Oleh :
Michelle Lidya (6210010)
Sisvika (6210044)
Sarah Caroline (6210091)
Catatan / komentar:
Menyetujui,
Mengetahui,
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa laporan Kerja Praktek di PT. Polychem Indonesia
Tbk. Divisi Kimia Merak adalah hasil pekerjaan kami dan seluruh ide, pendapat,
atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang
sesuai.
Pernyataan ini kami buat dengan sebenarbenarnya dan jika pernyataan ini
tidak sesuai dengan kenyataan, maka kami bersedia menanggung sanksi sesuai
peraturan yang berlaku.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek di PT. Polychem
Indonesia Tbk. Divisi Kimia Merak ini. Laporan kerja praktek ini dilakukan
untuk memenuhi persyaratan mata kuliah ICE-420 Kerja Praktek Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan.
Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis banyak mendapat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, secara khusus penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Dr. Henky Muljana, S.T., M.Eng. selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dalam
penyusunan laporan kerja praktek ini,
2. Bapak Eko Laksono selaku Asisstant Plant Manager di PT. Polychem
Indonesia Tbk. Divisi Kimia Merak,
3. Bapak Purwantyana selaku Production Manager di PT. Polychem Indonesia
Tbk. Divisi Kimia Merak,
4. Bapak Hervan dan Bapak Gatot selaku pembimbing lapangan yang telah
membimbing serta memberikan masukan selama pelaksanaan kerja praktek,
5. Bapak Anthan, Bapak Noval, Ibu Fetty, Bapak Endar, Bapak Eko, Bapak
Achmad Mintoro, Bapak Irfani, Mr. Kuo Hui-Fang, ... dan seluruh karyawan
PT. Polychem Indonesia Tbk. Divisi Kimia Merak, khususnya di bagian
proses EO/EG I dan II serta Utility I dan II yang telah banyak membantu dan
memberikan informasi kepada penulis,
6. Keluarga penulis, atas doa dan dukungannya baik secara moral maupun
material,
7. Temanteman angkatan 2010, atas dukungan yang diberikan kepada penulis
saat penyusunan laporan,
8. Pihakpihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satupersatu, yang telah
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan kerja praktek ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Akhir kata, penulis berharap agar laporan kerja
praktek ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
1
2
2.1 Etilen
Etilen (struktur etilen disajikan pada Gambar 2.1) merupakan senyawa
hidrokarbon yang termasuk dalam golongan alkena yang paling sederhana,
berwujud gas, memiliki sifat tidak berwarna, dan mudah terbakar. Dalam keadaan
murni, etilen memiliki aroma manis. Senyawa hidrokarbon ini memiliki empat
atom hidrogen yang terikat pada dua atom karbon yang terikat rangkap. Keenam
atom yang membentuk etilen berbentuk koplanar. Molekul pada senyawa ini
cenderung kaku: membutuhkan energi yang besar untuk memecah ikatan . Ikatan
ini berpengaruh pada reaktivitas etilen. Ikatan rangkap pada etilen merupakan
bagian yang memiliki elektron yang paling banyak sehingga rentan terhadap
serangan elektrofil. Banyak reaksi etilen dikatalisasi menggunakan logam transisi.
Etilen merupakan olefin yang paling ringan. Sifat fisik dari etilen
ditunjukkan pada tabel 2.1. Etilen secara komersial dipergunakan pada berbagai
macam industri, diantaranya adalah:
1. Bahan baku pembuatan etil diklorida
2. Bahan baku pembuatan etil oksida
3. Bahan baku pembuatan etil eter
4. Pembuatan etilen oksida
5. Pembuatan etilen glikol
7
8
Etilen oksida memiliki efek beracun apabila gas tersebut terhirup. Gejala-
gejala yang dapat timbul akibat etilen oksida adalah pusing, kejang-kejang secara
mendadak, koma, menyebabkan iritasi kulit, dapat menyebabkan paru-paru basah.
Oleh sebab itu etilen oksida disimpan dalam bentuk cair shingga akan lebih
mudah mengatur etilen oksida. Akan tetapi, penyimpanan etilen oksida dalam
wujud cair pun harus dalam pengawasan yang ketat karena etilen oksida mudah
sekali menguap dalam suhu ruangan dan dapat menyebabkan pembekuan jaringan
kulit yang disebut frostbite.
mempersingkat umur katalis dan memproduksi panas yang relatif lebih sedikit,
hal ini disebabkan:
1. Abrasi, pembentukan debu dan tersumbatnya pori
2. Akumulasi pengotor pada reaksi fasa gas
3. Perubahan pada partikel perak seperti pembesaran, pembentukam agglomerat
dan distribusi yang tidak merata.
Untuk meregenerasi katalis, digunakan larutan metanol garam cesium. Bila
proses regenerasi tidak memungkinkan, katalis harus diganti saat selektivitas
sudah rendah atau saat temperatur reaksi sudah mencapai temperatur desain
maksimum. Umur katalis modern adalah antara 2 hingga 5 tahun, bergantung
pada selektivitas katalis tersebut, laju produksi etilen oksida, dan kemurnian
reaksi (tanpa sulfur).
CH2CH2 dan aldehida) larut dalam air. Larutan air yang mengandung banyak
etilen oksida dimasukkan ke dalam deabsorber. Etilen oksida sebagai produk atas
dipisahkan dengan komponen-komponen yang memiliki titik didih rendah. Etilen
oksida kemudian didistilasi yang memisahkan etilen oksida dengan air.
Sebagian kecil gas meninggalkan scrubber etilen oksida (0,1-0,2%)
dihilangkan untuk mencegah terjadinya penimbunan gas inert yang dapat
diklasifikasikan sebagai pengotor dari reaktan: etilen (C2H6) dan oksigen (Ar dan
N2). Recycle gas dari scrubber di kompres dan side streamyang mengandung CO2
di-scrub lebih lanjut menggunakan larutan potasium karbonat panas, sehingga
membentuk hydrogenkarbonat. Dengan cara ini, CO2 dapat dihilangkan secara
fisik dan kimia.
