DISUSUN OLEH
IIS SUPENTI
805011001446
Disusun Oleh
IIS SUPENTI
NIM. 805011001446
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing,
Iis Supenti
ABSTRAK
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Hj. Eri Rossatria, Ketua Jurusan Program PTTM.
3. Dra. Zikri Neni Iska, M.Psy. Dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya guna memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
4. Seluruh dosen program PTTM dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan.
5. E.Rustama, BA. Kepala SDN Pademangan Timur 05 Pagi Jakarta Utara.
6. Rekan-rekan Guru SDN Pademangan Timur 05 Pagi yang selalu memberikan
support kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
7. Kedua orang tua Ayahanda H. Cacu Sunarya (almarhum) dan Ibunda Hj.
Juariah yang selalu memberikan doa dan dorongan serta nasihat yang sangat
berarti. Ya Rabb karuniakan ampunan dan pahala yang terbai bagi keduanya.
8. Teristimewa untuk suamiku Drs. Dadang Zarqoni yang dengan sabar
memberikan dorongan dan dukungan sehingga penulis selalu merasa optimis
dan tidak mudah putus asa.
9. Dan untuk putri-putriku tercinta, Neneng Kholisoh, Miratur Rahmah dan
Zahrin Nur Fajrina yang selalu membantu mamanya dengan doa, mudah-
mudahan kalian menjadi anak-anak yang salehah dan pandai.
Semoga jasa-jasa beliau semuanya menjadi amal shalih yang diridhoi Allah
swt. dan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 6
E. Kegunaan Penelitian .................................................................... 6
B. Tujuan Penelitian 32
C. Metode Penelitian 32
E. Variabel Penelitian 33
F. Desain Penelitian 33
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 65
B. Saran-saran .................................................................................. 66
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya pendidikan adalah sebuah transformasi yang mengubah
input menjadi output. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam
pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan
rohaninya kearah kedewasaan. Pendidikan juga merupakan suatu sistem yang
teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian
dengan perkembangan pisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan,
sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan.
Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan kemampuan dan
motivasi manusia sehingga dapat hidup layak, baik sebagai pribadi maupun
sebagai anggota masyarakat. Pendidikan juga bertujuan untuk mendewasakan
anak, kedewasaan tersebut mencakup pendewasaan intelektual, sosial dan moral,
tidak semata-mata kedewasaan dalam arti fisik. Pendidikan juga merupakan usaha
sadar untuk mengembangkan kepribadian dan meningkatkan manusia untuk
mencaapai tujuan yang diharapkan.
Setiap manusia membutuhkan pendidikan baik formal maupun non formal.
Dengan pendidikan akan diperoleh ilmu pengetahuan yang berguna sebagai bekal
dalam menghadapi perubahan-perubahan hidup. Dengan ilmu pengetahuan
manusia akan mampu bersaing pada tingkat nasional maupun international.
Dalam pendidikan tidak ada istilah pemaksaan, pendidikan lebih dari
kesadaran manusia itu sendiri. Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan oleh setiap
orang dilandasi kecenderungan atau keinginan serta motivasi yang dimilikinya.
Sebagai suatu aspek kejiwaan, motivasi bukan saja dapat mewarnai tingkah laku
seseorang, tetapi dapat mendorong orang untuk melakukan dan memperoleh
sesuatu untuk mencapai cita-cita.
Hal yang penting dalam setiap usaha pendidikan adalah belajar, manusia
dapat berkembang lebih jauh dari makhluk lainnya sehingga ia dapat menjalankan
fungsinya sebagai khalifah di muka bumi ini. Dengan belajar manusia mampu
menjadi manusia yang berkualitas.
Dalam perspektif Islam, belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang
beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat
kehidupannya. Hal ini tercantum dalam al-Quran surat al-Mujaadilah (58) ayat 11
seperti tercantum dibawah ini:
1
Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah (Bandung: Sinar Baru
al-Gasindo, 1995), h. 3.
pengetahuan yang berguna dalam menghadapi perubahan-perubahan hidup.
Dengan ilmu pengetahuan manusia akan mampu bersaing pada tingkat nasional
maupun internasional.
Hal yang penting dalam setiap usaha pendidikan adalah belajar, manusia dapat
berkembang lebih jauh dari mekhluk lainnya sehingga ia dapat menjalankan
fungsinya sebagai khalifah di bumi. Dengan belajar, manusia mampu menjadi
manusia yang berkualitas.
2
Slamet Imam Santoso, Pembinaan Watak Tujuan Utama Pendidikan (Jakarta: UI Pers,
1980), h. 33.
ia tidak suka maka akan berusaha meniadakan atau mengeluarkan perasaan
tidak sukanya itu.3
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani,bertaqwa
berakhlaq mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya
kitab suci Alquran dan Alhadits, melalui kegiatan bimbingan,pengajaran
latihan,serta penggunaan pengalaman.
3
A.M. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: CV. Rajawali,
1990), h. 75.
4
Kasmiran Nuryo, Kontribusi Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa
(Jakarta: LP IKIP, 1987).
Penyebab lain menurunnya nilai prestasi belajar pendidikan Agama Islam,
adalah kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Siswa mungkin tidak senang
pada pelajaran atau gurunya, mungkin sakit, lapar , atau problem pribadi dan
lain-lain. Hal ini berarti pada diri siswa tidak terjadi perubahan energi, tidak
terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu karena tidak memiliki tujuan
atau kebutuhan belajar.
Keadaan seperti ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-
sebabnya, dan kemudian mendorong siswa mau melakukan pekerjaan yang
seharusnya dilakukan, yaitu belajar. Dengan kata lain siswa perlu diberikan
rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Dan dengan motivasi inilah
siswa dapat menjadi tekun dalam belajar,sehingga pada akhirnya kualitas hasil
belajar siswa dapat terwujud.
B. Identifikasi Masalah
Terkait dengan fokus diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Adakah pengaruh motivasi tehadap prestasi belajar?
2. Sejauh mana pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar?
3. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi prestasi belajar?
4. Apa saja yang menjadi motivasi sehingga berpengaruh pada prestasi
belajar?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi
permasalahan pada hubungan motivasi terhadap prestasi belajar khususnya pada
bidang study Pendidikan Agama Islam. Kelas yang dipilih adalah kelas IV, V, dan
VI SDN Pademangan Timur 05 Pagi Jakarta Utara.
D. Perumusan Masalah
Terkait dengan pembatasan masalah yang dikemukakan diatas, maka
dalam penelitian ini maka rumusnya menjadi :
Apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan prestasi belajar
siswa dalam pelajaran pendidikan agama Islam?
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini akan mengungkapkan tentang faktor penyebab bertambah
dan berkurangnya nilai prestasi bidang studi Pendidikan Agama Islam di SDN
Pademangan Timur 05 Pagi Jakarta Utara, sehingga berguna untuk guru, siswa
dan orang tua dalam rangka meningkatkan prestasi belajar.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Dalam psikologi pendidikan yang dimaksud motif ialah segala
sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.
Atau seperti yang dikatakan Sartain dalam bukunya yaitu Motif adalah
suatu pernyataan yang kompleks didalam suatu organisme yang
mengarahkan tingkah laku/ perbuatan kesuatu tujuan atau perangsang.5
Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua
penggerak, alas an-alasan atau dorong-dorongan dalam arti manusia yang
menyebabkan ia berbuat sesuatu.6
Orang menyebut kata motif untuk menunjuk mengapa seseorang
itu berbuat sesuatu. Berawal dari kata motif itu maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya pengerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi
aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai
tujuan sangat dirasakan.7
Apabila suatu kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi,
maka motif daya penggerak menjadi aktif. Motif atau daya penggerak
yang telah menjadi aktif disebut motivasi.
Motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan prilaku manusia, termasuk prilaku belajar. Dalam motivasi
terkandung keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan
dan mengarahkan sikap dan prilaku individu belajar.8
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan. Ada tiga unsur yang saling berkaitan dalam motivasi yaitu :
5
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 1988), h. 60
6
W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT. Eresco, 1996), h. 140
7
Sardiman, Interaksi dan, h. 71.
8
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 80.
a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.
Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-
perubahan tertentu didalam sistem neuropisiologis dalam organisme
manusia.
b. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan effective arousal. Mula-
mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana
emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif.
c. Motivasi ditandai dengan emosi-emosi untuk mencapai tujuan. Pribadi
yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju kearah
suatu tujuan. Respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan
yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya.9
2. Macam-Macam Motivasi
Beberapa pendapat tentang jenis-jenis motivasi. Sartain membagi
motif menjadi dua golongan yaitu :
a. Psycological drive yaitu dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis/
jasmaniah, seperti lapar, haus, seks dan sebagainya.
b. Sosial motivies yaitu dorongan dorongan-dorongan yang ada
hubungannya dengan manusia yang lain dalam masyarakat, seperti
dorongan estestis, dorongan ingin selalu berbuat baik (etika) dan
sebagainya.
Woodworth menggolongkan motif-motif ini menjadi tiga golongan :
a. Kebutuhan-kebutuhan organis, yaitu motif-motif yang berhubungan
dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh seperti lapar,
haus, tidur dan sebagainya.
b. Motif-motif yang timbul sekonyong-konyong (emergency motivies)
ialah motif-motif yang timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan
kegiatan yang cepat dan kuat dari kita seperti dorongan untuk
membalas, untuk berusaha yang jelas ada rangsangan dari luar.
9
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Bumi Aksara, 2001), h. 85.
c. Motif obyektif, yaitu motif yang diarahkan / ditujukan kesuatu obyek
atau tujuan tertentu di sekitar kita. Motif ini timbul karena adanya
dorongan dari dalam diri kita.10
1. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
Banyak siswa belajar, yang utamajustru untuk mencapai angka/ nilai yang
baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-
nilai pada raport angkanya baik- baik.
.Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi
yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau
belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan
motivasi yang dimilikinya kurang berbobot bila dibandingkan dengan
siswa-siswa yang menginginkan angka baik. Namun demikian semua itu
10
Purwanto, Psikologi, h. 62.
harus diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum
merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh
karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru adalah
bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan values
yang terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para
siswa sehingga tidak sekadar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan
afeksinya.
2. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah
selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk
sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk
gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seseorang siswa
yang tidak memiliki bakat menggambar.
3. Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual
maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Memang unsur persaingan ini banyak di- manfaatkan di dalam dunia
industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk
meningkatkan kegiatan belajar siswa.
4. Ego-involvement.
5. Memberi ulangan.
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada
ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana
motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering
(misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitis.
Dalam hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya kalau akan ulangan
harus diberitahukan kepada siswanya.
6. Mengetahui hasil.
Dengan mengetahui basil pekerjaan, apalagi kalau terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin
mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada
diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus
meningkat.
7. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas
dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk
reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.
Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya
harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang
menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan
membangkitkan harga diri.
8. Hukuman.
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa mcnjadi alat motivasi. Oleh karena itu
guru harus memahami prinsip-prinsip pembcrian hukuman.
9. Hasrat untuk be/ajar.
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud
untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu
kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak
didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu
hasilnya akan lebih baik.
10. Minat
Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat
hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan,
begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi
yang pokok. Proses belajar ituakan berjalan lancar kalau disertai dengan
minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara
sebagai berikut:
a. membangkitkan adanya suatu kebutuhan;
b. menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau;
c. memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik;
d. menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
11
Purwanto, Psikologi, h. 70.
12
Sardiman, Interaksi dan, h. 83.
13
Sudarwan Danin, Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004).
behaviour). Ada juga yang mengatakan bahwa motivasi adalah penentu
(determinan) perilaku. Dengan kata lain, motivasi adalah suatu konstruk
teoritis mengenai terjadinya perilaku. Menurut para ahli, konstruk teoritis
ini meliputi aspek-aspek pengaturan (regulasi), pengarahan (direksi),
serta tujuan (insentif global) dari perilaku. Selutuh aktivitas mental yang
dirasakan / dialami yang memberikan kondisi hingga terjadinya perilaku
tersebut disebut motif.
Secara umumdapat digolongkan 3 determinan terjadinya perilaku, yaitu :
a. Determinan yang berasal dari lingkungan (kegaduhan, bahaya dari
lingkungan, desakan guru, dan lain-lain)
b. Determinan dari dalam diri individu (harapan / cita-cita, emosi, instink,
keinginan dan lain-lain)
c. Tujuan / insentif / nilai dari suatu obyek. Faktor-faktor ini berasal dari
dalam diri individu (kepuasan kerja, tanggung jawab dan lain-lain)
atau dari luar individu (status, uang dan lain-lain)
Ditinjau dari sifatnya, determinan-determinan tersebut dapat dikatakan :
a. bersifat biologis (nafsu, kebutuhan-kebutuhan biologis)
b. bersifat mental (cita-cita, rasa tanggung jawab)
c. bersifat objek atau kondisi dalam lingkungan (uang, pangkat, rencana)
Walau motivasi menggerakkan perilaku tetapi hubungan antara
kedua konstruk ini cukup kompleks. Berikut ini beberapa cirri motivasi
dalam perilaku:
a. Penggerakan perilaku menggejala dalam bentuk tanggapan-tanggapan
yang bervariasi. Motivasi tidak hanya merangsang suatu perilaku
tertentu saja, tetapi merangsang berbagai kecenderungan yang
memungkinkan tanggapan yang berbeda-beda.
b. Kekuatan dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan yang bervariasi
dengan kekuatan determinan. Rangsang yang lemah mungkin
menimbulkan reaksi hebat dan sebagainya.
c. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.
d. Penguatan positif (positive reinforcement) menyebabkan suatu perilaku
tertentu cenderung untuk diulangi kembali.
e. Kekuatan perilaku akan melemah bila akibat dari perilaku itu bersifat
tidak enak.14
6. Daur Motivasi
Perilaku terjadi karena suatu determinan tertentu, determinan ini
merangsang timbulnya suatu keadaan (bio) psikologis tertentu dalam
tubuh yang disebut kebutuhan, kebutuhan menciptakan suatu keadaan
tegang (tension) dan ini mendorong perilaku untuk memenuhi kebutuhan
tersebut (perilaku instrumental).
Bila kebutuhan sudah dipenuhi, maka ketegangan akan melemah
(relief) sampai timbulnya ketegangan lagi karena munculnya kebutuhan
baru. Inilah yang disebut daur motivasi.
