) Biaya Listrik dan Air untuk Pabrik


Jurnal untuk pemakaian listrik dan air untuk pabrik sbb:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx


Kas/ Hutang Biaya xx

(6) Biaya Asuransi Pabrik

9
Jurnal pada saat pembayaran persekot asuransi sbb:

Persekot Asuransi xx
Kas xx

Jurnal pada saat pengakuan biaya:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx


Persekot Asuransi xx

c. Prosedur akuntansi perhitungan dan perlakuan selisih biaya overhead pabrik


Pada akhir periode akuntansi akan dihitung besarnya selisih biaya BOP sesungguhnya
dengan BOP yang dibebankan. Berikut ini jurnal yang biasanya dibuat di perusahaan:
(1) Jurnal menutup biaya overhead pabrik dibebankan ke biaya overhead pabrik
sesungguhnya.

Biaya Overhead Pabrik Dibebankan xx


Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx

(2) Jurnal untuk menutup biaya overhead pabrik sesungguhnya dan menghitung selisih
Apabila BOP sesungguhnya lebih besar dibandingkan BOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:

Selisih Biaya Overhead Pabrik xx


BOP Sesungguhnya xx

Apabila BOP sesungguhnya lebih kecil dibandingkan BOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:

BOP Sesungguhnya xx
Selisih Biaya Overhead Pabrik xx

(3) Salah satu perlakuan yaitu masuk ke rekening Rugi laba


Jika terdapat selisih tidak mengguntungkan, maka jurnal sbb:

Rugi-Laba xx

10
Selisih Biaya Overhead Pabrik xx

Jika terdapat selisih menguntungkan, maka jurnalnya yang dibuat adalah:

Selisih Biaya Overhead Pabrik xx


Rugi-Laba xx

4. Prosedur akuntansi produk selesai dan produk dalam proses akhir periode
Jika pesanan telah selesai di produksi, maka jurnal yang dibuat sbb:

Persediaan Produk Selesai xx


Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku xx
Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja Langsung xx
Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik xx

Jika pada akhir periode masih ada pesanan yang belum selesai, maka jurnalnya adalah:

Persediaan Produk dalam Proses xx


Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku xx
Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja Langsung xx
Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik xx

5. Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.


Berdasarkan faktur penjualan, maka jurnal penjualan barang adalah:

Piutang Dagang/ Kas xx


Penjualan xx

Harga Pokok Penjualan xx


Persediaan Produk Selesai xx

E. Perlakuan Sisa Bahan, Produk Rusak, Produk cacat pada Metode Harga Pokok
Pesanan

11
Dalam pengolahan produk untuk melayani pesanan, kemungkinan timbul sisa bahan,
produk rusak, maupun produk cacat.Bagi manajemen masalahnya adalah bagaimana dapat
menekan timbulnya sisa bahan, produk cacat dan produk rusak serendah mungkin. Berkut ini
dibahas tentang masalah perlakuan akuntansi untuk masing-masing:
1. Sisa Bahan
Dalam perusahaan manufaktur dapat timbul sisa bahan dari proses pengolahan
produk, yang disebut sisa bahan. Sisa bahan adalah bahan yang tersisa atau bahan yang rusak
di dalam proses pengolahan produk atau penyimpanan dan tidak dapat digunakan kembali
dalam perusahaan.
Sisa bahan dapat dikelompokkan menjadi dua:
a. Sisa bahan yang tidak laku dijual
(1) Apabila sisa bahan terjadinya karena pengerjaan pesanan tertentu, biaya pembuangan
atau pemusnahan sisa bahan dapat digunakan untuk menambah elemen biaya bahan baku
pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya pemusnahan sisa
bahan adalah:

Barang Dalam Proses Biaya Bahan xx


Kas xx

(2) Apabila sisa bahan secara normal terjadinya dalam perusahaan, biaya tersebut dapat
diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya.Jurnal yang digunakan untuk
mencatat biaya pemusnahan sisa bahan adalah:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx


Kas xx

b. Sisa bahan yang laku dijual


(1) Apabila timbulnya sisa bahan disebabkan karena pengolahan pesanan tertentu, hasil sisa
bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku atau pengurang biaya keseluruhan
biaya produksi pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat penjualan
sisa bahan adalah:

Kas xx
Barang Dalam Proses Biaya Bahan xx

12
(2) Apabila timbulnya sisa bahan sifanya normal di dalam suatu perusahaan, perlakuan hasil
penjualan dapat digunakan cara sbb:
(a) Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya. Jurnal yang digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:

Kas xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx

(b) Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai penghasilan lain-lain.Jurnal yang
digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:

Kas xx
Penghasilan Lain Lain xx

2. Produk Rusak
Produk rusak adalah produk dihasilkan dalam kondisi rusak atau tidak memenuhi
ukuran mutu yang sudah ditentukan dan tidak ekonomis untuk diperbaiki menjadi produk
yang baik, meskipun mungkin secara tehnik dapat diperbaiki menjadi produk yang baik.
Produk yang rusak dapat digolongkan menjadi dua:
a. Produk rusak yang tidak laku dijual
Perlakuan produk yang rusak tergantung penyebab timbulnya produk rusak:
(1) Apabila produk rusak disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, maka harga
pokok produk yang rusak dibebankan pada pesanan yang menimbulkan produk rusak,
sehingga harga pokok produksi per unit produk menjadi lebih besar. Akan tetapi tidak ada
tambahan jurnal yang harus dicatat.
(2) Apabila produk yang rusak terjadinya bersifat normal dalam suatu perusahaan,maka
harga pokok produk rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhead sesungguhnya. Jurnal
yang harus dicatat adalah:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx


Barang Dalam Proses Biaya Bahan xx
Barang Dalam Proses B. Tenaga Kerja Langsung xx

13
Barang dalam Proses BOP xx
(3) Apabila produk rusak karena kesalahan atau kurangnya pengawasan, maka harga pokok
produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi produk yang rusak. Jurnal yang harus dicacat
adalah:

Rugi Produk Rusak xx


Barang Dalam Proses Biaya Bahan xx
Barang Dalam Proses B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses BOP xx

b. Produk rusak yang laku dijual


Perlakuan akuntansi untuk produk rusak yang laku dijual:
(1) Apabila produk rusak yang disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, rugi atas
penjualan produk yang rusak akan dibebankan pada pesanan yang bersangkutan. Karena
sebagian pesanan akan mengalami rusak, dalam pengolahan pesanan harus dimasukkan
jumlah yang lebih besar dibanding dengan jumlah yang dipesan. Jurnal yang dicatat pada saat
penjualan produk rusak:

Kas xx
Barang Dalam Proses Biaya Bahan xx
Barang Dalam Proses B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses BOP xx

(2) Apabila timbulnya produk rusak bersifat normal di dalam suatu perusahaan, rugi produk
yang rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik sesungguhnya.Jurnal yang
dicatat pada saat penjualan produk rusak:

Kas xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Barang Dalam Proses Biaya Bahan xx
Barang Dalam Proses B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses BOP xx

14
(3) Apabila timbulnya produk yang rusak karena kesalahan atau kurangnya pengawasan
produksi, rugi produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi produk yang rusak. Jurnal yang
dicatat pada saat penjualan produk rusak:

Kas xx
Rugi Produk Rusak xx
Barang Dalam Proses Biaya Bahan xx
Barang Dalam Proses B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses BOP xx

3. Produk cacat
Produk cacat adalah produk dihasilkan yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi
ukuran mutu yang sudah ditentukan, akan tetapi produk tersebut masih dapat diperbaiki
secara ekonomis menjadi produk yang baik. Perlakuan akuntansi untuk produk yang cacat:
(1) biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai penambah harga pokok pesanan
tertentu. Metode ini digunakan apabila penyebab produk cacat karena sulitnya pengerjaan
produk. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:

Barang Dalam Proses Biaya bahan Baku xx


Barang Dalam Proses Biaya Tenaga Kerja Langsung xx
Barang Dalam Proses Biaya Overhead pabrik xx
Persediaan Bahan xx
Gaji dan Upah xx
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan xx

(2) Biaya perbaikan produk yang cacat diperlakukan sebagai penambah biaya overhead
sesungguhnya. Metode ini digunakan apabila produk cacat sifatnya normal terjadi dalam
perusahaan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:

Biaya Overhead Sesungguhnya xx


Persediaan Bahan xx
Gaji dan Upah xx
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan xx

15
(3) Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai elemen Rugi produk cacat. Metode
ini digunakan jika produk cacat disebabkan karena lemahnya pengawasan. Jurnal yang
digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:

Rugi Produk cacat xx


Persediaan Bahan xx
Gaji dan Upah xx
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan xx

2.1 METODE HARGA POKOK PROSES

A. Karakteristik Metode Harga Pokok Proses

Karakteristik utama dari harga pokok proses adalah:

1. Laporan harga pokok produksi digunakan untuk mengumpulkan, meringkas, dan menghitung
harga pokok baik total maupun satuan atau per unit. Apabila produk diolah melalui beberapa
tahap atau departemen, laporan harga pokok disusun setiap departemen dimana produk
diolah.
2. Biaya produksi periode tertentu dibebankan kepada produk melalui rekening barang dalam
proses yang diselenggarakan untuk setiap elemen biaya.
3. Produksi dikumpulkan dan dilaporkan untuk satuan waktu tertentu.
4. Produksi ekuivalen digunakan untuk menghitung harga pokok persatuan. Produksi ekuivalen
adalah tingkatan atau jumlah produksi dimana pengolahan produk dinyatakan dalam ukuran
produk selesai.
5. Untuk menghitung harga pokok persatuan setiap elemen biaya produksi tertentu tersebut
dibagi dengan produksi ekuivalen untuk elemen yang bersangkutan.
6. Harga pokok yang diperhitungkan untuk mengetahui elemen-elemen yang menikmati biaya
yang dibebankan, berapa yang dinikmati produk selesai dari departemen tertentu atau
pengolahan yang dipindahkan ke gudang atau ke departemen berikutnya dan berapa harga
pokok produk dalam proses akhir.

B. Sistem Pembebanan Biaya pada Metode Harga Pokok Proses

Dalam metode harga pokok pesanan, pembebanan biaya dapat menggunakan sistem sebagai
berikut:

16
1. Semua elemen biaya dibebankan berdasarkan biaya sesungguhnya terjadi. Untuk pembahasan
selanjutnya sistem ini yang dipakai sebagai dasar pembahasan.
2. Biaya bahan dan biaya tenaga kerja dibebankan berdasarkan biaya sesungguhnya yang terjadi,
akan tetapi untuk biaya overhead bibebankan atas dasar tarif yang ditentukan dimuka (seperti
pada metode harga pokok pesanan). Metode ini dipakai jika kondisi di perusahaan adalah:
Perusahaan menghasilkan beberapa jenis produk.
Produksi tidak stabil dari waktu ke waktu.
Elemen biaya overhead merupakan elemen biaya yang relative tinggi.
3. Semua elemen biaya dibebankan pada produk atas dasar harga pokok ditentukan dimuka.
Metode ini baik terutama untuk perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengendalian
biaya.

C. Penggolongan Biaya dan Jurnal Akuntansi Pada Metode Harga Pokok Proses

Dalam metode harga pokok proses, biaya produksi digolongkan menjadi:


1. Biaya Bahan
Dalam metode harga pokok pesanan tidak diadakan pemisahan antara bahan baku dan bahan
penolong, hal ini disebabkan produk yang dihasilkan bersifat homogin dan bentuknya
standar, Sehingga setiap satuan produk yang sama menikmati bahan yang relatif sama.
Kartu buku besar pembantu persediaan dibuat untuk setiap jenis bahan, permintaan oleh setiap
departemen yang menggunakan bahan digunakan dokumen Bon Permintaan Bahan dan pemakaian
bahan di dalam produksi oleh setiap departemen harus dibuatkan Laporan Pemakaian Bahan yang
akan dipakai dasar menyusun Laporan Harga Pokok Produksi.
Jurnal yang digunakan untuk pemakaian bahan adalah:

Barang Dalam Proses Biaya Bahan xx


Persediaan Bahan xx

2. Biaya Tenaga Kerja


Dalam metode harga pokok pesanan tidak dipisahkan antara biaya tenaga kerja langsung
dengan biaaya tenaga kerja tak langsung. Berdasarkan Daftar gaji dan Upah, maka dibuat jurnal
sebagai berikut:

Barang Dalam Proses Biaya Tenaga Kerja xx


Biaya Gaji dan Upah xx

17
Apabila produk diolah melalui beberapa departemen, semua biaya tenaga kerja pada
departemen produksi digolongkan sebagai biaya tenaga kerja, sedangkan biaya tenaga kerja
departemen pembantu diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik.
3. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik pada metode harga pokok proses adalah semua biaya produksi
didepartemen produksi selain biaya bahan dan biaya tenaga kerja, ditambah biaya yang terjadi di
departemen pembantu.
Jika biaya overhead terjadi, maka dilakukan jurnal sebagai berikut:

Biaya Overhead Pabrik xx


Kas xx
Persediaan Supplies Pabrik xx
Persediaan Suku Cadang xx
Persekot Biaya xx
Akumulasi Penyusutan xx
Hutang Biaya xx

Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk dibuat jurnal sebagai berikut:

Barang Dalam Proses Biaya Overhead Pabrik xx


Biaya Overhead Pabrik xx

D. Penerapan Pencatatan Akuntansi Pada metode Harga Pokok prose


1. Pengolahan Produk Dalam Satu tahap/departemen (tanpa ada produk hilang dalam
Proses)
2. Pengolahan Produk lebih dari Satu tahap/departemen (ada produk hilang dalam
Proses)
Ada dua metode perlakuan produk hilang didalam proses, yaitu:
a. Produk hilang dianggap terjadi awal proses
Apabila produk hilang dianggap terjadi pada awal proses karakteristik pengaruhnya
terhadap perhitungan harga pokok sebagai berikut:
1. Produk hilang awal proses dianggap tidak menikmati biaya produksi pada departemen
atau tahap dimana produk hilang.
2. Dalam perhitungan produksi ekuivalen, produk hilang awal proses tidak dimasukkan
ekuivalen produksi.

18
3. Produk hilang awal proses tidak dibebani harga pokok.
4. Produk hilang awal proses yang terjadi pada departemen lanjutan mengakibatkan
harus dilakukan penyesuaian harga pokoksatuan yang diterima dari departemen
sebelumnya, oleh karena pemikul biaya jumlahnya berkurang dan jumlah total biaya
sama maka harga pokok satuan dari departemen sebelumnya menjadi lebih besar.
b. Produk hilang dianggap terjadi akhir prose
Apabila produk hilang dianggap terjadi pada akhir proses, karakteristik pengaruhnya
terhadap perhitungan harga pokok sebagai berikut:
(1) Produk hilang awal proses dianggap telah menikmati biaya produksi pada departemen
atau tahap dimana produk hilang.
(2) Dalam perhitungan produksi ekuivalen, produk hilang awal proses dimasukkan ekuivalen
produksi.
(3) Produk hilang akhir proses diperhitungkan harga pokok, harga pokok pokok produk
hilang tersebut dibebankan kepada produk selesai yang dipindahkan ke departemen
berikutnya atau ke gudang produk selesai.
(4) Dengan pembebanan harga pokok produk hilang akhir proses kepada harga pokok produk
selesai, mengakibatkan jumlah total harga pokok prodk selesai menjadi lebih besar, oleh
karena pemikul harga pokok jumlahnya tidak bertambah yaitu sebesar produk selesai maka
harga pokok satuan yang dipindahkan ke gudang produk selesai atau ke departemen
berikutnya ikut bertambah.
2. Pengolahan Produk lebih dari Satu tahap/departemen (ada produk dalam Proses dalam
awal periode)
Produk dalam proses pada awal periode berasal dari produk dalam proses pada akhir
periode sebelumnya dan telah menikmati harga pokok pada periode sebelumnya sesuai
dengan departemen di mana produk masih dalam proses. Apabila produk dalam proses awal
berada dalam departemen pertama harga pokok yang telah dinikmati meliputi biaya bahan,
biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik departemen pertama. Sedangkan barang dalam
proses pada departemen lanjutan telah menikmati harga pokok dari departemen sebelumnya
ditambah harga pokok yang telah dinikmati pada departemen lanjutan tersebut.