K2CO3 + CO2 + H2O 2KHCO3 (2-4)
Larutan potasium karbonat yang kaya akan CO2 dikirim ke CO2
deabsorber. CO2 dipisahkan pada tekanan atmosferik dan di buang ke udara atau
dijadikan umpan CO2 untuk utilitas. Reaktan pada recycle gas yang telah bebas
dari etilen oksida dan sedikit CO2 dikembalikan ke kondisi awal dengan
menambahkan oksigen, etilen dan inhibitor. Gas tersebut kemudian dikembalikan
ke reaktor.
Oksigen yang digurnakan harus murni dengan tingkat kemurnian lebih dari
99% yang diperoleh dari pemisahan udara. Meskipun demikian, gas harus tetap
purge untuk menghilangkan N2 dan Ar. Oksigen dimasukkan ke dalam alat
pencampur yang dapat membuat campuran homogen dengan cepat.
Etilen yang digunakan juga murni (>95%) dan harus bebas dari racun
katalis seperti sulfur dan asetilen. Metan yang digunakan sebagai pencair juga
harus bebas dari senyawa sulfur. Gas alam digunakan sebagai sumber metan dan
dibersihkan untuk mendapatkan kemurnian. Sulfur yang merupakan racun katalis
dihilangkan menggunakan unggun adsorbsi. Inhibitor klorin dilepaskan dari
permukaan perak menggunakan distilasi atau molecular sieve.
13
merupakan oligomer dari etilen glikol. Etilen glikol larut dalam air dan
higroskopis.
Etilen glikol (EG) tidak berwarna, tidak berbau, memiliki viskositas yang
rendah, dan merupakan cairan yang higroskopis dengan volatilitas rendah.
Senyawa ini dapat larut sepenuhnya dalam air dan pelarut organik lainnya. EG
pertama dibuat oleh Wurtz pada tahun 1859 dengan hidrolisis etilen glikol
diasetat. Kegunaan etilen glikol adalah sebagai resin poliester untuk fiber, bahan
pembuat film, bahan antifreeze dan coolant, bahan pertukaran panas, bahan
dengan formula water-based, dan poliester tidak jenuh. Gambar 2.4 menunjukkan
struktur molekul EG.
Viskositas 19,83
[Sumber : http://id.m.wikipedia.org/wiki/Monoethylene_glycol]
17
MEG dapat dengan mudah dioksidasi menjadi bentuk aldehid dan asam
karboksilat oleh oksigen, asam nitrit, dan agen pengoksidasi lainnya. MEG
bereaksi dengan Etilen Oksida membentuk di-, tri-, tetra-, dan polietilen glikol.
yang juga digunakan sebagai solven, pernis, dan pengering gas. TEG sering
digunakan sebagai drying agent pada pengolahan limbah.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan etilen oksida, etilen glikol, dan
etoksilat di PT. Polychem Indonesia Tbk. Divisi Kimia Merak terdiri dari dua
macam, yaitu bahan utama dan bahan penunjang untuk proses pada plant EO/EG
dan plant ethoxylate. Berikut ini akan dibahas bahan baku dan bahan penunjang
dikhususkan pada plant EO/EG.
3.1.1 Etilen
Bahan baku utama dari plant EO/EG adalah gas etilen sebagai reaktan
dalam reaksi pembentukan etilen oksida. Gas etilen yang digunakan adalah gas
dengan kemurnian 99,9% v/v dan 0,1% v/v senyawa impurities. Jumlah etilen
yang dibutuhkan untuk plant EO/EG I sebesar 7667,3 kg/h dan untuk plant
EO/EG II sebesar 9500,2 kg/h. Gas etilen yang digunakan diperoleh dengan 2
cara, yaitu dengan mengimpor gas tersebut dari Timur Tengah dan membeli
langsung dari PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk.
1. Pengiriman dari Timur Tengah
Etilen yang diimpor dari Timur Tengah dikirim melalui jalur laut. Etilen yang
dikirim dalam bentuk cair. PT. Polychem Indonesia Tbk. Divisi Kimia Merak
memiliki dermaga bongkar muat yang berbentuk T dan memiliki panjang 625
meter serta lebar 36 meter. Dermaga ini mampu disandari 1 buah kapal dengan
bobot 40.000 60.000 ton. Etilen pada kapal pengangkut dari Timur Tengah
19
20
3.1.2 Oksigen
Oksigen digunakan sebagai pereaksi dalam pembentukan etilen oksida di
PT. Polychem Indonesia Tbk. Divisi Kimia Merak. Oksigen yang digunakan
berupa oksigen murni. Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk plant EO/EG I
sebesar 8876,1 kg/jam dan untuk plant EO/EG II sebesar 10.808,9 kg/jam.
Oksigen ini diperoleh dengan memisahkan udara melalui serangkaian proses pada
Air Separation Unit (ASU). Udara akan terpisah menjadi oksigen dan nitrogen.
Oksigen kemudian akan dimasukkan ke dalam reaktor secara perlahan melalui
alat Oxygen Mixing Station.
dapat merusak katalis Ag. Katalis sulfur diganti setelah 10 tahun pemakaian dan
jumlah yang digunakan pada Plant I sebesar 16.100 kg.
3.2.7 Propilen
Propilen digunakan untuk mendinginkan kembali etilen yang sudah
menjadi gas karena tekanan yang naik. Propilen digunakan pada terminal etilen,
khususnya pada bagian Ethylene Reliquifaction. Propilen ini termasuk ke dalam
cycle gas, sehingga jumlahnya tidak akan berkurang karena terus bersirkulasi,
walaupun kenyataannya tetap berkurang karena adanya kebocoran alat yang
digunakan walaupun secara kuantitas sangat kecil.
BAB IV
SISTEM PROSES
23
24
dimiliki etilen karena sulfur bersifat korosif dan menjadi racun bagi katalis.
Sedangkan Ethylene Filter digunakan untuk menyaring partikel-partikel yang
lebih besar dari 5 m.
Umpan etilen ini kemudian diinjeksikan ke dalam aliran gas sirkulasi
(Cycle Gas) sebelum Oxygen Mixing Station (H-110). Sebagian kecil umpan gas
etilen diumpankan ke Inhibitor Feed System (D-130) sebagai gas pembawa
(Carrier Gas). Etilen diinjeksikan dengan mengatur laju alir (flow control) dan
block valve battery limit akan menutup otomatis jika terjadi interlock system.