Tidak semua perilaku mengikuti pola daur seperti ini. Bila
determinan yang menimbulkan itu tidak ada lagi, maka daur tidak terjadi.15
7. Teori Motivasi
Dalam buku Psikologi Pendidikan karangan Ngalim Purwanto,
menyatakan beberapa teori motivasi sebagai berikut :
a. Teori Hedonisme
Semua orang cenderung menghindari diri dari sesuatu yang sulit dan
yang menyusahkan dan lebih cenderung suka melakukan sesuatu
yang mendatangkan kesenangan.
b. Teori Naluri
Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan naluri pokok, yakni
naluri mempertahankan diri, naluri mengembangkan diri dan naluri
mempertahankan dan mengembangkan jenis. Kebiasaan-kebiasaan
dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya setiap hari, mendapat
14
Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Prenhalindo, 2002), t.t.p
15
Irwanto, Psikologit.t.p.
dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Teori ini
menjelaskan tentang perilaku manusia yang memiliki motivasi,
didasarkan oleh naluri.
c. Teori Reaksi Yang Dipelajari
Perilaku manusia berdasarkan pada pola-pola dari tingkah laku yang
dipelajari dari kebudayaan dimana tempat orang itu hidup.
d. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori reaksi
yang dipelajari. Seorang pemimpin yang ingin memotivasi
bawahannya, ia mendasarkannya kepada daya pendorong naluri dan
reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan dimana dia
berada.
e. Teori Kebutuhan
Tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah
untuk memenuhi kebutuhannya. Teori kebutuhan ini dapat dijelaskan
dengan teori Abraham Maslow.16
Maslow sebagai tokoh motivasi aliran humanisme, menyatakan
bahwa kebutuhan manusia secara hierarkis semuanya laten dalam diri
manusia. Kebutuhan tersebut mencakup fisiologis (sandang pangan),
kebutuhan rasa aman (bebas bahaya), kebutihan kasih sayang, kebutuhan
dihargai dan dihormati, dan kebutuhan aktualisasi diri. Aktualisasi diri,
penghargaan atau penghormatan, rasa memiliki, dan rasa cinta atau
sayang, perasaan aman, dan tentram merupakan kebutuhan fisiologis
mendasar. Teori ini dikenal sebagai teori kebutuhan (needs).17
Teori Maslow mengenai motivasi didasarkan kepada adanya
tingkat-tingkat kebutuhan dan perubahan daya dorongnya. Perubahan daya
dorong atau dalam istilah Maslow prepotency berarti bahwa apabila
semua tingkat kebutuhan manusia tidak bisa dipenuhi lag, maka
kebutuhan-kebutuhan dasar yang bersifat fisik merupakan kebutuhan yang
16
Purwanto, Psikologi, h. 60.
17
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2007).
paling dominant and all other needs may some seem to be non existent or
be pushed into the background.18
Berdasarkan teori motivasi yang telah dikemukakan diatas dapat
disimpulkan, motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh
adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar seseorang berkeinginan
untuk mengadakan perubahan tingkah laku / aktivitas lebih baik dari
keadaan sebelumnya. Dengan sasaran sebagai berikut : (a) mendorong
manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan
kebutuhan. Dalam hal ini, motivasi merupakan motor penggerak dari
setiap kebutuhan yang akan dipenuhi, (b) menentukan arah tujuan yang
hendak dicapai, dan (c) menentukan perbuatan yang harus dilakukan.19
18
Buchori Zainun, Manajemen dan Motivasi, (Jakarta: Balai Aksara, 1989).
19
Uno, Teori Motivasi, h. 9.
karena tujuan belajar elektronik itu dapat melahirkan kemampuan anak
dalam bidang elektronik. Dalam suatu kesempatan misalnya, anak
tersebut diminta membetulkan radio yang rusak, dan berkat
pengalamannya dari bidang elektronik, maka radio tersebut menjadi baik
setelah diperbaikinya. Dari pengalaman itu, anak makin hari makin
termotivasi untuk belajar, karena sedikit anak sudah mengetahui makna
dari belajar itu.
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata yaitu prestasi dan
belajar. Prestasi adalah hasil tertinggi yang telah dicapai seseorang.
Sedangkan arti prestasi dalam kamus ilmiah popular adalah hasil yang
telah dicapai. Dapat dikatakan bahwa prestasi adalah hasil yang telah
dicapai oleh perbuatan yang telah dilakukan. Dengan demikian prestasi
adalah hasil karya dari suatu usaha.
Ada beberapa definisi tentang pengertian belajar. Menurut
Slameto belajar adalah usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
20
Uno, Teori Motivasi, h. 27.
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, dengan hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.21
Oemar Hamalik mengemukakan pendapatnya tentang belajar.
Menurutnya belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of
behavior through experiencing). Maksudnya belajar merupakan suatu
proses, suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat tapi mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil
latihan melainkan pengubahan kelakuan.22
Skinner dalam bukunya Educational Psychology : The Teaching
Learning Proses, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi
atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Chaplin dalam Dictionery Of Psychologi membatasi belajar
dengan dua rumusan. Rumusan pertama yaitu belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman. Rumusan keduanya belajar adalah proses memperoleh
respon-respon sebagai berikut adanya latihan khusus.23
Menurut teori behavioristik adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain
belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stumulus dan respon.24
Dari definisi-definisi yang tersebut diatas, dapat dikemukan adanya
beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar,
yaitu :
21
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Bina Aksara,
1998), h. 56.
22
Hamalik, Proses Belajar, h. 27.
23
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2006), h. 90.
24
C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2004), h.
20.
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tungkah lau, dimana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,
tetapi ada juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih
buruk.
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar;
seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap;
harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup
panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan
dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari
suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan
ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan
perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi,
kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang,
yang biasanya hanya berlangsung sementara.
d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian baik secara fisik maupun psikis, seperti :
perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/ berfikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.25
Banyak sekali bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri
manusia yang bergantung pada belajar, sehingga kualitas peradaban
menusia juga terpulang pada apa dan bagaimana ia belajar. E.L.Thorndike
meramalkan, jika kemampuan belajar umat manusia dikurangi
setengahnya saja maka peradaban yang ada sekarang tidak akan berguna
bagi generasi mendatang. Bahkan mungkin peradaban itu sendiri akan
lenyap ditelan zaman.26
25
Purwanto, Psikologi, h. 84.
26
Syah, Psikologi Pendidikan., h. 95.
Prestasi belajar menurut pendapat Purwadarminta adalah hasil yang
telah dicapai individu merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang
mempengaruhi baik dari dalam diri (internal) maupun dari luar
(eksternal).27
27
A. Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1989), h. 81.
2. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti guru, staf administrasi dan
teman-teman sekelas, lingkungan sosial siswa adalah masyarakat
dan tetangga juga teman-teman sepermainan dapat mempengaruhi
semangat belajar siswa. Lingkungan sosial yang lebih banyak
mempengaruhi kegiatan belajar orang tua dan keluarga belajar
ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
c. Faktor pendekatan balajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi
yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses
pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hak ini berarti seperangkat
langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.28
1. Penialaian Formatif
Penilaian formatif adalah penilaian tentang prestasi siswa yang
dilakukan guru dalam proses belajar mengajar yang sedang atau
sudah dilaksanakan siswa yang bersangkutan.
2. Penilaian Sumatif
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan guru untuk
memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau
pencapaian prestasi belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang
telah dipelajarinya.29
Paedagogie. Paedagogie asal katanya adalah pais yang artinya anak dan
28
Syah, Psikologi Pendidikan., h. 132.
29
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1984), h. 26.
paedagogie berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Orang yang
bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa
atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti
mental.30
Pendidikan Islam sebagai suatu istilah terdiri dari dua kata yang berkaitan
yaitu pendidikan dan kata Islam. Dengan kata lain pendidikan Islam
adalah pendidikan berdasar ajaran Islam adalah pendidikan dalam Islam.
Untuk memperjelas apa sebenarnya pendidikan Islam itu? dapat dipahami
dari definisi-definisi sebagai berikut :
a. Drs. Ahmad D. Marimba
Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani rohani berdasarkan
hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran agama Islam (Kepribadian Muslim)
b. Prof. Dr. Zakiah Daradjat
Pendidikan Islam adalah pembentukan kepribadian; Islam ini lebih
banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud
dalam amal perbuatan sesuai dengan petunjuk ajaran Islam; karena itu
pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga bersifat praktis
atau pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan
amal.