Untuk menentukan besarnya harga pokok, perlakuan harga pokok produk dalam
proses awal periode dapat dipakai tiga metode, yaitu:
(a) Metode harga pokok rata-rata

19
Perlakuan produk dalam proses awal dengan metode harga pokok rata-rata memiliki
karakteristik sebagai berikut:
(1) Setiap elemen harga pokok produk dalamproses awal digabungkan dengan elemen biaya
yang terjadi dalam periode yang bersangkutan.
(2) Oleh karena setiap elemen haraga pokok produk dalam proses digabungkan dengan biaya
periode yang bersangkutan, harga pokok produk dalam proses awal harus dipecah kembali ke
dalam setiap elemen biaya.
(3) Besarnya produksi ekuivalen dapat dihitung sebesar jumlah produk selesai ditambah
jumlah produk dalam proses akhir.
(4) Besarnya harag pokok satuan untuk setiap elemen biaya dihitung dengan cara membagi
jumlah total elemen biaya yang bersangkutan setelah digabung jumlah produksi ekuivalen
dari elemen biaya yang bersangkutan.
(5) Tidak dibedakan asal dari produk selesai dan produk dalam proses akhir apakah dari
produk dalamproses awal atau dari produk yang baru dimasukkan dalam proses.
(b) Metode harga pokok pertama masuk pertama keluar
Perlakuan produk dalam proses awal dengan metode harga pokok pertama masuk
pertama keluar memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) Proses produksi dianggap untuk menyelesaikan produk dalam proses awal menjadi
produk selesai, baru kemudian untuk mengolah produk yang baru masuk proses yang
sebagian akan menjadi bagian produk selesai yang disebut current production dan sisanya
merupakan produk dalam proses akhir periode.
(2) Setiap elemen harga pokok produk dalam proses awal tidak digabungkan degan elemen
biaya yang terjadi dalam periode yang bersangkutan.
(3) Harga pokok produk dalam proses pada awal periode tidak perlu dipecah kebali menurut
elemennya ke dalam setiap elemen biaya.
(4) Besarnya produksi ekuivalen adalah sebesar jumlah produk dalam proses awal dikalikan
tingkat penyelesaian yang masih diperlukan untuk menyelesaikan menjadi produk selesai,
ditambah produksi current atau produk yang baru masuk proses produksi tersebut dan dapat
diselesaikan pada periode itu juga, ditambah produk dalam proses akhir dikalikan tingkat
penyelesaian yang sudah dinikmati.
(5) Besarnya harga pokok persatuan setiap elemen biaya dihitung sebesar elemen biaya yang
terjadi pada periode yang bersangkutan dibagi jumlah produksi ekuivalen dari elemen biaya
yang bersangkutan.

20
(6) Harga pokok produk selesai dipisahkan menjadi dau golongan, pertama,produk selesai
yang berasal dari produk dalam proses awal, kedua, produk selesai yang berasal dari produksi
current.
(c) Metode harga pokok terakhir masuk pertama keluar
Perlakuan produk dalam proses awal dengan metode harga pokok tearakhir masuk
pertama keluar memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) Proses produksi dianggap untuk menyelesaikan produk yang baru masuk pada periode
yang bersangkutan, apabila semua produk yang baru masuk proses sudah dapat diselesaikan
kemudian untuk mengolah produk dalam proses awal. Apabila produk yang baru masuk
belum dapat diselesaikan secara keseluruhan berarti terdapat kenaikan jumlah produk dalam
proses pada akhir periode, maka harga pokok produk awal periode akan diserap oleh harga
pokok produk dalam proses akhir periode.
(2) Setiap elemen harga pokok produk dalam proses awal periode tidak perlu digabungkan
dengan setiap elemen biaya yang terjadi pada periode bersangkutan.
(3) Besarnya harga pokok persatuan setiap elemen biaya dihitung dengan cara membagi
elemen biaya tertentu yang terjadi pada periode yang bersangkutan dengan produksi
ekuivalen biaya yang bersangkutan.
(4) Dibedakan asal darri produk selesai atau produk dalam proses akhir dari produk yang
baru masuk proses dengan yang berasal dari produk dalam proses awal.

21

Anda mungkin juga menyukai