Konsentrasi etilen yang masuk ke reaktor diatur sekitar 20%-v.
Gas ballast biasanya ditambahkan ke dalam aliran cycle gas melalui aliran
penghisapReclaim Compressor dan masuk setelah melewati contactor system.
Jika Reclaim Compressor tidak beroperasi, gas nitrogen dapat ditambahkan
langsung ke dalam aliran cycle gas melewati bagian upstream OMS.
terbentuk tetapi hanya menghambat pembentukannya saja. Gas-gas hasil reaksi ini
kemudian turun mengalir menuju Reactor Gas Cooler (E-112) dengan temperatur
239oC.
4.4.5 Scrubber(T-115)
Gas-gas hasil pendinginan dari unit E-111 dengan temperatur 85oC
mengalir ke dalam Scrubber Drum (T-115). Di dalam unit ini etilen oksida
diserap dari aliran gas oleh air. Etilen oksida diserap dalam bagian penyerapan
(Scrubber) yang terletak pada bagian atas alat T-115.
Sedangkan gas sirkulasi yang sudah sedikit kandungan etilen oksidanya
meninggalkan scrubber dan mengalir melalui KO Drum pada bagian dasar T-115
dimana uap air yang terbawa dipisahkan dari gas sirkulasi oleh alat demister yang
terpasang di KO Drum. Kemudian gas tersebut dikompresikan dengan Recycle
Compressor (C-115).
Recycle Compressor (C-115) merupakan kompresor sentrifugal satu tahap
(single stage) dengan kapasitas 330.000 Nm3/h yang digerakkan oleh sebuah
motor listrik. Cycle Gas dikirim ke dalam C-115 dengan tekanan masuk 18,4
kg/cm2g dan keluar dengan tekanan 22,29 kg/cm2g.
dengan cairan bagian dasar T-115 dan dikirim ke Stripping Column (T-310)
ataupun sewer.
dikembalikan lagi ke sistem sirkulasi gas. Gas uap masuk sistem ini mengandung
5-8% CO2 sedangkan keluaran yang dikirim kembali ke sistem sirkulasi
mengandung 1-2% CO2 yang sangat tergantung pada jenis pengolahan yang
dipakai. Salah satu proses yang banyak digunakan adalah proses Benfield dengan
menggunakan KOH atau K2CO3. Gas kaya CO2 dikontakkan dengan larutan 30%
K2CO3 dalam sebuah kolom berunggun dan kemudian KHCO3 yang terbentuk
diregenerasi ulang menjadi K2CO3.
K2CO3 + CO2 + H2O 2KHCO3 (4-1)
Kontaktor
2KHCO3 steam K2CO3 + CO2 + H2O (4-2)
Regenerator
Di dalam unit ini melibatkan beberapa peralatan utama, yaitu Wash Water
Cooler (E-210), Contactor KO/Presaturator Drum (D-210) dan Contactor (T-
210). Gas sirkulasi dari Recycle Compressor (C-115) dan gas dari Reclaim
Compressor (C-320) diumpankan sekitar 20% ke bagian dasar D-210 dengan
temperatur 54oC. Kandungan CO2 aliran gas dari C-115 sekitar 8,13% mol dan
59,87% mol dari C-320.
Gas yang masuk ke unit T-210 dikontakkan langsung dengan larutan
karbonat, dan terjadi reaksi pengikatan CO2 oleh larutan karbonat.
K2CO3 + CO2 + H2O 2KHCO3 (4-3)
Untuk menjaga agar tidak ada EO dibagian bawah kolom, maka selalu
ditambahkan steam baik secara langsung ataupun melalui reboiler. Kondisi
temperatur dibagian bawah biasanya dijaga pada suhu 113oC.
Cairan dibagian bawah sudah tidak mengandung EO, oleh sebab itu,
disebut Lean Cycle Water. Adanya kontak langsung antara EO dengan air yang
cukup lama, membuat sebagian EO terkonversi menjadi etilen glikol. Konsentrasi
etilen glikol dalam Lean Cycle Water yang aman adalah antara 2-5%.
Lean Cycle Water dikembalikan ke scrubber melalui beberapa pendingin
yang disusun seri (Plate Heat Exchanger). Pada aliran ini, sebanyak 6% Lean
Cycle Water di alirkan ke unit deionisasi untuk mengambil pengotor
asetaldehid/formaldehid menggunakan sistem penukar ion dengan resin anionik.
Gas EO dari bagian atas kolom mengalir melalui kondensor dan
diumpankan ke EO Absorber (T-320). EO di serap dengan menggunakan recycle
water yang masuk dari kolom bagian atas. Agar efisiensi penyerapannya tinggi
maka temperatur T-320 dijaga rendah sekitar 46oC. EO yang terserap
dikumpulkan di bagian bawah T-320, sedangkan gas-gas non condensable
mengumpul di bagian atas kolom dan dikembalikan ke CO2 removal system
melalui C-320. T-320 juga berfungsiuntuk mengatur komposisi Air-EO sehingga
diperoleh komposisi Air-EO di kolom umpan glikol sebesar 22:1.
Disamping itu, pada EO Absorber dan kolom umpan glikol juga
dipisahkan sebagian besar CO2,C2H4 dan nitrogen terlarut untuk dikembalikan ke
sistem sirkulasi gas melalui sistem pembuangan CO2.Di kolom umpan glikol
diharapkan semua CO2 sudah tidak ada. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap
laju korosi dibagian pengolahan glikol.
5. Pemisahan MEG
6. Pemurnian DEG
7. Pemurnian TEG
dua belas tray. Tujuan pemekatan ini adalah mengurangi kadar air sehingga
konsentrasi glikol ini meningkat dari 10%-wt ke 90%-wt.
Keluaran reaktor R-520 yang mengandung 10%-wt glikol pada temperatur
190oC diumpankan ke First Effect Evaporator (T-531). Cairan ini diuapkan oleh
panas yang dihasilkan oleh First Effect Reboiler (E-531) dengan menggunakan
steam bertekanan tinggi.