30
Sudirman et.al., Ilmu Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), cet. ke 5,
h. 4.
c. Prof. H.M. Arifin, M.Ed
Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup
seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah.
Pendidikan Islam adalah usaha orang dewsa muslim yang bertaqwa
secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta
perkembangan fitrah anak didik melalui ajaran Islam kearah titik
maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.31
d. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi
Dalam arti luas, pendidikan Islam diartikan sebagai upaya orang
beriman untuk mengajak orang bertaqwa. Sasaran kegiatan pendidikan ini
adalah orang-orang dewasa.
Dalam arti sempit (berlaku bagi anak-anak) Pendidikan Islam
diartikan sebagai proses atau rangkaian kegiatan orang dewasa yang
beriman dalam membantu membimbing anak yang belum dewasa agar
mencapai kedewasaan untuk menjalankan tugas-tugasnya sebagai khalifah
dibumi yang didasari iman yang kokoh pada Allah SWT.
e. H.M. Alisuf Sabri
Pendidikan adalah usaha sadar orang dewasa atau pendidik untuk
membantu membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak ke arah
kedewasaan.32
f. Abrurrahman An-Nahlawi
Pendidikan Islam adalah suatu upaya atau usaha yang dilakukan
oleh manusia untuk mengembangkan, membina dan mengenalkan syariat
Islam untuk berakhlaq.33
Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa :
1. Pendidikan Islam adalah suatu usaha / kegiatan yang disengaja dan
didasari oleh si pendidik guna kepentingan pribadi si terdidik
31
H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press).
32
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), cet. ke 1, h. 5.
33
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah (Jakarta: PT. Gema Insani
Press, 1995, cet. ke 2, h. 25.
2. Bentuk kegiatan / usaha dalam pendidikan Islam dilakukan dengan
melalui bimbingan, pengajaran dan latihan atau pembiasaan dalam
rangka menumbuhkan dan mengembangkan pribadi si terdidik
berdasarkan ajaran Islam.
3. Objek sasaran dalm pendidikan Islam selain anak-anak yang kodratnya
memerlukan pendidikan untuk mengembangkan potensinya, juga
orang-orang dewasa yang hakikatnya masih memerlukan pembinaan
agar dapat memperbaiki dan meningkatkan kondisi dan fungsi
hidupnya sebagai seorang muslim. Karena itu Islam menganut prinsip
pendidikan seumur hidup.
4. Pendidikan dalam Islam lebih luas cakupannya dari pendidikan umum,
karena pendidikan Islam selain mengajarkan pendidikan umum juga
mengajarkan pendidikan agama. Dalam Islam pendidikan umum dan
pendidikan agama merupakan kesatuan program pendidikan yang tidak
dapat dipisahkan dalam proses pendidikan dalam rangka membentuk
kepribadian muslim yang paripurna.
Dari uraian diatas, Pendidikan Islam dapat diddefinisikan sebagai
usaha sadar untuk membimbing atau memimpin pertumbuhan dan
perkembangan si terdidik berdasarkan ajaran Islam kea rah terbentuknya
kepribadian yang utama.34
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, mengahyati,
mengimani, bertaqwa barakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam
dari sumber utamanya kitab suci Alquran dan al-hadits, melalui
bimbingan, pengajaran latihan serta penggunaan pengalaman.35
34
Sabri, Pengantar Ilmu, h. 152.
35
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004).
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar merupakan tindakan dari suatu yang berdiri di atasnya. Kokoh dan
tidaknya suatu bangunan ditentukan oleh kuat dan tidaknya dasar yang
dijadikan sebagai landasannya.
Ibarat suatu pohon, yang menjadi dasar kekuatan adalah akarnya, fungsinya
sama yaitu memperkuat berdirinya pohon tersebut. Sebagai aktivitas
pendidikan dan pembinaan kedisiplinan ibadah shalat tentunya Pendidikan
Agama Islam memerlukan dasar dan landasan yang kuat guna memberikan
arahan dan pedoman bagi terlaksananya program pendidikan dasar juga
berfungsi sebagai pegangan langkah pelaksanaan dan sebagai jalur yang
menentukan arah usaha tersebut.
Apakah dasar pendidikan itu? Dalam ini dengan tegas Ahmad D. Marimba
menjelaskan bahwa yang menjadi dasar pendidikan Islam ialah Firman Tuhan
dan Sunnah Rasulullah SAW., kalau pendidikan diibaratkan bangunan maka isi
al-Quran dan al-Haditslah yang menjadi pedomannya.36 Zuhairi dkk.
mengenai hal ini sependapat dengan Ahmad D. Marimba bahwa Dasar
Pelaksanaan pendidikan Islam terutama adalah al-Quran dan al-Hadits37
Perlu ditegaskan lebih awal bahwa sebagian besar dasar pokok yang digunakan
oleh pendidikan modern pada dasarnya telah terwujud dalam ajaran Islam,
walaupun ungkapan dalam kutipan agak berbeda, namun pada intinya adalah
sama.
Imaduddin Abdulrahim mengemukakan sebuah pandangan bahwa menjadi
dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam adalah tauhid, karena ia didasarkan
seluruh aspek kehidupan muslim, sebagaimana dikemukakannya sebagai
berikut :
Tauhid adalah dasar pandangan hidup muslim, karena itu, tauhid adalah
azas pendidikan Islam dan UUD 1945 Pasal 29 ayat 1, dikatakan bahwa
negara Republik Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Karena
itu, Ketuhanan Yang Maha Esa ini juga dasar sistem pendidikan Nasional.
Dalam pandangan muslim, Ketuhanan Yang Maha Esa ini tak lain adalah
tauhid tersebut.38
36
Ahmad D. Marimba, Op. Cit, h.
37
Zuhairini, et.al, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 153.
38
M. Dawam Rahardjo, Intelektual Intelegensia dan Prilaku Politik Bangsa; Risalah
Cendikiawan Muslim (Bandung: Mizan, 1993), h. 441.
mempunyai kedudukan yang kuat dan landasan yang utama. Pancasila, merupakan
dasar dari setiap langkah dan tingkah laku kegiatan bangsa Indonesia sila pertama
Ketuhanan Yang Maha Esa, berarti menjamin setiap warga negara untuk
memeluk, beribadah serta menjalankan dan pengembangan agama, terutama di
dalamnya penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan agama Islam.
(56:) .
39
Ramayulis, Metodologi Pendidikan .
Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku.(QS. Adz-Dzariaat: 56).
40
Ramayulis, Metodologi Pendidikan, h. 21.
D. Kerangka Berfikir
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa motivasi itu merupakan
pendorong untuk mencapai tujuan dalam proses belajar mengajar. Motivasi
besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi belajar seseorang, sebab dengan
adanya motivasi seseorang akan bersungguh-sungguh dalam melakukan usaha
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Siswa yang mempunyai motivasi yang kuat, akan mempunyai banyak
energi untuk melakukan kegiatan belajar. Sebaliknya siswa yang memiliki
intelegensi yang tinggi bisa jadi akan gagal karena kurangnya motivasi. Hasil
belajar akan optimal kalau ada motivasi yang kuat.
Motivasi berperan penting dalam proses belajar mengajar, karena
motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat,
atau meklanisme psikologi yang mendorong seseorang untuk mencapai
prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Dengan kata lain
adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik,
karena motivasi salah satu faktor keberhasilan dalam belajar.
Dengan adanya pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar Agama
Islam di lingkungan SDN Pademangan Timur 05 Pagi Jakarta Utara, penulis
mempunyai kerangka berfikir Jika motivasi tinggi, maka hasil belajar akan
meningkat.
E. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis
dapat dirumuskan diduga terdapat hubungan positif antara motivasi siswa
dengan prestasi belajar.
Ho : Tidak ada hubungan positif yang nyata antara motivasi dengan prestasi
Ha : Terdapat hubungan positif yang nyata antara motivasi dengan prestasi
41
Standar isi kurikulum KTSP 2006, Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
motivasi terhadap prestasi belajar siswa pada bidang studi pendidikan agama
Islam di SDN Pademangan Timur 05 Pagi Jakarta Utara.
C. Metode Penelitian
Untuk memudahkan data dan informasi yang akan mengungkapkan
permasalahan dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian
dengan teknik deskriptif persentase dan teknik korelasi.
F. Desain Penelitian.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif
analitis, yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari
fenomena objek yang diteliti. Jenis data yang dikumpulkan berupa data-data yang
bersifat kuantitatif yang diubah menjadi kualitatif, yang terdiri dari data primer
dan data sekunder.
1. Data primer merupakan data yang diambil langsung dari lingkungan SDN
Pademangan Timur 05 Pagi Jakarta Utara.
2. Data sekunder merupakan data atau keterangan-keterangan yang diambil
dari hasil membaca buku dan literatur lainnya, seperti kliping, majalah,
dan koran yang berkaitan dengan judul skripsi.
42
Suharsimi arikunto, prosedur Penelitian, (Jakarta: Rinrks Cipta, 2002) cet.12, h.104
yang diteliti. Dalam hal ini, penulis mengambil data dari siswa-siswi kelas
IV, V dan VI SDN Pademangan Timur 05 Pagi Jakarta Utara.
Adapun angket diberikan untuk mengetahui variabel X (Motivasi).
Sedangkan variabel Y (Prestasi Belajar) diambil dari nilai raport akhir siswa.
Masing-masing item pada angket yang diberikan disediakan empat
alternatif jawaban dengan pemberian skor sebagai berikut:
Tabel 1
Skor Alternatif Jawaban
No Alternatif Jawaban Skor
1 a. Selalu 4
2 b. Sering 3
3 c. Kadang-kadang 2
4 d. Tidak pernah 1
Tabel 2
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Masalah Penelitian Indikator No. Item
1. Teknik Persentase.
Teknik persentase yaitu perhitungan dengan cara memberikan persen
pada jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Adapun rumusan yang
digunakan adalah:
P = F / N x 100%
1. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SDN PADEMANGAN TIMUR 05 PAGI
Nomor Induk : --
Nomor Status Sekolah : 101016102060
Propinsi : DKI Jakarta
Otonomi Daerah : DKI Jakarta
Kecamatan : Pademangan
Desa / Kelurahan : Pademangan Timur
Jl dan Nomor : Pademangan No. VI
Kode Pos : 14410
Telepon : (021) 6453958
Daerah : Perkotaan
Status Sekolah : Negeri
Tahun Berdiri : 1975
Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi
Bangunan Sekolah : Milik Sendiri
Luas Bangunan : 784 m2
Luas Tanah : 1228 m2
Status Gedung : Milik Sendiri
2. Visi dan Misi Sekolah
Visi SDN Pademangan Timur 05 Pagi Jakarta Utara adalah Terwujudnya
pendidikan dasar yang bermutu,beriman dan bertaqwa serta kreatif dan inovatif.
Misi SDN Pademangan Timur 05 Pagi Jakarta Utara adalah
Menyelenggarakan pendidikan dasar yang berotientasi pada kesehatan jasmani,
rohani serta pengembangan diri dan prestasi akademik.
Tabel 4
Daftar Nama-Nama Guru SDN Pademangan Timur 05 Pagi Jakarta Utara
L
Mengajar
No Nama / Tempat Tgl Lahir Ijazah Terakhir Status Jabatan
Kelas
P
E. RUSTAMA, BA
1 L Kuningan, 15-07-1950 D.3 1985 PNS Kep.Sek. I VI
470028926/41228
SALIM, S.Pd.I Guru
2 L Gn. Kidul, 03-04-1950 S.1 2007 PNS I VI AB
130615107/62221 Agama
SUWARSIH, S.Pd. Guru
3 P Boyolali, 09-07-1965 S.1 2006 PNS VI B
131438422/070362 Kelas
BUDIMAN, S.Pd. Guru
4 L Sleman, 25-06-1960 S.1 2005 PNS IV B
131122237/074183 Kelas
SITI MASIFAH, S.Pd. Guru
5 P Muaradua, 25-05-1962 S.1 2006 PNS VA
131148258/107351 Kelas
INAH MARSINAH, S.Pd. Guru
6 P Kuningan, 19-04-1965 S.1 2006 PNS VI A
131804183/111949 Kelas
Hj. ENDANG SULASTRI Guru
7 P Purworejo, 18-02-1952 D. II 1999 PNS IA
130475002/055243 Kelas
SRI WATI Guru
8 P Jogjakarta, 27-03-1953 D.II 1999 PNS IV A
130475088/055362 Kelas
YENNY FIRYANTI Guru
9 P Lampung, 04-08-1957 D.III 1986 PNS III A
130948546/072900 Kelas
ENDANG KUSWATI Guru
10 P Sleman, 13-05-1969 D.II 2002 PNS IB
131128030/074438 Kelas
11 IIS SUPENTI P Sukabumi, 07-05-1969 D.II 1998 PNS Guru VB
150319873/000000 Agama
SUHENDRI
12 L Kuningan, 19-07-1952 SD 1966 PNS Penjaga ---
130720289/065977
NURSITI Guru
13 P Kuningan, 14-04-1968 SPG 1987 PTT II A
01.07727 Kelas
SULASTRI UTAMI Guru
14 P Semarang, 06-07-1964 D. III 1996 HONORER I VI AB
--- B.Inggris
DYAN NURBAITI Guru
15 P Jakarta, 19-01-1976 D.II 2004 HONORER II B
--- Kelas
RETNO C.NINGRUM Guru
16 P Jakarta, 19-01-1976 D.II 2005 HONORER III B
--- Kelas
E.SUHERMAN
17 L Kuningan, 29-07-1964 SMA 1984 NONORER TU ---
---
Tabel 5
Jumlah Jenis
Kelas Jumlah Siswa
Rombongan Kelamin
Lk 44
I 2
Pr 34
Jumlah 78
Lk 42
II 2
Pr 48
Jumlah 90
Lk 55
III 2
Pr 28
Jumlah 83
Lk 46
IV 2
Pr 43
Jumlah 89
Lk 37
V 2
Pr 42
Jumlah 79
Lk 44
VI 2
Pr 32
Jumlah 76
Jumlah 12 Lk 268
Pr 227
Jumlah 495
4. Struktur Sekolah
Bagan
Struktur Organisasi Sekolah
Sekolah: SDN Pademangan Timur 05 Pagi Tahun Pelajaran: 2007-2008
KEPALA SEKOLAH
E.RUSTAMA, BA
GURU KELAS I GURU KELAS I GURU KELAS I GURU KELAS I GURU KELAS I GURU KELAS I
Endang Kuswati (A) Nursiti (A) Yenni Firyanti (A) Sriwati (A) Siti Masifah, S.Pd. (A) Inah M., S.Pd. (A)
Hj.endang Sulastri (B) Dian Nurbaiti (B) Retno C. Ningrum (B) Budiman, S.Pd. (B) Iis Supenti (B) Sumarsih, S.Pd. (B)
Yanto
SISWA PENJAGA
MASYARAKAT SEKITAR
Keterangan:
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
B. Motivasi Belajar
Dalam upaya pengumpulan data dan mendapatkan hasil analisa yang
dapat dipertanggungjawabkan, maka penulis menggunakan teknik kuesioner/
angket dan wawancara sebagai pendukung studi pustaka dalam skripsi ini.
Seperti yang telah dikemukakan oleh penulis bahwa metode penelitian
yang digunakan adalah teknik penelitian lapangan (field research) yang
menggunakan kuesioner/ angket dan interview/ wawancara. Dalam hal ini
penulis memberikan daftar pertanyaan tertulis yang terstruktur kepada siswa-
siswi SDN Pademangan Timur 05 Pagi Jakarta Utara dengan mengambil
sampel 30 siswa dengan prosentase, yaitu kelas IV: 33,3%; kelas V: 33,3%;
kelas VI: 33,3%. Sedangkan, jumlah pertanyaan yang penulis berikan yaitu 20
pertanyaan untuk siswa dengan spesifikasi pertanyaan seputar masalah
pengaruh motivasi belajar siswa SDN Pademangan Timur 05 Pagi Jakarta
Utara. Adapun tentang prestasi diambil dari nilai raport terakhir siswa.
Sedangkan untuk teknik wawancara, obyek penelitiannya adalah kepala
sekolah dan guru agama SDN Pademangan Timur 05 Pagi Jakarta Utara.
Tabel 6
1. Selalu 19 63 %
2. Sering 11 37 %
3. Jarang - -
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
1. Selalu 18 60%
2. Sering 11 37%
3. Jarang 1 3%
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
1. Selalu 23 77%
2. Sering 7 23%
3. Jarang - -
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa mayoritas siswa selalu dan
sering hadir dalam pelajaran agama Islam, yaitu sebanyak 23 orang (77%) dan
7 orang (23%). Tidak adanya siswa yang jarang dan tidak pernah hadir
menandakan bahwa tingkat kesadaran siswa dalam mengikuti pelajaran agama
Islam masih tinggi.
Tabel 9
1. Selalu 22 74%
2. Sering 8 26%
3. Jarang - -
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
1. Selalu 24 80%
2. Sering 6 20%
3. Jarang - -
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
Tabel 11
1. Selalu 20 67%
2. Sering 8 26%
3. Jarang 2 7%
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
Tabel 12
1. Selalu 23 77%
2. Sering 6 20%
3. Jarang 1 3%
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
Tabel ini menjelaskan bahwa masih ada siswa yang merasa jarang
disediakan fasilitas oleh orang tuanya, khususnya dalam hal keagamaan yaitu 1
orang (3%). Sedangkan intensitas yang lain, yaitu 23 orang (77%) menjawab
selalu; 6 orang (20%) menjawab sering.
Frekuansi jarang mungkin bukan suatu hal yang signifikan bagi orang
tua. Akan tetapi, hal tersebut merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
siswa dalam meningkatkan prestasi mereka. Untuk membuat prestasi yang baik
dalam pendidikan agama Islam pengadaan fasilitas dalam pendidikan
merupakan salah satu cara. Hal ini juga dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 13
1. Selalu 23 77%
2. Sering 6 20%
3. Jarang 1 3%
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
Pemberian waktu khusus bukanlah suatu hal yang wajib diberikan jika
siswa/ anak dibiasakan untuk melaksanakan kegiatan atau hal-hal keagamaan
dalam setiap kegiatannya. Jka hal tersebut tidak terpenuhi, maka pemberian
waktu khusus dalam mempelajari pendidikan keagamaannya sangat diperlukan.
Tabel 14
1. Selalu 22 74%
2. Sering 8 26%
3. Jarang - -
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
Hal penting lain yang dapat membangkitkan prestasi siswa adalah peran
orang tua dalam memberikan bimbingan belajar agama Islam. Dalam hal ini,
SDN Pademangan Timur 05 Pagi Jakarta Utara mempunyai frekuansi yang
tinggi, yaitu sebanyak 22 orang (74%) menjawab selalu dan 8 orang (27%)
menjawab sering. Hal ini dapat meningkatkan semangat siswa dalam
mempelajari agama Islam. Karena bimbingan orang tua merupakan motivasi
yang baik bagi siswa untuk meningkatkan prestasi mereka.
Tabel 15
1. Selalu 24 80%
2. Sering 5 17%
3. Jarang 1 3%
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
Memberikan hadiah adalah hal yang baik (tabel 7), tetapi harus diimbangi
dengan suatu hal yang menjadi motivasi siswa untuk meningkatkan prestasi
mereka seperti teguran atau hukuman. Peran orang tua sebagai pemancing
prestasi, juga dapat menjadi pendorong prestasi. Dengan kata lain teguran atau
hukuman juga bisa menjadi sebuah pendorong bagi terciptanya prestasi siswa.
Tabel ini dapat menjelaskan bahwa orang tua yang selalu memberi teguran
kepada anaknya jika mendapat nilai yang kurang baik adalah 24 orang (80%); dan
sering sebanyak 5 orang (17%); jarang 1 orang (3%); sedangkan tidak pernah
mempunyai frekuensi kosong.
Tabel 16
Intensitas Siswa Mengerjakan Tugas pada Pelajaran Agama Islam
1. Selalu 22 74%
2. Sering 8 26%
3. Jarang - -
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
Dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru pada pelajaran agama
Islam, intensitas kedisiplinan siswa dapat dilihat dari tabel di atas. Data tersebut
menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mempunyai minat dalam
mengerjakan tugas dalam pelajaran agama Islam. Hal ini dibuktikan dengan
frekuensi selalu dan sering dalam mengerjakan tugas yaitu 22 orang (74%) dan 8
orang (26%), serta tidak adanya siswa yang berpendapat jarang dan tidak pernah
mengerjakan tugas.
Tabel 17
1. Selalu 22 74%
2. Sering 7 23%
3. Jarang 1 3%
4. Tidak Pernah -
Jumlah 30 100%
Data di atas merupakan hasil dari motivasi yang muncul dari dalam diri
siswa yaitu keinginan untuk mendapatkan prestasi yang bagus. Melihat data
tersebut, prestasi yang ingin diraih dengan intensitas selalu sebanyak 22 orang
(74%); sering sebanyak 7 orang (23%); jarang sebanyak 1 orang (3%).
Tabel 18
1. Selalu 20 67%
2. Sering 9 30%
3. Jarang 1 3%
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
Peran orang tua dalam memberikan motivasi kepada siswa/ anak tidak
harus selalu menjadi pendampingnya dalam mempelajari pendidikan agama
Islam. Perhatian orang tua adalah faktor yang penting mengingat kesibukan
serta terbatasnya waktu orang tua mereka. Memberikan pelajaran agama Islam
melalui guru privat merupakan salah satu bentuk perhatian orang tua dalam
mengembangkan prestasi anaknya dalam pelajaran tersebut.
Tabel 19
1. Selalu 23 77%
2. Sering 7 23%
3. Jarang - -
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
1. Selalu 19 63%
2. Sering 11 37%
3. Jarang - -
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
Tabel di atas masih berhubungan dengan disiplin siswa, yaitu dalam hal
membawa buku pelajaran agama Islam pada waktunya. Data tersebut
menunjukkan bahwa banyak siswa yang memiliki tingkat disiplin tinggi, walupun
tidak semua siswa memiliki buku pelajaran agama Islam. Frekuensi adalah selalu
sebanyak 19 orang (63%); sering sebanyak 11 orang (37%). Data ini juga
menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang jarang dan tidak pernah membawa
buku pelajaran agama Islam ketika mengikuti pelajaran tersebut.
Tabel 21
1. Selalu 26 87%
2. Sering 3 10%
3. Jarang 1 3%
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
Selain hadiah dan hukuman, ternyata pujian juga dapat menjadi pemacu
prestasi siswa. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang selalu ingin
mendapat pujian atas prestasi mereka yaitu 26 orang (87%); serta sering 3 orang
(10%); walaupun masih ada yang jarang sebanyak 1 orang (3%). Akan tetapi hal
terakhir bukanlah suatu hal yang sigifikan.