Kondensat dari steam ditampung dalam First Effect ReboilerCondensate
Tank Dearator D-920 sebagai make up umpan boiler. Penguapan air dari cairan
umpan disertai dengan penguapan glikol. Sebelum campuran uap tersebut keluar
dari T-531 yang ikut teruap diserap oleh air refluks dari Cycle Water Treating
Unit (U-550).
Uap yang keluar dari T-531 dengan kandungan glikol 0,008%-wt
digunakan sebagai sumber panas di dalam Second Effect Reboiler (E-532),
kondensatnya ditampung dalam D-532 kemudian di kirim ke dalam Aldehide
Stripper T-540. Di dalam T-540 kondensat dipanaskan oleh steam tekanan
sedang, uap yang terbentuk dikirm ke First Stage Ractor Feed Heater (E-521).
Sedangkan yang tidak terkondensasi di tampung di Third Stage Reboiler
Condensate Tank (D-533).
Keluaran T-531 dengan kadar air 83,39%-wt di masukkan ke E-532
bersama sama dengan cairan sirkulasi dari Second Effect Evaporator (T-532).
Cairan ini diuapkan di dalam Second Effect Reboiler (E-532), uap yang terbentuk
kemudian di kontakkan dengan refluks dari U-550 sehingga glikol ikut terserap
kembali. Campuran uap yang keluar dari T-532 dengan kadar glikol 0,008%-wt
dimasukkan ke dalam Third Effect Reboiler (E-533) sebagai sumber panas dan
kondensatnya di tampung di Third Effect Condensate Tank (D-533) kemudian di
kirim ke Fourth Effect Condensate Tank (D-534).
Cairan keluaran T-532 dengan kadar glikol 80,18%-wt dimasukkan ke E-
533 bersama sama dengan cairan sirkulasi dari Third Effect Evaporator (T-533).
Cairan ini diuapkan di dalam Third Effect Reboiler (E-533), uap yang terbentuk
kemudian di kontakkan dengan refluks dari U-550 sehingga glikol ikut terserap
kembali.
36
kadar air dalam glikol maksimum sebanyak 0,005%-wt. Selain itu untuk
mengurangi kadar air, T-610 juga dapat menghilangkan pengotor seperti senyawa
aldehid, karena aldehid selalu terbawa air. T-610 memiliki diameter dalam 2600
mm dan tinggi 20.725 mm, dindingnya terbuat dari carbon steel, di dalamnya
terdapat valve tray sebanyak 30 buah dari stainless steel.
Keluaran T-536 dengan kadar EG 90%-wt dan air 10%-wt diumpankan ke
dalam T-610 umpan tersebut dikeringkan oleh uap dari E-610. Uap ini dihasilkan
dari penguapan cairan yang disirkulasi dan dipanaskan didalam E-610 oleh steam
bertekanan tinggi. Uap yang terbentuk kemudian terkontakkan dengan umpan dan
cairan sirkulasi dari Drying Column Hotwell F-610. Uap yang keluar dari puncak
kolom pengering dengan kandungan air 99,23%-wt. Uap yang terbentuk
kemudian dikondensasikan di dalam E-611, kondensatnya ditampung di dalam F-
610 untuk disirkulasikan sebagian ke T-610 dan sebagian lagi ke Waste Water
Pump F-970. Sedangkan non-kondensatnya ditarik oleh Ejektor G-612 yang
digerakkan oleh steam tekanan sedang, kondensatnya dialirkan ke dalam F-610.
EG hasil pengeringan di dalam T-610 dikeluarkan dari bottom dengan kandungan
air 0,05%-wt melalui Drying Column Bottom Pump G-610.
dengan kandungan MEG 99,82%-wt dan air 0,04%-wt pada temperatur 141oC.
Uap ini kemudian digunakan untuk membangkitkan steam bertekanan rendah di
dalam MEG Column Condenser E-621 dengan menguapkan air dari Recycle
Water Pump G-540. Kemudian steam yang dihasilkan dikirim ke Stripping
Column.
Sedangkan uap MEG yang terkondensasi ditampung di dalam MEG
Column Reflux Drum D-621 dan digunakan sebagai refluks ke kolom T-620.
Produk MEG ini di keluarkan melalui Chimney Tray (tray ke 24) dalam bentuk
cair dengan temperatur 142oC, produk ini kemudian didinginkan di MEG Product
Cooler E-622 dan ditampung di dalam MEG Rundown Tank F-630. Di dalam
tangki ini diinjeksikan low pressure nitrogen untuk menjaga agar produk tidak
terdekomposisi, terkontaminasi dan menyerap uap air.
Cairan yang tidak menguap keluar dari bottom T-620 dengan temperatur
175oC dan kandungan MEG 26,74%-wt. Cairan ini di umpankan ke MEG Splitter
untuk memisahkan MEG yang tersisa.