Tabel 22
1. Selalu 23 77%
2. Sering 5 17%
3. Jarang 2 6%
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
1. Selalu 21 70%
2. Sering 9 30%
3. Jarang - -
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
Selain guru, orang tua juga harus menjadi motivator dalam meningkatkan
prestasi anak mereka. Salah satu caranya adalah sengan memberikan hadiah jika
anak mendapat prestasi yang bagus. Dalam hal ini frekuensi selalu dan sering
sebanyak 21 orang (70%) dan 9 orang (30%); sedangkan tidak ada orang tua yang
jarang dan tidak pernah memberikan hadiah.
Tabel 24
1. Selalu 29 97%
2. Sering 1 3%
3. Jarang - -
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
Hal ini haruslah dari dalam diri siswa itu sendiri, yaitu menanyakan
masalah yang dihadapi. Dari tabel di atas, hanya intensitas selalu dan sering yang
mendapat nilai yaitu sebanyak 29 orang (97%) selalu bertanya dan 1 orang (3%)
sering bertanya. Ini merupakan motivasi yang muncul dari dalam diri siswa itu
sendiri.
Tabel 25
1. Selalu 30 100%
2. Sering - -
3. Jarang - -
4. Tidak Pernah - -
Jumlah 30 100%
Motivasi lain yang muncul dari sisi instrinsik adalah keinginan untuk
mengajak orang lain untuk melakukan suatu hal untuk meningkatkan prestasi
seperti belajar bersama. Hal ini dapat menjadi salah satu cara meningkatkan
prestasi. Intensitas dalam kegiatan ini adalah selalu sebanyak 30 orang (100%).
Tabel 26
Keterangan :
R = Total Range
H = Higgest Score ( Nilai Tertinggi )
L = Lowest Score ( Nilai Terendah )
1 = Bilangan Konstan
Di atas telah diketahui H= 78 dan L = 70 maka dengan mudah dapat
diperoleh R, yaitu ; R = 78 70 + 1 = 9.
3) Menetapkan besar atau luasnya kelompok data untuk masing-masing
kelompokan data atau disebut juga interval. Dalam menetapkan interval ini
penulis menggunakan aturan struggest dengan rumus:
K = 1 + 3, 33. log n
Keterangan :
K = Banyaknya kelas
1+ 3,3 = Bilangan Konstan
n = Banyaknya data ( frekuensi )
K = 1 + 3,33. log 30
K = 1 + 3,33. 1,477
K = 5,91 = 6
R
P=
K
Keterangan :
P = Panjang kelas (interval)
R = Rentang (jangkauan)
K = Banyaknya kelas 43
P= R
K
9
P= = 1,5 = 2
6
Untuk lebih jelasnya tentang penyebaran data pengaruh motivasi terhadap
prestasi dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 27
Distribusi Frekuensi Tentang Nilai Prestasi
43
M. Subana, dkk, Statistik Pendidikan, ( Bandung : CV. Pustaka Setia, 2000 ), h. 39
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai yang
berada pada interval 70 berjumlah 1 orang (3%), yang berada pada interval 71
berjumlah 1 orang (3%), yang berada pada interval 72 berjumlah 1 orang (3%),
yang berada pada interval 73 berjumlah 1 orang (3%), yang berada pada interval
74 berjumlah 9 orang (31%), yang berada pada interval 75 berjumlah 6 orang
(21%), yang berada pada interval 76 berjumlah 8 orang (27%), yang berada pada
interval 77 berjumlah 2 orang (6%), dan yang berada pada interval 78 berjumlah 1
orang (3%).
Dari perolehan nilai di atas dapat dibuat kategorisasi tingkat motivasi
pada bidang studi pendidikan agama Islam sebagai berikut :
Yang bernilai 76-78 kategori sangat efektif, dan ini diperoleh dari siswa
sebanyak 11 orang.
Yang bernilai 73-75 kategori efektif, dan ini diperoleh dari siswa
sebanyak 16 orang.
Yang bernilai 70-73 kategori kurang efektif, dan ini dicapai oleh siswa
sebanyak 3 orang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat motivasi pada bidang
studi pendidikan agama Islam berada pada tingkat efektif, karena nilai ini
diperoleh dari maoritas siswa yang berjumlah 16 orang dari 30 orang siswa yang
menjadi sampel. Serta didukung dengan 11 orang yang masuk ke dalam kategori
sangat efektif.
C. Prestasi Belajar
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan
agama Islam dengan berbagai motivasi, maka penulis menggunakan dokumentasi
berupa hasil belajar (raport) siswa yang menjadi responden pada semester satu.
Data prestasi belajar siswa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 28
Nilai Prestasi Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Semester Satu
NO NAMA RESPONDEN PRESTASI BELAJAR SISWA
1 Egi Gunawan 60
2 Atikah N. 70
3 Aan Fatwa S. 75
4 Anjasmar R. 70
5 Eka Mulyani 80
6 Indah Fauziah 75
7 Fitri Nuraeni 70
8 Putri Tegar R. 70
9 Abdul Aziz 75
10 Alfan 70
11 Adam Fadhillah 80
12 Sufita Schryno 75
13 Siti Zulfa Apriyana 75
14 Rosita Putri 70
15 Febry Ftri Yani 80
16 Diandra Aulia T. 75
17 Deny Susanto 85
18 Aldi Ramdani 90
19 Ilham Setiawan 75
20 Isma Julianti 80
21 Anggita Tri Saputri 70
22 Anita Ayu W.S. 70
23 Muhammad Rifai 80
24 Habibi Sulaiman 65
25 Ahmad Fauzi 70
26 Kurniati Fatimah 80
27 Metha Puri N. 75
28 Gina Dwi Agustiani 70
29 Diah Pujiarti 70
30 Dian Agung Kuncoro 65
44
Ibid.,
Tabel 29
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai yang
berada pada interval 95-99 tidak ada, sedangkan yang berada pada interval 90-94
berjumlah 1 orang (3%), yang berada pada interval 85-89 berjumlah 1 orang (3%),
yang berada pada interval 80-84 berjumlah 6 orang (21%), yang berada pada
interval 75-79 berjumlah 8 orang (27%), yang berada pada interval 70-74
berjumlah 11 orang (37%), yang berada pada interval 65-69 berjumlah 2 orang
(6%), yang berada pada interval 60-64 berjumlah 1 orang (3%), dan yang berada
pada interval 55-59 tidak ada.
Dari perolehan nilai di atas dapat dibuat kategorisasi tingkat prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran SKI sebagai berikut :
Yang bernilai 85-99 kategori tinggi, dan ini diperoleh dari siswa sebanyak
2 orang.
Yang bernilai 70-84 kategori sedang, dan ini diperoleh dari siswa
sebanyak 25 orang.
Yang bernilai 55-69 kategori rendah, dan ini dicapai oleh siswa sebanyak
3 orang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran pendidikan agama Islam berada pada kategori sedang, karena nilai
ini diperoleh dari mayoritas siswa yang berjumlah 25 orang dari 30 orang siswa
yang menjadi sampel.
Kemudian untuk mengetahui korelasi antara motivasi terhadap prestasi
belajar siswa pada bidang studi pendidikan agama Islam, penulis menggunakan
rumus produk momen dengan memasukkan data-data yang diperoleh ke dalam
tabel sebagai berikut :
Tabel 30
Perhitungan Untuk Memperoleh Angka Indeks
Pengaruh Motivasi (Variabel X)
terhadap Prestasi Belajar Siswa (Variabel Y)
pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
No. X Y X2 Y2 XY
1 74 60 5476 3600 4440
2 74 70 5476 4900 5180
3 75 75 5625 5625 5625
4 75 70 5625 4900 5250
5 74 80 5476 6400 5920
6 76 75 5776 5625 5700
7 70 70 4900 4900 4900
8 76 70 5776 4900 5320
9 74 75 5476 5625 5550
10 76 70 5776 4900 5320
11 74 80 5476 6400 5920
12 75 75 5625 5625 5625
13 76 75 5776 5625 5700
14 73 70 5329 4900 5110
15 75 80 5625 6400 6000
16 75 75 5625 5625 5625
17 76 85 5776 7225 6460
18 77 90 5929 8100 6930
19 74 75 5476 5625 5550
20 78 80 6084 6400 6240
21 72 70 5184 4900 5040
22 77 70 5929 4900 5390
23 74 80 5476 6400 5920
24 74 65 5476 4225 4810
25 76 70 5776 4900 5320
26 76 80 5776 6400 6080
27 71 75 5041 5625 5325
28 75 70 5625 4900 5250
29 74 70 5476 4900 5180
30 76 65 5776 4225 4940
N= X= Y= X2 = Y2= XY =
30 2242 2215 167638 164675 165620
Nxy (x )(y)
xy =
( Nx 2 (x ) 2 )( Ny 2 (y) 2 )
= 30 x 165620 2242 x 2215
( 30 x 167638 (22422)) ( 30 x 164675 (22152))
= 4968600 4966030
( 5029140 5026564 ) ( 4940250 4906225 )
= 2570
2576 x 34025
= 2570
87648400
2570
=
9362,07
= 0,274
D. Interpretasi Data
Selanjutnya untuk menguji hipotesa nihil (Ho) dan hipotesa kerja atau
hipotesa alternatif (Ha) dilakukan dengan cara berkonsultasi pada tabel nilai r
produk momen atau disebut juga interpretasi secara teliti dengan terlebih dahulu
mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedom (df) dengan rumus df = N
nr yaitu 30-2 = 28, dalam tabel tidak dijumpai df sebesar 28; karena itu
dipergunakan df yang terdekat yaitu 30. Dengan df sebesar 30, diperoleh r
tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,361.
Karena rxy pada taraf signifkansi 5% lebih kecil daripada r tabel
(0,274< 0,361), maka pada taraf signifikansi 5 % hipotesa kerja atau hipotesa
alternatif (Ha) ditolak dan hipotesa nihil (Ho) diterima atau disetujui, berarti bahwa
pada taraf signifikansi 5% tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara
variabel X dan variabel Y.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
Sabri, H.M. Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.
Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Jakarta: CV. Rajawali,
1990.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: Bina Aksara,
1998.
Uno, Hamzah B., Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2007.
Identitas
Petunjuk:
1. Bacalah Basmallah sebelum Anda mengerjakan angket penelitian ini.
2. Bacalah pertanyaan-pertanyaan dengan teliti sebelum menjawab.
3. Beri tanda (X) pada jawaban yang Anda kehendaki.
4. Diharapkan kejujuran jawaban agar peneliti dapat memperoleh jawaban
yang valid dan tercapainya tujuan penelitian.
5. Angket ini hanya karya ilmiah dan tidak ada hubungannya dengan nilai
Anda.
6. Terima kasih atas partisipasi dan kerjasamanya.
1. Apakah Guru Anda memberikan tuntunan dalam belajar agama Islam?
a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak Pernah
2. Apakah Guru Anda memberikan hadiah atau pujian jika dapat menjawab
pertanyaan pada pelajaran agama Islam?
a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak Pernah
5. Apakah Anda mengulang materi pelajaran agama Islam yang telah Anda
pelajari dirumah?
a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak Pernah
6. Apakah Guru Anda selalu memberikan praktek/ contoh sesuai dengan teori
yang telah dipelajari dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam?
a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak Pernah
8. Apakah orang tua Anda memberikan waktu khusus untuk belajar agama
Islam di rumah?
a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak Pernah
9. Apakah orang tua Anda menemani ketika sedang belajar agama Islam di
rumah?
a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak Pernah
10. Jika Anda mendapat nilai di bawah rata-rata pada tes sumatif pelajaran
agama Islam, apakah Guru Anda memberikan teguran agar lebih giat
belajar?
a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak Pernah
11. Apakah Anda mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru agama Islam di
rumah?
a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak Pernah
12. Apakah Anda ingin mendapat prestasi yang bagus pada pelajaran agama
Islam?
a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak Pernah
13. Selain belajar agama di sekolah, apakah kamu di rumah juga belajar
dengan seorang guru privat?
a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak Pernah
14. Ketika pelajaran agama Islam hendak dimulai, apakah anda hadir tepat
waktu ke dalam kelas?
a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak Pernah
15. Apakah Anda selalu membawa buku pelajaran agama Islam ketika akan
dipelajari pada harinya?
a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak Pernah
17. Apakah Anda dihukum jika tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh
Guru Pendidikan Agama Islam?
a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak Pernah
18. Apakah orang tua Anda memberikan hadiah jika Anda mendapatkan
prestasi yang bagus?
a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak Pernah
19. Apakah Anda bertanya kepada guru atau orang tua jika ada masalah yang
belum Anda mengerti?
a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak Pernah
20. Apakah Anda mengajak teman-teman untuk belajar bersama di luar jam
sekolah?
a. Selalu b. Sering c. Jarang d. Tidak Pernah
BERITA WAWANCARA UNTUK KEPALA SEKOLAH
Pokok Pembicaraan
Jawaban
1. 10 bulan
2. Visi : Terwujudnya pendidikan dasar yang bermutu, beriman dan
bertaqwa serta kreatif dan inovatif.
Misi : Menyelenggarakan pendidikan dasar yang berorientasi pada
kesehatan jasmani, rohani serta pengembangan dan prestasi
akademik.
3. KTSP
4. Buku, Alat Peraga, Fasilitas Bangunan, Mebeler, Alat Laboratorium.
5. Sering, secara perlahan ada peningkatan-peningkatan dalam prestasi.
6. Kebijakan-kebijakannya antara lain:
a. Peningkatan frekuensi kegiatan yang menunjang dan mendukung untuk
dapat meraih prestasi dan implementasi bidang keagamaan khususnya
agama Islam.
b. Pendekatan pribadi ke individu siswa dalam upaya peningkatan
penambahan kegiatan praktek ibadah.
c. Pemberian tugas dengan lisan maupun tertulis dengan dilibatkan orang
tua sebagai cek and ricek.
d. Penyediaan sarana/ alat peraga/ media pembelajaran khususnya
pendidikan agama Islam.
e. Melibatkan semua pihak dalam peningkatan kesadaran beragama (PAI)
memperingati Hari-Hari Besar Islam.
BERITA WAWANCARA UNTUK GURU AGAMA ISLAM
Pokok Pembicaraan
1. Sudah berapa lama anda mengajar bidang studi pendidikan agama Islam di
sekolah ini?
2. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agaman Islam dan Metode apa yang
anda gunakan dalam mengajar ?
3. Materi apa yang anda ajarkan?
4. Apa yang menjadi kendala dalam proses belajar mengajar pada bidang
studi pendidikan agama Islam?
5. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan motivasi belajar itu?
6. Menurut anda, sampai seberapa besar pengaruh motivasi dengan prestasi
belajar siswa di sekolah ini pada bidang studi pendidikan agama Islam?
7. Apa solusi yang dapat anda berikan demi meningkatkan prestasi belajar
siswa pada bidang studi pendidikan agama Islam?
Jawaban