41
42
4. Oxygen filters
Kode alat M-110 A/B
Fungsi Menyaring partikelberukuran 5 micronsyang masuk ke dalam
reactor
Tipe Cartridge type remove particles 5 microns
Material 304 Stainless steel
5. Reactor
Kode alat R-110
Fungsi Tempat bereaksinya etilen dan oksigen
Diameter dalam 890 mm
Tinggi 10,030 mm
Jumlah tubes 12.264
Material Carbon steel tubes and shell
9. Gas-gas exchanger
Kode alat E-111
Fungsi Menukarkan panas antara umpan dan etilen oksida keluaran
reaktor R-110 sehingga temperatur umpan mencapai
temperatur reaksi pembentukan etilen oksida
A 3.335 m2
Q (SOR) = 17.213.000 kcal/h
(EOR) = 13.480.000 kcal/h
Material 304 Stainless steel
4. Contactor
Kode alat T-210
Fungsi Mengurangi kadar gas CO2 dengan mengontakkan aliran gas
dari produk atas kolom bawah D-210 dengan larutan kalium
karbonat sehingga menghasilkan larutan bikarbonat
Diameter dalam 2.200 mm
Tinggi 23.850 mm
Material 304 stainless steel
9. Regenerator reboiler
Kode alat E-220
Fungsi Menghasilkan steam untuk direaksikan dengan larutan
bikarbonat
Q (DES) = 3.290.000 kcal/h
(SOR) = 2.410.000 kcal/h
(EOR) = 2.60.000 kcal/h
Tipe Shell and tubes
Material Tube side : 304 Stainless steel
Shell side : carbon steel
48
7. Stripping column
Kode alat T-310
Fungsi Melucuti etilen oksida, senyawa impurrities, dan gas-gas yang
tidak dapat terkondensasi (seperti etilen, oksigen, CO2)dari
rich cycle water dengan menggunakan steam
Diameter dalam 3.000 mm
Tinggi 22.000 mm
Material 304 stainless steel
13. Reabsorber
Kode alat T-320
Fungsi Menyerap etilen oksida dengan menggunakan air (recycle
water) serta mengatur komposisi air-etilen oksida sehingga
diperoleh komposisi air : etilen oksida di kolom umpan
etilen glikol sebesar 22 : 1
Top section Bottom section
Diameter dalam 1.300 mm 2.200 mm
Tinggi 12.250 mm 10.600 mm
Jumlah dan tinggi 2 packed bed : 4900 mm 1 packed bed : 4.900 mm
packed bed high high
Tipe packed bed 16 mm 304 S.S pall rings 38 mm 304 S.S pall rings
(top bed)
25 mm 304 S.S pall rings
(2nd bed)
Material Shell & internals : 304 Stainless steel
Daya motor 11 Kw
Material 304 stainless steel
4. Purification column
Kode alat T-410
Fungsi Memurnikan etilen oksida dengan cara distilasi
Diameter dalam 1.700 mm
Tinggi 36.350 mm
Material 304 stainless steel
8. Glycol reactor
Kode alat R-520
Fungsi Tempat terjadinya reaksi antara 10% etilen oksida secara
hidrolisis membentuk etilen glikol yang bertemperatur 190oC
Panjang 78 m
Diameter dalam 22 inch
Volume 17,43 m3
Material Carbon steel
Tinggi 2.300 mm
Material Carbon steel
tank (D-534)
Diameter dalam 1.500 mm
Tinggi 3.300 mm
Material Carbon steel
4. Drying column
Kode alat T-610
Fungsi Mengurangi kadar air glikol pekat dari 10% berat air hingga
0,005% berat dan menghilangkan mpurities seperti senyawa
aldehida yang selalu terbawa air
Diameter dalam 2.600 mm
Tinggi 20.725 mm
Jumlah tray 30
Material Tray decks and valves : 410 stainless steel
Shell : carbon steel
Daya motor 3 Kw
Material Carbon steel
Total head 33 m
Daya motor 5,5 kW
Material Carbon steel
4. DEG column
Kode alat T-710
Fungsi Memisahkan DEG dari TEG dan PEG
Diameter dalam 1.700 mm
Tinggi 25.400 mm
Packed bed 4 beds of 50 mm 304 Stainless steel (Pall rings)
Top bed : 600 mm
Two middle beds : masing-masing 4.900 mm
Bottom bed : 4.900 mm
Material Carbon steel
Demineralizing
16 U-850 Unit demineralisasi
Unit
Pompa yang
Process Water G-
17 mengalirkan air
Pumps 850A/B
proses
Kolam
Filtered Water
18 A-830 penyimpanan air
Pond
filtrasi
Priming
19 G-833 Pompa Vakum
Vacuum Pump
Pompa yang
Filtered Water G- mengalirkan air
20
Pumps 830A/B yang sudah
disaring
Demineralizing Pompa yang
G-
21 Unit Feed mengalirkan air
831A/B
Pumps unit demineralisasi
Setiap unit di plant PT. Polychem Indonesia Tbk. Divisi Kimia Merak
dilengkapi instrumen-instrumen pengendali yang biasanya dipasang pada unit
yang membutuhkan perhatian lebih dan berpengaruh besar terhadap
keberlangsungan proses. Pengendalian bertujuan untuk menjaga agar proses
beroperasi secara optimal, sehingga dapat menghasilkan kualitas dan kapasitas
prosuk yang diharapkan.
Meskipun biaya pemasangan dan perawatan instrumentasi mahal, namun
pengendalian melalui instrumentasi dapat menjaga efisisensi biaya operasi dalam
pabrik. Pengendalian juga bertujuan untuk meredam pengaruh gangguan eksternal
86
sehingga proses tetap stabil dan menjaga agar peralatan yang digunakan tidak
cepat rusak. Instrumentasi yang dipasang pada unit proses bergantung pada tujuan
pengendaliannya.
Instrumen-instrumen yang dipasang pada unit proses PT. Polychem
Indonesia Tbk. Divisi Kimia Merak adalah:
1. Level Indicator Controller (LIC): pelampung dan lengan gaya
Kegunaan: menjaga ketinggian pada vessel penampung aditif, larutan
suspending agent, zat anti fouling dan umpan katalis. LIC telah diatur pada
nilai tertentu, jika level pada vessel tidak sesuai dengan set point maka valve
akan membuka atau menutup sampai tercapai set point.
2. Temperature Indicator Controller (TIC): termokopel dan temperatur
Kegunaan: mengontrol suhu umpan, air yang dimasukkan ke reaktor, suhu
ruang dalam reaktor itu sendiri dan mengontrol suhu steam yang digunakan
dalam HE. TIC telah diset pada nilai tertentu selama reaksi berlangsung. Jika
terjadi temperatur tidak sesuai dengan nilai yang telah ditetapkan maka valve
pada aliran pendingin/pemanas akan terbuka atau tertutup secara otomatis.
3. Pressure Indicator Controller (PIC): pressure gauge&electric strain gauge
Kegunaan: PIC telah diset pada nilai tertentu, jika tekanan pada alat yang
dikontrol tidak sesuai dengan nilai set point maka valve akan terbuka atau
tertutup secara otomatis sampai nilai set point tercapai.
4. Flow Indicator Controller (FIC): venturimeter, orificemeter, rotameter
Kegunaan: mengatur laju alir steam pada HE, umpan masuk reaktor, produk
keluar reaktor, dan semua hal yang berkautan dengan laju alir. FIC selalu
dilengkapi dengan flow control valve untuk mempertahankan aliran agar sesuai
set point.
5. Analyzer Indicator Controller (AIC): mengukur konsentrasi cairan dengan
bantuan SG meter
Kegunaan: mendeteksi komposisi dari produk agar produk yang dihasilkan
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
6. Electicity Indicator Controller (EIC): mengukur kuat arus yang ada pada suatu
alat, menggunakan amperemeter
87
Kegunaan: mendeteksi kuat arus dari alat proses. Hal ini dilakukan agar arus
yang masuk tidak melebihi batas maksimal dan minimal dari alat agar alat
lebih tahan lama.
mol iodin. Kadar air glikol dinyatakan dalam %wt. Batas maksimum kadar
air dalam produk glikol, yaitu 0,05%wt untuk MEG, 0,1%wt untuk DEG, dan
0,1%wt untuk TEG.
6. Penentuan keasaman
Penentuan keasaman dilakukan dengan menggunakan alat autotitrator Mettler
DL 77. Metode ini menentukan keasaman total sebagai asam asetat. Sampel
dengan kandungan senyawa organik 0,05%wt dicampur dengan sejumlah
volume air dan indikator phenolphtalein lalu dititrasi dengan larutan NaOH.
Batas maksimum keasaman dalam produk glikol, yaitu 15 ppm wt untuk
MEG, 30 ppm wt untuk DEG, dan 40 ppm wt untuk TEG.
7. Penentuan kandungan aldehida
Kandungan aldehida dilakukan dengan metode spektrofotometri. Sampel
yang mengandung aldehida bebas apabila direaksikan dengan MBTH akan
membentuk turunan azine dan air. Kelebihan MBTH dioksidasi dengan FeCl3
sehingga membentuk kation yang reaktif. Hasil reaksi aldehida bebas dengan
MBTH akan membentuk kompleks azine yang berwarna biru-hijau. Warna
ini disesuaikan dengan kandungan aldehida bebas dan diukur pada panjang
gelombang 655 nm menggunakan spektrofotometer UV/Vis. Batas
maksimum kandungan aldehida dalam MEG, yaitu 10 ppm wt.
8. Penentuan kandungan besi (Fe)
Kandungan besi ditentukan dengan cara melarutkan sampel glikol dalam air
lalu kandungan besi ditetapkan secara spektrofotometri (spektrofotometer
UV/Vis) pada panjang gelombang 510 nm dengan metode orto penantrolin
tanpa pengabuan. Penentuan kandungan besi berdasarkan kemampuan
sejumlah hidroksilamin hidroklorid-orto penantrolin untuk menekan
pembentukan warna kompleks besi (II)-orto penantrolin oleh sejumlah besar
glikol yang ada. Batas maksimum kandungan besi dalam MEG, yaitu 0,1 ppm
wt.
90
Produk
No. Analisis Unit
MEG DEG TEG
1. Wujud - Cair Cair Cair
92
93
dapat direaksikan dengan berbagai chain starter (seperti fatty alcohol, tallow
amine, castor oil, nonyl phenol, dll) untuk membentuk EOD (ethylene oxide
derivative). Kapasitas etilen oksida yang dihasilkan dari plant EO/EG II saat
memproduksi etilen oksida untuk kepentingan produksi ethoxylate ialah sebesar
22.000 MTPY.
Selain produk samping DEG dan TEG, dihasilkan polietilen glikol (PEG)
yang merupakan produk fraksi terberat glikol dan berwarna merah pekat keruh.
Polietilen glikol (PEG) dianggap sebagai waste, namun masih dapat dijual sebagai
bahan dalam pembuatan batu bata merah.
BAB VII
SISTEM UTILITAS, UNIT PENUNJANG,
DAN PENGOLAHAN LIMBAH
96
97
reaksi pembentukan etilen oksida, gas purging saat shut down, dan sebagai gas
pressurize saat persiapan area plant EO/EG.
Prinsip dari ASU adalah perbedaan titik didih atau distilasi antara dua
komponen utama, yaitu oksigen dan nitrogen. Titik didih oksigen dan nitrogen
masing-masing adalah -183 oC dan -195,8 oC. Diagram alir dari Air Separation
Unit dapat dilihat pada gambar 7.1. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah pada
proses pemisahan udara menjadi oksigen dan nitrogen pada unit ASU :
1. Kompresi Udara
Udara dari lingkungan dilewatkan dalam Filter Viledon Type K3 danFilter
Viledon Type K6 untuk menyaring debu dan partikel-partikel halus yang
terbawa dalam aliran udara. Kemudian aliran udara dikompresi dalam air turbo
compressor typecentrifugal 3 stage yang digunakan untuk menaikan tekanan
udara sekitar 7.2 kg/cm2 dan temperatur sekitar 119 C. Udara terkompresi
tersebut diumpankan pada bagian bawah dari menara spray cooler (E-
2416), dimana udara didinginkan dengan menggunakan air pendingin. Udara
keluar dari spray cooler berupa fasa uap, laju alir 76.300 kg/h, tekanan
6 kg/cm2G, dan temperatur 16 C.
Pada menara ini, pendinginan udara dilakukan dengan air pendingin
pada temperatur 30 C yang berasal dari bagian utilitas dan air pendingin
dengantemperatur 13 C yang berasal darievaporator cooler (E-2417)
yangdidinginkan dengan nitrogen impured dari low pressure column (T-3212).
Kontak antara udara dan air di spray cooler dapat menghilangkan kandungan
SO2, SO3, dan NH3. Aliran udara dingin yang keluar dari bagian puncak
menara pada temperatur 17 oC langsung diumpankan ke molecular sieve
adsorber (A-2626 A/B).
2. Adsorpsi
Adanya kandungan uap air dan karbon dioksida pada aliran udara dapat
menimbulkan tersumbatnya bagian yang beroperasi pada temperatur rendah(-
100oC) di unit ini karena akan terbentuknya kristal es akibat dari titik beku
komponen-komponen tersebut jauh diatas temperatur operasi.
Hidrokarbon (seperti etilen) yang masuk bersamaan dengan udara dapat
98
V 2647 V 2628
V 2641 C 1561
AIR S 1146
V 2625
J 3951
V 2642
C 1161 A 2626 A A 2626 B
S 1147 ATM
COLDBOX
ATM N 2651
Water Cooler
N 1153
Chilled
T 3212
V 2649 V 2650
V 2645 V 2646 LPC
V 2647 V 2648
ATM
V 2621 V 2622
E 3422 E 3116 A/B
E 3422 E 3422
Chilled Water Chilled Water CW
Cooler Cooler
E 3421 E 3216
ATM
CWS E 3316
E 2617
T 3211
HPC
C 3461 X 3471
STEAM CONDENSATE
E 2417 E 2416
OXYGEN COMPRESSOR
O2
J 3957
C 1561
N2
AIR SEPARATION UNIT
P 2467 A/B CW
CWS
PT. POLYCHEM INDONESIA Tbk.
CWR OMS
UTILITY 1 Eko Rianto 2011
P 2466 A/B
filter kotoran-kotoran yang berukuran halus di saring lagi agar tidak ada lagi
kotoran-kotoran yang masih ikut terbawa air.
lain-lain) dengan suatu proses pengikatan ion positif maupun negatif dengan suatu
media resin. Ion-ion yang digunakan di unit demineralisasi adalah kation dan
anion. Kation (seperti Ca2+, Mg2+, dan sodium) digunakan oleh ion hidrogen (H+)
dan anion (seperti SO4-2,Cl-, dan Silika) digantikan oleh ion OH-. Dari gabungan
kedua ion ini menghasilkan air murni atau air bersih (air bebas mineral)
yang digunakan sebagai air proses.
Prinsip kerja unit demineralisasi dilakukan dengan menggunakan ion
exchanger yaitu, anionexchanger, cation exchanger, dan mixed bed polisher
(MBP). Dalam MBP, terdapat anion exchanger dan cation exchanger dalam satu
kolom, yang fungsinya untuk menukarkan anion dan kation yang tidak tergantikan
dalam bed sebelumnya .
Air dari degasifier pada unit desalinasi ditransfer keactivated carbon filter
(A/C filter) untuk dihilangkan warna, bau, dan kotoran-kotoran yang masih
terkandung dalam air umpan. Dari A/C filter, air masuk ke cation
exchanger untuk mengikat ion-ion positif dengan menggunakan resin bermuatan
negatif, dari cation exchanger air masuk ke anion exchanger untuk mengikat ion-
ion negatif dengan menggunakan resin bermuatan positif. Air dari anion
exchanger masuk ke MBP. Dari MBP air masuk ke demin filter untuk menyaring
kotoran-kotoran atau resin yang terbawa oleh aliran air. Setelah itu, air demin
masuk ke demin water pond (F-850).
Resin setelah digunakan akan mengalami kejenuhan. Resin yang telah jenuh
harus diregenerasi untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada
resin. Langkah-langkah regenerasi adalah sebagai berikut :
1. Backwash adalah proses pembilasan awal dari suatu tower/bed baik anion
maupun kation, untuk menghilangkan kotoran dan turbidity (kekeruhan).
2. Rest adalah proses yang dilakukan setelah resin teraduk acak maka perlu
dibiarkan mengendap agar posisi resin lebih stabil dan tertata.
3. Water injection merupakan fasilitas untuk menginjeksikan chemical (HCl dan
NaOH) dengan bantuan ejector.
4. HCl dan NaOH feed merupakan umpan dari tanki HCl dan NaOH yang ikut
bersama water injection.
105
5. Rinse adalah proses pembilasan akhir dari suatu proses regenerasi DMW
dimana umpan dari produk demin dan masuk melalui jalur service, akan tetapi
produk masih dibuang karena kualitas air belum standar dari produk DMW.
3. Semi-Open System
Semi-open system terdapat pada unit ASU dan plant II EO/EG. Sistem ini
memiliki kemiripan dengan sistem sirkulasi terbuka (open recirculating
107
osmosis, tetapi sudah ditambahkan dengan beberapa zat kimia lain untuk menjaga
kualitas airr dan peralatan agar tidak terjadi scaling, fouling, maupun korosi.
PO4
WDB (Water pH konduktivitas SiO2(ppm)
(ppm)
Drum Boiler) (S/cm)
9,4 - 11 <600 5 - 15 <20
konduktivitas Hydrazine
BFW (Boiler pH Fe (ppm)
(S/cm) (ppm)
Feed Water)
8 - 9,5 < 10 < 0,05 > 0,01
terjadi di bak A-8711 sedangkan limbah cair yang sudah berkurang padatannya
dialirkan menuju bak final pH control (S-8709) dengan laju 961 m3/hari.
Produk atas dari sedimentasi tahap 2 akan dimasukkan ke bak
ekualisasi sebagai recycle waste water untuk dibersihkan kembali. Produk
bawah akan dialirkan menuju tangki pencampur (F-5707) untuk dicampur
dengan PAC sehingga padatan yang terbentuk lebih banyak. Limbah cair yang
sudah dicampur dialirkan menuju belt press filter untuk dipisahkan air dan
padatannya.
5. Final pH Control (A-8708)
Pada bak ini dilakukan pengontrolan akhir terhadap pH pada limbah cair agar
memenuhi standar baku mutu yang sudah ditetapkan. Setelah melewati bak ini
limbah cair tidak akan ditambahkan degnan bahan kimia lagi. Limbah cair
yang masuk ke dalam tangki ini mempunyai kandungan COD sebesar 147
ppm, SS sebesar 72 mg/L, pH 6-8 dan suhu 35oC. Setelah melewati proses
ini, kandungan COD akan menurun menjadi 80 ppm dan akan dialirkan menuju
kolom filter karbon aktif dengan laju 961 m3/hari.
6. Carbon Active Filter (F-8702)
Pada filter karbon aktif akan terjadi penyaringan bahan-bahan kimia. Bahan-
bahan kimia ini disaring karena dapat mengganggu ekosistem air yang ada
disekitar pabrik. Karbon aktif ini juga akan menyaring padatan-padatan kecil
yang masih lolos dari proses sebelumnya. Hal ini menyebabkan kandungan SS
menjadi turun menjadi 30 mg/L, sedangkan kandungan COD, pH, dan suhu
masih sama. Tetapi suhu cenderung menurun karena berkurangnya padatan
pada limbah cair.
7. Belt Press Filter
Pada belt press filter akan terjadi pemisahan antara padatan dan cairan dari
limbah karena diberi tekanan oleh belt yang ada pada alat. Limbah cair dari
pemisahan ini akan digunakan sebagai recycle water untuk bak ekualisasi
sedangkan cake yang dihasilkan akan diolahh pada pengolahan limbah padat.
Limbah cair memiliki standar effluent yang harus dipenuhi sebagai berikut:
a. pH berkidar antara 6 sampai 8
115
2. Tahap operasi dari stock pile diangkat oleh leader dan dituang ke coal feeder
yang nantinya akan dimasukkan ke storage hopper untuk siap dibakar
3. Tahap proses setelah batubara dibakar pada dapur pembakaran, sistem
memiliki ash & slag removing system yang dilengkapi dengan waste inlet
untuk pengendalian debu
4. Asap dari coal fire boiler dimasukkan terlebih dahulu ke dalam economizer
untuk pemanfaatan panas. Uap panas dari economizer akan masuk ke pre-
heater yang dilengkapi dengan FD fan 2 buah sebagai pendingin. Setelah itu
kemudian uap masuk ke electristatic precipator yang berfungsi sebagai
penangkap ash batubara sebelum asap dibuang melalui chimney (cerobong
asap setinggi 45 meter)
5. Proses pemantauan
a. Kualitas udara/asap dari chimney juga akan dilakukan monitoring. Chimney
dilengkapi dengan tangga dan 2 titik sampel point pada ketinggian yang
telah ditentukan berdasarkan peraturan yang ada
b. Pemantauan akan dilakukan dua kali dalam satu bulan
117
Coal Stock
Feeder A/B
Conveyor 1
Magnetik
Crusher
Conveyor 2
Down Steam
Economizer
Pre Heater
ESP
Ash Pre
Induced
Chimney
Ke atmosfer
Gambar 7.1 Diagram Alir Penanganan Pencemaran pada Unit Coal Boiler
BAB VIII
TATA LETAK PABRIK
118
119
Gambar 8.1 Plant Site PT. Polychem Indonesia Tbk. divisi kimia Merak
120
Gambar 8.2 Plant Layout PT. Polychem Indonesia Tbk. divisi kimia Merak
BAB IX
ORGANISASI DAN SEGI EKONOMIS PERUSAHAAN
Direktur Operational
G M Operational
Plant Manager
121
122
libur selama 3 hari dan kembali pada jadwal shift awal. Jadwal kerja di PT.
Polychem Indonesia Tbk dapat dilihat pada Tabel 9.1.
Latihan internal dilakukan setiap tiga bulan sekali, sedangkan latihan eksternal
dilakukan setiap setahun sekali.
e. Cleaning Day
Program ini bertujuan untuk menjaga agar lingkungan kerja selalu dalam
keadaan bersih dan rapi sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
dan membuat karyawan menjadi lebih nyaman. Program ini dilakukan setiap
hari jumat setiap minggu.
f. Safety Orientasi
Safety Orientasi ini adalah pemberian materi mengenai safety & environment
kepada kontraktor dan pegawai baru. Tujuan kegiatan ini adalah agar
kontraktor dan karyawan baru tahu bagaimana cara bekerja secara aman,
mengetahui apa yang harus dilakukan bila terjadi keadaan darurat dan dapat
menilai potensi bahaya di area kerjanyaserta tidak mencemari lingkungan.
g. Inspeksi Peralatan Emergency
Tujuan kegiatan ini untuk memastikan semua peralatan emergency bekerja
dengan baik. Pengecekan terhadap alat-alat pendeteksi kebocoran dilakukan
dua kali sekali sedangkan pada alat-alat pemadam kebakaran dilakukan sebulan
sekali.
h. Pengawasan Limbah Pabrik
Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi peraturan pemerintah yang
menyatakan jika suatu pabrik harus menyerahkan data-data tentang limbahnya
setiap sebulan sekali.
i. Fire Drill
Kegiatan ini merupakan latihan untuk memberitahukan pekerja apa saja yang
harus dilakukan ketika ada peristiwa kebakaran. Team utama dari fire drill ini
adalah orang yang bekerja di lapangan, sebab mereka yang paling tahu kondisi
lapangan seperti bagian proses, bagian utilitas, bagian safety, dan lain-lain.
126
tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari
penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa
atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil,
bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
Dalam Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja juga disebutkan bahwa setiap perusahaan wajib melakukan program
jaminan sosial tenaga kerja bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam
hubungan kerja sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini.
Di PT. Polychem Indonesia Tbk, Divisi Kimia Merak difasilitasi
JAMSOSTEK, kantin, mobil antar jemput. biaya cuti ekstra, seragam termasuk
sepatu safety dan helmet, messp bagi karyawan, poliklinik, tempat parkir, kop
erasi, lapangan olahraga, mobil ambulans, dan masjid.
ke luar negeri. Berdasarkan desain yang dibeli dari Scientific Design Company
Inc., plant EO/EG I mampu memproduksi dengan kapasitas sebesar 96.000
MTPY dan plant EO/EG II sebesar 120.000 MTPY. Distribusi dari MEG sebesar
30% diekspor ke luar negeri, 30% digunakan sendiri oleh PT. Polychem Indonesia
Tbk. Divisi Polyester di Karawang, sedangkan 40% lainnya didistribusikan untuk
memenuhi kebutuhan lokal. Customer lokal PT. Polychem Indonesia Tbk. antara
lain PT. Rhodia, PT. Unilever, PT. ISSU, PT. KAO, dan lain-lain, sedangkan
customer luar antara lain PT. Enhau Polymer, PT. Ton Wood Trading, PT.
Sinolight, dan lain-lain.
Selain produk MEG, produk DEG dan TEG juga di distribusikan secara
lokal. Oleh karena jumlah produksi yang berfluktuasi karena merupakan produk
samping maka hanya didistribusikan secara lokal atau kadang-kadang sebagian
juga diekspor sesuai permintaan. Produk lain yang juga merupakan sumber
pendapatan PT. Polychem Indonesia Tbk. Divisi Kimia Merak adalah etilen
oksida. Etilen oksida yang dimurnikan pada plant II yang kemudian diproduksi
menjadi etoksilat yang memiliki nilai jual. Adapun pedapatan lain berasal dari
bunga bank dan penjualan produk bekas seperti produk samping PEG yang
merupakan limbah pabrik atau limbah padat dari coal generator.